Anda di halaman 1dari 13

TERORISME ABU SAYYAF

TUGAS NILAI TAMBAHAN


MATA KULIAH HUKUM DAN HUBUNGAN INTERNASIONAL

Pembimbing: Ayu Saidah,SH, M.hum

Di susun oleh :

Ahmad Mafrodin
(14187205027)

PROGRAM STUDY PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN PASURUAN
Jl. Ki Hajar Dewantoro 27-29 Telp. (0343)421948 Pasuruan-67118
DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................................................ii
Daftar Isi................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................2

1.3 Tujuan penulisan..........................................................................................................2


BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................3

2.1 kronologi terorisme.........................................................................................................5

2.2 analisis..............................................................................................................................7

2.3 dasar hukum.....................................................................................................................8

2.4.penyelesaian dan solusi..................................................................................... ..............9


BAB III PENUTUP....................................................................................................................11
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................11
3.2 Saran.............................................................................................................................11
Daftar Pustaka.......................................................................................................................12
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat, taufik,
dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa shalawat serta
salam atas junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah diutus kemuka bumi ini
sebagai Rahmatanlil Alamin.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidkan Kewarganegaraan
dengan judul “TERORISME PENYANDERAAN ABU SAYYAF”. Dimana dalam makalah
ini diharapkan dapat menambah wawasan berpikir di bidang terkait dengannya.Tidak lupa
kami sampaikan terima kasih kepada dosen pembimbing Ibu Rima Vien Permata Hartanto,
SH, MH yang telah membantu dan membimbing saya dalam mengerjakan makalah ini. Saya
juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi
kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Saya menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
sempurnanya makalah ini. Saya berharap semoga karya tulis ini bisa bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Pasuruan,21 juli 2017

Ahmad maffrodin

penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Terorisme bukanlah kejahatan biasa (ordinary crime), namun telah menjadi kejahatan
terhadap kemanusiaan (crime against humanity) karena sifatnya sangat luas (widespread) dan
sistematik (systematic), yang telah menewaskan ribuan orang yang tidak bersalah. Seperti
tragedy World Trade Center (WTC), ledakan Bom Bali 1 dan II, ledakan Bom Madrid, Ledakan
Bom London, Ledakan Bom Mumbai, hingga ledakan Bom Oslo, semakin menunjukkan jati
diri terorisme sebagai bahaya laten yang akan muncul dan terus menerus di dalam lingkungan
masyarakat dunia Internasional .

Terorisme sudah menjadi perbincangan dunia Internasional termasuk Indonesia pasca


runtuhnya gedung World Trade Center (WTC) di Amerika. Namun secara khusus bagi
Indonesia, terorisme menjadi sebuah ketakutan pasca bom Bali I dan II, terkhusus bagi korban
termasuk juga bagi keluarga yang meninggal dan luka-luka. Pemerintah kemudian dengan
dukungan dari luar negeri khusunya Amerika Serikat gigih dalam melakukan penumpasan dan
mencari pelaku.

Beberapa kali peristiwa fenomenal yang dilakukan oleh Pemerintah dalam melakukan
penumpasan terhadap teroris dapat disaksikan langsung oleh masyarakat melalui televisi.
Bahkan Pemerintah dinilai berhasi menangkap pelaku teroris seperti Amrozi, Imam Samudra
dkk. Nama mereka sudah santer terdengar dan sepertinya sudah seperti artis dadakan
walaupun nyawanya hilang diterjang peluru panas.

Para korban sepertinya mengutuk dan bahkan menghujat, apalagi semua kasus
terorisme di Indoensia keseluruhannya meninggalkan korban jiwa. Sementara atas dasar apa
para pelaku melakukan aksinya, sampai hari ini sebenarnya belum sepenuhnya terjawab
secara pasti. Walaupun alasan kemudian lebih kepada memperjuangkan agama
dan memerangi sekutu Amerika Serikat.

Dalam perjalanannya, tindakan yang diambil Pemerintah dalam memerangi terorisme


melalui pendekatan refresif. Akhirnya penangkapan terorispun dilakukan dengan skema yang
sangat spesial, disiarkan oleh stasiun televisi secara langsung yang ujung-ujungnya adalah
kematian pelaku. Melalui Densus 88 yang dicap berhasil menumpas teroris, akhirnya
menunjukkan bahwa negeri ini berhasil memberangus teroris.

Selanjutnya adalah banyak kasus kejadian juga harus dikritisi terkait soal kasus
terorisme di Indonesia. Selain hukuman mati bagi pelaku juga kemudian sepertinya terlalu
mudah untuk mengklaim kelompok atau orang sebagai teroris. Kemudian kaitan soal
maraknya para pelaku yang meninggal di tempat kejadian, menunjukkan begitu cepatnya
aparat mengambil langkah sehingga sepertinya harus ada korban. Karena walaupun kemudian
terorisme diyakini sebagai kejahatan kemanusiaan, aparat juga tidak selayaknya
menghilangkan nyawa orang, yang tentu juga merupakan tindakan yang tidak
berprikemanusiaan.
1.2 Rumusan masalah

1.kronologi kasus terorisme?

2.analisis kasus terorisme?

3.pasal statuta roma tentang teroris dan undang-undang RI?

4.upaya penyelesaian dan solusi masa depan?

1.3 Tujuan penulisan

1.agar pembaca mengetahui tentang hal terorisme

2.agar menimbulkan rasa nasionalisme dan patriotisme terhadap pembaca

3.agar pembaca dapat mengakumulasi yang akan terjadi di masa depan dan dapat
penyelesaikannya.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KRONOLOGI TERORISME ABU SAYYAF

26 Maret 2016

Dua kapal berbendera Indonesia dibajak oleh kelompok Abu Sayyaf saat sedang berlayar dari
Sungai Puting, Kalimantan Selatan menuju ke Batangas, Filipina selatan. Dua kapal yang
dibajak itu adalah kapal Brahma 12 dan kapal tongkang Anand 12 yang membawa 10 orang
awak kapal berkewarganegaraan Indonesia.

29 Maret

Presiden Joko Widodo telah memerintahkan Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri)
Jenderal Badrodin Haiti dan Panglima TNI Gatot Nurmantyo untuk melacak jejak para
penyandera dan ke-10 WNI tersebut. TNI juga telah menyiapkan pasukan terbaik mereka
untuk terjun ke lokasi setiap saat.

ada tiga pasukan elite yang diterjunkan untuk membebaskan para sandera. Mereka
merupakan pasukan terbaik dengan anggota yang benar-benar memiliki kemampuan khusus
dan terbaik dari yang terbaik.

31 Maret

Angkatan Bersenjata Filipina (AFP) meyakini operasi pembebasan sandera asal Indonesia
yang kini ditawan militan Abu Sayyaf, masih bisa mereka tangani sendiri. Dengan begitu,
tawaran bantuan militer Indonesia yang sekarang sudah menyiagakan armada tempur di
Tarakan serta Bitung, ditolak secara halus, seperti dilansir inquirer.net.

Militer Filipina memiliki prinsip tersendiri, sehingga sulit mengizinkan pasukan asing terlibat
dalam pembebasan sandera itu. "Berdasarkan konstitusi, negara kami tidak mengizinkan
adanya pasukan asing tanpa perjanjian khusus," kata juru bicara AFP, Brigadir Jenderal
Restituto Padilla saat dihubungi wartawan kemarin.

8 April

Umar Patek siap membantu pemerintah untuk membebaskan WNI yang disandera Abu
Sayyaf. Terpidana kasus terorisme 20 tahun bui itu pun mengaku tanpa pamrih apapun,
asalkan persyaratan secara teknis dipenuhi.

Umar Patek alias Hisyam bin Alizein merupakan asisten koordinator lapangan dalam aksi
terorisme Bom Bali Pertama pada tahun 2002. Insiden itu menewaskan 202 orang. Umar
Patek disebut-sebut pernah membekali para petinggi militan Abu Sayyaf saat ini dengan
pelatihan menggunakan senjata api serta merakit bom.

10 April

18 Prajurit Filipina tewas dalam operasi pembebasan sandera di Pulau Jolo, Basilan. Mereka
tiba-tiba disergap saat dalam perjalanan menuju medan pertempuran. Meski begitu, lima
militan berhasil ditembak mati.

12 April

Terpukul mundurnya tentara Filipina dalam operasi awal penyelamatan sandera dari tangan
Abu Sayyaf akhir pekan lalu tidak melemahkan moral prajurit. Militer Filipina justru kembali
menggelar operasi penyergapan lanjutan selama 10 jam pada hari berikutnya sepanjang
Minggu (10/4) malam hingga Senin (11/4) dini hari, di lokasi yang sama, menurut keterangan
juru bicara Angkatan Bersenjata Filipina (AFP). Berkat operasi lanjutan itu, dipastikan 13
militan tewas.

15 April

Pukul 18.31 telah kapal berbendera Indonesia, yaitu kapal tunda TB Henry dan Kapal
Tongkang Cristi di perairan perbatasan Malaysia-Filipina kembali dibajak. Kapal tersebut
dalam perjalanan kembali dari Cebu, Filipina menuju Tarakan. Kapal membawa 10 orang
ABK WNI.

Dalam pembajakan kali ini, seorang ABK tertembak. Sementara itu, lima orang berhasil
selamat, sedangkan empat lainnya diculik oleh kelompok tersebut.

26 April

Militan Abu Sayyaf menepati ancaman yang mereka sebar sejak pekan lalu untuk mulai
mengeksekusi tiga sandera asing dan satu tawanan asli Filipina. Korban pertama adalah John
Ridsdel (68) asal Kanada. Tentara Filipina menemukan kepala pria ini di salah satu pulau
kosong kawasan Jolo. Penemuan itu terjadi lima jam setelah tenggat pembayaran tebusan
lewat.

29 April

Militer Filipina mengerahkan pesawat tempur membombardir titik-titik diduga markas


militan Abu Sayyaf di pedalaman Pulau Jolo, Provinsi Sulu. Salah satu sandera asal
Malaysia, Wong Teck Chi, menghubungi orang tuanya lewat sambungan telepon tiga hari
lalu. Dia mengaku dipaksa lari berpindah-pindah tempat nyaris setiap beberapa jam sekali
oleh para penculiknya.

Militer Filipina mulai menggempur Pulau Jolo melalui udara sejak dua pekan terakhir. "Kami
khawatir, anak saya bercerita bahwa sikap para penculik sekarang semakin beringas setelah
serangan udara kian intensif," kata Wong Chie Ming, orang tua Tek Chi, yang tinggal di Kota
Sibu, Serawak, Malaysia.

29 April

Brigadir Jenderal Alan Arrojado yang selama delapan bulan terakhir memimpin Brigade 501
Provinsi Sulu dicopot. Dia digantikan oleh Kolonel Jose Faustino selepas satu sandera asal
Kanada dipenggal oleh militan Abu Sayyaf di Pulau Jolo.
Philippine Star melaporkan, Kamis (29/4), Arrojado kabarnya bersitegang melawan
atasannya, Mayor Jenderal Gerrardo Barrientos. Mereka adu pendapat soal strategi menekan
militan, terkait operasi pembebasan para sandera.

1 Mei

10 ABK Warga Negara Indonesia telah dibebaskan oleh kelompok militan Abu Sayyaf di
daerah Sulu pada Minggu siang hari ini. Polisi wilayah Provinsi Sulu, Wilfredo Cayat
mengonfirmasi perihal pembebasan ini.

2.2 ANALISIS

terlihat bahwa walau kelompok Abu Sayyaf adalah kelompok yang terurai menjadi beberapa
faksi, Inti organisasi berada di Sulu dan Basilan. Mereka mampu melindungi dirinya dengan
strategi operasional, kemampuan lepas libat, melarikan diri melalui laut serta dukungan
penduduk berupa informasi intelijen apabila terdeteksi ancaman. Selain itu, mereka justru
terlindungi oleh UU di Filipina yang tidak mengijinkan pasukan asing beroperasi di Filipina.

Amerika dengan Australia yang menerapkan prinsip preemtive-strike (mengejar teroris hingga
ke garis belakang) juga tidak menerapkannya di Filipina. Mungkin karena Filipina dinilai
sebagai sekutu, atau mungkin Abu Sayyaf dinilai belum menjadi ancaman nasional kedua
negara tersebut. Amerika serta Australia sebagai sherifnya selama ini melakukan prinsip
tersebut ke Afghanistan, Irak, Syria dan bahkan Pakistan. Ini berarti Abu Sayyaf hanya
ancaman regional yang tidak terlalu membahayakan mereka. AS hanya memberikan bantuan
pelatihan militer serta menempatkan 200 penasihatnya di Filipina.

Abu Sayyaf murni melakukan tindakan pembajakan, penyanderaan serta permintaan uang
tebusan, yang variatif, terhadap 10 WNI sebesar 150 Juta Peso dan kemudian dari komunikasi
terakhir menjadi 50 juta Peso. Kemudian untuk empat sandera mereka menuntut tebusan 200
juta Peso. Pemerintah Filipina jelas tidak setuju adanya pembayaran (kebijakan; No Ransom
Policy) karena uang itu akan dapat dipergunakan untuk membeli senjata. Mereka telah meniru
perompak Somalia, bergerak di laut dan melakukan pembajakan. Berarti langkah pemerintah
Indonesia, Malaysia dan Filipina sudah tepat, bertemu dan akan melakukan pengamanan jalur
kepulauan Sulu.

Pemerintah Indonesia dan Malaysia sebaiknya mewaspadai langkah Abu Sayyaf merupakan
skenario dari Islamic State (dahulu ISIS) dimana Abu Bakr al-Baghdadi memerintahkan
membangun khilafah-khilafah baru. Asia Tenggara merupakan wilayaht dibangunnya target ke
Islaman versi Baghdadi yang telah membentuk Khatibah Nusantara di Syria dan Irak, terdiri
dari jihadis Indonesia, Malaysia dan Filipina.

ISIS melakukan serangan pertama di jl Thamrin Indonesia setelah teror terakhir Tahun 2009,
Malaysia menggagalkan empat upaya membom gedung-gedung publik dan menculik politisi
Melayu dan pengusaha China. Pada saat yang sama, di Selatan Filipina Abu Sayyaf telah
menghidupkan kembali kamp pelatihan regional untuk jihadis, peningkatan serangan
teror dan baiat kepada Negara Islam.

ada kemungkinan penyanderaan adalah sebuah tekanan psikologis terhadap pemerintah


Malaysia dan Indonesia. Tekanan tersebut terkait dengan potensi konflik perebutan pengaruh
antara China-AS. Dimana Amerika sangat tegas menempatkan kawasan Laut China Selatan
sebagai jalur mati hidupnya yang tidak boleh terganggu oleh China. Presiden Obama saat
kunjungan ke Jepang pada 2009 menegaskan bahwa AS mempunyai sekutu di Asia Pasifik
dengan Australia, Jepang, Filipina, Korea Selatan dan Singapura. Sementara Malaysia dan
Indonesia diharapkan menjadi mitranya.

Kini, mendadak ada ulah Abu Sayyaf, melakukan penyanderaan tiga tugboat, dua Indonesia
dan satu Malaysia. Empat WN Malaysia masih disandera, dan 4 WNI juga masih disandera.
Selain itu dibuktikan pada November 2015 seorang WN Malaysia dipenggal kepalanya karena
tidak bayar tebusan. Jelas penyanderaan terlebih apabila terjadi pemotongan leher akan
berakibat luas, khususnya bagi publik Indonesia. Dari penyanderaan 10 WNI saja TNI sudah
dikerahkan dan siap menyerbu, sementara Malaysia tenang-tenang walau warganya dipotong
lehernya. Hanya PM Najib yang marah.

2.3 DASAR HUKUM


Perpu No 1 tahun 2000 ttg Pemberantasan Tindak Pidana terorisme
Pasal 7 UU No. 15 Tahun 2003 ,Pengaturan yang memuat kebijakan criminal (criminal
policy) yang bersifat luas baik preventif maupun represif serta beberapa cara yang bersifat
khusus (seperti prosedur "hearing", peradilan in absentia, diakuinya alat bukti elektronik dan
sebagainya), tanpa menyampingkan perlindungan HAM (pengaturan perlindungan saksi,
pelapor, korban kejahatan, system "hearing " dan lain-lain).
pasal 9 UU No 26 tahun 2000 yang berbunyi: Kejahatan terhadap kemanusiaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 huruf b adalah salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian
dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut
ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil.
Pasal 7 statuta roma tentang kejahatan kemanusiaan
1.Untuk keperluan Statuta ini,“kejahatanTerhadap kemanusiaan” berarti salah Satu dari
perbuatan berikut Ini apabila dilakukan sebagai bagian dari serangan meluas atau sistematik
Yang ditujukan kepada suatu kelompok penduduk sipil, dengan mengetahui adanya serangan
itu:
(a)Pembunuhan
(b)Pemusnahan
(c)Perbudakan
(d)Deportasi atau Pemindahan paksa penduduk
(e)Pemenjaraan atau perampasan berat atas kebebasan fisik dengan melanggar aturan-aturan
dasarhukum internasional
(f)Penyiksaan
(g)Perkosaan, perbudakan seksual pemaksaan
prostitusi,penghamilanpaksa,pemaksaansterilisasi,atau suatu bentuk kekerasan seksul lain
yang cukup berat
(h) PenganiayaanTerhadap suatu kelompok yang dapat diidentifikasi atau kolektivitas atas
dasarpolitik,ras,nasional, etnis, budaya, agama, gender sebagai didefinisikan dalamayat 3,
atau atas dasar lain yang secara universal diakui sebagaitidak diizinkan berdasarkan hukum
internasional,yang berhubungan dengan setiap perbuatan yang dimaksud dalam ayat ini atau
setiap kejahatan yang berada dalam jurisdiksi Mahkamah;
i) Penghilangan paksa
(j) Kejahatan apartheid
(k) Perbuatan Tak manusiawi lain dengan sifat sama yangsecara sengaja menyebabkan
penderitaan berat,atau luka serius terhadap badan atau mental atau kesehatan fisik.
2.4 penyelesaian dan solusi masa depan

Empat Opsi pembebasan Sandera

Penyanderaan 10 WNI oleh kelompok Abu Sayyaf memang seperti ujian tersendiri. Di
tengah upaya aparat keamanan RI baik kepolisian maupun TNI yang masih memburu
kelompok Santoso yang disinyalir sudah terdesak dan kekurangan logistik.

Operasi dengan sandi Tinombala ini kelanjutan dari operasi Camar Maleo. Rentang operasi
ini memang telah berjalan beberapa bulan. Sulitnya medan menjadi penyebab lambatnya
penyelesaian operasi Tinombala.

Saat ini Kementrian Luar Negeri RI melalui Direktur Perlindungan WNI , Muhammad Iqbal
memberikan sinyal untuk membuka semua peluang yang ada dengan memprioritaskan
keselamatan para sandera . Dengan pernyataannya itu, ada kemungkinan pula pemerintah RI
akan melakukan langkah menebus sesuai uang yang diminta kelompok Abu Sayyaf.

Pemerintah Indonesia saat ini memiliki empat opsi untuk membebaskan 10 WNI , berikut
opsi tersebut:

1. Mengikuti permintaan para penyandera dengan menebus sebesar 50 juta Peso Filipina
2. Melakukan operasi militer pembebasan yang dilakukan militer Filipina sendiri
3. Melakukan operasi militer pembebasan dengan melibatkan militer Indonesia
4. Membayar uang tebusan dengan tambahan operasi militer lanjutan

Dari semua opsi, melakukan opsi nomor satu adalah yang paling ringan risikonya. Walau
kenyataannya pihak penyandera bisa melakukan penipuan dan kecurangan. Seperti yang
terjadi ketika upaya pembebasan 20 ABK kapal Sinar Kudus di perairan Somalia. Uang
tebusan yang telah diterima para penyandera tidak membuat sandera dibebaskan. Karena ada
kelompok lain yang ingin memanfaatkan sandera .

Militer Indonesia yang telah siaga langsung mengambil tindakan penyerbuan dan melakuan
pukulan balik yang mematikan. Militer Indonesia bahkan masuk dan mengejar para
perompak yang menyandera hingga ke dalam kapal penyandera.
Langkah diplomatis dan Pendekatan Intelijen

Pemerintah Indonesia saat ini sudah menempatkan pasukan elitnya di perbatasan Filipina.
Dalam waktu singkat pasukan yang bersiaga bisa digerakkan menuju pulau di Filipina yang
disinyalir tempat menyekap 10 WNI.

Hal yang paling ideal adalah pasukan elit Indonesia mendapatkan izin melakukan operasi
pembebasan seperti upaya pembebasan pesawat Garuda di Thailand. Awalnya pemerintah
Thailand juga tidak memberikan izin kepada militer Indonesia namun dengan pendekatan
diplomatis dan pendekatan jaringan intelijen, Indonesia akhirnya mendapat lampu hijau untuk
melakukan sendiri upaya pembebasan.

Hal serupa seharusnya juga dilakukan terhadap pemerintah Filipina walaupun memang ada
perbedaan gaya pada setiap pemerintah. Saat ini pemerintah masih menunggu upaya militer
yang dilakukan pihak Filipina.

Waktu terus berjalan, saat ini masa tenggat akhir hanya dalam hitungan jam saja. Seluruh
keluarga korban penyanderaan berharap anggota keluarga mereka bisa pulang dengan
selamat. Sementara pemerintah RI masih melakukan upaya pendekatan diplomatis dan
pendekatan intelijen, seluruh bangsa Indonesia berdoa demi keselamatan para sandera.

Semoga akhir penyanderaan ini akan berakhir dengan baik.10 WNI bisa pulang kembali ke
tanah air dan penyanderanya mendapatkan hukuman yang setimpal.

Solusi masa depan :


1.adanya keamanan dan pertahanan dari pemerintah dan aparat militer untuk melindungi
rakyatnya.
2.adanya penegak hukum untuk memberi hukuman dan sanksi yang setimpal.
3.adanya kesiapan dari berbagai bidang untuk mencegah terjadinya terorisme.
4.masyarakat harus lebih berhati-hati dengan ormas-ormas tertentu yang mengajak pada
radikalisme.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Terorisme adalah kekerasan atau ancaman kekerasan yang diperhitungkan sedemikian rupa
untuk menciptakan suasana ketakutan dan bahaya dengan maksud menarik perhatian nasional
atau internasional terhadap suatu aksi maupun tuntutan.
Ciri-ciri terorisme adalah :
1. Organisasi yang baik, berdisiplin tinggi & militant
2. Mempunyai tujuan politik, ideologi tetapi melakukan kejahatan kriminal untuk mencapai
tujuan.
3. Tidak mengindahkan norma-norma universal yang berlaku, seperti agama, hukum dan
HAM.
4. Memilih sasaran yang menimbulkan efek psikologis yang tinggi untuk menimbulkan rasa
takut dan mendapatkan publikasi yang luas.
5. Menggunakan cara-cara antara lain seperti : pengeboman, penculikan, penyanderaan,
pembajakan dan sebagainya yang dapat menarik perhatian massa/publik.
Dalam melakukan pencegahan dan penanggulangan terorisme pemerintah telah membentuk
lembaga-lembaga khusus guna menghadapi terorisme yang berkembang di tanah air, antara
lain :
1. Intelijen
2. TNI dan POLRI
3. Kerjasama Internasional
Cara untuk menghadapi aksi terorisme, secara umum diperlukan persyaratan kesiapan yang
meliputi :
1. kesiapan di bidang politik
2. kesiapan di bidang hukum
3. kesiapan di bidang operasional
3.2 SARAN
Setiap tindakan kaum teroris adalah tindakan kriminal. Oleh karena itu, kita sebagai
masyarakat yang mempunyai moral, pendidikan, dan etika sudah selayaknya tidak terjerumus
hal-hal yang berhubungan dengan tindakan terorisme ataupun tindakan kriminal lainnya.
Selain itu, penyuluhan terhadap bahaya terorisme di sekitar kita perlu diadakan untuk
antisipasi terpengaruhnya masyarakat awam terhadap terorisme.
DAFTAR PUSTAKA
As-Sahamrani, As’ad. 2005. Menyingkap Teorisme Dunia. Solo : Era Intermedia
Kaelan dan Achmad Zubaidi. 2010. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta : Paradigma
Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhannas). 1991. Kewiraan Untuk Mahasiswa. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama
Taufiq, Muhammad. 2005. Terorisme Dalam Demokrasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Winarno, Dwi. 2006. Paradigma Baru PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Jakarta : PT Bumi Aksara
http://alamsyahnurseha.blogspot.com/2011/04/analisis-kasus-terorisme-di-indonesia.html
http://likha-ika.blogspot.com/2012/01/makalah-terorisme-di-indonesia.html
http://www.damailahindonesiaku.com/tinjauan/120-konsepsi-pencegahan-dan-penanggulangan-
terorisme-di-indonesia-dalam-rangka-menjaga-keutuhan-nkri.html

Anda mungkin juga menyukai