Anda di halaman 1dari 10

MENGENAL HIPERTENSI URGENSI DAN

EMERGENSI

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi kronis yang tidak dapat
disembuhkan, tetapi perlu dikontrol. Bila dibiarkan, tekanan darah bisa meningkat. Hal ini dapat
meningkatkan risiko terjadinya komplikasi hipertensi. Dalam istilah medis, kondisi ini dikenal
sebagai krisis hipertensi, yang terdiri dari hipertensi urgensi dan emergensi. Lalu, apa yang
dimaksud dengan ketiga hal tersebut?

A. Pengertian krisis hipertensi, hipertensi urgensi dan emergensi


Krisis hipertensi adalah jenis hipertensi yang terjadi ketika tekanan darah
meningkat dengan sangat tinggi dan terjadi secara tiba-tiba. Krisis hipertensi terdiri dari
hipertensi urgensi dan hipertensi emergensiSeseorang disebut mengalami krisis hipertensi
bila tekanan darahnya mencapai 180/120 mmHg atau lebih.
Sebagai informasi, seseorang tergolong hipertensi bila tekanan darahnya
mencapai 140/90 mmHg atau lebih, sedangkan tekanan darah normal berada di bawah
120/80 mmHg. Bila tekanan darahnya berada di antara angka normal dan hipertensi,
Anda tergolong ke dalam prehipertensi.
Krisis hipertensi memang termasuk kondisi yang jarang terjadi. Dari sekitar 110
juta kunjungan gawat darurat di rumah sakit yang terkait dengan hipertensi, hanya 0,5
persen yang berkaitan dengan krisis hipertensi.
Meski jarang, kondisi ini harus tetap mendapat perhatian. Pasalnya, krisis
hipertensi merupakan kondisi darurat, yang berpotensi menimbulkan masalah kesehatan
serius lainnya.
Ada dua jenis krisis hipertensi yaitu hipertensi urgensi dan hipertensi emergensi.
Berikut penjelasannya lebih lanjut.
1. Hipertensi urgensi
Salah satu krisis hipertensi adalah hipertensi urgensi. Hipertensi urgensi adalah
jenis krisis hipertensi yang terjadi ketika tekanan darah Anda sangat tinggi hingga
mencapai 180/120 mmHg atau lebih, tetapi tidak ada kerusakan pada organ tubuh.
Hipertensi jenis urgensi ini umumnya masih bisa dikontrol dengan obat darah
tinggi oral dari dokter. Tekanan darah Anda yang mengalami peningkatan dapat
diturunkan dalam kurun waktu beberapa jam dengan mengonsumsi obat tersebut.
Meski demikian, hipertensi urgensi pun merupakan kondisi yang juga harus
dikhawatirkan. Pasalnya, sebagaimana dilansir dari Journal of Hospital Medicine,
pasien dengan hipertensi urgensi pun berisiko mengalami kerusakan organ dalam
beberapa jam ke depan, bila tidak segera diobati. Kondisi ini pun bisa meningkatkan
morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) pada jangka panjang.
2. Hipertensi emergensi
Serupa dengan hipertensi urgensi, hipertensi emergensi terjadi ketika tekanan
darah mencapai mencapai 180/120 mmHg atau lebih tinggi. Namun, kondisi ini telah
menyebabkan kerusakan pada organ tubuh Anda, seperti otak, jantung, atau ginjal,
yang bisa menimbulkan berbagai komplikasi penyakit.
Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi dari kerusakan organ terkait hipertensi
emergensi, yaitu edema paru, angina, eklampsia pada ibu hamil, gagal ginjal, stroke,
serangan jantung, gagal jantung, kerusakan pada mata, hingga diseksi aorta akut.
Oleh karena itu, seseorang yang mengalami hipertensi emergensi perlu segera
mendapatkan penanganan medis darurat. Umumnya, pasien jenis hipertensi ini akan
diberikan obat penurun tekanan darah melalui infus. Dengan penanganan yang tepat,
pasien memiliki peluang besar untuk pulih dan tekanan darah kembali normal.

B. Apa saja tanda dan gejala dari krisis hipertensi?


Umumnya, tekanan darah tinggi biasa tidak menunjukkan tanda atau gejala hipertensi
tertentu. Namun, pada pasien krisis hipertensi, terutama hipertensi emergensi, beberapa gejala
sudah dapat dirasakan. Adapun pasien hipertensi urgensi umumnya tidak merasakan gejala yang
berarti.
Beberapa tanda dan gejala dari krisis hipertensi emergensi yang mungkin muncul adalah:
a) Nyeri dada.
b) Sesak napas.
c) Sakit punggung.
d) Tubuh melemah.
e) Sakit kepala parah.
f) Penglihatan buram.
g) Sakit punggung.
h) Mimisan (epistaksis).
i) Penurunan kesadaran, bahkan pingsan.
j) Kecemasan parah.
k) Mual dan muntah.
l) Kejang.
Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala lain yang tidak disebutkan di atas. Apabila
Anda memiliki kekhawatiran akan gejala-gejala tertentu segera periksakan diri ke dokter.

C. Kapan harus periksa ke dokter?


Bila Anda merasakan gejala-gejala seperti yang disebutkan di atas, sebaiknya
Anda segera pergi ke rumah sakit. Pasalnya, gejala-gejala tersebut berbahaya bagi
kesehatan Anda dan berpotensi mengancam nyawa. Anda pun mungkin memerlukan
perawatan intensif di rumah sakit bila krisis hipertensi ini terjadi.
Namun, Anda perlu ingat, tubuh masing-masing penderita menunjukkan tanda
dan gejala yang bervariasi. Agar Anda mendapatkan penanganan yang paling tepat dan
sesuai dengan kondisi kesehatan Anda, periksakan apapun gejala yang muncul ke dokter
atau pusat layanan kesehatan terdekat.
D. Apa penyebab hipertensi emergensi dan urgensi?
Krisis hipertensi, baik emergeni maupun urgensi, umumnya terjadi pada
seseorang yang telah memiliki riwayat hipertensi, baik itu hipertensi primer maupun
hipertensi sekunder. Kondisi ini bisa terjadi bila pasien hipertensi mengalami kenaikan
tekanan darah secara persisten atau terus menerus selama bertahun-tahun, hingga tekanan
darahnya mencapai angka krisis.
Kondisi ini biasanya terjadi bila Anda tidak bisa mengontrol tekanan darah
dengan baik. Misalnya, tetap melakukan hal-hal yang menjadi pantangan bagi penderita
hipertensi atau tidak mengonsumsi obat hipertensi sesuai dengan dosis dan ketentuan
yang dokter berikan.
Selain itu, konsumsi obat-obatan tertentu juga dapat menaikkan tekanan darah
Anda lebih tinggi, seperti obat pereda nyeri (NSAID), dekongestan, atau pil KB, serta
obat-obatan terlarang seperti kokain dan methamphetamine. Obat-obatan tersebut juga
bisa berinteraksi dengan beberapa obat darah tinggi sehingga berbahaya bagi tubuh Anda
bila dikonsumsi secara bersamaan.
Selain itu, kondisi medis tertentu juga bisa menjadi penyebab hipertensi krisis
atau darurat ini. Beberapa kondisi yang bisa menyebabkan naiknya tekanan darah,
seperti:
a) Stroke
b) Tumor kelenjar adrenal
c) Stres
d) Trauma pascaoperasi
e) Serangan jantung
f) Gagal jantung
g) Gagal ginjal
h) Trauma kepala
i) Spinal cord syndrome
j) Kerusakan aorta
k) Preeklampsia

E. Bagaimana hipertensi emergensi bisa menyebabkan kerusakan organ?


Tekanan darah yang sangat tinggi dapat mengganggu aliran darah di dalam
pembuluh darah. Bila proses aliran darah terganggu, sel-sel endotel yang berperan untuk
melebarkan dan menyempitkan pembuluh darah menjadi terganggu.
Ketika endotel terpengaruh, struktur dinding pembuluh darah akan mengalami
kerusakan sehingga rentan menimbulkan peradangan. Bila ini terjadi, pembuluh darah
bisa bocor dan cairan atau darah di dalamnya bisa keluar.
Akibatnya, jantung tidak dapat memompa darah secara efektif dan suplai nutrisi
ke organ-organ penting lainnya menjadi terbatas. Pada kondisi ini, fungsi organ tubuh
menjadi terganggu sehingga mengalami kerusakan.

F. Bagaimana dokter mendiagnosis krisis hipertensi?


Untuk mendiagnosis krisis hipertensi, baik emergensi dan urgensi, hal pertama
yang dilakukan dokter, yaitu mengukur tekanan darah. Seperti yang telah disebutkan
sebelumnya, Anda tergolong mengalami krisis hipertensi bila memiliki tekanan darah
mencapai 180/120 mmHg atau lebih.
Namun, untuk memastikannya, cek tekanan darah mungkin akan dilakukan
beberapa kali. Jika hasilnya masih sama atau di atas angka tersebut, Anda harus benar-
benar mendapat perawatan medis darurat.
Selain mengukur tekanan darah, ada beberapa tes lainnya yang mungkin akan
Anda lakukan untuk memastikan apakah krisis hipertensi Anda tergolong emergensi dan
sudah mengalami kerusakan organ. Beberapa tes yang mungkin dilakukan, seperti:
a) Elektrokardiogram (EKG).
b) Urinalisis.
c) CT Scan.
d) Tes darah.
G. Bagaimana hipertensi emergensi dan urgensi diobati?
Pasien krisis hipertensi, baik emergensi maupun urgensi, mengalami kenaikan
tekanan darah yang cukup drastis. Namun, krisis hipertensi emergensi dan urgensi
ditangani dengan cara yang sedikit berbeda.
1) Pengobatan hipertensi urgensi
Pasien hipertensi urgensi biasanya tidak menunjukkan tanda-tanda dan
gejala yang jelas, serta tidak mengalami kerusakan organ tubuh. Maka itu,
pasien krisis jenis ini tidak memerlukan penanganan medis darurat.
Belum ada bukti yang menunjukkan apabila pasien hipertensi urgensi
memiliki peluang lebih besar untuk sembuh dengan ditangani secara darurat.
Justru, terlalu cepat menangani hipertensi yang tidak disertai dengan gejala
berpotensi menyebabkan efek samping.
Dikutip dari Cardiology Secrets, terlalu cepat menurunkan tekanan darah
pada pasien hipertensi tanpa gejala dapat berisiko menyebabkan masalah
kesehatan, seperti iskemik dan infark pada jantung. Oleh karena itu, pasien
hipertensi urgensi sebaiknya ditangani secara bertahap, dengan menurunkan
tekanan darah perlahan selama 24-48 jam.
Dalam kebanyakan kasus, pasien hipertensi urgensi hanya perlu menjalani
rawat jalan, tidak perlu sampai rawat inap di rumah sakit.
2) Pengobatan hipertensi emergensi
Jenis krisis hipertensi emergensi berpotensi membahayakan nyawa,
sehingga penderitanya harus segera mendapatkan penanganan intensif di
rumah sakit.
Berbeda dengan hipertensi urgensi, pasien hipertensi emergensi harus
diinapkan di rumah sakit dan menerima pengobatan melalui infus. Penurunan
tekanan darah juga dilakukan secara bertahap dalam jangka waktu beberapa
jam. Tekanan darah yang turun terlalu cepat dalam 24 jam meningkatkan
risiko pendarahan pada otak, bahkan kematian.
Berikut adalah jenis obat-obatan yang biasanya diberikan oleh tim medis
untuk menangani pasien hipertensi emergensi, tergantung pada organ tubuh
apa yang mengalami kerusakan serta masalah kesehatan yang dialami akibat
hipertensi darurat ini:
a) Diseksi aorta akut
Apabila krisis hipertensi ini menyebabkan terjadinya diseksi aorta
akut, pasien akan diberikan obat esmolol melalui infus. Obat ini akan
menurunkan tekanan darah secara cepat. Rata-rata pasien dengan diseksi
aorta akut harus segera diturunkan tekanan darahnya dalam jangka waktu
5-10 menit.
Jika tekanan darah masih tinggi setelah pemberian esmolol,
dokter akan menambahkan obat vasodilator jenis nitroglycerin atau
nitroprusside.
b) Edema paru akut
Pasien dengan edema paru akut akan ditangani dengan
nitroglycerin, clevidipine, atau nitroprusside. Dengan pemberian obat-
obatan tersebut, tekanan darah pasien diperkirakan akan kembali normal
dalam jangka waktu 24-48 jam.
c) Infark miokard atau angina pectoris
Jika tekanan darah tinggi emergensi mengakibatkan terjadinya
infark miokard (serangan jantung) atau angina pektoris, pasien akan
diberikan esmolol. Dalam beberapa kasus, esmolol juga akan
dikombinasikan dengan nitroglycerin.
Target tekanan darah setelah diberikan obat ini adalah di bawah
140/90 mmHg, dan pasien dapat dipulangkan apabila tekanan darah
berada di bawah 130/80 mmHg.
d) Gagal ginjal akut
Hipertensi emergensi yang disertai dengan gagal ginjal akut dapat
ditangani dengan clevidipine, fenoldopam, dan nicardipine. Menurut
studi dari Annals of Translational Medicine, dari 104 pasien yang
ditangani dengan nicardipine, sekitar 92% mengalami penurunan tekanan
darah yang signifikan dalam 30 menit.
e) Preeklampsia dan eclampsia
Untuk ibu hamil yang mengalami preeklampsia dan eklampsia,
dokter akan memberikan hydralazine, labetalol, dan nicardipine. Obat-
obatan antihipertensi lainnya, seperti angiotensin-converting enzyme
inhibitors, angiotensin receptor blockers, direct renin inhibitors, dan
sodium nitroprusside sebaiknya dihindari.
f) Hipertensi pascaoperasi
Jika hipertensi emergensi terjadi setelah pasien menjalani
prosedur operasi, dokter akan memberikan infus clevidipine, esmolol,
nitroglycerin, atau nicardipine.

g) Tumor pada kelenjar adrenal atau penggunaan obat-obatan terlarang


Apabila hipertensi berkaitan dengan adanya tumor pada kelenjar adrenal
(pheochromocytoma) atau akibat konsumsi obat-obatan terlarang, seperti
kokain dan amphetamine, dokter akan memberikan infus clevidipine,
nicardipine, atau phentolamine.

H. Apa saja perubahan gaya hidup yang dapat dilakukan untuk mengatasi
krisis hipertensi?
Di samping pengobatan medis, Anda juga harus melakukan perubahan gaya hidup
dan pola makan. Hal ini penting untuk mencegah hipertensi emergensi dan urgensi
kembali terjadi pada lain waktu.
Beberapa perubahan gaya hidup positif yang bisa Anda lakukan untuk membantu
menurunkan tekanan darah tinggi, seperti diet hipertensi dengan mengurangi asupan
garam, olahraga teratur, dan lainnya. Bila ada pertanyaan, konsultasikanlah dengan
dokter untuk solusi terbaik masalah Anda.

I. Berapa Tekanan Darah yang Masih Dianggap Normal?


Jika Anda melakukan cek kesehatan, biasanya dokter akan mengukur tekanan
darah Anda. Pada beberapa orang dengan masalah kesehatan tertentu, tekanan darah
harus terkendali yaitu berada di batas normal. Namun, tahukah Anda berapa tekanan
darah (tensi) yang normal? Yuk, cari tahu jawabannya berikut ini.
a) Berapa tekanan darah (tensi) yang normal?
Tekanan darah adalah ukuran kekuatan yang digunakan jantung untuk memompa
darah ke seluruh tubuh. Artinya, tekanan darah berkaitan erat dengan kondisi
kesehatan jantung Anda, sehingga ketika Anda mengecek kesehatan tubuh, tekanan
darah Anda juga akan diukur.
Menurut klasifikasi dari American Heart Association, tekanan darah yang normal
pada seseorang berkisar di bawah angka 120/80 mm Hg.
Angka 120 menunjukkan tingkat tekanan saat jantung sedang memompa darah.
Jantung memompa darah untuk dialirkan ke seluruh bagian tubuh. Angka 120, atau
angka atas tekanan darah disebut sebagai angka sistolik.
Sedangkan pada angka 80, atau angka bawah tekanan darah, itu disebut sebagai
angka diastolik. Arti angka ini adalah jantung sedang istirahat sebentar untuk
memompa darah.
Tekanan darah tidak selamanya stabil atau menetap di angka yang itu-itu saja.
Angka ini bisa melonjak naik atau menurun, tergantung pada apa yang sedang Anda
lakukan, rasakan atau kondisi kesehatan saat itu.
Selain normal, tekanan darah juga dikategorikan menjadi beberapa kelompok,
yakni:
 Tekanan darah rendah. Kondisi yang tergolong tekanan darah rendah atau
hipotensi yaitu ketika berada di bawah angka normal yaitu sekitar 90/60
mm Hg atau lebih rendah.
 Tekanan darah tinggi. Tensi darah berkisar antara 120-129 sistolik dan
diastolik kurang dari 80 mm Hg. Orang dengan tekanan darah ini, harus
mengontrol gaya hidupnya agar tidak menjadi hipertensi (kondisi tekanan
darah tinggi).
 Hipertensi stadium 1. Pada kondisi ini, tensi darah berkisar antara 130-139
sistolik atau diastolik 80-89 mm Hg. Dokter biasanya akan
merekomendasikan perubahan gaya hidup dan mungkin meresepkan obat
penurun tekanan darah, untuk menurunkan risiko penyakit jantung.
 Hipertensi stadium 2. Tensi darah berkisar 140/90 mm Hg atau lebih
tinggi. Pada kondisi ini, dokter akan meresepkan kombinasi obat penurun
tekanan darah tinggi dan perubahan gaya hidup yang lebih sehat.
 Krisis hipertensi. Saat tensi darah melebihi 180/120 mm Hg,
dikategorikan sebagai krisis hipertensi atau hipertensi emergensi. Biasanya
untuk memastikan, dilakukan dua kali pemeriksaan dengan jeda 5 menit.
Biasanya, kondisi ini juga diikuti dengan gejala nyeri dada, sesak napas,
sakit punggung, dan lemas sehingga membutuhkan perawatan dokter
segera.
b) Tekanan darah normal (tensi) berdasarkan usia
Angka normal tensi pada setiap orang berbeda-beda. Salah faktornya adalah usia.
Berikut ini adalah batas tekanan darah normal berdasarkan usia seseorang.
 Tekanan darah normal pada orang dewasa
Untuk semua orang dewasa, tanpa memandang usia, tekanan darah
berdasarkan usia dewasa yang dianggap normal berkisar 120/80 mm Hg.
Jika tekanan darah tidak berada pada batas tersebut, kemungkinan ada
aktivitas, gaya hidup, atau masalah kesehatan tertentu yang dimiliki.
 Tekanan darah normal pada bayi dan anak
Anak-anak cenderung memiliki tekanan darah yang lebih rendah
ketimbang orang dewasa. Jadi, ini menunjukkan semakin muda usia
seseorang, tekanan darah yang dimilikinya juga semakin rendah. Pada
anak, tekanan darah normalnya berkisar antara:
o Pada bayi yang baru lahir, angka sistolik sekitar 60-90 dan angka
diastoliknya 20-60 mm Hg.
o Pada bayi, angka sistoliknya sekitar 87-105 dan angka diastoliknya
53-66 mm Hg.
o Pada bayi usia 1 hingga 3 tahun, angka sistoliknya sekitar 95-105
dan angka diastoliknya 53-66 mm Hg.
o Pada anak usia 3 sampai 7 tahun, angka sistoliknya sekitar 95-110
dan angka doastoliknya 56-70 mm Hg.
o Pada anak usia sekolah, angka sistoliknya 97-112 dan angka
diastoliknya 57-71 mm Hg.
o Pada anak remaja, angka sistoliknya 112-128 dan angka
diastoliknya 66-80 mm Hg.

 Tekanan darah normal pada lansia


Pada 2017, pedoman terbaru dari American Heart Association dan
organisasi kesehatan lainnya menurunkan angka untuk diagnosis tekanan
darah tinggi menjadi 130/80 mm Hg untuk segala usia.
Semakin bertambahnya usia, tekanan darah cenderung menjadi
naik. Itulah sebabnya, pada lansia mungkin tekanan darahnya melebihi
batas angka tekanan darah normal orang dewasa. Dengan catatan, tekanan
darahnya tidak melebihi batas 130/80 mm Hg dan perlu menerapkan gaya
hidup yang sehat.
 Tekanan darah normal pada ibu hamil
Pedoman tekanan darah normal untuk ibu hamil sama seperti orang
lain pada umumnya, yakni di bawah 120/80 mm Hg. Jika angkanya
melebihi batasan tersebut saat kehamilan belum memasuki 20 minggu,
kemungkinan ibu hamil mengalami hipertensi.

J. Cara mengukur tekanan darah


Pada lansia dan orang yang memiliki masalah kesehatan yang memengaruhi
tekanan darah normal, cek tensi darah harus dilakukan secara rutin. Tujuannya, untuk
mencegah terjadinya hipertensi yang umumnya tidak menimbulkan gejala dan menjaga
tekanan darah tetap dalam batas normal agar tubuh selalu sehat.
Mengukur tekanan darah bisa dilakukan di klinik, puskesmas, rumah sakit,
bahkan di rumah. Nah, langkah-langkah tes tekanan darah di rumah yang perlu Anda
perhatikan meliputi:
Sebelum mengecek tekanan darah, hindari konsumsi minuman berkafein dan
olahraga dalam 30 menit sebelumnya. Cobalah untuk merelaksasikan tubuh selama 5
menit dan tenangkan pikiran.
Duduklah di kursi dengan punggung tegak dengan telapak kaki lurus ke bawah,
tidak boleh disilangkan. Tempatkan lengan Anda di atas permukaan yang datar setinggi
jantung Anda. Gunakan manset pengukur dan pastikan dilekatkan di atas lekukan siku.
Lakukan pengecekan tekanan darah secara berulang, misalnya 2 kali dengan jeda
waktu 1-5 menit. Anda bisa lakukan tes tekanan darah pada dua sisi lengan tangan.
Pasalnya, tekanan darah lengan kanan dengan lengan kiri bisa berbeda dan ini menjadi
tanda akan terjadi serangan jantung.
Anda bisa mengukur tekanan darah secara rutin dan mandiri ini di waktu yang
sama, seperti pagi dan sore hari. Biasanya, pengecekan tekanan darah rutin dilakukan 2
minggu setelah menjalani perubahan pengobatan atau selama seminggu sebelum cek
kesehatan ke dokter, terutama Anda yang punya kondisi kesehatan tertentu.

K. Hal-hal yang memengaruhi tekanan darah normal


Meningkat atau menurunnya tekanan darah kadang tidak diketahui secara pasti
penyebabnya. Namun, kebanyakan orang mengalami perubahan tekanan darah dari angka
normal disebabkan oleh pola makan, gaya hidup, dan kondisi medis yang dimiliki.
1) Perubahan tekanan darah karena gaya hidup dan pola makan
Meningkatnya tekanan darah bisa terjadi karena Anda minum alkohol
terlalu banyak, punya kebiasaan merokok, atau terlalu berlebihan makan
makanan tinggi garam tapi rendah kalium.
Selain itu, jarang olahraga dan memiliki kelebihan berat badan juga bisa
meningkatkan tekanan darah normal. Sementara, turunnya tekanan darah
biasanya dikarenakan tidak makan dalam waktu yang lama atau terlalu lama
berbaring (tidak aktif bergerak).
Perlu diketahui bahwa normalnya, tekanan darah akan menurun dengan
sendirinya di waktu malam dan melonjak naik di pagi hari.
2) Perubahan tekanan darah karena kondisi atau masalah kesehatan tertentu
Pada kasus yang jarang, beberapa kondisi atau penyakit tertentu bisa
memengaruhi kadar gula darah normal, di antaranya:
a) Mengalami stres yang mungkin menyita pikiran Anda, terutama dalam
jangka panjang.
b) Sudah berusia di atas 64-65 tahun, baik pada pria maupun wanita.
c) Memiliki penyakit jantung, seperti bradikardia (detak jantung yang
sangat rendah), serangan jantung, penyakit katup jantung, atau gagal
jantung bisa membuat tekanan darah rendah.
d) Penggunaan obat-obatan seperti pil KB, obat flu, dan obat pereda nyeri
tanpa resep dokter bisa meningkatkan tekanan darah. Sementara,
tekanan darah bisa menurun ketika Anda menggunakan antidepresan,
obat untuk disfungsi ereksi, dan obat penyakit Parkinson.
e) Memiliki penyakit diabetes, sleep apnea (gangguan tidur), masalah
ginjal dan kelenjar tiroid, kelainan pembuluh darah juga bisa
menyebabkan tekanan darah menjadi tinggi. Pada orang yang memiliki
anemia, masalah endokrin, septikemia (keracunan bakteri dalam
darah), reaksi alergi terhadap antibiotik seperti penicilin, serta
kekurangan vitamin B12 dan asam folat cenderung mengalami tekanan
darah rendah.
f) Ibu hamil yang sedang memasuki usia kehamilan di minggu ke-24 juga
rentan mengalami tekanan darah rendah.

Referensi : https://hellosehat.com/jantung/tekanan-darah-normal/

Anda mungkin juga menyukai