TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Wesley (2012:32) mengatakan lempung terdiri atas butiran yang sangat kecil
dan memiliki sifat kohesi dan plastisitas. Sifat ini tidak ditemukan pada pasir dan
kerikil. Sifat kohesi berarti butiran-butirannya saling menempel, sedangkan
plastisitas adalah sifat yang memungkinkan tanah dapat berubah bentuk tanpa
mengubah volume dan tidak menyebabkan retak atau pecah.
Bowles (1984) mengatakan lempung (clay) adalah partikel mineral yang
berukuran lebih kecil dari 0,002 mm yang merupakan sumber utama dari kohesi
pada tanah yang kohesif.
4
5
tambahan beban itu tidak dapat bergerak dalam jurusan horizontal karena ditahan
oleh tanah disekitarnya (lateral pressure).
Pada umumnya, tahapan konsolidasi dapat ditunjukkan oleh grafik hubungan
antara pemampatan dan waktu. Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa ada tiga
tahapan yang berbeda yang dapat dijalankan yaitu sebagai berikut:
Tahap I : Pemampatan awal (initial compression), yang pada umumnya terjadi
disebabkan oleh pembebanan awal (preloading).
Tahap II : Konsolidasi primer (primary consolidation), yaitu periode selama
tegangan air pori secara lambat laun dipindahkan ke dalam tegangan efektif, sebagai
akibat dari keluarnya air dari pori-pori tanah.
Tahap III : Konsolidasi sekunder (secondary consolidation), yaitu terjadi setelah
tegangan air pori hilang seluruhnya. Pemampatan yang terjadi adalah disebabkan
oleh penyesuaian yang bersifat plastis dari butir-butir tanah setelah konsolidasi
primer.
Secara umum, Das (1985) menjelaskan bahwa penurunan pada tanah yang
disebabkan oleh pembebanan dapat dibagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu:
1. Penurunan konsolidasi (consolidation settlement), yang merupakan hasil dari
perubahan volume tanah jenuh air sebagai akibat dari keluarnya air yang
menempati pori-pori tanah.
2. Penurunan segera (immediately settlement), yang merupakan akibat dari
deformasi elastis tanah kering, basah, dan jenuh air tanpa adanya perubahan
kadar air. Perhitungan penurunan segera umumnya didasarkan pada
penurunan yang diturunkan dari teori elastisitas.
dimana :
St = penurunan total (m);
Si = penurunan segera (m);
Sc = penurunan akibat konsolidasi primer (m);
Ss = penurunan akibat konsolidasi sekunder (m).
qn R
Si= I ……………………………….……………………………..(2.2)
E r
dimana :
Si = penurunan segera (m)
q n = tambahan tegangan atau tekanan fondasi neto (KN/m2 )
E = modulus elastisitas tanah (KN/m2 )
Ir = faktor pengaruh untuk beban lingkaran pada rasio poisson.
'
h pi
Sc =Cc . log ' ………………………….………….……………....
1+e o po
(2.3)
dimana :
h = tebal lapisan lempung (m)
eo = angka pori awal (Initial Void Ratio)
Cc = Compression Index
8
'
po = tegangan overburden efektif (t/m2)
'
pi = tegangan prakonsolidasi efektif (t/m2)
c v .t
T v (time factor )= 2 ……………………………….……………....... (2.4)
h
dimana :
Tv = faktor waktu
Cv = koefisien konsolidasi
t = waktu
h = tebal lapisan tanah (m).
murah
Sumber : Hausmann (1990)
11
12
Gambar. 2.3 : Penurunan yang terjadi dengan dan tanpa drainase vertical
Sumber : Hausmann (1990)
Egg Tray adalah sejenis kertas yang bersifat absorbs (dapat menyerap dan
menarik air) dari sekelilingnya. Kebanyakan sifat-sifat kertas adalah bergantung
kepada bahan bakunya yaitu serat selulosa, dimana sifat-sifat serat selulosa ini
diketahui sebagai sifat fungsi (Casey, 1981). Selulosa menyerap air maka kertas
juga menyerap air. Oleh karena itu kertas dijadikan media vertical drain.
Gambar. 2.4 : Hubungan antara jarak drainase (S) terhadap zona pengaruh
drainase (De)
Sumber : Bergado (1994)
Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan
penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji
penelitian yang dilakukan. Dari penelitian terdahulu, penulis menemukan penelitian
dengan judul yang hampir sama seperti judul penelitian penulis. Namun lokasi
penelitiannya tidak dalam lingkup wilayah Aceh. Beberapa penelitian sebagai
referensi dalam memperkaya bahan kajian pada penelitian penulis sebagai berikut :
Hidayati (Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 12 No. 2, Juli 2008) Kombinasi
Preloading Dan Penggunaan Pre-fabricated Vertical Drains Untuk Mempercepat
Konsolidasi Tanah Lempung Lunak studi kasus tanah lempung Suwun Kangin. Pada
jurnal ini didapatkan bahwa penggunan pre-fabricated dapat mempercepat waktu
14
konsolidasi sebesar 84,874 cm dari waktu yang dibutuhkan selama 6,78 tahun
(2803,2 hari) menjadi 38 hari atau sebesar 7276,84%.
Over burden pressure adalah tegangan awal yang disebabkan oleh beban lapisan
tanah itu sendiri. Dapat dihitung dengan mempergunakan rumus sebagai berikut :
Po = g ¢. H
Po = (gsat - gw) H
dimana :
DP = 2 . I . qo
dimana : qo = g . H
I = Nilai pengaruh dari fungsi a/z dan b/z grafik Osterberg
Perhitungan penurunan tanah yang terjadi akibat beban prealoding tahap I, yaitu:
Tabel 2.4. Perhitungan Besar Penurunan Akibat Beban Tahap I
St
No Hi Po ΔP Po+ΔP Pc St
Cc Cs eo (U=9
lapisan (m) (t/m2) (t/m2) (t/m2) (t/m2) (cm)
0%)
(cm)
1 3,0 2,475 0,534 3,009 14,3 0,1295 0,019 1,16 0,41 0,376
8
2 5,0 6,375 0,509 6,884 8,7 0,3205 0,013 1,88 0,07 0,067
5
3 8,0 10,855 0,398 11,253 10,1 0,6905 0,025 2,13 2,54 2,286
∑ 2,729
Dari Tabel 2.4 diperoleh penurunan untuk lapisan 1, lapisan 2, dan lapisan 3 yaitu
masing-masing 0.418 cm, 0.075 cm, dan 2.54 cm. Sedangan penurunan dengan U = 90 %
untuk tiap-tiap lapisan yaitu 0.376 cm, 0.067 cm dan 2.286 cm.
16
Waktu yang diperlukan untuk mencapai penurunan tanah sebesar 90% yaitu
diperlihatkan pada Tabel 2.5 dimana lapisan 1, lapisan 2, dan lapisan 3 masing-masing waktu
diperoleh yaitu, 5869730,74 detik, 19450611,96 detik, dan 55154471,54 detik.
Hasil Konsolidasi yang terjadi akibat pemberian beban preloading yaitu dapat dilihat
pada Tabel 2.6 dimana total waktu konsolidasi yaitu 6,78 tahun .
Lapisan Tv Uv Uh Uc T(hari)
1 0,087 0,333 0,889 0,926 7
2 0,030 0,195 0,877 0,901 9
3 0,0133 0,129 0,906 0,907 10
Tabel 2.8. Perhitungan Waktu Konsolidasi Akibat Kombinasi Beban Preloading
Tahap I dengan PVD (Pre-fabricated vertical drain)
Waktu konsolidasi akibat komninasi beban preloading tahap I dengan PVD (Pre-fabricated
vertical drain) pada lapisan 1 yaitu selama 7 hari. Pada lapisan 2 dan 3 mengalami
peningkatan waktu lebih besar dibandingkan pada lapisan 1 yaitu selama 8 dan 10 hari.
Hasil Konsolidasi yang terjadi akibat kombinasi beban preloading dan pemakaian
PVD pada tanah lempung Suwung kangin disajikan pada Tabel 2.9.
Dari hasil yang didapatkan pada Tabel 9, dapat diketahui bahwa penurunan yang
terjadi dengan kombinasi sistem pembebanan preloading (tinggi timbunan akhir 3m)
18
dengan PVD (Prefabricated vertical drain) pada tanah lempung rawa Suwung Kangin
menghasilkan proses penurunan konsolidasi pertama dengan total waktu penurunan
selama 38 hari dengan total penurunan 84,874 cm. Hasil perhitungan dan analisis
tanah lempung ini dapat diperbaiki menggunakan metode preloading dengan
kombinasi PVD yang disajikan pada Tabel 10.
Dari perbandingan diatas dapat dilihat bahwa hasil penurunan tanah maupun
peningkatan daya dukung tanah baik akibat pembebanan preloading maupun akibat
kombinasi preloading dan PVD tidak terdapat perbedaan, hal ini disebabkan karena
PVD lebih dikhususkan untuk mempercepat proses konsolidasi yang terjadi.
Pemakaian PVD yang dikombinasikan dengan beban preloading mengakibatkan
waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proses konsolidasi menjadi dipercepat
sebesar 7276,842 % (dari 2803,2 hari dipersingkat menjadi 38 hari).
Penurunan,Sc(m)
Waktu, t(tahun)
Pada Gambar 2.5 menunjukkan bahwa untuk bore 3 mengalami penurunan yang
besar dengan waktu yang singkat dibandingkan untuk bore hole 2, bore hole 4, dan
bore hole 5 yaitu sebesar 8,7 m dengan waktu penurunan 4,1 tahun. Bore hole 2
merupakan bore hole yang mengalami penurunan terendah yaitu sebesar 3 m selama
7,5 tahun.
Hasil pe rhitungan besar penurunan dan waktu penurunan dengan adanya PVD pada
Plaxis 8.2 2D tunjukkan pada Gambar 2.6
Penurunan,Sc(m)
Dari Gambar 2.6 dapat dilihat bahwa untuk bore hole 3 mengalami penurunan
sebesar 7,9 m dengan waktu selama 1,5 tahun. Bore hole 3 merupakan bore hole
yang mengalami penurunan terbesar dengan waktu yang singkat. Bore hole 2
merupakan yang mengalami penurunan yang paling sedikit yaitu 2,4 m selama 3,1
tahun.
Hasil perbandingan analitis dengan program plaxis 8.2 2D dapat dilihat pada
Tabel 2.11.
21
Untuk mendukung analisi diatas, maka diperlukan penggabungan hasil dari semua
perhitungan yang dapat dilihat pada Gambar 2.6
Dari kurva diatas, dapat dilihat sebuah hubungan penurunan dengan waktu
penurunannya. Pada setiap bore hole memiliki pola masing-masing yang tidak sama,
hal itu dapat dijadikan suatu pembanding antara ke empat alternative dengan
mempertimbangkan besar penurunan dan lama waktu penurunan. Sebagai
pembanding pada bore hole 2, besar penurunan akibat pembebanan adalah 2,96 m
dengan cara analitis. Sedangkan dengan cara plaxis, penurunan akibat pembebanan
sebesar 2,84 m. Dari perbandingan tersebut, nilai penurunan dengan cara analisis
22
cenderung lebih besar jika dibandingkan dengan cara plaxis meskipun perbedaannya
hanya 2,167 %. Sehingga, hal itu dapat dijadikan acuan dalam menentukan
perhitungan penurunan konsolidasi selanjutnya.
Sedangkan untuk lama waktu penurunan akibat pembebanan, kedua metode
ini juga tidak mempunyai perbedaan yang jauh. Untuk bore hole 2 analitis lama
waktu penurunan sebesar 7,2 tahun, sedangkan pada program plaxis sebesar 7,9
tahun terpaut selisih 8,46 %. Program plaxis cenderung mempunyai pola nilai besar
untuk lama waktu penurunan. Kedua cara perhitungan diatas memiliki kesamaan
bahwa tidak cukup berhenti pada pembebanan, namun harus ada alternatif tambahan
untuk mereduksi lamanya waktu penurunan.