http://journal.ummat.ac.id/index.php/telaah
p-ISSN2477-2429 | e-ISSN 2620-6226
Vol.8, No.2, Juli 2023, Hal.18-26
Keywords: Abstract: This paper is the result of a literature review of gastronomy as a discipline
gastronomy, that overshadows the study of culinary literature that we find in various genres of
methodomorphosis, Indonesian literature. Culinary concerns the place of origin of the type of food prepared,
culinary literature, both local and foreign. Culinary is widely known through literary and storinomic works
gastrocriticism. that are read. Literary gastronomy with the equivalent of the term gastrocriticism or
in Indonesian known as literary gastrocriticism which is a combination of gastronomy
with literarycriticism / literary studies. Gastronomy is known as a field that deals with
food or tataboga, while literary criticism / literary studies is a field that deals with
literary works in the context of understanding. The combination of the two gave birth
to the field of study or literary criticism which is more devoted to literary works that
are rich in imagination in the nuances of culinary culture. The purpose of this paper is
to identify various forms of gastronomic metamorphosis in culinary literature and take
a closer look at the development of their studies. Culinary literary works are present in
various literary genres such as, poetry, short stories, novels, and also dramas. The
literary gastronomic approach or gastrocriticism can be a study in dissecting culinary
literary works. For this reason, it is hoped that literary observers, especially academics,
can pay attention to the study of Indonesian culinary literature which is so rich in
reflections of the culture of the archipelago.
——————————◆——————————
18
I Made Suyasa, Metamoforsis Gastronomi Dalam... 19
gastronomi sastra dengan padanan istilah yang dan minuman yang sekaligus sebagai identitas
lain. Muncul istilah gastrocriticism atau dalam budaya serta prinsip hidup. Hal inilah yang
bahasa Indonesia dikenal dengan istilah menjadi aspek penting kenapa karya sastra dapat
gastrokritik sastra yang merupakan paduan dari dikaji dari berbagai sudut pandang.
gastronomi dengan literarycriticism/ literary Tulisan ini dihajatkn sebagai persembahan
studies. Gastronomi yang dikenal sebagai satu kepada para pendahulu kita yang telah
bidang yang mengurusi tentang makanan atau menanamkan tonggak penting dalam
tataboga, sedangkan kritik sastra/kajian sastra membangun dunia keilmuan di bidang bahasa
merupakan bidang yang mengurusi karya sastra dan sastra serta wujud kecintaan pada dunia ilmu.
dalam konteks pemahaman. Paduan keduanya Tradisi membangun keilmuan dapat dimulai dari
melahirkan bidang kajian atau kritik sastra yang penulisan gagasan tentang disiplin keilmuan yang
lebih banyak tercurah perhatiannya pada karya- kita geluti. Setidaknya tulisan ini diharapkan
karya sastra yang kaya imajinasinya dalam dapat membuka wawasan tentang betapa luasnya
liputan budaya kuliner. kajian-kajian yang dapat dilakukan dalam
Kuliner yang dikenal dalam budaya makanan dan membedah karya sastra sebagai dunia literasi
minuman telah ikut mewarnai bidang lain tak yang tidak pernah kehilangan ide dan gagasan
terkecuali sastra. Pengenalan kuliner Nusantara serta sebagai bukti bahwa fakta imajinatif terus
mulai diperkenalkan kepada para pembaca karya berkelindan di sekitar kita.
sastra oleh para pengarang yang tertarik
mengangkat budaya keseharian masyarakatnya
yang penuh simbol dan makna pada makanan dan B. HASIL DAN PEMBAHASAN
minuman termasuk untuk keperluan khusus. PARADIGMA GASTRONOMI SASTRA
Banyaknya karya-karya sastra yang mengangkat Paradigma adalah istilah yang diperkenalkan
kuliner sebagai bagian dari unsur-unsur yang oleh Thomas Kuhn dalam bukunya The Structure of
membangunnya, maka diperlukan paradigma Scientific Revolution (1962), dimana paradigma
baru dalam kajian ini dalam rangka mencermati dikatakan sebagai pandangan mendasar dari
nilai-nilai yang tersembunyi di balik karya ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalan
tersebut. Roland Tobing seorang kritikus yang semestinya dipelajari dalam ilmu pengetahuan.
Perancis sebagai tokoh penggagas gastro kritik Terkait dengan gastronomi sastra adalah perspektif
dalam rangka menyambut fenomena sastra pemahaman karya sastra tentang makanan (kuliner)
kuliner dalam genre sastra. Gastro kritik (Wulandari, 2018). Montanari (2006) berpandangan
merupakan paradigma multidisipliner yang bahwa “food is culture, by a world-renowned historian
mengacu pada studi antropologi, sosiologi, of food and culture, is the kind of books that captivates
semiotika, sejarah, dan sastra. Secara garis besar neophytes and dazzles the experts”, yakni makanan
gastro kritik merupakan etika seseorang dalam sebagai budaya oleh sejarawan dikenalkan pada
menghargai suatu kuliner. Dalam studi dunia untuk memikat orang baru serta mempesona
gastronomi (Tobin, 1990:3), orang dapat melihat para ahli. Sebelum nama gastronomi sastra muncul
bagaimana cara mencari etika metafora terlebih dahulu keilmuan gastronomi molekuler
gastronomis yang dikodekan dalam literatur dikenal di Indonesia. Gastronomi terus mendapat
untuk menemukan bahwa pada akhirnya daging sorotan para ahli dari berbagai bidang, mengingat
telah menjadi kata yang ada bahasa tubuh dalam gastronomi sebagai produk budaya melahirkan
wacana sastra, seperti duri dalam daging, berbagai pandangan. Salah satunya paradigma gastro
mendarah daging, bagai kuku dengan daging, dan kritik yang merupakan paradigma multidisipliner.
lain sebagainya. Tobin (2008) menyatakan bahwa gastro kritik
Adapun tujuan tulisan ini adalah untuk mengacu pada studi antropologi, sosiologi, semiotika,
mengidentifikasi berbagai bentuk metamorfosis sejarah, dan sastra.
gastronomi dalam karya sastra kuliner Tokoh penggagas gastro-kritik adalah seorang
nusantara, .serta mengenal dan mencermati lebih kritikus Perancis Ronald Tobin, dalam satu
dekat perkembangan gastronomi dalam kajian kesempatan memberikan kuliah umum di UCSB yang
karya sastra kuliner. Gastronomi sebagai seni berjudul Thought for Food: Literature and
penampilan, dimana terjadi proses kreativitas Gastronomy. Tobin menegaskan tentang gastro kritik
yang bermetamorfosis ke dalam bentuk karya merupakan etika seseorang dalam menghargai suatu
sastra kuliner. Sastra kuliner mengandung kuliner. Pada studi gastronomi, orang dapat melihat
kreativitas dari penggabungan material dengan bagaimana cara mencari etika metafora gastronomis
non material seperti para tokoh dalam karya yang dikodekan dalam literatur untuk menemukan
sastra yang mengonsumsi kuliner baik makanan bahwa pada akhirnya daging telah menjadi kata yang
I Made Suyasa, Metamoforsis Gastronomi Dalam... 21
ada bahasa tubuh dalam wacana sastra (Tobin, Kuliner sebagai Seni
1990:3). Dengan kata lain, makanan merupakan hasil Gastrokritik meliputi beberapa konsep.
adaptasi manusia terhadap lingkungan di sekitarnya. Pertama, konsep kuliner dan kesenangan. Hubungan
Sebagai produk budaya, makanan tidak hanya dilihat kesenangan dengan makanan sudah dibicarakan oleh
secara fisik saat dihidangkan, namun dipelajari secara filsuf, pada Food for Thought: Philosophy and Food
menyeluruh di setiap proses pembuatannya, mulai (1996) Telfer membicarakannya dengan perspektif
dari penyediaan dan pemilihan bahan baku, kuantitatif dan juga kualitatif kesenangan kuliner ini.
memasak, menghidangkan, sampai dengan cara etika Kesukaan terhadap suatu makanan dapat
makannya sebagai rangkaian kegiatan budaya. membangun ingatan individu. Ingatan dan makanan
Paradigma gastro-kritik atau gastronomic saling berhubungan, seperti pengetahuan umum
literary studies untuk menguraikan identitas kuliner mengenai aroma masakan bisa dihubungkan dengan
nusantara seperti dalam kumpulan puisi "Aku Lihat kejadian maupun kesempatan yang bisa menyusun
Bali" karya Mas Triadnyani. Paradigma ini ulang ingatan dari kekecewaan dan kegembiraan.
merupakan cara pandang yang digunakan untuk Saat pakar gastronomi mendeskripsikan gagasan
membedah hubungan antara budaya dan makanan mengenai rasa tidak sama dengan gagasan individu
dalam karya sastra. Dalam paradigma, makanan yang lainnya. Masing-masing individu mempunyai
dipandang sebagai bagian dari budaya dan identitas dan menghasilkan interpretasi sendiri (Kiptiyah,
suatu daerah atau bangsa. Para penulis menggunakan 2018:4). Berkaitan dengan memori dan makanan,
pendekatan kualitatif dan desain kajian gastro-kritik Allhoff (2007:109) menegaskan bahwa pengarang
untuk membongkar identitas kuliner nusantara memanfaatkan aroma serta rasa guna menghidupkan
dalam berbagai teks. Untuk itu, berbagai bentuk memori atau ingatan dan secara nyata
kajian terhadap karya sastra dapat dilakukan dengan membangkitkan lagi sifat menggiurkan. Sifat
menggunakan berbagai pendekatan sepanjang menggiurkan muncul secara naluriah pada diri
memungkinkan untuk diungkap secara tuntas aspek- manusia dan makanan dalam hal ini merupakan hal
aspek yang menjadi sasaran kajian. paling dasar dalam pengalaman individu yang
Kuliner sebagai Identitas Budaya sifatnya menggiurkan.
Kuliner tradisional masyarakat daerah Kedua, konsep kuliner dan seni. Keindahan
memiliki unsur budaya fisik dan non fisik yang kuliner bisa terlihat pada nyanyian sebab
beraneka ragam dan sarat dengan simbol-simbol berhubungan juga dengan aspek keindahan
bermakna. Hal tersebut terlihat dari aneka macam kepenulisan. Hal tersebut hampir mirip genre sastra
teknologi tradisional peralatan untuk mengolah semacam novel. Kuliner dibungkus dengan lapisan
bahan makanan dan cara menghidangkannya. keindahan seni sastra, yang membuatnya tidak sama
Terdapat lebih dari ribuan resep olahan makanan dengan resep masakan berbentuk buku. Perbedaan
tradisional yang memiliki cara pengolahan, cara yang akan dirasakan oleh pembaca apabila
makan, rasa yang khas dan makna tertentu yang dikomparasikan dengan resep makanan dapat
terkandung dalam makanan tersebut. Beberapa jenis disaksikan melalui langkah memproses unsur bahasa
makanan tradisional itu dihadirkan hanya pada saat- pada masakan. Rasa dan kuliner bisa menampilkan
saat tertentu seperti upacara adat yang dapat serta menyingkapkan kekhasan makna pada estetika.
dipastikan memiliki makna-makna khusus. Kelaziman ini merupakan sesuatu yang dapat
Dalam konteks budaya Indonesia, secara menerangkan makna makanan memanifestasikan
sosiologis dan antropologis, aneka kuliner di seluruh jenis biasa sampai rumit, seperti ritual religi,
Nusantara juga mencerminkan keragaman dan hidangan sesaji, roti ulang tahun, permen tongkat, dan
kekayaan kultural masyarakat Nusantara itu sendiri. telur paskah (Allhoff via Artika, 2017:3).
Menurut Lono Simanjuntak, makanan rakyat adalah Ketiga, konsep makanan dan nama. Sebutan
salah-satu cerminan unsur budaya yang cukup untuk jenis minuman serta makanan mempunyai
sentral karena menunjukkan penanda keragaman kemenarikan khusus. Jenis masakan biasa yang dapat
pencerapan tubuh manusianya, yang dalam hal ini dijumpai tiap hari dapat menjelma menjadi sebuah
adalah lidah dan selera, yang ternyata tidak sama hal istimewa melalui pengubahan nama masakan
alias memiliki kekhasan dalam setiap etnis dan tersebut. Terkadang cuma mentransmisi nama
masyarakat di Nusantara. Hal lain yang juga menarik sebuah penganan ke sajian yang diolah, misalnya
adalah keragaman dan kekhasan makanan atau perubahan nama casserole untuk menyebut masakan
kuliner setiap etnis atau masyarakat di Nusantara semur dan consommé untuk menyebut sayur sup. Hal
tersebut erat kaitannya dengan lingkungan alam dan tersebut, meskipun tak secara langsung membikin
kondisi social masyarakatnya. sebuah penganan jadi lebih prestisius (Halligan via
Kiptiyah, 2018:6).
Keempat, konsep makanan dan sejarah.
22 | Jurnal Ilmiah Telaah | Vol. 8, No. 2, Juli 2023, Hal. 18-26
Dinamika yang cukup signifikan di bidang makanan pendidikan selera menjadi faktor penting perubahan
utamanya di negeri-negeri Eropa. Pasca perang dunia selera dan cita rasa masyarakat. atau pendidikan
kedua baru terlihat adanya kepedulian kepada selera merupakan proses pengenalan dan
kuliner-kuliner asing pada dapur masyarakat di perkembangan masakan, selera, dan budaya makan
Eropa. Sebut saja cap chai, lumpia, bakmi sebagai akibat persinggungan dan asosiasi antar elemen
olahan khas Cina serta sejumlah olahan dari budaya, serta perkembangan budaya modern.
Indonesia semacam sate, gado-gado, dan nasi goreng Makanan, hidangan dan tradisi adalah elemen
kemudian dimengerti dan menjadi bagian menu penting untuk dipelajari tentang perubahan sosial
olahan di Eropa utamanya Belanda. Selain itu olahan dan budaya. Tesis ini membahas perubahan
dari Amerika seperti salad dan jus tampak konseptual dan pragmatis, tentang makanan,
mempengaruhi menu di Eropa. Salad dan jus kini hidangan dan budaya. Sumber utama yang digunakan
banyak dinikmati masyarakat sebagai bentuk usaha dalam penelitian ini adalah foto, cerita Perjalanan,
perbaikan pada menu di Eropa yang secara umum dan media massa, yang merekam tentang realitas dan
dinilai begitu berat sebab orang Eropa memiliki ornamen kehidupan masyarakat, khususnya untuk
kecenderungan menyantap olahan dengan daging menemukan makna simbolik budaya
sebagai bahan utamanya (Danylah dalam Artika, material. Masalah utama dari penelitian ini adalah
2017:4). bagaimana modernitas memberikan pengaruh
Kuliner dalam Selera Publik terhadap perkembangan budaya material dalam
Makanan dan tradisi makan dapat menjadi pengertian teori Braudelian. Dua pertanyaan muncul
elemen penting untuk mengkaji perubahan sosial dan dari studi tentang budaya makanan, perkembangan
budaya. Studi ini membahas perubahan kontekstual modernisme, dan perubahan identitas sosial budaya
dan pragmatis tentang sajian dan budaya makan, dalam perspektif makanan, hidangan, dan
serta kehidupan masyarakat urban di Jawa pada masa tradisi. Pertama, bagaimana masyarakat modern di
akhir kolonial. Sumber-sumber utama dalam kajian perkotaan Jawa pada akhir zaman kolonial membuat
ini berupa -ornamen kehidupan masyarakat. Pokok ruang makan baru dan budaya makanan yang
permasalahan yang dibahas dalam studi ini adalah menunjukkan dan menciptakan status sosial dalam
mengenai pengaruh modernitas terhadap masyarakat?. Kedua, mengapa masyarakat perkotaan
perkembangan materi budaya seperti yang dikaji di Jawa pada masa kolonial akhir dibiasakan dan
oleh Braudel. Dalam melihat makanan budaya, diintegrasikan dengan pendidikan selera?. Dari
pengaruh perkembangan modernisme, serta kajiannya ditemukan bahwa makanan, hidangan dan
perubahan identitas sosial dan budaya melalui sudut budaya yang berubah pada masyarakat urban Jawa
pandang budaya makan dan sajian makanan maka pada era kolonial akhir terjadi pada ruang publik dan
dapat diambil dua pertanyaan. Pertama rumah tangga. Di ruang publik perubahan ini terjadi
bagaimanakah lingkungan masyarakat modern Jawa dengan perubahan cara pandang masyarakat untuk
pada masa akhir kolonial menciptakan ruang-ruang mendapatkan kebersihan yang mudah, singkat,
dan budaya makan baru untuk menunjukan dan beragam. dan bahkan kemewahan tanpa dikacaukan
menciptakan status sosial dalam masyarakat?. Kedua, oleh masalah dapur. Di ruang rumah tangga
mengapa masyarakat urban di Jawa pada akhir masa perubahan ini terjadi karena proses memasak
kolonial merasa diri dan mengintegrasikan diri pada menjadi lebih praktis dan efisien dengan peningkatan
pendidikan selera?. Dari studi ini ditemukan bahwa teknologi gastronomi dan konsumsi makanan
perubahan budaya makan dan menu makanan akibat isi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa
perkembangan modernisme pada masyarakat pendidikan selera menjadi faktor utama selera dan
perkotaan Jawa, terjadi di ruang publik dan dalam perubahan selera masyarakat. Pendidikan cita rasa
lingkungan rumah tangga. Pada ruang publik adalah proses pengenalan dan pembentukan
perubahan yang terjadi adalah adanya kemudahan masakan, cita rasa, dan budaya makanan di
bagi masyarakat untuk Pendidikan cita rasa masyarakat, yang timbul dari persentuhan dan
mendapatkan sajian makanan yang cepat, ringkas, keterkaitan antar unsur budaya serta perkembangan
beragam, higienis, bahkan mewah tanpa harus repot budaya modern.
dengan segala urusan dapur, hal ini akibat
berkembangnya berbagai ruang makan komersial METAMORFOSIS GASTRONOMI DALAM KARYA
dalam lingkungan perkotaan . Dalam lingkungan SASTRA
rumah tangga perubahan yang terjadi adalah semakin Keberagaman budaya Indonesia, antara lain,
praktis dan efisiennya proses penyajian makanan tercermin dari jenis kuliner yang sangat bervariasi.
akibat perkembangan teknologi memasak dan Konsekuensi dari keberagaman kuliner ini adalah
komersialisasi makanan dalam masih banyaknya potensi kuliner yang belum digarap
kemasan. Disimpulkan dalam kajian ini bahwa secara maksimal sehingga perlu sentuhan kreatif
I Made Suyasa, Metamoforsis Gastronomi Dalam... 23
untuk menjadikannya sebagai makanan khas Pamuntjak (2015) berjudul Aruna dan Lidahnya,
Nusantara yang dikenal masyarakat secara luas. Salah serta karya Riawani Elyta (2013) Coffee Memory.
satu bentuk kreativitas itu dapat berupa industri cerpen “Kutukan Dapur” karya Eka Kurniawan
kreatif yang bersinggungan langsung dengan bisnis (diterbitkan tahun 2018 dalam buku Cinta Tak Akan
kuliner, penggalakan pariwisata gastronomi, atau Mati), dan kumpulan cerpen Ketika Saatnya dan Kisah-
bisa juga dengan mengadopsi boga yang ada dalam Kisah Lainnya karya Darmawati Majid (2019). Selain
berbagai bentuk karya sastra. itu, teks novel mengusung tema kuliner, antara lain
Sebagai bagian dari fenomena kebudayaan novel Madre karya Dee Lestari (2011), Pulang karya
yang telah lama mengakar di bumi Nusantara, Leila S. Chudori (2012), Sweet Nothings: Denganmu,
tentunya kuliner Nusantara bisa menjadi bahan Tanpamu karya Sefryana Khairil (2012), Coffe
kreatif penulisan yang makin memperkaya identitas Memory karya Riawani Eltya (2013), Gerimis di Arc de
sastra Indonesia. Munculnya kajian sastra Triomphe karya Nunik Utami (2013), Little Bit of
berwasasan kuliner akan meningkatkan minat Muffin karya Aiu Ahra (diterbitkan 2016), serta
sastrawan untuk menulis sastra bertema kuliner. Rahasia Salinem karya Brilliant Yotenega dan Wisnu
Dengan demikian, secara tidak langsung kajian sastra Suryaning Adji (2018).
berwawasan kuliner bisa menghidupkan sastra Selanjutnya, mulai muncul penyair yang
kuliner untuk memperkaya identitas sastra Indonesia menggarap tema kuliner, seperti tecermin dalam
sekaligus sebagai wahana mengenalkan dan antologi puisi Pendidikan Jasmani dan Kesunyian
melestarikan kuliner Nusantara. Sastra dan kuliner karya Beni Satryo (2016) dalam kumpulan tersebut
bisa menjadi bahan kreatif penulisan untuk ada puisi berjudul Duri dalam Daging, Menyiram Kuah
memperkaya identitas sastra Indonesia sekaligus Soto, Onde, Nagasari, dan Mie Cakalang, serta dalam
sebagai wahana mengenalkan dan melestarikan kumpulan puisi "Aku Lihat Bali" karya Mas
kuliner Nusantara. Hal ini penting mengingat Triadnyani. kumpulan puisi Aku Lihat Bali karya Mas
Indonesia adalah negara kepulauan yang kaya suku, Triadnyani (2015), Rahasia Pasar karya Rizki Amir
budaya, dan kuliner. (2017), Dapur Bahagia: Ensiklopedia Kuliner dalam
Sastra dan kuliner berhubungan tidak hanya Puisi karya Hasta Indriyana (2017), Dapur Ajaib karya
dalam hal yang bersifat material dan fisikal, seperti Alfian Dippahatang (2017), Puisi di Atas Meja Makan
bagaimana tokoh-tokoh dalam karya sastra karya Nova (2017), Cinta, Rasa, dan Puisi karya Rika,
mengonsumsi dan menikmati makanan, tetapi juga dkk., (diterbitkan 2017), Gabin Barandam karya 64
bersifat sosial kultural, yaitu bagaimana tokoh-tokoh penyair Indonesia (2020), Perjamuan Khong Guan
tersebut mengonstruksi identitas budaya dan prinsip karya Joko Pinurbo (2020), Simfoni Puisi Kuliner
hidup mereka melalui makanan. Khazanah kuliner karya anggota KPPJB/Komunitas Pengajar Penulis
lokal, tradisional hingga modern, membangun citra Jawa Barat (2020), dan Sepotong Hati di Angkringan
tokoh dan lanskap kultural dalam karya sastra (Fajar, karya Joko Pinurbo (2021).
2013). Gastronomi sebagai ilmu yang berkaitan Hal ini menunjukkan bahwa peradaban budaya
dengan makanan kini telah bermetamorfosis ke yang terkait dengan makanan dan minuman bukan
dalam berbagai bentuk karya sastra. Karya sastra suatu hal yang baru muncul di dalam karya-karya
yang terinspirasi oleh berbagai jenis makanan dan sastra baik nasional maupun dunia. Gastronomi
minuman dalam cita rasa dan aroma. Karya sastra sastra dapat dijadikan sebagai perspektif
berhasil mengolah dan membawa kuliner ke dunia pemahaman karya sastra tentang makanan atau
estetik imajinatif untuk diperkenalkan kepada minuman (kuliner). Sastra dan kuliner berhubungan
pembacanya dalam sajian yang berbeda yakni berupa tidak hanya dalam hal yang bersifat material dan
puisi dan berbagai bentuk cerita. fisikal, seperti bagaimana tokoh-tokoh dalam karya
Cerita tentang makanan dan minuman sastra mengonsumsi dan menikmati makanan, tetapi
kesukaan seorang tokoh terkenal seperti, raja, artis juga bersifat sosial kultural, yaitu bagaimana tokoh-
sering muncul dalam bentuk cerita rakyat, novel, tokoh tersebut mengonstruksi identitas budaya dan
cerpen, roman, drama, dan karya puisi lainnya. prinsip hidup mereka melalui makanan. Khazanah
Jacques Berchoux (1804) dalam puisinya berbahasa kuliner lokal, tradisional hingga modern, membangun
Perancis untuk pertama kalinya pada zaman modern citra tokoh dan lanskap kultural dalam karya sastra
muncul kata gastronomi. Di Indonesia pun (Fajar, 2013). Pesona kuliner menjadi lebih semarak
bermunculan karya-karya sastra yang bernuansa dan semakin diminati ketika ditarik masuk dalam
kuliner Cinta, Rasa, dan Puisi dari KPLJ (Komunitas sajian berupa karya sastra. Penikmatnya tidak hanya
Pegiat Literasi Jabar), Cerpen berjudul Filosofi Kopi dibawa ke dalam alam khayalan tetapi dia datang ke
karya Dee (2006), cerpen Damhuri Muhammad alam nyata untuk menikmati cita rasa dan aroma
berjudul Lelaki Ragi dan Perempuan Santan (Kompas, yang sebenarnya.
29 September 2013), dan dalam novel karya Laksmi
24 | Jurnal Ilmiah Telaah | Vol. 8, No. 2, Juli 2023, Hal. 18-26
beratkan pada kajian kesejarahan, bentuk atau menghadirkan fantasmagoria. Penggambaran kuliner
simbol-simbol budayanya memerlukan interpretasi secara mendetail juga membuka cakrawala pembaca
dalam pengungkapannya dari sisi keberadaan. Di seakan turut serta menikmati kudapan yang
samping itu, berbagai jenis makanan dan minuman dikisahkan tokoh Batara.
yang dibuat dan disajikan dengan berbagai sebuatan, Karya sastra Indonesia seperti novel Aruna dan
aroma, serta cita rasa yang ditampilkan. Semua itu, Lidahnya adalah novel bertemakan boga dengan
telah merangsang imajinasi pengarang untuk segala latar budaya yang melingkupinya, dimana
menuangkan dalam berbagai karya sastra yang boga pokok persoalan, bahkan kunci cerita. Novel
digambarkan dalam prilaku kehidupan sehari-hari karya Laksmi Pamuntjak juga menyajikan beragam
melalui para tokoh dan perstiwa yang tak terpisahkan bentuk dan sajian gastronomis yang menunjukkan
dengan keberadaan kuliner. Terkait dengan bahwa sastra bisa masuk ke dalam tataran baru
gastronomi sastra adalah perspektif pemahaman perjalanan kuliner yang dikemas dalam rupa sastrawi.
karya sastra tentang makanan (kuliner) (Wulandari, Pengarang novel ini begitu tuntas membeberkan
2018). pengetahuannya yang begitu mendalam soal
Dalam kajian sastra dan gastronomi, makanan kekayaan kuliner Indonesia melalui kisah perjalanan
dapat dilihat sebagai medium untuk membangun kuliner Aruna dan teman-temannya yang
karakterisasi tokoh. Identitas lokal dan nasional dari mengenalkan budaya kuliner nusantara yang begitu
tokoh bisa digambarkan melalui kecenderungan kaya akan varian cita rasa dan aroma kepada
melestarikan makanan berakar lokal dan nasional pembacanya.
dengan cara memasak, menghidangkan, hingga C. Simpulan
menikmatinya (Fajar, 2013). Namun, dalam karya Dalam perkembangannya gastronomi dikenal
sastra bertema urban dan metropolitan, berbagai sebagai studi dan apresiasi secara detail tentang
jenis makanan fast-food bisa menggambarkan gaya semua makanan dan minuman. Gastronomi bukan
hidup tokoh-tokohnya sehingga citra tokoh menjadi bicara produk makanan dan minuman yang dibuat,
modern dan kosmopolitan. Dalam sastra Indonesia, namun juga digunakan dalam berbagai situasi dan
kajian sastra kuliner akan menarik karena kalau kepentingan. Gastronomi kemudian menjadi studi
ditelisik beberapa karya mengandung isu-isu kuliner mengenai hubungan anara budaya dan makanan
yang menyatu dengan tema yang digarap pengarang. sebaga identitasnya dalam bentuk seni kuliner dan
Ada pula antologi cerita dan prosa Filosofi Kopi ilmu makanan yang baik. Produk budaya ini
karya Dewi Lestari, terutama cerita pendek Filosofi melahirkan berbagai pandangan, salah satunya
Kopi dan Sepotong Kue Kuning, yang dinobatkan paradigm gastro kritik atau gastronomic literary
Majalah Mingguan Tempo sebagai karya sastra studies untuk megkaji identitas kuliner dalam bentuk
terbaik tahun 2006, menjadikan kopi dan kue sebagai karya sastra.
tema, pokok persoalan, pusat penceritaan, imajinasi, Gastronomi sebagai lmu yang berkaitan dengan
dan metafora yang membentuk, mengendalikan, dan makanan kini bermetamorfosis ke dalam berbagai
menggerakkan cerita dan alur. Dalam Filosofi Kopi bentuk karya sastra. Karya sastra yang terinspirasi
boga telah menjadi sumbu cerita dan alur. Contoh- dari makanan dan minuman dalam cita rasa dan
contoh tersebut menunjukkan bahwa unsur boga aroma. Sastra berhasil mengolah dan membawanya
atau gastronomis bisa direpresentasikan di dalam ke dunia literasi estetik imajinatif untuk
teks sastra. Selain itu, unsur boga atau gastronomis diperkenalkan kepada pembacanya dalam sajian
bisa juga dijadikan pembentuk teks, dalam hal ini yang berbeda yakni berupa kumpulan puisi, cerpen,
berupa imajinasi, metafora, dan gaya. Unsur boga novel, dan jua drama.
atau gastronomis beserta tradisi dan budaya yang Terkait kajian dalam gastronomi sastra tidak
menyertainya bisa dijadikan penanda keberadaan terpisahkan dari karya-karya sastra yag lahir dari
teks secara tersurat, tersirat, dan tersorot. kuliner nusantara, dimana model dan bentuk
Selain itu, cerita pendek Smokol karya Nukila kajiannya berdasarkan paradigma gasrokritik.
Amal mengangkat tema kuliner lokal sebagai bentuk Gasrokrtik mengacu pada studi antropologi, sosiologi,
representasi budaya Manado. Smokol itu sendiri semiotika, sejarah, dan sastra. Gastrokritik
merupakan kata dalam bahasa Manado yang memiliki merupakan etika seseorang dalam mengapresiasi
arti ‘sarapan’ atau ‘makan pagi’, sebuah tradisi makan suatu kuliner.
dalam budaya Minahasa. Cerpen ini penuh sindiran Tulisan ini diharapkan mampu mewarnai kajian-
terhadap orang yang menjaga diri dari makanan, tata kajian karya sastra yang selama ini belum banyak
cara makan yang kelewat ruwet, hingga hasrat menyentuh ranah kajian gastronomi sastra. Pada hal
manusia. Karya yang menjadi salah satu Cerpen karya-karya sastra Indonesia sudah banyak yang
Terbaik Kompas 2008 ini menyajikan sebuah kisah menjadikan kuliner nusantara sebagai temanya,
tentang jamuan istimewa lokal yang mampu itulah sebabnya kehadiran gastrokritik sebagai model
26 | Jurnal Ilmiah Telaah | Vol. 8, No. 2, Juli 2023, Hal. 18-26
REFERENSI
1) Allhoff, F. (2007). Food and Philosophy: Eat, Think,
and Be Merry. Australia: Blackwell.
2) Artika, Mareta Dwi. (2017). Novel Aruna dan
Lidahnya Karya Laksmi Pamuntjak: Perspektif
Gastrocriticism. Bapala, Vol 4, No 1:1-11.
3) Beardsworth, A., & Keil, T. 1997. Sociology on the
Menu. London: Routledge.Canizares, S.
4) Endraswara, S. (2018). Metodologi penelitian
gastronomi sastra. Textilium.
5) Fajar, Y. (2017). Makanan, relasi sosial, dan
identitas. Basis 07—08, 36—42.
6) Firmani, S. N., Turgarini, D., & Putra, M. K. (2018).
Pelestarian Kudapan Kalua Kulit Jeruk Sebagai
Warisan Gastronomi Sunda di Ciwidey Jawa
Barat. The Journal Gastronomy Tourism, 5(2), 87–
103.
https://doi.org/10.17509/gastur.v5i2.22225
7) Guzel, B., & Apaydin, M. (2016). Gastronomy
Tourism: Motivations and Destinations. Global
Issues and Tends in Tourism, 394-404.
8) Guzman, T. (2012). Gastronomy as a Tourism
Resource: Profile of The Culinary Tourist. Current
Issues in Tourism Volume15 (3): 1-17.
9) Ketaren, Betha. 2021. Spektrum Politik Gastronomi
Indonesia. Jakarta: AGASI.
10) Kiptiyah, Binti Mariatul (2018). Gastro Kritik:
Kajian Sastra Berwawasan Kuliner sebagai
Wahana Pengenalan dan Pelestarian Kuliner
Nusantara. (Online),
(http://repositori.kemdikbud.go.id/10024/),
diakses pada 7 Juli 2021.
11) Montanari, M. (2006). Food is culture. Columbia
University Press.
12) Tobin, R. W. (2002). What is gastrocriticism? Dix-
Septieme Siecle, 217(4), 621—630.
13) Rahman, Fadly. 2016. Jejak Rasa Nusantara,
Sejarah Makanan Indonesia. Jakarta: Kompas
Gramedia.
14) UNWTO. (2017). 2nd UNWTO Report on
Gastronomy Tourism; Sustainability and
Gastronomy. Madrid: UNWTO.