Anda di halaman 1dari 8

UNIVERSITAS MERCU BUANA

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS


PROGRAM S1 MANAJEMEN
Nomor Dokumen 02.04.03.00
Tanggal Efektif 1 Maret 2020

TUGAS BESAR KE 1
KODE MATA KULIAH: W312100014
MATA KULIAH: PERBANKAN SYRIAH
BAGIAN A - DIISI MAHASISWA
Nama Mahasiswa: Kode Kelas:
NIM :
1A6312AA
Nama Dosen Jenis Asesmen
Dr. Sudjono, M.Acc.
Tugas Besar 1
Nomor Tugas / Judul Pengumpulan Tidak Boleh Terlambat

Bobot Tugas 30%

Diberikan: 17 Oktober 2023

Pernyataan:
Saya/ kami yang bertanda tangan di bawah ini memahami bahwa saya/ kami telah membaca dan setuju untuk
mematuhi peraturan UMB tentang plagiarisme dan penjiplakan dan kebijakan dan prosedur di Program Studi.
Saya/ kami menyetujui proses pengecekan laporan sehingga tidak ada unsur plagiarisme atau penjiplakan
akademik.

................................... ............................ .............................. ............................


Tanda tangan & Nama
Jelas
Petunjuk:
a. Kerjakan tugas besar 1 (satu)
b. Ketik rapi. Kertas ukuran kuarto. Margin atas dan kiri 4 cm, margin kanan dan bawah 3 cm
c. Font time new roman ukuran 12.
d. Jawaban tidak dikonvert ke PDF
e. Untuk memperkuat jawaban, berikan referensi terkini dan relevan

BAGIAN B - DIISI DOSEN PENGAMPU


Capaian Pembelajaran (CPMK)
1. Mampu mengemukakan tentang dasar – dasar ekonomi islam (CPMK-1)
2. Mampu mengemukakan tentang pengertian dan perkembangan Lembaga Keuangan Syariah
(CPMK-1).
3. Mampu mengemukakan tentang transaksi - transaksi yang dilarang dalam Islam (CPMK-1)
4. Mampu menganalisis Prinsip – Prinsip Dasar Perbankan Syariah (CPMK-2)
5. Mampu menganalisis Produk dan Jasa Perbankan Syariah (CPMK-2)
6. Mampu menganalisis Jenis – Jenis Pembiayaan Bank Syariah (CPMK-2)

Pernyataan:
Saya/ kami yang bertanda tangan di bawah ini memahami bahwa saya/ kami telah membaca dan setuju untuk
mematuhi peraturan Universitas tentang plagiarisme dan penjiplakan dan kebijakan dan prosedur di Program
Studi. Saya/ kami menyetujui proses pengecekan laporan sehingga tidak ada unsur plagiarisme atau penjiplakan
akademik.
Apakah ada penambahan Pengurangan Pengurangan: Nilai Akhir:
waktu? keterlambatan
Kesepakatan pengumpulan:
pengumpulan: Pengurangan 5 Poin dari
TIDAK YA Total Nilai

Koordinator Mata Kuliah/


Kelompok Bidang Ilmu
Ya / Tidak
:
TEORI (bobot 30%)

1. Tujuan yang ingin dicapai dalam suatu sistem ekonomi Islam berdasarkan konsep dasar
dalam Islam, yaitu tauhid dan berdasarkan rujukan kepada Alquran dan Suna. Jelaskan ..
2. Secara umum, nilai-nilai Islam yang menjadi filosofi ekonomi Islam dapat dijumpai dalam
asas yang mendasari perekonomian Islam yang diambil dari serangkaian doktrin ajaran
Islam. Sebut dan jelaskan asas-asas tersebut.
3. Belakangan ini saya sering mendengar banyak lembaga ekonomi yang di
belakangnya diembel-embeli syariah, seperi bank syariah, asuransi syariah,
pegadaian syariah, yang ingin saya tanyakan adalah apa sebenarnya ekonomi
syariah itu?
4. Dalam Islam, transaksi apa sajakah yang termasuk dalam aktivitas ekonomi
syariah?
5. Lembaga apa sajakah yang melakukan aktivitas ekonomi syariah dan apa bedanya dengan
lembaga konvensional?
6. Dimasa pandemi Covid-19 ada sebagian penjual yang menimbun barang, misal: masker,
peralatan kesehatan, obat-obatan dll, yang selanjutkan dijual dengan harga yang lebih tinggi.
Berikan penjelasan atas kejadian tersebut, mengingat jual beli tidak dipaksa?
7. Jelaskan jual beli jika dilakukan secara online yang marak di masa pandemi Covid-19?
Apakah tidak bertentangan dengan Fikih Muamalah? Jelaskan dan berikan contoh.
8. Islam sebagai agama merupakan konsep yang mengatur kehidupan manusia secara
komprehensif dan universal. Sebut dan jelaskan pilar pokok dalam ajaran Islam?
9. Sebut dan jelaskan produk-produk bank syariah dan produk perbankan di Indonesia? Berikan
perbedaan (dalam bentuk tabel) dan keunggulan/kelemahan produk bank syariah dan produk
perbankan di Indonesia?
10. Sebut dan jelaskan jasa dan layanan bank syariah dan perbankan umum di Indonesia?
Berikan perbedaan (dalam bentuk tabel), keunggulan/kelemahan layanan jasa dan layanan
perbankan syariah dan layanan bank umum di Indonesia?

KASUS
Kasus 1 (35%)

Potensi dan Tantangan Perbankan Syariah Tahun 2022

https://www.republika.co.id/berita/r455n7383/potensi-dan-tantangan-perbankan-syariah-tahun-2022

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengembangan industri perbankan syariah pada tahun depan disebut
masih memghadapi sejumlah tantangan. Hal tersebut tergambar dari sisi daya saing hingga permasalahan
literasi dan inklusi bank syariah.

Chief Economist Bank Syariah Indonesia (BSI) Banjaran Surya I mengatakan dari sisi jumlah, keberadaan
bank syariah di tengah masyarakat masih jauh tertinggal dari bank konvensional. Berdasarkan kategorinya,
bahkan belum ada bank syariah yang termasuk dalam BUKU IV.

Tantangan lainnya yakni jangkauan jaringan bank syariah masih rendah. Pada 2020, share outlet bank
syariah terhadap bank umum baru mencapai 7,7 persen. "Artinya dari 1 juta penduduk hanya dilayani oleh 9
cabang dibandingkan 114 cabang oleh bank umum," kata Banjaran dalam acara Sharia Economic Outlook
2022, Rabu (15/12).

Tidak hanya itu, tingkat literasi dan inklusi terhadap bank syariah juga masih rendah. Berdasarkan data BSI,
literasi bank syariah hanya sebesar 8,9 persen dibandingkan bank konvensional yang sebesar 37,7 persen.
Sedangkan tingkat inklusi bank syariah 9,1 persen dibanding bank konvensional yang sebesar 75,3 persen.

Meski demikian, menurut Banjaran, masih banyak potensi yang bisa digali di industri perbankan syariah.
Banjaran melihat terdapat preferensi masyarakat yang kuat untuk perbankan syariah sehingga pertumbuhan
bank syariah melampaui perbankan konvensional dengan potensi pasar yang sangat besar.

Kondisi ini tercermin dari CAGR 5 tahun industri perbankan syariah di Indonesia yang mencapai 13,8
persen, sedangkan bank konvensional hanya 7,8 persen. Potensi besar pertumbuhan industri perbankan
syariah juga didukung oleh Indonesia sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia.

Bank syariah juga bisa fokus dengan sektor industri halal. Potensi nilai industri halal diperkirakan akan terus
bertumbuh pada 2022 seiring dengan ekspektasi pemulihan situasi pandemi. "Industri perbankan syariah
sangat terbuka dengan peluang dan potensi di industri halal," ujar Banjaran.

Adapun potensi industri halal Indonesia mencapai sekitar Rp4.375 triliun dengan potensi makanan dan
minuman halal sebesar Rp2.088 triliun, pariwisata ramah Muslim Rp162 triliun, fesyen Muslim Rp232
triliun, farmasi halal Rp78,3 triliun, kosmetik halal Rp58 triliun, media dan rekreasi halal Rp319 triliun dan
aset keuangan syariah Rp1.438 triliun.

Secara umum, Banjaran menjelaskan, prospek pertumbuhan industri perbankan syariah pada 2022
diperkirakan akan melanjutkan pertumbuhan positif baik di sisi penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK)
maupun penyaluran pembiayaan. BSI memperoyeksi pada tahun 2022 himpunan DPK akan tumbuh 11,53
persen.

Pertumbuhan ini antara lain didorong oleh meningkatnya kesadaran masyarakat terkait gaya hidup halal.
Selain itu, pengembangan digital banking memudahkan masyarakat untuk membuka rekening dan
melakukan transaksi. Sinergi dengan stakeholder ekonomi syariah dari berbagai segmen turut mendorong
pertumbuhan DPK industri perbankan syariah.

BSI juga memproyeksi penyaluran pembiayaan di industri perbankan syariah akan tumbuh signfikan sebesar
7,25 persen pada tahun depan. Faktor penggeraknya yaitu pemulihan permintaan di sektor ritel serta
pemulihan di sektor industri manufaktur.

Pertumbuhan penyaluran pembiayaan juga didukung oleh fokus pemerintah terhadap 7 sektor prioritas yakni
kesehatan, sosial, energi, pendidikan, infrastruktur, teknologi informasi dan pangan. Selain itu, pertumbuhan
industri halal terutama halal food dan halal cosmetics turut berkontribusi terhadap pertumbuhan penyaluran
pembiayaan.

Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal meyakini pengembangan ekonomi syariah
seharusnya bisa berperan lebih besar dalam pemulihan ekonomi yang lebih kuat. Prinsip-prinsip di dalam
ekeonomi syariah ini semestinya bisa menjadi solusi yg menjawab permasalahan ke depan.

"Salah satunya membangun tatanan ekonomi yang lebih berkeadilan termasuk dalam hal pengentasan
kemiskinan," tutur Faisal.

BBEBERAPA PERMASALAHAN PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA


Tidak dapat dipungkuri masih ada stigma dalam memahami Islam secara parsial yang diwujudkan dalam
bentuk ritualisme ubudiyah semata dan mengasumsikan Islam tidak ada kaitannya dengan dunia
perbankan, pasar modal, asuransi, deposito, giro, transaksi export import, dan sebagainya, bahkan ada
anggapan Islam dengan sistem nilai dan tatanan normatifnya penghambat laju pertumbuhan ekonomi,
sebaliknya kegiatan ekonomi dan keuangan akan meningkat dan berkembang jika free dari nilai-nilai
normatif dan ketentuan syariah. Ini bentuk padangan sempit karena tidak memahami Islam secara kaffah.
Menurut Saidus Syahar, Agama Islam bukan hanya Agama yang memberikan ajaran-ajaran untuk
mempersiapkan manusia bagi kehidupan akhirat atau kehidupan kerohania belaka, tetapi mendorong
manusia optimis dengan hidupnya sekarang yang bersifat materiil dan positif.[1] Islam adalah suatu cara
hidup, way of life yang membimbing seluruh aspek kehidupan manusia,[2] dan bernuansa universal jika
dipahami secara utuh dan totalitas dengan mengamalkan ajarannya, sehingga sadar atau tidak sistem
ekonomi akan tumbuh dan berkembang dengan baik bila landasannya bertumpu pada nilai dan prinsip
syariah, ketika diimplementasikan dalam aspek bisnis dan transaksi ekonomi.

Diminta:
a. Berikan analisis dari tulisan tersebut?
b. Sebut dan jelaskan solusi terbaik untuk pengembangan dan perkembangan bank syariah di Indonesia?

Kasus 2 (bobot 35%)


Bekal Kurang Menangkap Potensi Besar Perbankan Syariah
Oleh: Rezza Aji Pratama

https://katadata.co.id/rezzaaji/indepth/62cd005911403/bekal-kurang-menangkap-potensi-besar-
perbankan-syariah

Bank syariah yang tumbuh solid selama pandemi Covid-19 harus menghadapi tantangan permodalan
untuk menggarap kue bisnis industri halal di Indonesia. Beberapa bulan terakhir menjadi hari-hari yang
sibuk bagi para direksi Bank Pembangunan Daerah Riau Kepri. Bank daerah yang sudah beroperasi sejak
1962 itu sedang membuka jalan untuk mengubah statusnya sebagai bank syariah. Ini bagian dari episode
baru perbankan untuk mengoptimalkan potensi besar ekonomi syariah di dalam negeri. Bank Riau Kepri
(BRK) sebetulnya sudah lama masuk ke industri perbankan syariah melalui unit usahanya. Namun, sejak
beberapa tahun terakhir, manajemen memutuskan sepenuhnya melakukan konversi menjadi bank syariah.
Bukan perkara mudah mengubah model bisnis menjadi bank syariah. BRK harus meminta restu kepada
para pemegang saham hingga regulator terkait. Pemprov Riau yang memegang 51% saham BRK sudah
memberi lampu hijau. Pada 20 Mei 2022, Pemprov dan DPRD Riau resmi mengesahkan Peraturan
Daerah nomor 10 tahun 2022 tentang perubahan BRK menjadi bank syariah.

Pemerintah Andalkan Startup OJK Catat Aset Bank Syariah Capai Rp686 T per April, Melonjak 12%
BRK juga sudah mengantongi restu dari Wakil Presiden Ma’ruf Amien. Saat menerima audiensi dengan
Direksi Bank Riau Kepri pada April tahun lalu, Wapres mendukung penuh keputusan manajemen. “Saya
berharap tidak lama lagi [menjadi bank syariah]. Saya akan berkomunikasi dengan Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) agar dipercepat,” kata Ma’ruf Amien, dikutip dari Antara.

Lanskap Industri Perbankan setelah Dihantam Berbagai Krisis Direktur Utama Bank Riau Kepri Andi
Buchari mengatakan selama ini unit usaha syariah (UUS) memiliki performa solid. Kontribusinya bisa
40% terhadap laba. Bahkan di 2021, laba ini tumbuh lebih dua kali lipat. “Jadi sudah selayaknya kita jadi
syariah,” katanya, akhir Mei lalu. Setelah melewati berbagai jalan berliku, peresmian BRK menjadi bank
syariah tinggal menunggu waktu. Anggota Dewan Syariah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Adiwarman
Karim menyebut OJK Riau sudah memberikan izin resmi kepada BRK pada 5 Juli lalu. Kendati
demikian, manajemen BRK Syariah masih harus menyelesaikan konversi di bidang pengelolaan dan
manajemen sebelum secara resmi melakukan jasa perbankan syariah. BRK juga harus melakukan
perubahan sandi pelaporan ke Bank Indonesia dan kantor pajak. “BRK punya waktu 60 hari untuk
melakukan konversi,” kata Kepala Perwakilan OJK Riau Muhamad Lutfi, dikutip dari riauterkini.com,
Selasa (5/7).

Pakar ekonomi syariah Adiwarman Karim menegaskan masuknya BRK menjadi bank syariah akan
membuat pasar perbankan syariah menjadi lebih bergairah. Pasalnya, saat ini BRK memiliki modal
hingga Rp 28 triliun yang akan menjadi tambahan signifikan bagi industri. “Ini yang kita harapkan akan
terus terjadi, beberapa bank konvensional beralih ke bank syariah,” katanya kepada Katadata.co.id.
Adiwarman menceritakan, ada kabar beberapa bank siap melakukan spin off terhadap unit usaha syariah
miliknya. Jika ini terjadi, bukan hal sulit bagi perbankan syariah untuk menembus pangsa pasar hingga
10%. Tumbuh Pesat Kinerja industri perbankan syariah memang terlihat solid dalam beberapa tahun
terakhir. Bahkan selama pandemi Covid-19, aset dan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh dua digit. Hal
serupa juga terjadi di sektor penyaluran pembiayaan yang tetap tumbuh di tengah kontraksi
penyaluran kredit secara nasional. Mengutip data OJK per Maret 2022, total aset perbankan syariah
mencapai Rp 692 triliun atau tumbuh 14,25% year on year (YoY). Sementara penyaluran pembiayaan
tercatat Rp 434 triliun atau tumbuh 9,53% YoY dan DPK mencapai Rp 544 triliun, atau tumbuh 15,14%
secara tahunan. “Ini fenomena menarik karena pertumbuhan bank syariah melampaui pertumbuhan
perbankan konvensional,” kata Adiwarman. Menurut Adiwarman, kepercayaan masyarakat kepada bank
syariah memang tinggi terutama ketika dihadapkan pada masa-masa sulit. Tidak hanya saat pandemi,
kondisi ini bahkan juga terjadi saat krisis moneter 1998 silam. Salah satu alasannya, saat pandemi Covid-
19 perbankan konvensional sibuk menjalankan restrukturisasi kredit dan kepemilikan. Sebaliknya, bank
syariah justru tetap fokus untuk tumbuh. Adiwarman menuturkan, faktor itulah yang akhirnya mendorong
masyarakat memilih bank syariah ketimbang bank konvensional terutama di masa pandemi. Kendati bank
syariah tumbuh baik dalam dua tahun belakangan, pangsa pasarnya masih jauh lebih kecil dibandingkan
dengan bank konvensional. Hingga Maret 2022, pangsa pasar bank syariah hanya 6,65%. Adi menilai hal
ini disebabkan oleh umur bank syariah yang tergolong masih muda. Sejak pertama hadir di Indonesia
pada 1991, kini sudah ada 12 bank umum syariah, 21 unit usaha syariah (UUS), serta 165 bank
perkreditan rakyat syariah (BPRS) yang beroperasi. Selain itu, tingkat pemahaman tentang ekonomi serta
perbankan syariah masyarakat Indonesia masih rendah. Pada 2019, literasi keuangan syariah hanya
sebesar 8,93%, jauh dari angka literasi perbankan konvensionasl di angka 37,72%. “Artinya, hanya
delapan dari 100 penduduk Indonesia yang memahami industri jasa keuangan syariah. Ini ironi, karena
kita negara dengan penduduk muslim terbesar,” katanya. Data Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri)
per 31 Desember 2021 menunjukkan jumlah penduduk muslim di Indonesia mencapai 237,53 juta atau
setara dengan 86,9% dari populasi. Jumlah ini berkontribusi sebanyak 12,7% terhadap populasi umat
muslim di seluruh dunia. Salah satu potensi besar yang bisa digarap adalah tren industri halal, termasuk di
dalamnya wisata halal, kuliner, dan produk usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) lainnya.

Data Global Muslim Travel Index (GMTI) menunjukkan Indonesia berada di posisi kedua, dengan
pertumbuhan jumlah pelancong mencapai 220 juta. Data yang sama juga menunjukkan para pelancong ini
menyebabkan perputaran uang mencapai US$ 225 juta pada 2018. Direktur Eksekutif Asosiasi Perbankan
Syariah Indonesia (Asbisindo) Herbudhi Setio Tomo melihat bank syariah kini juga berperan sebagai
katalis industri syariah dan halal. Sektornya mulai dari pakaian muslim, jilbab, hingga kawasan industri
halal yang sedang dibangun oleh pemerintah. Bank syariah berperan sebagai pemberi dana bagi pelaku
usaha dengan prinsip syariah berupa bagi hasil dan tanpa bunga. “Pelonggaran aturan terkait Covid-19
juga telah membuka kembali sektor pariwisata dan kuliner di Tanah Air, tidak terkecuali di bagian
syariah,” kata Herbudhi kepada Katadata. Saat pandemi melanda Tanah Air, bank syariah aktif mendanai
sektor-sektor kesehatan, informasi teknologi, dan jaringan. Berkat keikutsertaannya ini, Indonesia
berhasil menempati peringkat pertama dalam Islamic Finance Country Index (IFCI). Indeks ini
mengukur kondisi dari perkembangan industri keuangan dan perbankan syariah terhadap perannya dalam
konteks suatu negara. Mengutip data OJK, perbankan syariah sudah menyalurkan 49,56% dari total
pembiayaan ke sektor lapangan usaha pada 2021 lalu. “Syariah berprinsip bagi hasil, jadi kalau uangnya
mengendap terlalu banyak, return-nya kecil. Jadi bank syariah harus lebih banyak melempar
[pembiayaan] ke sektor riil, supaya uang tetap bergulir,” jelas Tomo. Potensi Industri Halal (Katadata)
Modal Cekak Bank Syariah Kendati tumbuh solid dalam beberapa tahun terakhir, perbankan syariah
menghadapi tantangan tersendiri untuk berlayar di industri ini. Salah satunya adalah aspek permodalan.
Saat ini, sebagian besar bank syariah yang beroperasi masih berstatus bank BUKU I atau BUKU II, yang
modal intinya di bawah Rp 1 triliun atau di bawah Rp 5 triliun. Artinya, mereka punya modal cekak untuk
bersaing. Pelopor bank syariah di Indonesia, Bank Muamalat sebagai contoh, saat ini masih berkutat di
kategori BUKU II. PT Bank Syariah Indonesia Tbk. menjadi satu-satunya bank syariah yang masuk
kategori BUKU III, dan tidak ada satupun yang ada di kelas BUKU IV. Bahkan, bisa jadi bank syariah
makin sulit naik kelas karena OJK sudah mengubah lagi kategorisasi bank. Perinciannya: Kelompok
Bank Berdasarkan Modal Inti (KBMI), yaitu KBMI 1 untuk bank dengan modal inti hingga Rp 6 triliun,
KBMI 2 hingga Rp 14 triliun, KBMI 3 sebesar Rp 70 triliun dan KBMI 4 di atas Rp 70 triliun. Menurut
pakar ekonomi syariah Adiwarman Karim, beberapa bank syariah sebetulnya sedang membuka jalan
untuk meningkatkan modalnya melalui beberapa cara. Salah satu cara paling umum adalah initial public
offering atau melakukan rights issue. “Saya dengar nanti bulan September ada bank syariah yang bakal
rights issue." Strategi lain agar bank syariah bisa naik kelas adalah memisahkan unit usaha syariah (UUS)
milik bank konvensional atau spin off. Pasal 68 Undang-Undang No.21 Tahun 2018 tentang Perbankan
Syariah sebetulnya mewajibkan bank pemilik UUS agar melakukan spin off paling lambat pada Juli 2023.

Dalam perjalanannya, OJK masih tarik ulur dalam kebijakan ini. Pada Oktober 2021, OJK bahkan sempat
mengusulkan kepada Kementerian Keuangan agar menghapus kewajiban spin off UUS tahun depan. “Ini
agar spin off dilakukan secara sukarela dengan memperhatian kesiapan bank. Jadi sifatnya tidak wajib,"
kata Direktur Pengaturan dan Perizinan Perbankan Syariah OJK, Nyimas Rohmah, Oktober tahun lalu.
Namun, sampai saat ini kewajiban tersebut masih tetap berlaku. Menurut Adiwarman Karim, spin off
UUS ini bisa mendongkrak modal bank syariah, terutama jika mereka akhirnya menggandeng investor
strategis. Direktur Utama Bank Muamalat Achmad Kusna Permana menegaskan saat ini besaran modal
sejatinya tidak lagi menjadi persoalan bagi bank syariah. Menurutnya, poin paling penting adalah rasio
kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) setiap bank. Data OJK menunjukkan pada Februari 2022
CAR bank syariah 22,41%. Angka ini tidak jauh berbeda dengan CAR bank konvensional sebesar
25,85% pada periode yang sama. “Meskipun dikasih modal banyak kalau misalnya tidak ekspansif buat
apa juga,” kata Permana, saat berbincang dengan Katadata.co.id. Di sisi lain, Bank Muamalat yang
menjadi pelopor bank syariah di Indonesia pernah punya masalah serius terkait aspek modal dan
pembiayaan. Pada 2017 misalnya, rasio kecukupan modal perusahaan cuma 11,58% dengan pembiayaan
bermasalah di atas 5%. Permana menceritakan, kala itu Bank Muamalat tidak bisa menjatuhkan
kolektibilitas kepada nasabah yang bermasalah karena modalnya cekak untuk pencadangan. “Akhirnya
nasabah bayar ala kadarnya karena mereka tahu tidak bisa di black list karena kita harus mencadangkan
modal,” katanya. Permana menuturkan saat ini kondisi Bank Muamalat boleh dibilang sudah jauh lebih
baik. Ini terjadi setelah Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) menjadi pemegang saham pengendali di
bank tersebut. Mulanya, BPKH menerima hibah saham dari Islamic Development Bank dan Sedco Group
untuk mengempit 78.45% saham di Muamalat. BPKH lantas menyuntikkan dana segar Rp 1 triliun
melalui right issue. BPKH juga berencana melakukan tambahan investasi Rp 2 triliun. “Setelah BPKH
masuk, rasio kecukupan modal kita naik jadi 30%,” katanya. Bank Muamalat (Muhammad Zaenuddin|
Katadata) Perusahaan juga melakukan restrukturisasi aset dengan mengalihkan pembiayaan bermasalah
tersebut kepada PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero). “Sekarang karena sudah dilempar ke PPA, kita
bisa kejar lagi nasabah yang bermasalah. Bahkan sekarang kita bisa pakai penegak hukum untuk nagih,”
ujarnya. Masuknya BPKH ke Muamalat juga menguntungkan kedua belah pihak. Permana menegaskan
cepat atau lambat BPKH memang harus memiliki bank sendiri seperti Tabung Haji milik Malaysia.
Dukungan modal dari BPKH akan membuat Bank Muamalat fokus pada pelayanan segmen haji dan
ekosistemnya. Permana menuturkan setiap tahun Indonesia rata-rata memberangkatkan 230.000 jemaah
haji dan 1,1 juta jemaah umrah. Ini membuat perputaran uang di sektor ini sangat besar. Peluang
membangun ekosistem haji inilah yang hendak disasar oleh Bank Muamalat. “Apa sih bisnis yang sampai
kiamat akan tetap sustainable? haji dan umrah,” kata Permana. Perusahaan kini bahkan mematok target
ambisius dalam beberapa tahun ke depan. Selain akan fokus pada segmen pembiayaan islami seperti haji
dan umrah, Bank Muamalat juga berencana melantai bursa dalam dua tahun ke depan. Menurut Permana,
BPKH yang menggenggam 82% saham Muamalat tetap memerlukan mitra untuk memperkuat bisnis
perusahaan. Selain itu, BPKH bisa mendapatkan capital gain dengan melepas sebagian sahamnya saat
IPO. Optimisme Permana terhadap kinerja bank syariah didukung oleh tren terkini di sektor ini.
Pemerintah misalnya, mendirikan Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNKS) pada
Februari 2020 untuk mendorong percepatan ekonomi syariah. Kementerian BUMN juga melebur UUS di
sejumlah bank pelat merah menjadi PT Bank Syariah Indonesia Tbk. yang kini menjadi bank syariah
terbesar dari sisi aset dan permodalan. “Kita memang butuh anchor bank yang bisa menjadi lokomotif
industri untuk menggandeng bank-bank kecil lainnya. Jadi BSI harus bersaing dengan bank konvensional
yang gede-gede untuk misalnya, mengambil sindikasi sekian triliun,” kata Permana. Sebagai lokomotif
industri perbankan syariah di Indonesia, BSI mencanangkan target ambisius. Perusahaan misalnya, ingin
masuk 10 besar bank syariah terbesar di dunia pada 2025. Guna memulai langkah ini, BSI pun
melebarkan sayap dengan merambah pasar di Uni Emirat Arab. Pada Mei 2022, BSI resmi membuka
kantor perwakilan di Dubai sekaligus menekan kerja sama dengan jaringan Lulu Hypermart dan
perusahaan fintech Berrypay. “Ini menjadi tonggak bersejarah, langkah awal ekspansi BSI di pasar
internasional,” kata Direktur Utama BSI Herry Gunardi, BSI juga sedang mempersiapkan rencana rights
issue sebesar Rp 5 triliun yang rencananya akan dilakukan pada kuartal III tahun ini. Selain untuk
meningkatkan penetrasi pasar, penjualan saham baru ini dilakukan untuk memenuhi aturan saham publik
yang beredar sebesar 7,5%. Adapun saat ini, saham publik di emiten berkode BRIS ini baru 7%.
“Harapannya akusisi customer bisa lebih cepat,” kata Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo.

Diminta:
a. Sebut dan jelaskan isi dari tulisan tersebut?
b. Sebut dan jelaskan bagaimana masyarakat, kalangan perbankan, dan pemerintah mensikapi dari
tulisan tersebut?

SELAMAT MENGERJAKAN SUKSES

Anda mungkin juga menyukai