SBMG - Kel. 6 - Model Pembelajaran STAD
SBMG - Kel. 6 - Model Pembelajaran STAD
Disusun Oleh:
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat dan
berkatnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Makalah ini
dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Geografi Regional Indonesia dengan judul makalah
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Devision (STAD).
Kami menyadari sepenuhnya bahwa materi ini masih jauh dari kata sempurnah
dikarenakan terbatasnya pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki, oleh karena itu kami
mengharapkan segala bentuk saran, serta masukan bahkan kritik dari berbagai pihak, untuk
membangun makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan mamfaat
bagi perkembangan dunia pendidikan.
Kelompok 4
DAFTAR ISI
COVER . .. i
KATA PENGANTAR . .. ii
DAFTAR ISI . .. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .. 1
1.2 Rumusan Masalah . .. 3
1.3 Tujuan Penulisan . .. 3
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan 18
B. Saran .... 18
DAFTAR PUSTAKA iv
BAB I
PENDAHULUAN
2.2 Landasan Filosofis Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team
Achievement Division)
Manusia adalah makhluk sosial yang saling ketergantungan satu sama lain. Antara
manusia yang satu dengan manusia yang lainnya saling membutuhkan. Seperti adanya sistem
gotong royong dimana manusia satu dengan yang lain akan saling membantu untuk mencapai
tujuan bersama. Pada dasarnya manusia dalam hidupnya tidak lepas dari masalah. Ada
kalanya permasalahan yang ditemui merupakan permasalahan yang rumit dan tidak dapat
diselesaikan sendiri. Apabila mendapatkan masalah yang dirasa sulit untuk dipecahkannya
sendiri, manusia sering kali memerlukan pertolongan dari orang-orang sekitarnya. Pada
dasarnya pemikiran orang banyak lebih baik daripada pemikiran sendiri dalam memecahkan
suatu permasalahan. Manusia perlu menghimpun diri dengan sesamanya untuk menghadapi
permasalahan-permasalahan yang berat baginya. Begitu pula dalam proses pembelajaran.
Siswa kadang kala tidak mampu menyelesaikan permasalahan yang ditemui dalam proses
belajar secara mandiri. Terkadang bantuan baik dari teman maupun guru sangat diperlukan
dalam hal tersebut.
Berdasarkan hal tersebut, dikembangkanlah model pembelajaran kooperatif yang
mengutamakan sistem pembelajaran berkelompok. Dengan belajar berkelompok, siswa
diharapkan mampu secara bersama-sama memecahkan permasalahannya dalam pembelajaran
yang tidak mampu dipecahkan sendiri. Proses pembelajaran yang berlangsung akan menjadi
lebih bermakna dan siswa dapat lebih mengerti dengan materi yang dibelajarkan.
Di sisi lain, sifat umum manusia adalah selalu ingin lebih unggul dari orang-orang
disekitarnya. Setiap orang selalu ingin menjadi yang terbaik dari yang lainnya. Dalam
hidupnya manusia sering mengalami persaingan-persaingan satu sama lain. Persaingan
tersebut juga terjadi dalam proses pembelajaran. Dimana siswa selalu ingin menjadi yang
terbaik dari siswa lainnya. Namun jika persaingan tersebut dibiarkan begitu saja, maka
cenderung persaingan itu akan mengarah pada persaingan yang tidak sehat dan justru akan
merugikan.
Untuk menyiasati hal itu, agar siswa mampu berprilaku secara umum yaitu saling
membantu antar sesamanya, namun juga tetap bersaing secara sehat sehingga timbul motivasi
dalam diri siswa untuk menjadi yang terbaik dalam proses pembelajaran, maka diciptakanlah
model kooperatif STAD (Student Team Achievement Divisions) yaitu model pembelajaran
yang menekankan pembelajaran berkelompok, namun tidak mengesampingkan persaingan
diantara siswa yang ditandai dengan diadakannya kuis individu sehingga pemahaman siswa
mengenai suatu materi dapat ditingkatkan dengan pembelajaran berkelompok, namun juga
motivasi siswa untuk menjadi yang terbaik tetap tumbuh dalam diri siswa.
Menurut Slavin (dalam Tanwey Gerson Ratumanan, 2002), STAD terdiri dari lima
komponen utama sebagai berikut:
a. Presentasi Kelas
Materi yang akan dibelajarkan, sebelumnya dijelaskan oleh guru dengan metode
presentasi. Presentasi yang dilakukan ini berbentuk pengajaran secara langsung atau diskusi
yang dipimpin oleh guru. Guru memberikan rangsangan-rangsangan ataupun permasalahan
sehingga siswa diharapkan mampu mengonstruksi suatu pemahaman terhadap suatu topik
yang akan dibahas.
b. Kelompok
Kelompok dibentuk terdiri dari empat atau lima siswa dengan memperhatikan
perbedaan kemampuan, jenis kelamin ras atau etnis. Dalam kelompok, siswa berdiskusi lebih
lanjut dengan anggota kelompoknya masing-masing terkait dengan materi yang diberikan
terkait dengan mendiskusikan masalah membandingkan jawaban, dan mengoreksi
miskonsepsi jika ada anggota kelompok yang membuat kesalahan. Setiap anggota kelompok
diharapkan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran untuk mempersiapkan diri dalam
menghadapi kuis yang akan dilaksanakan setelah sesi pembelajaran dalam kelompok usai.
c. Kuis (tes)
Setelah usai penyajian materi yang dilakukan oleh guru dan setelah selesainya
pembelajaran dalam kelompok, siswa diberikan tes individual untuk mengukur pemahaman
masing-masing siswa terhadap materi yang telah dibahas. Siswa tidak diperkenankan bekerja
sama dan saling membantu pada kuis ini.
d. Skor Peningkatan Individual
Setiap siswa dapat memberikan kontribusi skor terhadap kelompoknya masing-
masing dalam sistem skor, sehingga siswa harus bekerja keras. Siswa memberikan kontribusi
skor pada kelompoknya dengan skor yang diperoleh dari hasil kuis yang mereka dapatkan
dibandingkan dengan skor dasar mereka yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan demikian
diharapkan siswa memahami pentingnya sebuah kerja keras dan melakukan yang terbaik
untuk memperoleh hasil yang diinginkan.
e. Penghargaan Kelompok
Kelompok dengan kriteria terbaik yang didasarkan pada perolehan skor yang mereka
dapat akan mendapatkan penghargaan dari guru.
2. Langkah 2 = Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual sehingga
akan memperoleh skor awal.
Berilah tes awal pada siswa dan selanjutnya hasil tes tersebut digunakan sebagai nilai
awal dalam pembentukan kelompok. Selain mengadakan tes, nilai awal juga dapat ditentukan
berdasarkan nilai yang mereka peroleh di semester sebelumnya. Namun pemberian tes awal
memberikan fakta yang lebih akurat mengenai pengetahuan siswa karena siswa memiliki
kemungkinan untuk belajar di antara selang waktu akhir semester sebelumnya hingga saat
permulaan pembelajaran kooperatif dilaksanakan.
3. Langkah 3 = Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5
siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah). Jika mungkin
anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, yang berbeda serta kesetaraan gender.
Dalam Shlomo Sharan (2012: 12) dijelaskan bahwa sebuah kelompok dalam STAD
terdiri dari empat sampai lima orang yang mewakili anak-anak yang memiliki berbagai
kemampuan, ras, suku, dan jenis kelamin. Siswa oleh guru dimasukkan ke dalam kelompok-
kelompok, bukan mereka sendiri yang memilih kelompoknya, karena siswa cenderung
memilih teman-teman yang mereka sukai. Berikut langkah-langkah yang bisa diikuti.
1. Buatlah salinan Lembar Rekapitulasi Kelompok. Sebelum memulai menugaskan
siswa ke dalam kelompok, siswa perlu diberikan satu salinan Lembar Rekapitulasi
Siswa kepada siswa di kelas. Hal ini dimaksudkan agar siswa mengetahui siapa saja
anggota kelompoknya.
2. Merangking Siswa. Di atas selembar kertas, urutkan semua siswa di kelas dari yang
paling pintar hingga ke yang kurang pintar.
3. Tentukan Jumlah Kelompok. Jika memungkinkan, tiap-tiap kelompok harus memiliki
empat anggota. Untuk memilih berapa banyak kelompok yang dapat anda buat,
terlebih dahulu banyaknya siswa dibagi empat. Jika banyaknya siswa habis dibagi
empat, hasil pembagian itu akan menjadi banyaknya kelompok. Jika banyaknya siswa
tidak habis dibagi empat, perlu dibuatkan kelompok dengan anggota lima orang.
4. Tugaskan Siswa ke dalam Kelompok. Ketika anda memasukkan siswa ke dalam
kelompok, buatlah kelompok itu berimbang sehingga tiap kelompok terdiri dari anak
dengan kemampuan pintar, sedang dan kurang pintar dan kemampuan rata-rata dari
semua kelompok yang ada di kelas itu sama. Untuk memasukkan siswa ke dalam
kelompok, gunakan daftar siswa yang diurutkan berdasarkan kepandaiannya.
Misalnya, dalam kelas yang terdiri dari delapan kelompok yang akan mempergunakan
huruf A sampai H.
Mulailah dari atas daftar dengan huruf A, begitu seterusnya. Ketika sampai pada huruf
terakhir, lanjutkan dengan menuliskannya lagi dengan urutan terbalik dari H ke A.
Misalkan salam suatu kelas terdiri dari 34 siswa maka akan dapat dibentuk 8
kelompok. Pertama urutkan siswa berdasarkan nilai awal yang telah diperoleh.
Masukkan siswa kedalam kelompok dimulai dari siswa urutan pertama memasuki
kelompok A, urutan kedua kelompok B begitu seterusnya. Siswa urutan kedelapan
dan ke sembilan memasuki kelompok yang sama yaitu kelompok H, siswa di urutan
sepuluh memasuki kelompok G dan seterusnya. Namun siswa pada urutan nomor 17
dan 18 tidak dimasukkan terlebih dahulu, mereka akan ditambahkan sebagai anggota
kelima dengan sebelumnya mempertimbangkan keseimbangan kelompok. Perlu juga
diperhatikan pembagian kelompok tersebut haruslah heterogen berdasarkan jenis
kelamin, suku, adat dan ras.
Ada dua tingkat penghargaan yang diberikan berdasarkan pada nilai kelompok.
Tingkatan itu adalah kelompok hebat dan kelompok super (Shlomo Sharan, 2012: 23).
Tekankanlah bahwa semua kelompok bisa mendapatkan penghargaan. Sediakanlah
penghargaan atau pengakuan atas pencapaian kelompok hebat dan kelompok super.
Penghargaan itu bisa berupa sertifikat yang menarik, memajang foto kelompok hebat dan
kelompok super, memberikan bros khusus, mengijinkan istirahat lebih awal atau dengan hak-
hak istimewa lainnya sehingga siswa merasa termotivasi.
3.3 Situasi Ideal Model Pembelajaran Kooperatif STAD (Student Team Achievement
Division)
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran yang
menggunakan sistem berkelompok yang bersifat umum, sehingga dapat digunakan untuk
bidang studi di semua tingkatan, baik di jenjang sekolah dasar maupun sekolah menengah,
serta merupakan model yang paling sederhana dan mudah dilaksanakan. Sedangkan materi
yang relevan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement
Division (STAD) khususnya matematika adalah materi-materi yang hanya untuk memahami
fakta-fakta, konsep-konsep dasar dan tidak memerlukan penalaran yang tinggi dan juga
hapalan. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini akan sangat berguna untuk keadaan
siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas, mengerjakan soal-soal dan saat
pelajaran berlangsung siswa masih bersifat pasif dan belum begitu aktif, sehingga siswa akan
malu bertanya maupun beraktifitas untuk menjawab pertanyaan dari guru dan menanggapi
pelajaran yang diberikan. Untuk mengatasi hal ini maka diperlukan model pembelajaran
kooperatif STAD. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD sangat tepat untuk diterapkan
pada siswa yang memiliki karakteristik heterogen, baik dari segi kemampuan, jenis kelamin,
atau karakteristik yang lain.
3.4 Kelebihan Dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif STAD (Student Team
Achievement Division)
Suatu strategi pambelajaran mempunyai keunggulan dan kekurangan. Demikian pula
dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai
beberapa kelebihan (Wina Sanjaya, 2006: 249) diantaranya sebagai berikut.
1. Melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan diri terhadap guru,
akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan
informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa lainnya;
2. Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau
gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang
lain;
3. Pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan
menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan;
4. Dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung sawab dalam
belajar;
5. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model yang cukup ampuh untuk
meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan
rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan
keterampilan me-manage waktu, dan sikap positif terhadap sekolah;
6. Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri,
menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah tanpa takut
membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya;
7. Dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar
abstrak menjadi nyata (riil);
8. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan
rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.
Kelebihan lain dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah selain siswa
dinilai secara kelompok, siswa juga diberikan kuis secara individu. Hal tersebut secara tidak
langsung akan menumbuhkan motivasi siswa untuk menjadi yang terbaik di kelompoknya
maupun di kelasnya. Sehingga dengan membelajarkan siswa menggunakan model kooperatif
jenis STAD ini siswa mampu beradaptasi dengan lingkungannya dan saling membantu antar
sesamanya namun juga termotivasi untuk selalu menjadi yang terbaik.
Selain kelebihan tersebut pembelajaran kooperatif tipe STAD juga memiliki
kekurangan-kekurangan. Secara umum, kekurangan pembelajaran kooperatif tipe STAD
terletak pada alokasi waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran. Dalam hal
memahami materi, siswa cendrung memerlukan waktu yang lebih lama sehingga apabila
tidak diatasi pencapaian target kurikulum akan tidak berjalan. Biasanya tiap kelompok belum
bisa menyelesaikan permasalahan yang diberikan tepat waktu dan biasanya hal tersebut
menyebabkan mau tidak mau guru harus memberikan perpanjangan waktu. Keterlambatan
dalam memahami materi tersebut biasanya terjadi karena kerja kelompok hanya melibatkan
beberapa orang saja. Penataan ruang kelas sebelum pembelajaran berkelompok dimulai juga
akan menyita waktu. Hal tersebut sudah tentu akan memerlukan waktu dan biaya yang cukup
banyak dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Belajar kooperatif (cooperatif learning) mengandung pengertian sebagai suatu
pembelajaran yang menggunakan grup kecil dimana siswa bekerjasama belajar satu sama
lain, berdiskusi dan saling berbagi ilmu pengetahuan, saling berkomunikasi, saling membantu
untuk memahami materi pelajaran. Model pembelajaran STAD termasuk model pembelajaran
kooperatif. Kemudian untuk sintaks nya ada 7 langkah yang harus menjadi pedoman guru
dalam proses pembelajaran yang menggunakan tipe STAD. Model pembelajaran kooperatif
tipe STAD merupakan model pembelajaran yang menggunakan sistem berkelompok yang
bersifat umum, sehingga dapat digunakan untuk bidang studi dan semua tingkatan baik di
jenjang sekolah dasar maupun sekolah menengah, serta merupakan model yang paling
sederhana dan mudah dilaksanakan.
4.2 Saran
Model pembelajaran kooperatif jika diterapkan sesuai dengan situasi ideal dan
dilakukan dengan baik dan benar sesuai dengan langkah-langkah yang ada, dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran siswa. Dengan meningkatnya kualitas pembelajaran
siswa maka hasil belajar siswa pun meningkatkan. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD
ini dapat diterapkan pada mata pelajaran apapun dan dapat disesuaikan dengan kurikulum
yang sedang berlaku. Kelebihan tipe STAD diharapkan dapat menutupi kekurangan tipe
STAD itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA