Anda di halaman 1dari 1

Nama : Raihan Satria Pradana

Kelas : XI-G
Absen : 26

SELAMAT TINGGAL PLASTIK


Indonesia menjadi peringkat 2 di dunia penghasil sampah plastik kelaut
Tahun 2019 jumlah sampah diperkirakan mencapai 68 juta ton, Dikarenakan
plastik sudah terdisintegrasi menjadi mikro dan nanoplusna. Mikro dan
nanoplastik bersifat larut dalam air tanpa kita sadari kita telah mengkonsumsi
plastik melalui makanan yang kita makan.
Sehingga pada tahun 2004 dr. Nory melakukan penelitian material
pengganti plastik. "Tahun 2004 tu saya dapat beasiswa untuk 52 dengan tugas
kita bisa melakukan pengolahan damar", tutur dr. Nory, Keta riser itu beliau
fokus tujuannya untuk antibakteri. Ternyata setelah dieksplorasi terus tahun
2010,2011,2012 sifat mekaniknya kurang bagus dan ternyata punya aktivitas
untuk membentuk film (lapisan tips)
Setelah gagal berkali-kali, tahun 2012 ia menemukan yang dican. Jadi
coba cari-cari lagi, kira-kira biomaterial apa yang tersedia melimpah di
Indonesia tapi sifat mekaniknya lebih bagus daripada damar dan juga
memberikan keuntungan ekologis seperti damar, dan itu saya temukan dari
rumput laut, imbuh dr. Nory.
Tak hanya praktis dan berserat tinggi untuk dikonsumsi, rumput laut
juga memiliki nilai ekologis tinggi. Budidaya rumput laut harus
membutuhkan laut yang bersih. Karena rumput laut itu untuk
pertumbuhannya membutuhkan penetrasi sinar matahari. Artinya, petani
rumput laut akan berpartisipasi menjaga kebersihan laut.
Tahun 2016 dr. Nory mengambil bagian dari evoware, start-up yang
fokus memproduksi produk ramah lingkungan. Awal terbentuknya evoware
karena kepedulian terhadap lingkungan, keinginan membuat produk yang
unik dan belum pernah ada sebelumnya. Tetapi bisa menjadi daya tarik untuk
orang peduli mengenai lingkungan. Kemudian berpikir untuk membuat
produk gelas yang bisa dimakan. Evoware membangun kesadaran pada
lingkungan melalui berbagai cara. Nory berharap akan semakin banyak
tangan merawat bumi

Anda mungkin juga menyukai