Disusun oleh :
1. Caraka Jalu Pratama
2. Calista Hana
3. Haikal Giovindra
4. Muhammad Rizky Andra
5. Rianita Sabila
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT. Atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran aupun materi.
Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
Daftar Isi
HALAMAN SAMPUL 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Indeks Harga 5
2.2 Inflasi 7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 22
3.2 Saran 22
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Dari waktu ke waktu, suatu perekonomian selalu mengalami kemajuan dan
kemunduran. Disuatu saat produksi meningkat, tetapi disaat lain menurun. Begitu pula
dengan keuntungan perusahaan, harga barang, dan biaya hidup maupun pendapatan nasional.
Untuk melakukan perbandingan antara variabel yang sama dalam dua waktu yang berbeda,
diperlukan sebuah angka indeks. Melalui angka indeks, kita dapat mengetahui maju
mundurnya suatu usaha atau kegiatan, naik turunnya pendapatan, harga, dan sebagai berikut.
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan angka indeks? Sejauh manakah pentingnya
angka indeks? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, akan dibahas secara lebih rinci
mengenai angka indeks pada bab selanjutnya. Selain indeks harga, juga akan dibahas inflasi,
permintaan dan penawaran uang.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. INDEKS HARGA
A. Pengertian Indeks Harga
Indeks harga adalah angka yang diharapkan dapat dipakai untuk memperlihatkan
perubahan mengenai harga-harga barang, baik harga untuk semacam maupun berbagai
macam barang dalam waktu dan tempat yang sama ataupun berlainan.
Dalam ekonomi dikenal beberapa jenis indeks harga, antara lain sebagai berikut :
a. Indeks harga konsumen (IHK) adalah angka yang menggambarkan perbandingan
perubahan harga barang dan jasa yang dihitung, dianggap mewakili belanja konsumen,
kelompok barang yang dihitung bisa berubah-ubah disesuaikan dengan pola konsumsi aktual
masyarakat.
b. Indeks harga produsen (IHP) adalah perbandingan perubahan barang dan jasa yang
dibeli oleh produsen pada waktu tertentu, yang dibeli oleh produsen meliputi bahan mentah
dan bahan setengah jadi. Perbedaannya dengan IHK adalah kalau IHP mengukur tingkat
harga pada awal sistem distribusi, IHK mengukur harga langsung yang dibayar oleh
konsumen pada tingkat harga eceran. Indeks harga produsen biasa disebut juga indeks harga
grosir (wholesale price index).
c. Indeks harga yang harus dibayar dan diterima oleh petani. Indeks harga barang-barang
yang dibayar oleh petani baik untuk biaya hidup maupun untuk biaya proses produksi,
apabila dalam menghitung indeks masukkan unsur jumlah biaya hipotek, pajak, upah pekerja
yang dibayar oleh petani, indeks yang diperoleh disebut indeks paritas. Rasio antara indeks
harga yang harus dibayar oleh petani dengan indeks paritas dalam waktu tertentu disebut
rasio paritas (parity ratio).
Di dalam IHK, harga yang digunakan adalah harga-harga barang konsumsi yang bukan
merupakan barang dagangan (yang dijualbelikan lagi) serta bukan barang faktor produksi.
Barang-barang konsumsi tersebut di kelompokkan dalam bahan makanan, pakaian, dan
macam-macam barang dan jasa. Tujuan menghitung IHK adalah sebagai berikut :
1) Mengetahui perkembangan harga barang dan jasa yang tergabung pada diagram
timbangan IHK.
2) Sebagai pedoman untuk menentukan suatu kebijaksanaan yang akan datang, terutama
di bidang pembangunan ekonomi.
3) Sebagai penghitung penyesuaian upah minimum kabupaten.
4) Mempermudah pemantauan supply dan demand khususnya barang kebutuhan
masyarakat yang ada di pasar.
2.2. INFLASI
A. Pengertian Inflasi
Inflasi adalah suatu keadaan di mana terjadi peningkatan harga barang-barang secara
umum dan terus-menerus dalam waktu yang relatif lama. Inflasi sering disebut sebagai suatu
keadaan di mana terjadi turunnya nilai uang. Nilai mata uang tersebut menurun akibat adanya
kenaikan harga barang.
Setelah istilah inflasi, dalam ekonomi juga dikenal dengan istilah deflasi sebagai keadaan
kebalikan dari inflasi. Deflasi adalah keadaan semakin turunnya harga-harga barang, atau
suatu keadaan semakin meningkatnya nilai uang. Senada dengan pembahasan di atas, ada
pakar yang mendefinisikan inflasi sebagai suatu proses atau peristiwa kenaikan tingkat harga
umum. Adapun deflasi didefinisikan sebagai suatu proses atau peristiwa turunnya tingkat
harga umum.
`Pada saat inflasi, harga-harga barang naik, sebaliknya ketika terjadi deflasi harga-harga
barang turun. Tetapi harus diingat bahwa pada waktu terjadi inflasi maupun deflasi tidak
semua harga-harga barang berubah dengan ragam dan arah yang sama. Mungkin dalam masa
inflasi ada barang yang harga nya turun atau kenaikan harganya tidak sebanding dengan
kenaikan tingkat harga umumnya, demikian juga sebaliknya dalam masa deflasi ada barang
yang turunnya tidak sebanding dengan dengan turunnya tingkat harga umum, atau bahkan
mengalami kenaikan sama sekali.
B. Penyebab Inflasi
Penyebab terjadinya inflasi secara umum, antara lain sebagai berikut :
a. Kelebihan permintaan
Inflasi terjadi jika ada kelebihan permintaan yang tidak bisa dipenuhi oleh
produsen, yang disebut dengan istilah demand pull inflation.
b. Kenaikan biaya produksi
Inflasi terjadi jika biaya produksi meningkat, yang selanjutnya berakibat oada
naiknya harga jual barang-barang dan jasa.
c. Pencetakan uang baru oleh pemerintah
Inflasi terjadi jika pemerintah mencetak uang baru untuk menutup anggaran
negara yang difisit. Pencetakan uang baru dapat menyebabkan jumlah uang yang
beredar lebih banyak dan tidak seimbang dengan jumlah barang dan jasa sehingga
harga-harga akan naik (inflasi).
d. Lambatnya produksi barang tertentu, terutama produksi makanan
Produksi makanan (pertanian) berbeda dengan produksi pabrik, sebab
produksi makanan (pertanian) dibatasi oleh faktor musim atau genetika. Misalnya,
jika produksi sepatu bisa dipercepat dari satu bulan menjadi hanya satu pekan maka
produksi padi tidak bisa dipercepat dari empat bulan menjadi satu bulan. Di samping
itu, karena pertambahan penduduk lebih cepat dibanding pertambahan bahan makanan
maka jumlah penawaran produk makanan jauh lebih kecil dibandingkan
permintaannya. Akibatnya, dapat dipastikan harga makanan akan naik. Harga
makanan yang naik biasanya akan diikuti oleh naiknya harga barang-barang yang lain
(terjadinya inflasi). Penyebab inflasi ini terutama terjadi di negara-negara
berkembang.
e. Sikap konsumen (masyarakat) terhadap informasi kenaikan harga
Apabila konsumen mendapat informasi bahwa harga-harga akan naik,
misalnya disebabkan oleh naiknya harga BBM, biasanya konsumen akan berlomba
membeli barang-barang sebelum harga betul-betul naik. Akibatnya, permintaan akan
meningkat tajam dan tidak seimbang dengan jumlah barang yang tersedia sehingga
pasti terjadi inflasi.
f. Sikap produsen terhadap informasi kenaikan harga
Apabila produsen mendengar bahwa harga-harga akan naik maka sebagian
produsen justru akan menimbun barang sambil menunggu harga betul-betul naik,
dengan tujuan agar mendapat keuntungan yang lebih besar. Ketika harga betul-betul
naik tetap saja ada sebagian dari produsen yang tidak menjual barangnya, karena
masih menunggu kenaikan harga yang lebih tinggi lagi. Perilaku produsen seperti ini
menyebabkan penawaran jauh lebih kecil dibanding permintaan, padahal dalam
keadaan seperti ini para konsumen berlomba-lomba membeli barang, akibatnya pasti
terjadi inflasi.
g. Kebijakan pemerintah yang kurang tepat
Kebijakan pemerintah yang kurang tepat bisa memicu timbulnya inflasi.
Misalnya, jika pemerintah menetapkan aturan (syarat) pemberian kredit yang terlalu
longgar maka bisa dipastikan akan lebih banyak pengusaha yang mendapat kredit
(pinjaman uang). Akibatnya, jumlah uang yang beredar terlalu banyak sehingga
memicu terjadinya inflasi.
MV = PT
Keterangan:
M : jumlah uang yang beredar
V : kecepatan uang beredar berpindah tangan
P : harga barang
T : jumlah barang yang diperdagangkan
2) Harapan (expectation) Masyarakat tentang Kenaikan Harga
Walaupun jumlah uang bertambah, jika masyarakat percaya atau
mempunyai keyakinan bahwa harga barang dan jasa tidak akan naik,
maka pertambahan pendapatan tidak akan dibelanjakan, tetapi
disimpan untuk menambah kas atau berjaga-jaga. Sebaliknya, jka
masyarakat memiliki harapan maka penambahan pendapatan akan
menambah permintaan efektif sehingga mendorong terjadinya inflasi.
b. Teori Keyness
Menurut Keyness, inflasi terjadi karena perebutan perolehan barang dan jasa
oleh masyarakat pelaku ekonomi (rumah tangga konsumsi) yang ingin
memperoleh barang dan jasa lebih banyak dengan kredit, demikian juga
investasi rumah tangga produksi memperluas usahanya dengan cara kredit.
Sementara itu, pemerintah dengan cara mencetak uang baru. Akibatnya,
permintaan agregate/keseluruhan terhadap barang dan jasa melebihi jumlah
barang dan jasa yang dihasilkan dan mengakibatkan kenaikan harga.
c. Teori Strukturalis
Menurut teori stukturalis, inflasi ditimbulkan oleh ketidakelastisan produsen
dalam menghasilkan barang khususnya sektor pangan.
D. Jenis-Jenis Inflasi
a. Penggolongan Inflasi Berdasarkan Tingkat Keparahannya
Inflasi berdasarkan tingkat keparahannya dapat dibedakan menjadi 4 jenis,
antara lain sebagai berikut :
1) Inflasi Ringan
Inflasi ringan adalah inflasi dengan tingkat inflasi di bawah dari 10%
per tahun.
2) Inflasi Sedang
Inflasi sedang adalah inflasi dengan laju 10% sampai dengan 30% per
tahun.
3) Inflasi Berat
Inflasi berat adalah inflasi dengan laju 30% sampai dengan 100% per
tahun.
4) Inflasi Sangat Berat
Inflasi sangat berat adalah inflasi dengan laju lebih dari 100% per
tahun.
b. Penggolongan Inflasi Berdasarkan Penyebab Awal Terjadinya Inflasi
Penggolongan inflasi berdasarkan penyebab awal terjadinya inflasi di bagi
menjadi 2, antara lain sebagai berikut :
1) Inflasi karena Kelebihan Permintaan Efektif atas Barang dan Jasa
(demand Pull Inflation)
Permintaan efektif yang besar dari masyarakat tanpa diimbangi dengan
penyediaan barang dan jasa akan menyebabkan keseimbangan antara permintaan
dengan penawaran terganggu, akibatnya harga barang naik. Dengan demikian, inflasi
akan terjadi.
Demand Pull Inflation dapat terjadi karena beberapa hal, antara lain sebagai
berikut :
a) Terlalu banyak uang yang beredar di masyarakat karena terlalu banyak uang
yang dialirkan oleh bank sentral.
b) Meningkatnya anggaran belanja negara dan ekspansi bisnis dapat
meningkatkan permintaan barang secara keseluruhan, akhirnya memicu
inflasi.
c) Konsumen lebih memilih membeli barang dalam jumlah yang lebih banyak
dibandingkan untuk menabung.
d) Penurunan tarif pajak
Keterangan:
Naiknya permintaan barang dari 0Q1 ke 0Q2 membuat harga barang juga naik
dari 0P1 ke 0P2. Naiknya harga ini mengakibatkan kurva permintaan juga
bergeser dari D1D1 ke D2D2 yang berarti pula bergesernya keseimbangan dari
E1 ke E2, namun tidak diimbangi naiknya penawaran (penawaran tetap/SS).
Keterangan:
Naiknya biaya produksi menyebabkan hasil produksi turun sehingga
penawaran berkurang dari 0Q1 ke 0Q2. Turunnya penawaran menyebabkan
harga naik 0P1 ke 0P2. Turunnya penawaran membuat kurva bergeser dari S1S1
ke S2S2 yang bergeser pula bergeser pula dari E1 ke E2.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Indeks harga adalah angka yang diharapkan dapat dipakai untuk menunjukkan
perubahan mengenai harga-harga, baik harga untuk semacam maupun beberapa macam
dalam waktu dan tempat yang sama atau berlainan.
Metode perhitungan indeks harga dapat dilakukan dengan cara sederhana maupun
cara tertimbang. Inflasi adalah gejala kenaikan tingkat harga umum dari barang atau jasa serta
faktor-faktor produksi secara terus menerus.
Sebab-sebab timbulnya inflasi meliputi inflasi tarikan permintaan dan inflasi
dorongan biaya. Dampak inflasi salah satunya yaitu dapat mendorong redistribusi pendapatan
diantara anggota masyarakat. Dampak ini dapat diatasi dengan beberapa kebijakan,
diantaranya kebijakan moneter, kebijakan fiskal, dan kebijakan nonmoneter.
3.2. SARAN
Diharapkan kepada pemerintah untuk menstabilkan efisiensi ekonomi tanpa harus
menyebabkan ketidakseimbangan indeks harga di masyarakat.
Kebijakan yang ditetapkan pemerintah dalam mengurangi dampak negatif inflasi
hendaknya dapat dijalankan sebagaimana mesinya dan mendapatkan partisipasi aktif oleh
masyarakat.