Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH EKONOMI

INDEKS HARGA DAN INFLASI

Disusun oleh :
1. Caraka Jalu Pratama
2. Calista Hana
3. Haikal Giovindra
4. Muhammad Rizky Andra
5. Rianita Sabila

SMA An Namiroh® 1 PEKANBARU


TAHUN PELAJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT. Atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran aupun materi.

Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, Oktober 2023

Penulis
Daftar Isi
HALAMAN SAMPUL 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Indeks Harga 5
2.2 Inflasi 7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 22
3.2 Saran 22

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Dari waktu ke waktu, suatu perekonomian selalu mengalami kemajuan dan
kemunduran. Disuatu saat produksi meningkat, tetapi disaat lain menurun. Begitu pula
dengan keuntungan perusahaan, harga barang, dan biaya hidup maupun pendapatan nasional.
Untuk melakukan perbandingan antara variabel yang sama dalam dua waktu yang berbeda,
diperlukan sebuah angka indeks. Melalui angka indeks, kita dapat mengetahui maju
mundurnya suatu usaha atau kegiatan, naik turunnya pendapatan, harga, dan sebagai berikut.
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan angka indeks? Sejauh manakah pentingnya
angka indeks? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, akan dibahas secara lebih rinci
mengenai angka indeks pada bab selanjutnya. Selain indeks harga, juga akan dibahas inflasi,
permintaan dan penawaran uang.

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Apakah yang dimaksud dengan indeks harga?
2. Apakah tujuan dari penyusunan indeks harga?
3. Apakah yang dimaksud dengan inflasi?
4. Apa sajakah yang menyebabkan inflasi?
5. Bagaimanakah cara mengendalikan inflasi?

1.3. TUJUAN PENULISAN


1. Dengan adanya makalah indeks harga ini, maka pundi-pundi pengetahuan kita dapat
bertambah, terutama pada bidang ekonomi.
2. Untuk mengetahui pengertian, jenis-jenis, penyebab, teori, dampak, dan cara
mengendalikan inflasi.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. INDEKS HARGA
A. Pengertian Indeks Harga
Indeks harga adalah angka yang diharapkan dapat dipakai untuk memperlihatkan
perubahan mengenai harga-harga barang, baik harga untuk semacam maupun berbagai
macam barang dalam waktu dan tempat yang sama ataupun berlainan.
Dalam ekonomi dikenal beberapa jenis indeks harga, antara lain sebagai berikut :
a. Indeks harga konsumen (IHK) adalah angka yang menggambarkan perbandingan
perubahan harga barang dan jasa yang dihitung, dianggap mewakili belanja konsumen,
kelompok barang yang dihitung bisa berubah-ubah disesuaikan dengan pola konsumsi aktual
masyarakat.
b. Indeks harga produsen (IHP) adalah perbandingan perubahan barang dan jasa yang
dibeli oleh produsen pada waktu tertentu, yang dibeli oleh produsen meliputi bahan mentah
dan bahan setengah jadi. Perbedaannya dengan IHK adalah kalau IHP mengukur tingkat
harga pada awal sistem distribusi, IHK mengukur harga langsung yang dibayar oleh
konsumen pada tingkat harga eceran. Indeks harga produsen biasa disebut juga indeks harga
grosir (wholesale price index).
c. Indeks harga yang harus dibayar dan diterima oleh petani. Indeks harga barang-barang
yang dibayar oleh petani baik untuk biaya hidup maupun untuk biaya proses produksi,
apabila dalam menghitung indeks masukkan unsur jumlah biaya hipotek, pajak, upah pekerja
yang dibayar oleh petani, indeks yang diperoleh disebut indeks paritas. Rasio antara indeks
harga yang harus dibayar oleh petani dengan indeks paritas dalam waktu tertentu disebut
rasio paritas (parity ratio).

B. Tujuan Penyusunan Indeks Harga


Dengan makin berkembangnya angka indeks, angka mengenai harga mempunyai arti
yang makin penting pula, baik yang dikumpulkan oleh perusahaan, pemerintah, maupun
swasta. Mereka memiliki tujuan masing-masing dalam menyusun indeks harga. Beberapa hal
yang biasanya menjadi tujuan penyusunan indeks harga, antara lain sebagai berikut :

a. Indeks Harga sebagai Petunjuk atau Barometer Kondisi Ekonomi Umum


Indeks harga umum penting artinya bagi pedagang sebab indeks harga tersebut
merupakan pedoman umum bagi kebijaksanaan penetapan harga dan perencanaan dan
perencanaan persediaan perusahaan. Pada umumnya, perusahaan besar membentuk staf ahli
yang khusus bertugas mengolah data harga dan memberikan keterangan yang berguna bagi
manajemen. Adapun perusahaan yang agak kecil tidak dapat membentuk staf khusus, tetapi
tetap melakukan pengumpulan data harga dan pengolahannya ke dalam indeks harga yang
serba terbatas.

b. Indeks Harga Dapat Digunakan sebagai Deflator


Dengan cara membagi nilai tertentu dengan indeks harga yang yang sesuai maka
pengaruh perubahan harga dapat dihilangkan. Proses ini disebut proses deflasi, sedangkan
pembagiannya disebut deflator. Proses deflasi ini sangat berguna bagi para pedagang.
Kenaikan nilai jual pada periode tertentu dapat disebabkan oleh kenaikan harga barang yang
dijual atau oleh kenaikan jumlah penjualan. Kenaikan penjualan yang terjadi sesungguhnya
dapat diukur dengan mendeflasikan penjualan dengan indeks harga yang sesuai.

c. Indeks Harga Dapat Digunakan sebagai Pedoman bagi Pembelian Barang


Agar dapat diukur efisiensi pembelian barang yang bersangkutan, harga barang yang
dibeli dapat dibandingkan dengan indeks harga eceran atau indeks harga perdagangan besar.
Dasar untuk mengatur gaji buruh atau menyesuaikan kenaikan gaji buruh pada masa deflasi
adalah indeks harga konsumen (IHK) dan indeks biaya hidup (IBH). Adapun perhitungan
upah nyata dapat menggunakan IBH sebagai deflator.

Di dalam IHK, harga yang digunakan adalah harga-harga barang konsumsi yang bukan
merupakan barang dagangan (yang dijualbelikan lagi) serta bukan barang faktor produksi.
Barang-barang konsumsi tersebut di kelompokkan dalam bahan makanan, pakaian, dan
macam-macam barang dan jasa. Tujuan menghitung IHK adalah sebagai berikut :
1) Mengetahui perkembangan harga barang dan jasa yang tergabung pada diagram
timbangan IHK.
2) Sebagai pedoman untuk menentukan suatu kebijaksanaan yang akan datang, terutama
di bidang pembangunan ekonomi.
3) Sebagai penghitung penyesuaian upah minimum kabupaten.
4) Mempermudah pemantauan supply dan demand khususnya barang kebutuhan
masyarakat yang ada di pasar.

C. Perhitungan Indeks Harga


Ada beberapa macam cara atau metode yang digunakan dalam perhitungan indeks harga,
antara lain sebagai berikut :
a. Perhitungan Indeks Harga Tidak Tertimbang
Metode yang biasa digunakan untuk mengukur indeks harga tidak tertimbang ialah
metode agregatif sederhana dan metode rata-rata dari relatif harga.
1) Metode Agregatif Sederhana
Rumus yang digunakan untuk menghitung indeks harga tidak tertimbang dengan
metode agregatif sederhana, sebagai berikut :

2) Metode Rata-Rata dari Relatif Harga


Pn
Apabila setiap jenis bahan pokok dalam tabel kita hitung rasio , akan diperoleh
Po
relatif harga tiap-tiap jenis bahan pokok itu. Indeks harga bahan pokok keseluruhan diperoleh
dengan menjumlahkan relatif harga kemudian merata-ratakannya dengan rata-rata hidung
median, dan rata-rata ukur. Rumusnya sebagai berikut :

b. Perhitungan Indeks Harga Tertimbang


1) Angka indeks Laspeyres merupakan angka indeks tertimbang yang sering digunakan
dalam perhitungan. Rumus angka indeks tersebut sebagai berikut :

2) Angka indeks Paasche merupakan metode tahun berjalan. Indeks Paasche


menggunakan faktor penimbang harga periode dasar dan kuantitas (jumlah) komoditas yang
dihasilkan selama jangka waktu yang diselidiki. Rumus angka indeks Paasche sebagai berikut
:
Pn. Qn
IP = x 100
Po . Qn
Keterangan:
IP : indeks harga menurut Paasche
Po : harga tahun dasar
Pn : harga tahun yang diselidiki
Qn : jumlah komoditas jangka waktu yang diselidiki

2.2. INFLASI
A. Pengertian Inflasi
Inflasi adalah suatu keadaan di mana terjadi peningkatan harga barang-barang secara
umum dan terus-menerus dalam waktu yang relatif lama. Inflasi sering disebut sebagai suatu
keadaan di mana terjadi turunnya nilai uang. Nilai mata uang tersebut menurun akibat adanya
kenaikan harga barang.
Setelah istilah inflasi, dalam ekonomi juga dikenal dengan istilah deflasi sebagai keadaan
kebalikan dari inflasi. Deflasi adalah keadaan semakin turunnya harga-harga barang, atau
suatu keadaan semakin meningkatnya nilai uang. Senada dengan pembahasan di atas, ada
pakar yang mendefinisikan inflasi sebagai suatu proses atau peristiwa kenaikan tingkat harga
umum. Adapun deflasi didefinisikan sebagai suatu proses atau peristiwa turunnya tingkat
harga umum.
`Pada saat inflasi, harga-harga barang naik, sebaliknya ketika terjadi deflasi harga-harga
barang turun. Tetapi harus diingat bahwa pada waktu terjadi inflasi maupun deflasi tidak
semua harga-harga barang berubah dengan ragam dan arah yang sama. Mungkin dalam masa
inflasi ada barang yang harga nya turun atau kenaikan harganya tidak sebanding dengan
kenaikan tingkat harga umumnya, demikian juga sebaliknya dalam masa deflasi ada barang
yang turunnya tidak sebanding dengan dengan turunnya tingkat harga umum, atau bahkan
mengalami kenaikan sama sekali.

B. Penyebab Inflasi
Penyebab terjadinya inflasi secara umum, antara lain sebagai berikut :
a. Kelebihan permintaan
Inflasi terjadi jika ada kelebihan permintaan yang tidak bisa dipenuhi oleh
produsen, yang disebut dengan istilah demand pull inflation.
b. Kenaikan biaya produksi
Inflasi terjadi jika biaya produksi meningkat, yang selanjutnya berakibat oada
naiknya harga jual barang-barang dan jasa.
c. Pencetakan uang baru oleh pemerintah
Inflasi terjadi jika pemerintah mencetak uang baru untuk menutup anggaran
negara yang difisit. Pencetakan uang baru dapat menyebabkan jumlah uang yang
beredar lebih banyak dan tidak seimbang dengan jumlah barang dan jasa sehingga
harga-harga akan naik (inflasi).
d. Lambatnya produksi barang tertentu, terutama produksi makanan
Produksi makanan (pertanian) berbeda dengan produksi pabrik, sebab
produksi makanan (pertanian) dibatasi oleh faktor musim atau genetika. Misalnya,
jika produksi sepatu bisa dipercepat dari satu bulan menjadi hanya satu pekan maka
produksi padi tidak bisa dipercepat dari empat bulan menjadi satu bulan. Di samping
itu, karena pertambahan penduduk lebih cepat dibanding pertambahan bahan makanan
maka jumlah penawaran produk makanan jauh lebih kecil dibandingkan
permintaannya. Akibatnya, dapat dipastikan harga makanan akan naik. Harga
makanan yang naik biasanya akan diikuti oleh naiknya harga barang-barang yang lain
(terjadinya inflasi). Penyebab inflasi ini terutama terjadi di negara-negara
berkembang.
e. Sikap konsumen (masyarakat) terhadap informasi kenaikan harga
Apabila konsumen mendapat informasi bahwa harga-harga akan naik,
misalnya disebabkan oleh naiknya harga BBM, biasanya konsumen akan berlomba
membeli barang-barang sebelum harga betul-betul naik. Akibatnya, permintaan akan
meningkat tajam dan tidak seimbang dengan jumlah barang yang tersedia sehingga
pasti terjadi inflasi.
f. Sikap produsen terhadap informasi kenaikan harga
Apabila produsen mendengar bahwa harga-harga akan naik maka sebagian
produsen justru akan menimbun barang sambil menunggu harga betul-betul naik,
dengan tujuan agar mendapat keuntungan yang lebih besar. Ketika harga betul-betul
naik tetap saja ada sebagian dari produsen yang tidak menjual barangnya, karena
masih menunggu kenaikan harga yang lebih tinggi lagi. Perilaku produsen seperti ini
menyebabkan penawaran jauh lebih kecil dibanding permintaan, padahal dalam
keadaan seperti ini para konsumen berlomba-lomba membeli barang, akibatnya pasti
terjadi inflasi.
g. Kebijakan pemerintah yang kurang tepat
Kebijakan pemerintah yang kurang tepat bisa memicu timbulnya inflasi.
Misalnya, jika pemerintah menetapkan aturan (syarat) pemberian kredit yang terlalu
longgar maka bisa dipastikan akan lebih banyak pengusaha yang mendapat kredit
(pinjaman uang). Akibatnya, jumlah uang yang beredar terlalu banyak sehingga
memicu terjadinya inflasi.

C. Teori Penyebab Timbulnya Inflasi


a. Teori Kuantitas
Teori kuantitas menyoroti proses inflasi dari segi peranan jumlah uang yang
beredar dan harapan (expectation) masyarakat tentang kenaikan harga di masa
yang akan datang.
1) Peranan Jumlah Uang yang Beredar
Dengan dilandasi pemikiran atas persamaan pertukaran dari Irving
Fisher Inflasi diperoleh.

MV = PT

Keterangan:
M : jumlah uang yang beredar
V : kecepatan uang beredar berpindah tangan
P : harga barang
T : jumlah barang yang diperdagangkan
2) Harapan (expectation) Masyarakat tentang Kenaikan Harga
Walaupun jumlah uang bertambah, jika masyarakat percaya atau
mempunyai keyakinan bahwa harga barang dan jasa tidak akan naik,
maka pertambahan pendapatan tidak akan dibelanjakan, tetapi
disimpan untuk menambah kas atau berjaga-jaga. Sebaliknya, jka
masyarakat memiliki harapan maka penambahan pendapatan akan
menambah permintaan efektif sehingga mendorong terjadinya inflasi.

b. Teori Keyness
Menurut Keyness, inflasi terjadi karena perebutan perolehan barang dan jasa
oleh masyarakat pelaku ekonomi (rumah tangga konsumsi) yang ingin
memperoleh barang dan jasa lebih banyak dengan kredit, demikian juga
investasi rumah tangga produksi memperluas usahanya dengan cara kredit.
Sementara itu, pemerintah dengan cara mencetak uang baru. Akibatnya,
permintaan agregate/keseluruhan terhadap barang dan jasa melebihi jumlah
barang dan jasa yang dihasilkan dan mengakibatkan kenaikan harga.

c. Teori Strukturalis
Menurut teori stukturalis, inflasi ditimbulkan oleh ketidakelastisan produsen
dalam menghasilkan barang khususnya sektor pangan.

D. Jenis-Jenis Inflasi
a. Penggolongan Inflasi Berdasarkan Tingkat Keparahannya
Inflasi berdasarkan tingkat keparahannya dapat dibedakan menjadi 4 jenis,
antara lain sebagai berikut :
1) Inflasi Ringan
Inflasi ringan adalah inflasi dengan tingkat inflasi di bawah dari 10%
per tahun.
2) Inflasi Sedang
Inflasi sedang adalah inflasi dengan laju 10% sampai dengan 30% per
tahun.
3) Inflasi Berat
Inflasi berat adalah inflasi dengan laju 30% sampai dengan 100% per
tahun.
4) Inflasi Sangat Berat
Inflasi sangat berat adalah inflasi dengan laju lebih dari 100% per
tahun.
b. Penggolongan Inflasi Berdasarkan Penyebab Awal Terjadinya Inflasi
Penggolongan inflasi berdasarkan penyebab awal terjadinya inflasi di bagi
menjadi 2, antara lain sebagai berikut :
1) Inflasi karena Kelebihan Permintaan Efektif atas Barang dan Jasa
(demand Pull Inflation)
Permintaan efektif yang besar dari masyarakat tanpa diimbangi dengan
penyediaan barang dan jasa akan menyebabkan keseimbangan antara permintaan
dengan penawaran terganggu, akibatnya harga barang naik. Dengan demikian, inflasi
akan terjadi.
Demand Pull Inflation dapat terjadi karena beberapa hal, antara lain sebagai
berikut :
a) Terlalu banyak uang yang beredar di masyarakat karena terlalu banyak uang
yang dialirkan oleh bank sentral.
b) Meningkatnya anggaran belanja negara dan ekspansi bisnis dapat
meningkatkan permintaan barang secara keseluruhan, akhirnya memicu
inflasi.
c) Konsumen lebih memilih membeli barang dalam jumlah yang lebih banyak
dibandingkan untuk menabung.
d) Penurunan tarif pajak

Keterangan:
Naiknya permintaan barang dari 0Q1 ke 0Q2 membuat harga barang juga naik
dari 0P1 ke 0P2. Naiknya harga ini mengakibatkan kurva permintaan juga
bergeser dari D1D1 ke D2D2 yang berarti pula bergesernya keseimbangan dari
E1 ke E2, namun tidak diimbangi naiknya penawaran (penawaran tetap/SS).

2) Inflasi karena Naiknya Biaya Produksi


Inflasi dapat terjadi karena kenaikan biaya produksi perusahaan dengan
harga pokok produksi naik dan menyebabkan hasil produksi dan perusahaan
berkurang sehingga harga barang naik.

Keterangan:
Naiknya biaya produksi menyebabkan hasil produksi turun sehingga
penawaran berkurang dari 0Q1 ke 0Q2. Turunnya penawaran menyebabkan
harga naik 0P1 ke 0P2. Turunnya penawaran membuat kurva bergeser dari S1S1
ke S2S2 yang bergeser pula bergeser pula dari E1 ke E2.

c. Penggolongan Inflasi Berdasarkan Asal Inflasi


Penggolongan inflasi berdasarkan asal inflasi dapat dibagi menjadi 2, antara
lain sebagai berikut :
1) Dalam Negeri (Domestic Inflation)
Inflasi yang disebabkan pengaruh-pengaruh yang berasal dari dalam
negeri, misalnya karena defesit anggaran belanja yang dibiayai dengan
melakukan pencetakan uang baru.
2) Inflasi Berasal Negara Luar Negeri (Imported Inflatio)
Inflasi yang disebabkan pengaruh-pengaruh dari luar negeri, misalnya
karena kenaikan harga gandum yang diimpor naik maka harga tepung
terigu dan harga roti di dalam negeri ikut naik.
E. Dampak Inflasi
Secara umum, inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif, tergantung parah
atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif
dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan
nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung, dan mengadakan investasi.
Dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali
(hiperinflasi) keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu, orang
menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena
harga meningkat dengan cepat, para penerima pendapatan tetap, seperti pegawai negeri atau
karyawan swasta, serta kaum buruh akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga
sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
a. Bagi Pemilik Pendapatan Tetap dan Tidak Tetap
Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan.
Sebaliknya, orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti
perusahaan, tidak dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga dengan pegawai yang
bekerja di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi.
b. Bagi Para Penabung
Inflasi menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang
semakin menurun. Memang tabungan memiliki bunga, tetapi jika tingkat inflasi di
atas bunga, nilai uang tetap menurun. Jika orang tidak menabung, dunia usaha dan
investasi akan sulit berkembang karena untuk berkembang dunia usaha membutuhkan
dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat.
c. Bagi Debitur dan Kreditur
Bagi orang yang meminjam uang kepada bang (debitur), inflasi
menguntungkan karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih
rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang
meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih
rendah jika dibandingkan pada saat meminjam.
d. Bagi Produsen
Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan jka pendapatan yang diperoleh
lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Jika hal ini terjadi, produsen terdorong
untuk melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun,
jika inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan
produsen, produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen dapat
menghentikan produksinya untuk sementara waktu, bahkan jika tidak sanggup
mengikuti laju inflasi, dapat gulung tikar (biasanya terjadi pada pengusaha kecil).
e) Bagi Perekonomian secara Umum
Dampak inflasi terhadap perekonomian secara umum akan diuraikan sebagai
berikut ini.
1) Dampak Inflasi terhadap Hasil Produksi (output)
a) Hasil produksi meningkat
Terjadi jika kenaikan harga barang-barang lebih cepat daripada
kenaikan gaji atau upah sehingga keuntungan pengusaha lebih
meningkat. Peningkatan keuntungan, mendorong pengusaha
memproduksi lebih banyak sehingga hasil produksi pun meningkat.
b) Hasil produksi menurun
Terjadi jika inflasi sudah terlalu tinggi (hiperinflasi). Dalam
hiperinflasi masyarakat tidak suka memiliki uang tunai, karena nilai
riilnya yang semakin merosot. Karena tidak memegang uang tunai,
pertukaran cenderung dilakukan dengan cara barter. Hal ini membuat
produsen tidak bersemangat memproduksi sebab hasil produksi akan
kurang laku, dan akibat selanjutnya hasil produksi menurun.

2) Dampak Inflasi terhadap Bentuk Penanaman Modal


Saat inflasi, para pemilik modal (uang) lebih suka menanamkan
modalnya dalam bentuk pembelian harta-harta tetap seperti tanah dan
rumah serta benda-benda berharga lain seperti emas dan mutiara.
Karena pada saat inflasi, nilai barang akan terus naik (semakin
mahal), sedangkan nilai uang akan semakin menurun. Oleh karena
itu, pada masa inflasi para pemilik modal menyelamatkan uang
mereka dengan cara membeli harta-harta tetap dan benda-benda
berharga.

3) Dampak Inflasi terhadap Perdagangan Internasional


Jka di dalam negeri terjadi inflasi, harga barang-barang produksi
dalam negeri akan lebih mahal dibandingkan produksi luar negeri
sehingga barang-barang produksi dalam negeri kalah bersaing
dengan produksi luar negeri. Akibatnya, nilai ekspor akan lebih kecil
daripada nilai impor sehingga neraca perdagangan kita mengalami
defisit, dan defisit ini bisa menghabiskan cadangan devisa negara.

4) Dampak Inflasi terhadap Efisiensi


Inflasi bisa berdampak pada efisiensi produksi. Pertama-tama, inflasi
mengakibatkan perubahan pada daya beli masyarakat. Bagi
masyarakat yang dirugikan oleh inflasi (seperti pegawai yang
berpendapatan tetap), inflasi telah menurunkan daya beli. Bagi
masyarakat yang diuntungkan oleh inflasi (seperti pedagang yang
presentase pendapatannya naik melebihi presentase inflasi), inflasi
telah menaikkan daya beli. Adanya daya beli yang turun dan naik,
membuat produsen sulit meramalkan struktur permintaan.
Ketidakpastian struktur permintaan yang harus dipenuhi bisa
mengakibatkan inefisiensi (pemborosan) dalam proses produksi.

5) Dampak Inflasi terhadap Penghitungan Harga Pokok


Inflasi bisa menyulitkan para produsen dalam menghitung harga
pokok produsen. Sebab, presentase kenaikan inflasi sering tidak
teratur. Akibatnya, penghitungan harga pokok menjadi tidak tepat
(terlalu kecil atau terlalu besar). Penghitungan harga pokok yang
tidak tepat akhirnya menyulitkan produsen dalam menetapkan harga
jual produk.

F. Cara Mengatasi Inflasi


Inflasi tidak selamanya merugikan, namun juga memiliki dampak positif. Namun, jika
angka inflasi sudah sangat tinggi (hyperinflasi), perlu dilakukan tindakan untuk
mengatasinya. Adapun tindakan yang dapat dilakukan pemerintah untuk mengatasi inflasi,
antara lain sebagai berikut :
a. Mengatasi Inflasi melalui Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah kebijakan pemerintah di bidang keuangan yang
dilakukan oleh Bank Sentral/dewan moneter dengan tujuan mengukur jumlah uang
yang beredar di masyarakat. Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan mengambil
kebijakan di antaranya melalui beberapa tindakan berikut ini.
1) Kebijakan Dikonto (Discount Policy)
Kebijakan diskonto (discount policy) adalah kebijakan yang dilakukan oleh
pemerintah dengan cara menaikkan suhu bunga. Contohnya, Bank
Indonesia memerintahkan bank umum agar mengurangi/mempersempit
pemberian kredit kepada masyarakat dengan cara menaikkan bunga
pengaman sehingga uang yang beredar akan menurun.
2) Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)
Operasi pasar terbuka (open market operation) adalah kebijakan yang
dilakukan pemerintah dengan cara menjual/membeli surat berharga.
Contohnya, Bank Indonesia akan menjual surat-surat berharga seperti
obligasi ke pasar modal, sehingga uang masyarakat akan masuk ke Bank
Sentral dan mengurangi uang yang beredar.
3) Menaikkan Kas Rasio
Menaikkan kas rasio dilakukan oleh Bank Indonesia dengan cara mengubah
besarnya kas rasio dengan menentukan angka banding minimum antara
uang tunai dan kewajiban giral bang.
4) Kebijakan Pengaturan Kredit atau Pembiayaan
Kebijakan kredit yang dilakukan dengan cara kredit selektif, yaitu
pemberian kredit yang dilakukan oleh Bank Sentral dengan memilih
penerima kredit secara selektif. Ini dilakukan bertujuan untuk mengurangi
JUB sehingga inflasi dapat ditekan. Contohnya, Bank Sentral berusaha
memengaruhi bank-bank umum dalam hal aturan pemberian kredit kepada
nasabah.

b. Mengatasi Inflasi melalui Kebijakan Fiskal


1) Mengatur Penerimaan dan Pengeluaran Pemerintah
Pemerintah dapat menekan angka inflasi dengan cara mengurangi
pengeluaran belanja negara yang menyebabkan permintaan barang dan jasa
berkurang.
2) Menaikkan Tarif Pajak
Peningkatan tarif pajak akan mengurangi kegiatan konsumsi, sehingga uang
yang dibelanjakan masyarakat akan berkurang.
3) Mengadakan Pinjaman Pemerintah
Pemerintah meminjam secara paksa atau dilakukan tanpa kompromi
terlebih dahulu sehingga menambah pendapatan/berupa pinjaman bagi
negara.

c. Kebijakan Nonmonter atau Kebijakan Riil


1) Peningkatan Produksi
Jika barang yang di produksi bertambah maka inflasi akan tertahan bahkan
perekonomian akan lebih meningkat.
2) Kebijakan Upah
Inflasi dapat diatasi dengan mengurangi disposable income masyarakat.
Untuk menurunkan laju produksi pemerintah meningkatkan produktivitas
disertai dengan pengaturan upah yang sesuai.
3) Pengendalian Harga dan Distribusi Produksi
Pengawasan harga yang diambil pemerintah biasanya dilakukan dengan
menetapkan harga minimum atau menetapkan harga maksimum.

BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Indeks harga adalah angka yang diharapkan dapat dipakai untuk menunjukkan
perubahan mengenai harga-harga, baik harga untuk semacam maupun beberapa macam
dalam waktu dan tempat yang sama atau berlainan.
Metode perhitungan indeks harga dapat dilakukan dengan cara sederhana maupun
cara tertimbang. Inflasi adalah gejala kenaikan tingkat harga umum dari barang atau jasa serta
faktor-faktor produksi secara terus menerus.
Sebab-sebab timbulnya inflasi meliputi inflasi tarikan permintaan dan inflasi
dorongan biaya. Dampak inflasi salah satunya yaitu dapat mendorong redistribusi pendapatan
diantara anggota masyarakat. Dampak ini dapat diatasi dengan beberapa kebijakan,
diantaranya kebijakan moneter, kebijakan fiskal, dan kebijakan nonmoneter.

3.2. SARAN
Diharapkan kepada pemerintah untuk menstabilkan efisiensi ekonomi tanpa harus
menyebabkan ketidakseimbangan indeks harga di masyarakat.
Kebijakan yang ditetapkan pemerintah dalam mengurangi dampak negatif inflasi
hendaknya dapat dijalankan sebagaimana mesinya dan mendapatkan partisipasi aktif oleh
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai