Disusun Oleh :
1. Anggi Wulandari 20210032
2. Maulidia Nurul Zen 20210018
3. Adella Chyntia Putri 20210010
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Indeks Harga
2. Apa saja macam – macam Indeks Harga
3. Metode apa saja yang digunakan dalam perhitungan Indeks Harga
4. Apa yang dimaksud Inflasi
5. Bagaimana cara menghitung pertumbuhan laju inflasi per periode
6. Apa sebab tumbuhnya Inflasi, jenis Inflasi, dan Teori Inflasi
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Indeks Harga
2. Untuk mengetahui macam - macam Indeks Harga
3. Untuk mengetahui Metode Penghitungan Indeks Harga
4. Untuk mengetahui apa itu Inflasi
5. Untuk mengetahui Pertumbuhan Laju Inflasi
6. Untuk mengetahui Sebab Tumbuhnya inflasi, jenis inflasi, teori inflasi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Indeks Harga
Kenaikan harga berbagai komoditas di masyarakat secara umum diukur
dari hasil pencatatan harga komoditas di berbagai kota di Indonesia. Tugas
ini dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Perhitungan dilakukan setiap
bulan dengan menggunakan angka indeks. Angka indeks adalah suatu
angka relative yang dinyatakan dalam persentase dan biasanya untuk
kesederhanaan lambang persentasenya dihilangkan. Terdapat beberapa
macam angka indeks, namun pada makalah ini hanya akan dibahas tentang
Indeks Harga dan inflasi. Indeks harga adalah angka yang diharapkan dapat
dipakai untuk memperlihatkan perubahan mengenai harga-harga barang,
baik harga untuk satu macam barang maupun berbagai macam barang
dalam waktu dan tempat yang sama atau berlainan, atau ukuran statistik
yang menggambarkan perubahan harga dari waktu ke waktu dan indeks
harga biasanya dibandingfan dengan harga pada tahun dara yaitu tahun
tertentu yang dijadikan acuan. Terdapat tiga kemungkinan dalam hasil
perhitungan indeks harga, yaitu:
1. Jika indeks harga > 100 berarti harga mengalami kenaikan (terjadi
inflasi).
2. Jika indeks harga < 100 berarti harga mengalami penurunan (terjadi
deflasi).
3. Jika indeks harga = 100 berarti harga tetap (tidak naik dan tidak turun)
Tujuan utama dari perhitungan indeks harga adalah mengetahui tingkat
inflasi atau deflasi yaitu kenaikan atau penurunan harga secara umum.
Selain itu untuk bisa menyajikan indikator pengukuran kegiatan
perekonomian secara umum, memberi rujukan atau patokan harga kepada
para pelaku ekonomi untuk menentukan harga barang dan jasa,
menyesuaikan gaji upah, bunga, pajak, subsidi yang sesuai dengan
perubahan daya beli uang
B. Macam-macam Indeks Harga
Ada beberapa jenis indeks harga yang lebih spesifik, tergantung pada
kelompok barang dan jasa yang diukur dibedakan menjadi beberapa jenis,
yaitu:
1. Indeks Harga Konsumen (IHK) Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan
indeks harga yang umum digunakan untuk menggambarkan pergerakan
harga. Dengan kata lain, IHK adalah indeks yang mengukur perubahan-
perubahan yang terjadi pada harga eceran barang dan jasa yang diminta
konsumen dari waktu ke waktu. Perubahan IHK dari waktu ke waktu
menunjukkan pergerakan harga dari sejumlah barang dan jasa yang
dikonsumsi masyarakat. IHK merupakan salah satu indikator ekonomi
yang memberikan informasi mengenai harga barang dan jasa yang
dibayar oleh konsumen. Perhitungan IHK dilakukan untuk merekam
perubahan harga beli di tingkat konsumen (purchasing cost) dari
sekelompok tetap barang dan jasa (fixed basket) yang pada umumnya
dikonsumsi masyarakat.
2. Indeks Harga Produsen (IHP) adalah indeks harga yang menggambarkan
tingkat perubahan harga di tingkat produsen. Pengguna data dapat
memanfaatkan perkembangan harga produsen sebagai indikator dini
harga grosir maupun harga eceran. Selain itu dapat juga digunakan untuk
membantu penyusunan neraca ekonomi (PDB), distribusi barang, margin
perdagangan, dan sebagainya. IHP dikelompokkan ke dalam sektor
Pertanian, Pertambangan dan Penggalian, dan Industri Pengolahan
3. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) Badan Pusat Statistik (BPS)
menjelaskan bahwa IHPB adalah harga indeks yang menggambarkan
besarnya perubahan harga pada tingkat harga perdagangan besar/grosir
dari komoditas-komoditas yang diperdagangkan di suatu negara/daerah,
Komoditas tersebut merupakan produksi dalam negeri ataupun yang
diekspor dan komoditas yang berasal dari impor.
4. Indeks harga yang diterima (It) dan dibayar petani (Ib) Indeks harga yang
diterima (It) yaitu indeks harga yang berhubungan dengan pengorbanan
(harga pokok) yang telah dikorbankan dengan hasil diterima petani, atau
indeks harga yang menunjukkan perkembangan harga produsen atas
hasil produksi petani. Sedangkan Indeks harga yang dibayar petani (Ib),
yaitu indeks harga yang meliputi pembelian/biaya konsumsi dan
pembelanjaan untuk biaya produksi pertaniannya atau indeks harga yang
menunjukkan perkembangan harga kebutuhan rumah tangga petani, baik
itu kebutuhan untuk konsumsi sehari-hari maupun kebutuhan untuk
proses produksi pertanian. Dari perhitungan indeks harga yang diterima
petani dan dibayar petani, maka dapat ditentukan Nilai Tukar Petani. Nilai
Tukar Petani (NTP) merupakan angka perbandingan antara indeks harga
yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang
dinyatakan dalam persentase. NTP merupakan salah satu indikator relatif
tingkat kesejahteraan petani. Semakin tinggi NTP maka semakin
sejahtera tingkat kehidupan petani
5. Indeks harga saham Indeks harga saham yaitu indeks harga yang
mengukur perubahan harga saham di pasar modal, yang terdiri dari:
a. Indeks Harga Saham Individu (IHSI) adalah indeks harga masing-
masing saham yang tercatat pada Bursa Efek Indonesia (BEI).
b. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah indeks semua saham
yang tercatat sebagai komponen perhitungan indeks
Berdasarkan data diatas, maka angka indeks harga tahun 2015 adalah
2300
IA¿ X 100=104 , 55
2200
Jadi harga tahun 2015 mengalami kenaikan sebesar 4,55%
Berdasarkan data diatas, maka indeks laspeyres (IL) dapat dihitung sbb:
210.000
IL = X 100=105 , 00
200.000
Jadi pada tahun 2015 telah terjadi kenaikan harga sebesar 5%
D. Inflasi
Inflasi adalah suatu keadaan di mana tingkat harga secara umum (price
level) cenderung naik, karena barang dan jasa yang ada di pasaran
mempunyai jumlah dan jenis yang sangat banyak, dimana sebagian besar
dari harga-harga tersebut meningkat secara terus meneruss (continue)
sehingga berakibat terjadinya inflasi. Ketika inflasi naik lebih cepat dari
biasanya, hal itu dapat mengguncang konsumen yang tidak mengharapkan
untuk membayar harga yang lebih tinggi untuk gas, bahan makanan,
pakaian, sewa dan berbagai produk dan layanan lainnya. Mekanisme pasar
yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain konsumsi masyarakat
yang meningkat, berlebuhnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau
bahkan spekulasi. Untuk menentukan laju infasi dapat dirumuskan sebagai
berikut.
E. Laju Inflasi
Laju inflasi ini diukur dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) untuk
mengetahui perubahan pada suatu barang atau jasa.(Economics et al., 2020)
Laju Inflasi =
Indeks Harga periode yang dihitung−Indeks Harga periode sebelumnya
x 100 %
Indeks Harga periode sebelumnya
Contoh:
Indeks harga pada bulan Juli 2015 sebesar 110 dan indeks harga pada bulan
Agustus 2015 sebesar 112, maka laju inflasi pada bulan Agustus 2015 dapat
dihitung sebagai berikut:
112−110
Laju Inflasi bulan Agustus 2015 = x 100% = 1,82%
110
Jenis Inflasi
Jenis Inflasi Penggolongan inflasi dapat ditinjau dari beberapa segi, di
antaranyasebagaiberikut.
1. Dilihat dari laju kecepatannya, inflasi dibagi menjadi 3:
a. inflasi lunak (wild inflation), inflasi yang kecepatannya kurang dari 5%
per tahun.
b. inflasi cepat (galloping inflation, inflasi yang kecepatannya 5% atau
lebih per tahun
c. inflasi meroket (sky rocketing inflation) atau hiperinflasi, yaitu inflasi
yang kecepatannya lebih dari 10% per tahun.
2. Dilihat dari parah tidaknya, inflasi dibagi menjadi:
a. inflasi ringan, yaitu inflasi di bawah 10% per tahun (belum
mengganggu kegiatan perekonomian suatu negara dan masih dapat
dengan mudah untuk dikendalikan).
b. inflasi sedang, yaitu inflasi antara 10%–30% per tahun (belum
membahayakan, tetapi sudah menurunkan kesejahteraan masyarakat
yang berpenghasilan tetap).
c. inflasi berat, yaitu inflasi antara 30%–100% per tahun (sudah
mengacaukan perekonomian karena orang cenderung enggan
menabung dan lebih senang menyimpan barang).
d. inflasi sangat berat atau hiperinflasi, yaitu inflasi diatas 100% per
tahun (mengacaukan kegiatan perekonomian suatu Negara dan sulit
untuk dikendalikan/diatasi).
3. Dilihat dari sumbernya, inflasi dibagi menjadi:
a. inflasi dari dalam negeri(domestic inflation), artinya inflasi karena
penciptaan uang baru dan adanya kebijakan anggaran defisit,
b. inflasi dari luar negeri (imported inflation), artinya inflasi terjadi karena
suatu negara mengimpor barang/jasa dari negara lain yang sedang
mengalami inflasi
Teori Inflasi
1. Teori Kuantitas
Teori Kuantitas merupakan teori yang paling tua mengenai inflasi, namun
teori ini masih sangat berguna untuk menerangkan proses inflasi di jaman yang
modern ini, terutama di negara – negara yang sedang berkembang. Teori
kuantitas ini menyoroti peranan dalam inflasi dari (Boediono, 1998: 167-169) :
a. Jumlah Uang yang Beredar
Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume uang
yang beredar, tanpa ada kenaikan jumlah uang yang beredar.
Kejadian seperti ini misalnya, kegagalan panen, hanya akan
menaikkan harga – harga untuk sementara waktu saja. Bila jumlah
uang tidak ditambah, inflasi akan berhenti dengan sendirinya, apapun
sebab-musababnya awal dari kenaikan harga – harga tersebut.
b. Psikologi (expectations) masyarakat mengenai harga – harga
2. Teori Keynes
Teori Keynes mengenai inflasi didasarkan atas teori makronya, dan
menyoroti aspek lain dari inflasi (Boediono, 1998: 170-171). Menurut teori ini,
inflasi terjadi karena suatu masyarakat ingin hidup diluar batas kemampuan
ekonominya. Proses inflasi, menurut pandangan ini, tidak lain adalah proses
perebutan bagian rejeki diantara kelompok – kelompok sosial yang menginginkan
bagian yang lebih besar daripada yang bisa disediakan oleh masyarakat
tersebut. Proses perebutan ini akhirnya diterjemahkan menjadi keadaan dimana
permintaan masyarakat akan barang – barang selalu melebihi jumlah barang –
barang yang tersedia (timbulnya apa yang disebut inflationary gap).
3. Teori Strukturalis
Teori mengenai inflasi yang didasarkan atas pengalaman di
negaranegara Amerika latin. Teori ini memberikan tekanan pada ketegaran
(rigdities) dari struktur perekonomian negara – negara sedang berkembang.
Menurut Boediono (1998), karena inflasi dikaitkan dengan faktor – faktor
struktural dari perekonomian (yang menurut definisi, faktor – faktor ini hanya bisa
berubah secara gradual dan dalam jangka panjang) maka teori ini bisa disebut
teori inflasi jangka panjang.
Mengenai teori strukturalis ini ada 3 hal yang perlu ditekankan :
a. Teori ini menerangkan proses inflasi jangka panjang di negara – negara
yang sedang berkembang.
b. Ada asumsi bahwa jumlah uang beredar bertambah dan secara pasif
mengikuti dan menampung kenaikan harga – harga tersebut. Dengan
kata lain, proses inflasi tersebut bisa berlangsung terus hanya apabila
jumlah uang beredar juga bertambah terus. Tanpa kenaikan jumlah uang
proses tersebut akan berhenti dengan sendirinya.
c. Faktor – faktor struktural yang dikatakan sebagai sebab musabab yang
paling dasar dari proses inflasi tersebut bukan 100 % struktural. Sering
dijumpai bahwa keterangan – keterangan tersebut disebabkan oleh
kebijakan harga atau moneter pemerintah sendiri.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
INTEGRASI AYAT
DAFTAR PUSTAKA
Economics, P., Khaldoon, A., Ahmad, A., Wei, H., Yousaf, I., Ali, S. S., Naveed,
M., Latif, A. S., Abdullah, F., Ab Razak, N. H., Palahuddin, S. H., Tasneem
Sajjad , Nasir Abbas, Shahzad Hussain, SabeehUllah, A. W., Gulzar, M. A.,
Zongjun, W., Gunderson, M., Gloy, B., Rodgers, C., Orazalin, N., Mahmood,
M., … Ishak, R. B. (2020). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者におけ
る 健康関連指標に関する共分散構造分析 Title. Corporate Governance
(Bingley), 10(1), 54–75.