Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat-Nya dan
karuniaNya,saya bisa diberikan kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Masalah Perang TONDANO DAN PATTIMURA ANGKAT SENJATA”dengan tepat waktu
dan baik, makalah ini disusun guna memenuhi Tugas mata pelajaran sejarah Indonesia
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini, baik secara langsung
maupun tidak langsung, penyusun mengucapkan terima kasih kepada Semua pihak/rekan-rekan
yang telah membantu kelancaran penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, sudah
barang tentu kritik dan saran penulis harapkan dari pembaca guna melengkapi dan
menyempurnakan kekurangan daripada penulis. Semoga dengan disusunnya makalah ini penulis
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya, khususnya bagi siswa-siswi

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang...................................................................................................... 4
b. Rumusan Masalah................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN
a. Perang tondano I............................................................................................................... 5
b. Perang Tondano II.............................................................................................................. 5
c. Pattimura Angkat senjata.................................................................................................... 8
BAB III PENUTUP
a. Kesimpulan..........................................................................................................9
b. Saran…………………………………………………………………………….9

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Perang Tondano
Bahwa hal-hal yang melatarbelakangi terjadinya perang antara orang Minahasa
dengan kompani Belanda, antara lain dipengaruhi oleh sikap antipati seluruh Walak
di Minahasa khususnya Walak Tondano atas kedatangan kolonial Belanda yang
dianggap sama dengan kolonial asing sebelumnya, yakni orang Tasikela (Portugis
dan Spanyol) yang telah membunuh beberapa Tona’as, antara lain Mononimbar dan
Rakian dari Tondano dan Tona’as Umboh dari Tomohon, serta adanya pemerkosaan
terhadap perempuan (Wewene) Minahasa. Hal ini menimbulkan kesan bahwa
semua orang kulit putih (kolonial) memiliki perangai yang sama alias kejam.
Demikian juga pada perang ketiga, dipicu oleh tertangkapnya Ukung Pangalila
kepala Walak Tondano, dan Ukung Sumondak kepala Walak Tompaso.

2. Pattimura angkat senjata


Perlawanan Pattimura terjadi di Sapura, yaitu sebuah kota kecil di dekat pulau
Ambon. Sebab-sebab terjadinya perlawanan :
a) Kembalinya pemerintahan kolonial Belanda di Maluku dari tangan Inggris.
b) Pemerintahan kolonial Belanda memberlakukan kembali penyerahan wajib
dan kerja wajib yang sudah dihapuskan oleh Inggris.
c) Pemerintahan kolonial Belanda mengeluarkan uang kertas sebagai pengganti
uang logam yang sudah berlaku di Maluku, yang menambah kegelisahan
rakyat.
d) Belanda mulai menggerakkan tenaga dari kepulauan Maluku untuk menjadi
tentara Belanda.

B. Rumusan Masalah:
a. terjadiya perang Tondano I ?
b. terjadinya perang Tondano II ?
c. tokoh-tokoh perlawanan Pattimura angkat senjata ?
d. Jalannya perang perlawanan pattimura angkat senjata ?
e. Akhir perang perlawanan Pattimura angkat senjata ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perang Tondano I
Sekalipun hanya berlangsung sekitar satu tahun perang tonando di kenal dalam dua
tahap. Perang Tondono I terjadi pada masa kekuasaan VOC. Pada saat datangnya
bangsa barat orang – orang spanyol sudah sampai di tanah Minahasa (Tondono)
Sulawesi Utara. Orang-orang spanyol disamping berdagang juga menyebarkan agama
Kristen. Tokoh yang berjasa dalam penyebaran agam kristen di tanah minahasa adalah
Fransiscus Xaverius. Hubungan dagang orang minahas dan spanyol terus berkembang.
Tetapi mulai abad XVII hubungan dagang antara keduanya mulai terganggu dengan
kehadiran para pedagang VOC. Waktu itu VOC telah berhasil menanamkan
pengaruhnya di ternate. Bahkan gubernur Ternate bernama simon cos mendapatkan
kepercayaan dari batavia untuk membebaskan minahasa dari pengaruh spanyol. Simon
cos kemudian menempatkan kapalnya di selat lembeh untuk mengawasi pantai timur
minahasa. Para pedagang spanyol dan juga makasar yang bebas berdagang mulai
tersungkir karena ulah VOC.

VOC berusaha memaksakan kehendak agar orang-orang minahasa menjual berasnya


kepada VOC. Oleh karena itu VOC sangat membutuhkan beras untuk melakukan
monopoli perdagangan bebas di sulawesi utara. Orang-orang minahasa menentang
usaha monopoli tersebut. Tidak ada pilihan lain bagi VOC kecuali memerangi orang-
orang minahasa. Untuk melemahkan orang-orang minahasa, VOC membendung sungai
temberan. Akibatnya aliran sungai meluap dan menggenangi tempat tinggal rakyat dan
para pejuang minahasa. Orang-orang minahasa kemudian memindahkan tempat
tinggalnya di danau Tondono dengan rumah-rumah apung. Pasukan VOC kemudian
mengepung kekuatan orang-orang Minahasa yang terpusat di danau Tondono. Simon
Cos kemudian memberikan ultimatum yang isinya antara lain :
(1) orang-orang Tondano harus menyerahkan para tokoh pemberintak kepada VOC,
(2) orang-orang Tondano hrus membayar ganti rugi dengan menyerahkan 50-60 budak
sebagai ganti rugi rusaknya tanaman pdi karena genangan air sungai temberan.
Ternyata rakyat Tondano bergeming dengan ultimatum VOC tersebut. Simo Cos sangat
kesal karena ultimatumnya tidak berhasil. Pasukan VOC akhirnya ditarik mundur ke
manado. Setelah itu rakyat tondano menghadapi masalah dengan hasil pertanian yang
menumpuk, tidak ada yang membeli. Dengan terpaksa mereka kemudian mendekati
VOC untuk membeli hasil-hasil pertaniannya. Dengan demikian terbukalah tanah
minahasa oleh VOC. Berakhirlah Perang Tondano I. Orang-orang Minahasa itu
kemudian memindahkan perkampungannya di danau tondano ke perkampungan baru di
daratan yang di beri nama Minawanua (ibu negeri).

B. Perang Tondano II
Perang Tondano II sudah terjadi ketika memasuki abad ke-19, yakni pada masa
pemerintahan kolonial belanda. Perang ini di latarbelakangi oleh kebijakan Gubernur
Jendral Deandels yang mendapat mandat untuk memerangi Inggris, memerlukan
pasukan dalam jumlah besar. Untuk menambah jumlah pasukan maka direkrut pasukan
dari kalangan pribumi. Mereka yang dipilih adalah dari suku-suku yang memiliki
kebernian berperang. Beberapa suku dianggap memiliki keberanian adalah orang-orang
Madura, Dayak dan Minahasa. Atas perintah deandels melalu Kapten Hartingh,
Residen Manado Prediger segera mengumpulkan para Ukung.(Ukung adalah pemimpin
dalam suatu wilayah watak atau daerah setingkat distrik). Dari Minahasa di terget untuk
mengumpulkan calon pasukan sejumlah 2000 orang yang akan di kirim ke Jawa.
Ternyata orang-orang Minahasa umumnya tidak setuju dengan program deandels untuk
meregrut pemuda-pemuda minahasa sebagai pasukan kolonial. Banyak di antara para
ukung mulai meninggalkan rumah. Mereka justru ingin mengadakan perlawanan
terhadap kolonial Belanda. Mereka memusatkan aktifitas perjuangannya di Tondano,
Minawanoa. Salah seorang pemimpin berlawanan itu adalah Ukung Lonto ia
menegaskan rakyat minahasa harus melawan kolonial belanda sebagai bentuk
penolakan terhadap program pengiriman 2000 pemuda minahasa ke jawa serta menolak
kebijakan klonial yang memaksa agar rakyat menyerahkan beras secara Cuma-Cuma
kepada belanda.
Dalam suasana yang semakin kritis itu tidak ada pilihan lain bagi Gubernur Prediger
kecuali mengirim pasukan untuk menyerang pertahanan orang-orang minahasa di
tondano, minawanua.

Belanda kembali menerapkan strategi dengan membendung sungai temberan. Prediger


juga membentuk 2 pasukan tangguh. Pasukan yang satu disiapkan dari danau tondano
dan pasukan yang lain menyerang minawanua dari darat. Tanggal 23 oktober 1808
pertempuran mulai berkobar. Pasukan belanda yang berpusat di danau tondano berhasil
melakukan serangan dan merusak pagar bambu berduri yang membatasi danau dengan
perkampungan minawanua, sehingga menerobos pertahanan orang-orang minahasa di
minawanua. Walaupun sudah malam para pejuang tetap dengan semangat yang tinggi
terus bertahan dan melakukan perlawanan dari rumah ke rumah.pasukan Belanda
merasa kewalahan. Setelah pagi hari tanggal 24 oktober 1808 pasukan belanda dari
darat membombardir kampung pertahanan Minawanua. Serangan terus di lakukan
belanda sehingga kampung itu seperti tidak ada lagi kehidupan. Pasukan prediger mulai
mengendorkan serangannya.

Tiba-tiba dari perkampungan itu orang-orang tondano muncul dan menyerang dengan
hebatnya sehingga beberapa korban berjatuhan dari pihak belanda. Pasukan Belanda
terpaksa di tarik mundur. Seiring dengan itu sungai temberan yang di bendung mulai
meluap sehingga mempersulit pasukan belanda sendiri. Dari jarak jauh belanda terus
menghujani meriam ke kampung minawanua, tetapi tentu idak efektif. Begitu juga
swrangan yang dari danau tidak mampu mematahkan semangat jaung orang-orang
tondano, Minawanua. Bahkan terpetik berita kapal Belanda yang paling besar
tenggelam di danau. Perang Tondano II berlangsung cukup lama,bahkan sampai
agustus 1809. Dalam suasana kepenatan dan kekurangan makananan mulai ada
kelompok pejuang yang memihak kepada belanda. Namun dengan kekuatan yang ada
para pejuang tondano terus memberikan perlawanan. Akhirnya pada tanggl 4-5 Agustus
1809 benteng pertahanan moraya milik para pejuang hancur bersama rakyat yang
berusaha mempertahankan. Para pejuang itu memilih mati dair pada menyerah.
C. Tokoh-tokoh Perlawanan Pattimura Angkat senjata
a) Kapiten Pattimura (Thomas Mattulessi)
b) Rhebok
c) Thomas Pattiwel
d) Raja tiow
e) Lukas Lutamahina
f) Johanes Mattulessi
g) Cristina Marta tihahu
h) kapitten paulu tiahahu (ayah Cristina Marta tihahu)

D. Jalannya Perang Pattimura angkat senjata


Maluku dengan rempah-rempahnya memang bagaikan” mutiara dari timur “, yang
senantiasa di buru oleh orang-orang barat. namun kekuasaan orang-orang barat telah
merusak tata ekonomi dan pola perdagangan bebas yang telah lama berkembang di
nusantara. Pada masa pemerintahan inggris di bawah raffles keadaan maluku relatif
lebih tenang karena inggris bersedia membayar hasil bumi rakyat maluku. Kegiatan
kerja rodi mulai di kurangi. Bahkan para pemuda maluku juga di beri kesempatan untuk
bekerja pada dinas angkatan perang inggris. Tetapi pada masa pemerintahan kolonial
hindia belanda, keadaan kembali berubah. Kegiatan monopoli di maluku kembali di
perketat. Dengan demikian beban rakyat semakin berat. Sebab selain penyerahan wajib,
masih juga harus di kenai kewajiban kerja paksa, penyerahan ikan asin, dendeng, dan
koki. Kalau ada penduduk yang melanggar kan ditindak tegas. Di tambah lagi dengan
desas desus bahwa para guru akan di berhentikan untuk penghematan, para pemuda
akan dikumpulkan akan di jadikan tentara di luar maluku, di tambah dengan sikap
arogan residen saparua.hal ini sangat mengecewakan rakyat maluka.

Menanggapi kondisi yang demikian para tokoh dan pemuda maluku melakukan
serangkaian pertemuan rahasia.sebagai contoh telah di adakan petemukan rahasia di
pulau haruku, pulau yang di huni orang-orang islam. Selanjutnya pada tanggal 14 mei
1817 di pulau saparua ( pulau yang di huni orang-orang kristen ) kembali di adakan
pertemuan di sebuah tempat yang sering di sebut hutan kayu putih. Dalam berbagai
pertemuan itu di simpulkan bahwa rakyat maluku tidak ingin terus menderita di bawah
keserkahan dan kekejaman belanda. Oleh karena itu, perlu mengadakan perlawanan
untuk menentang kebijakan belanda. Residen saparua harus di bunuh. Sebagai
pemimpin perlawanan di percayakan kepada pemuda yang bernama thomas matulessy.
Yang kemudian terkenal dengan gelarnya patimura. Thomas matulesy pernah bekerja
pada dinas angkatan perang inggris.

Gerakan dimulai dengan menghancurkan kapal-kapal belanda dipelabuhan. Para


pejuang maluku kemudian menuju benteng duurtstede. Ternyata di benteng itu sudah
berkumprl pasukan belanda. Dengan demikian terjadilah pertempuran antara para
pejuang maluku melawan pasukan belanda. Belanda waktu itu dipimpin oleh presiden
van den berg. Sementara dari pihak para pejuang kecuali pattimura juga tampil tokoh-
tokoh seperti christina martha tiahahu,thomas pattiwail, dan lucas latumahina. Para
pejuang maluku dengan sekuat tenaga mengepung benteng duurstede,dan tidak begitu
menghiraukan tembakan-tembakan meriam yang dimuntahkan oleh serdadu belanda
dari dalam benteng. Sementara senjata para pejuang maluku masih sederhana seperti
pedang dan keris. Dalam waktu yang hampir bersamaan para pejuang maluku satu
persatu dapat memanjat dan masuk kedalam benteng. Residen dapat dibunuh dan
benteng duurstede dapat dikuasai oleh para pejuang maluku. Jatuhnya benteng
duurstede telah menambah semangat juang para pemuda malukuuntuk terus berjuang
dan melawan belanda.

E. Akhir Perang
Belanda kemudian mendatangkan bantuan dari ambon. Datanglah 300 prajurit yang
dipimpin oleh mayor beetjes. Pasukan ini kawal oleh kapal nassau dan kapal evertsen.
Namun bantuan ini dapat digagalkan oleh pasukan pattimura,bahkan mayor beetjes.
Kembali kemenangan ini semakin menggelorakan perjuangan para pejuang diberbagai
tempat seperti di seram, hitu,maluku,dan larike. Selanjutnya pattimura memusatkan
perhatian untuk menyerang benteng zeenlandia dipulau haruku. Melihat gelagat
pattimura itu maka pasukan belanda dibenteng ini dipekuat oleh komandannya groot.
Patroli juga terus dirketat. Oleh karena itu, pattiura gagal menembus benteng zeelandia.

Upaya perundingan mulai ditawarkan, tetapi tidak ada kesepakatan. Akhirnya belanda
mengerahkan semua kekuatannya termasuk bantuan dari batavia untuk merebut
kembali benteng duurstede. Agustus 1817 saparua diblokade,benteng duurstede
dikepung yang disertai tembakan meriam yang bertubi-tubi. Satu-persatu perlawanan
diluar benteng dapat dipatahkan. Daerah di kepulauan itu jatuh kembali ke tangan
belanda. Dalam kondisi yang demikian itu pattimura memerintahkan pasukannya
meloloskan diri dan meninggalkan tempat pertahanannya. Dengan demikian benteng
duurstede berhasil dikuasai belanda kembali. Pattimura dan pengikutnya terus melawan
dengan gerilya. Tetapi bulan november beberapa pembantu pattimura tertangkap seperti
kapitten paulu tiahahu.(ayah christina tiahahu).yang kemudian dijatuhi hukuman mati.
Mendengar peristiwa ini christina martha tiahahu maran dan segera pergi ke hutan
untuk bergerilya. Belanda belum puas sebelum dapat menangkap pattimura. Bahkan
belanda mengumumkan kepada siapa saja yang dapat menangkap pattimura akan diberi
1.000 gulden. Setalah enam bulan memimpin perlawanan, akhirnya pattimura
tertangkap. Tepat pada tanggal 16 desember 1817 pattimura dihukum gantung di alun-
alun kota ambon. Christina martha tiahahu yang berusaha melanjutkan perang gerilya
akhinya juga tertangkap. Ia tidak dihukum mati tetapi bersama 39 orang lainnya
dibuang ke jawa sebagai pekerja rodi. Di kapal christina martha tiahahu tidak mau
makan dan buka mulut. Ia jatuh sakit dan meninggal pada tanggal 1 januari 1818.
Jenazahnya dibuang ke laut. Dengan itu berakhirlah perlawanan pattimura.
BAB III
PENUTUP

a. Kesimpulan
Telah digambarkan bagaimana daerah-daerah di Indonesia satu persatu jatuh ke
tangan Belanda. Dengan berbagai cara, rakyat Indonesia di berbagai daerah berusaha
terus untuk bertahan. Bila semua raja-raja di Indonesia memiliki armada-armada niaga
yang besar, maka setelah kerajaannya ditundukkan oleh Belanda, maka armada-
armadanya segera ditumpas oleh Belanda. Di samping itu, peraturan Belanda yang
monopolitis mengakibatkan terdesaknya ke sudut kebebasan perdagangan rakyat
Indonesia. Karena berjuang untuk kelangsungan hidupnya, rakyat yang hidup di
pantai-pantai selalu berusaha menerobos monopoli Belanda. Tindakan seperti itu oleh
Belanda disebut perdagangan gelap atau penyelundup. Namun demikian, tindakan-
tindakan rakyat Indonesia tersebut jelas merupakan bentuk perlawanan yang tak henti-
hentinya terhadap imperialisme Barat.

Jadi perang tondano I dan II dan pattimura angkat senjata dipicu karena orang Belanda
ingin memaksa agar rakyat minahasa menyerahkan beras secara Cuma-Cuma kepada
belanda dan harus dikenai kewajiban kerja paksa,penyerahan ikan asin,dendeng,dan
kopi dan pemuda di wilayah Minahasa harus mau dikirim menjadi prajurit di
jawa.para pejuang juga hancur bersama rakyat di benteng pertahanan Moraya ,para
pejuang juga memilih mati dari pada menyerah (jadi pantang mundur sebelum kalah).

b. Saran
Kita harus bersikap seperti kapiten Pattimura,cristhina Marta tiahahu dan pejuang-
pejuang lainnya yaitu tidak boleh menyerah dalam memperjuangkan kekuasaanya.
DAFTAR PUSTAKA

Referensi
http://3.bp.blogspot.com/_81yQhTG98Ao/TFOD0RRwAXI/AAAAAAAABAJ/zxcukY-yZyY/
s1600/Tondano+1670.jpg
http://dedekoktavia27.blogspot.co.id/2014/12/contoh-makalah-perlawanan-terhadap.html
http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcS0W1-
JJ6V5bfAqWMU7KLeI3A9RbT7pMrGhk3EaAeKIVp1lvM

Anda mungkin juga menyukai