com
Lihat diskusi, statistik, dan profil penulis untuk publikasi ini di:https://www.researchgate.net/publication/356856640
KUTIPAN BACA
0 549
3 penulis:
Andi Hiroyuki
Universitas Padjajaran
8PUBLIKASI2KUTIPAN
LIHAT PROFIL
Semua konten setelah halaman ini diunggah olehTyagita Hartadypada tanggal 15 Maret 2022.
1)Program
Studi Kedokteran Hewan
2)Departemen Ilmu Biomedis, Fakultas Kedokteran
3)Laboratorium Reproduksi Hewan dan Inseminasi Buatan Fakultas Peternakan
Peternakan
Universitas Padjajaran
Jl. Raya Bandung Sumedang No.KM 21, Hegarmanah, Kec. Jatinangor, Kabupaten
Sumedang, Jawa Barat 45363. Indonesia.
ABSTRAK:Laporan mengenai bagaimana peternak dapat mencegah, mengidentifikasi dan mengobati penyakit
hewan agar tidak bertambah parah selama produksi tetap terjaga, masih terbatas. Penerapan standar praktik
pertanian yang baik juga tidak terdokumentasi dengan baik. Oleh karena itu, untuk memberikan informasi yang
memadai tentang manajemen kesehatan sapi potong pada peternak rakyat khususnya di Indonesia; Penelitian
ini dilakukan di Kelompok Sapi Potong “Putra Nusa” yang berlokasi di Dusun Kalensari, Desa Kondangjajar,
Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran. Penelitian dilakukan dengan cara survei dan observasi untuk
mengetahui tingkat pengetahuan peternak tentang kesehatan, perawatan dan pengobatan sapi potong. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa peternak tidak memiliki latar belakang kesehatan hewan sehingga berdampak
pada kurangnya pengetahuan tentang manajemen kesehatan sapi potong. Kebanyakan peternak mengandalkan
bahan-bahan alami untuk mengobati hewan yang sakit. Kekhawatiran petani terhadap vaksinasi dan pemberian
obat cacing yang rutin masing-masing hanya berkisar 15% dan 22% berkontribusi terhadap peningkatan kasus
kecacingan (45%). Meningkatkan pengetahuan tentang penyakit ternak yang didukung dengan mudahnya akses
ke dokter hewan akan meminimalkan kerugian bagi peternak.
Kata kunci:Sapi potong; Petani; penyakit sapi potong; kesehatan sapi potong; Sapi potong
pengelolaan
Pria 85
Perempuan 15
Kepemilikan
Aset pribadi 55
Bagi hasil 45
Durasi bertani (tahun)
1-5 15
6-10 60
> 10 25
Observasi pada sapi potong menunjukkan obat komersil manusia dari warung terdekat.
bahwa sebagian besar sapi potong menderita Baru bila hewannya tidak kunjung membaik,
penyakit kecacingan (45%), disusul diare (30%) maka peternak akan menghubungi dokter
dan kembung (25%) dengan gejala tersering hewan terdekat dan akan dilayani setelah
adalah demam, kehilangan nafsu makan dan mengantri.
lumpuh selama kurang lebih 10 hari. 3 hari (Gbr. Sayangnya, langkah pengobatan yang
1). mereka lakukan belum ditunjang dengan
Ketika hewannya sakit, para peternak jarang pengetahuan yang memadai tentang obat dan
sekali yang langsung berkonsultasi ke dokter hewan cara pemberian yang tepat, serta teknik
untuk mengobati sapi potongnya. Awalnya sebagian penanganan sapi potong yang benar. Sehingga
besar petani akan membuat ramuan tradisional, obat terbuang sia-sia dan berdampak buruk pada
dilanjutkan dengan pemberian penyembuhan hewan (Gambar 2).
6; 30%
9; 45%
5; 25%
2; 10%
8; 40%
10; 50%
Gambar 1.Kasus penyakit yang sering ditemukan di peternakan (A) Gejala umum penyakit tersebut
penyakit yang sering ditemukan petani (B)
3; 15%
3; 15%
14; 70%
ternak
3; 15%
7; 35%
10; 50%
Gambar 2.Tindakan pertama yang dilakukan peternak jika sapinya sakit (A), Kendala yang dialami
peternak ketika sapinya sakit (B)
Para peternak percaya bahwa asam jawa Daun Cebreng (Gliricidia sepium). Beberapa
merupakan bahan alami terbaik untuk mengatasi obat disediakan secara komersial oleh
masalah kesehatan sapi potong mereka. Para paramedis setempat (55%), petugas
petani juga memanfaatkan air kelapa dan daun Pemerintahan Peternakan (25%), warung
Sembung (Blumea balsamifera), gula aren, obat terdekat (10%) dan sisanya berasal dari
cacing, vitamin, minyak kelapa dan sumber yang tidak diketahui (Gambar 3).
3; 8%
6; 17%
5; 14%
4; 11%
7; 19% 3; 8%
2; 6% 6; 17%
3.B. Sumber untuk menjangkau obat-obatan bagi sapi potong yang sakit
5; 25%
2; 10%
Paramedis Toko obat hewan Dokter hewan pemerintah Sumber tidak diketahui
Gambar 3.(A). Jenis pengobatan yang diberikan sebagai pertolongan pertama (B). Tempat untuk mendapatkan obat yang diberikan
Bahan-bahan tradisional yang praktis efektif mengatasi hilangnya nafsu makan hingga
terdapat di alam dan harganya relatif murah mengatasi gangguan pencernaan (Herliyanto, 2018).
dapat segera diberikan kepada hewan yang Air kelapa sangat bermanfaat untuk memulihkan
sakit dan berkhasiat sebagai pertolongan tenaga, menurunkan tekanan darah, menurunkan
pertama. Pengetahuan tentang khasiat bahan resiko penyakit kardiovaskular, menghilangkan stres
alami diperoleh secara turun temurun. Petani dan otot kaku (Jamaluddin, 2018). Air kelapa memiliki
Indonesia percaya bahwa campuran asam jawa kandungan nutrisi yang banyak, karena dalam 100 gr
dan gula jawa sangat baik air kelapa terdapat kandungan air
(94.180 g), protein (0,120 g), lipid (0,073 g) dan gula hadir dalam jumlah sedang, sebagian
(5,230 g). Air kelapa juga mengandung ion kalsium, protein daun dapat keluar melalui
zat besi, magnesium, fosfor, kalium, natrium, Zn, Cu fermentasi rumen dan memasok asam
dan Mn. Berbagai vitamin diantaranya A, D, E, K, B1, amino langsung ke usus (Preston, 1992).
B2, B3, B5, B6, B12, C, folat, kolin, betaine dan asam Kekhawatiran peternak terhadap
amino banyak terdapat pada air kelapa muda. pencegahan penyakit cacingan pada sapinya
Sedangkan daun sembung dipercaya sebagai anti relatif rendah. Hal ini terlihat dari data yang
diare, menambah nafsu makan dan menurunkan diperoleh yang menunjukkan bahwa sekitar 45%
demam karena kaya akan borneol, cineole, limonene, kasus cacingan ditemukan di lapangan dan hanya
dimethyl ether chloroacetophenone (Pemerintah 11% petani yang melakukan pemberian obat
Kota Medan, 2015). Kembung pada hewan cacing. Sebagian besar peternak masih enggan
ruminansia berpotensi dikurangi dengan minyak memberikan obat cacing secara rutin pada hewan
kelapa dan telah digunakan selama puluhan tahun. tersebut. Mereka meragukan pernyataan bahwa
Petani memberikan 250 ml minyak kelapa secara oral banyak telur cacing yang menempel pada rumput
untuk menghilangkan gas yang keluar dari rumen atau jerami pakan ternak, dan bila berkembang
(Cybext, 2019). Daun Cebreng (Gliricidia sepium) menjadi cacing akan mengurangi nutrisi yang
merupakan pakan sumber protein tinggi yang dikonsumsi sapi (Saryono, 2018). Pelayanan dari
mudah dicerna oleh hewan ruminansia. Mereka dokter hewan di lapangan cukup berat. Akibatnya,
meningkatkan aktivitas mikroba dengan peternak lebih memilih untuk mengkonsultasikan
menyediakan ekosistem yang lebih baik di rumen, permasalahan kesehatan ternaknya kepada
sehingga laju pencernaan makanan basal berserat paramedis karena lebih mudah didekati. Namun
meningkat. Ketika tanin ada paramedis diperbolehkan memberikan
pengobatan kecuali operasi.
Vaksinasi
22%
Pisahkan hewan yang sakit dari
hewan yang sehat
Sejauh ini, para peternak telah berupaya sapi yang sehat. Pemisahan juga dilakukan
semaksimal mungkin untuk menjamin kesehatan terhadap penghuni kandang baru. Hal terakhir
hewannya. Membersihkan kandang secara rutin merupakan yang paling penting adalah vaksinasi, namun
hal yang paling mudah dilakukan oleh petani (Gbr. 4). Meski hanya 15% petani yang melakukannya karena
belum banyak petani yang rutin memberikan obat cacing, biayanya terlalu tinggi bagi petani lain. Alasan
namun mereka mengetahui bahwa hal tersebut merupakan lainnya karena peternak khususnya
salah satu upaya pencegahan penyakit cacingan. Untuk penggemukan tidak mau karena masa pemberian
mencegah penularan penyakit, sapi yang sakit dipisahkan pakan yang relatif singkat (Kusmargana, 2017).