Anda di halaman 1dari 28

FAKTOR DAN TIPE KEPEMIMPINAN KEPALA SD NEGERI

01 ANDALEH

LAPORAN HASIL OBSERVASI

Ditulis untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah


Manajemen Pendidikan dan Kepemimpinan

Oleh
SRI WAHYUNI
NPM. 2010013411227

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BUNG HATTA
PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada kehadirat ALLAH SWT yang telah

memberikan rahmat, nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan laporan hasil observasi dengan judul “Faktor dan Gaya

Kepemimpinan Kepala Sekolah SDN 01 Andaleh “. Laporan hasil observasi ini

merupakan tugas akhir Mata Kuliah Manajemen Pendidikan dan Kepemimpinan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Syukma Netti M.Si., selaku dosen pengampu Mata Kuliah

Manajemen Pendidikan dan Kepemimpinan.

2. Ibu Oslita S.Pd., selaku Kepala SD Negeri 01 Andaleh yang telah

membantu penulis dalam observasi.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu penulis. Semoga laporan hasil observasi ini bermanfaat untuk

pembaca.

Padang, 18 Desember 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah adalah salah satu bentuk organisasi dalam dunia

pendidikan. Sebuah sekolah akan di pimpin oleh seorang kepala sekolah.

Artinya kepala sekolah menduduki jabatan tertinggi dan memiliki peranan

yang kuat di sebuah sekolah. Menurut Djafri (2017:3) kepala sekolah

merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam

meningkatkan kualitas pendidikan. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor

28 tahun 1990 pasal 12 ayat 1 menyatakan bahwa “Kepala sekolah

bertanggungjawab atas penyelenggara kegiatan pendidikan, administrasi

sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya dan pendayagunaan serta

pemeliharaan sarana dan prasarana”.

Sekolah yang bermutu akan menciptakan lulusan yang berkualitas.

Sekolah bermutu berarti dipimpin oleh kepala sekolah yang bermutu,

karena sekolah bermutu terbentuk dari perencanaan yang matang oleh

kepala sekolah dan pelaksanaan yang baik oleh warga sekolah. Artinya

perlu adanya kerjasama yang baik antara kelapa sekolah dengan yang di

pimpinnya.

Kepemimpinan adalah hal yang wajib dimiliki kepala sekolah.

Menurut Nawawi (dalam Djafri, 2017:1) kepemimpinan dapat diartikan


sebagai kemampuan atau kecerdasan mendorong sejumlah orang (dua

orang atau lebih) agar bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan-

kegiatan yang terarah pada tujuan bersama. Namun setiap kepala sekolah

memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda beda yang di pengaruhi oleh

faktor faktor dari dalam dan dari luar.

SD Negeri 01 Andaleh termasuk salah satu sekolah yang bermutu,

buktinya sekolah ini bisa menciptakan lulusan yang berkualitas, berilmu

dan bisa bersaing di jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini terjadi

tidak luput dari pengaruh faktor dan gaya kepemimpinan kepala

sekolahnya. Oleh karena itu penulis melakukan observasi ke SD Negeri 01

Andaleh agar mengetahui apa “faktor dan gaya kepemimpinan kepala

sekolah SD Negeri 01 Andaleh”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam laporan hasil observasi ini adalah sebagai

berikut:

1. Apa saja faktor kepemimpinan kepala SD Negeri 01 Andaleh?

2. Apakah teori tentang faktor kepemimpinan sama dengan faktor

kepemimpinan kepala SD Negeri 01 Andaleh?

3. Apa gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh Kepala SD Negeri 01

Andaleh?

C. Tujuan Observasi

Tujuan observasi dalam laporan observasi ini adalah sebagai berikut:


1. Untuk mengetahui faktor kepemimpinan kepala sekolah SD Negeri 01

Andaleh.

2. Untuk mengetahui apakah teori tentang faktor kepemimpinan sama

dengan faktor kepemimpinan kepala SD Negeri 01 Andaleh?

3. Untuk mengetahui gaya kepemimpina yang diterapkan Kepala SD

Negeri 01 Andaleh
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Konsep Kepemimpinan

Secara etimologi kepemimpinan berasal dari bahasa Inggris yaitu

leader yang berarti pemimpin, selanjutnya leadership berarti

kepemimpinan. Pemimpin adalah orang yang menempati posisi sebagai

pimpinan sedangkan kepemimpinan adalah kegiatan atau tugasnya sebagai

pemimpin.

Purba (2010) menyatakan dalam mendefenisikan kepemimpinan

terdapat tiga Implikasi penting sebagi proses mengarahkan dan

mempengaruhi aktifitas dari para anggota kelompok, yaitu: (1).

Kepemimpinan harus harus melimbatkan orang lain, bawahan dan

pengikut. Tanpa bawahan semua sifat sifat kepemimpinan seorang

pemimpin akan menjadi tidak relevan; (2). Kepemimpinan mencakup

distribusi kekuasaan yang tidak sama diantara pemimpin dan anggota

kelompok. Semakin besar jumlah sumber kekuasaan yang ada pada

pemimpin, semakin besar potensi menjadi pemimpin yang efektif; dan (3).

Kepemimpinan merupakan kemampun untuk menggunakan berbagai

bentuk kekuasaan untuk memengaruhi perilaku pengikutnya.


Beberapa ahli mendefinisikan kepemimpinan sebagai berikut:

1. Robbins dan Judge (2009) mendefinisikan kepemimpinan sebagai

“…the ability to influence a group toward the achievement of a

vision or set a goal”. Kepemimpinan merupakan kemampuan untuk

mempengaruhi kelompok dalam mencapai sebuah visi atau tujuan.

2. Thoha (2004) menyatakan kepemimpinan merupakan kegiatan

untuk memengaruhi perilaku orang lain, atau seni memengaruhi

perilaku manusia baik perorangan maupun perkelompok.

3. Wirawan (2013) menyatakan kepemimpinan merupakan proses

pemimpin dalam menciptakan visi dan melakukan interaksi saling

memengaruhi dengan para pengikutnya untuk merealisasikan visi

tersebut

4. Amstrong (20014) menyatakan kepemimpinan merupakan proses

dalam memberikan inspirasi kepada semua pegawai atau karyawan

agar dapat bekerja sebaik-baiknya untuk mencapai hasil yang

diharapkan.

5. Sutrisno (2017) menyatakan kepemimpinan sebagi proses

mengarahkan dan memengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan

tugas dari para anggota kelompok.

6. Storey (2004) menyatakan kepemimpinan adalah seni untuk

memengaruhi tingkah laku manusia agar mereka mau bekerja sama

untuk mencapai tujuan yang diingainkan dan kemampuan untuk

membimbing orang (dalam Purba, dkk, (2017:3)


Dari definisi diatas dapat kita simpulkan bahwa kepemimpinan

adalah seni memengaruhi orang lain, memberi inspirasi, mengarahkan,

membuat visi yang dilakukan kepada semua pegawai atau karyawan agar

mau bekerja dengan sebaik-baik sehingga dapat merealisasikan visi atau

tujuan yang ingin dicapai.

B. Faktor Kepemimpinan

Dalam menjalankan tugas sebagai pimpinan, cara memimpin

seseorang akan di pengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Samsu

(2014:57) faktor-faktor kepemimpinan sebagai berikut:

1. Faktor-Faktor Legal

Seseorang yang menduduki jabatan pemimpin pendidikan

akan berhadapan dengan peraturan-peraturan formal dari instansi

structural yang berada di atasnya. Di Indonesia, falsafah Pancasila,

UUD 1945, Keputusan Presiden, Keputusan Menteri, dan undang-

undang lainnya akan mempengaruhi pola kepemimpinan

pendidikan. Demikian pula dalam kaitannya dengan standar yang

berkaitan dengan pengangkatannya sebagai pemimpin pendidikan.

Misalnya yang berhubungan dengan sertifikasi, pola

penyeleleksian, kualifikasi profesional dan tuntutan lainnya. Hal

ini akan berpengaruh dalam kepemimpinan pendidikan seseorang.

2. Kondisi Sosial Ekonomi dan Konsep-Konsep Pendidikan

Faktor ini terdiri atas dua macam, yaitu :


a. Kondisi sosial ekonomi yang memungkinkan tesedianya

sumber-sumber dan fasilitas pendidikan. Bantuan individu

maupun masyarakat terhadap pendidikan dalam hal fasilitas

akan membantu juga memperlancar jalannya pendidikan.

Faktor sosial ekonomi pemimpin pendidikan juga akan

mewarnai pola kepemimpinannya.

b. Konsep tujuan pendidikan para pemimpin masyarakat dan

para warga pada umumnya akan berpengaruh terhadap pola

kepemimpinan. Termasuk pemahaman pemimpin itu

sendiri terhadap tujuan pendidikan akan mewarnai tindakan

kepemimpinannya.

3. Hakekat dan atau Ciri Lembaga Pendidikan

Faktor ini berkaitan dengan ciri dan atau hakikat para staf,

peserta didik dan jenis lembaga pendidikan, yang tentunya akan

mempengaruhi kepemimpinan pendidikan. Sistem administrasi,

kurikulum yang digunakan dan pendekatan yang digunakan dalam

sistem pendidikan akan berpengaruh juga terhadap sistem

kepemimpinan pendidikan.

4. Kepribadian Pemimpin Pendidikan dan Latihan-Latihan

Tidak dapat diingkari bahwa individu itu sendiri membawa

sesuatu dalam jabatannya. Energi, loyalitas, pandangan hidup dan

atributatribut profesional yang melekat padanya akan berpengaruh

terhadap sistem kepemimpinan. Di samping hal di atas, pendidikan


tambahan dan latihan-latihan yang memperkaya jabatan pimpinan

akan mempengaruhi sistem kepemimpinannya.

5. Perubahan-Perubahan yang Terjadi dalam Teori Pendidikan

Tugas kepemimpinan pendidikan dipengaruhi oleh berbagai

perubahan teori dan metode aktivitas belajar. Konsep-konsep

pertumbuhan dan perkembangan anak membawa implikasi

terhadap prosedur dan sistem pembelajaran. Hal ini akan berbeda

dengan sepuluh tahun yang lalu atau lebih.

Perubahan dan perkembangan kurikulum juga

menghendaki persiapan kepemimpinan dan ketrampilan

kepemimpinan yang baru. Yang jelas, perubahan dalam teori-teori

pendidikan akan mengubah juga strategi pengelolaan dan

kepemimpinan di lembaga pendidikan.

6. Kepribadian dan Training Pemimpin Pendidikan.

Suatu kenyataan bahwa individu itu sendiri membawa

sesuatu dalam pekerjaan. Tenaga, loyalitas, dan lain-lain atribut

personal maupun profesional akan merupakan faktor signifikan

yang berpengaruh terhadap jenis kepemimpinan. Oleh sebab itu

suatu kewajiban moral dan profesional di Indonesia untuk

menuntut adanya kualifikasi professional dan personal untuk para

pemimpin.

Menurut M. Ngalim Purwanto (dalam Samsu, (2017:59) faktor-

faktor yang memengaruhi perilaku seorang pemimpin sebagai berikut:


1. Keahlian dan Pengetahuan yang Dimiliki oleh Seorang Pemimpin

Untuk Menjalankan Kepemimpinan

Yang termasuk keahlian dan pengetahuan yang dimaksud

di sini ialah latar belakang pendidikan atau ijazah yang dimiliki,

sesuai tidaknya latar belakang pendidikan itu dengan tugas-tugas

kepemimpinan yang menjadi tanggung jawabnya; pengalaman

kerja sebagai pemimpin, apakah pengalaman yang telah dilakukan

mendorong dia untuk berusaha memperbaiki dan mengembangkan

kecakapan dan keterampilannya dalam memimpin.

Di samping itu, juga usaha menambah pengetahuan tentang

kepemimpinan yang dilakukan selama dia menjabat sebagai

pemimpin. Seorang pemimpin yang ideal tidak merasa puas dengan

hanya mengandalkan pada latar belakang pendidikan dan

pengalaman saja, tanpa selalu berusaha mengembangkan diri

dengan menambah pengetahuan.

2. Jenis Pekerjaan atau Lembaga Tempat Pemimpin Itu Melaksanakan

Tugas Jabatannya Perilaku dan sikap seorang yang sedang

memimpin anak buah dalam

kapal yang sedang tenggelam, tidak sama dengan perilaku dan

sikap seorang guru yang sedang memimpin diskusi di dalam kelas.

Perilaku dan sikap seorang pemimpin perusahaan sudah tentu lain

dari pada perilaku dan sikap seorang kepala sekolah dalam

menjalankan tugasnya masing-masing.


Tiga organisasi atau lembaga yang tidak sejenis memiliki

tujuan yang berbeda, dan menuntut cara-cara pencapaian tujuan

yang tidak sama. Oleh karena itu, tiap jenis lembaga memerlukan

perilaku dan sikap kepemimpinan yang berbeda pula.

3. Sifat-Sifat Kepribadian Pemimpin

Kita mengetahui bahwa secara psikologis manusia itu

berbeda-bedabeda sifat, watak, dan keperibadiannya. Ada yang

selalu dapat bersikap dan bertindak keras dan tegas, tetapi ada pula

yang lemah dan kurang berani.

Dengan adanya perbedaan-perbedaan watak dan

kepribadian yang dimiliki orang masing-masing pemimpin,

meskipun beberapa orang pemimpin memiliki latar belakang

pendidikan sama dan diserahi tugas pemimpin lembaga-lembaga

yang sejenis, karena perbedaan kepribadian akan menimbulkan

perilaku dan sikap yang berbeda pula dalam menjalankan

kepemimpinan.

Demikianlah, bagaimana watak dan sifat-sifat pribadi

seorang pemimpin turut menentukan bagaimana sikap dan perilaku

dalam menjalankan kepemimpinan. Adapun sifat-sifat kepribadian

pengikut atau kelompok yang dipimpin adalah seperti seseorang

yang memimpin anak-anak kecil, berlainan perilakunya dengan

orang yang memimpin orang-orang dewasa. Demikian pula

memimpin orang-orang yang buta huruf dan buta pengetahuan,


tidak sama dengan cara memimpin orang-orang yang cerdik

pandai.

Perbedaan umur, tingkat pendidikan, dan jenis kelamin,

menentukan dan mempengaruhi perbedaan sifat-sifat individu

maupun kelompok. Perbedaan sifat-sifat individu dan sifat-sifat

kelompok sebagai anak buah atau pengikut seorang pemimpin akan

mempengaruhi bagaimana seyogyanya perilaku dan sikap

pemimpin itu dalam menjalankan kepemimpinan.

Untuk dapat menjalankan kepemimpinan dengan baik,

dalam arti para anggota kelompok dapat mematuhi dan menaati

perintah serta menjalankan tugas dengan ikhlas dan sadar serta

tidak merasa tertekan, sangat penting bagi seorang pemimpin untuk

mengetahui dan mempelajari sifat atau tipa kepengikutan yang ada

pada anak buah atau anggota kelompoknya.

4. Sanksi-Sanksi yang Ada di Tangan Pemimpin

Kekuatan-kekuatan yang dimiliki atau yang ada di belakang

pemimpin menentukan sikap dan tingkah lakunya. Sikap atau

reaksi anggota kelompok dari seorang pemimpin yang mempunyai

wewenang penuh akan lain jika dibandingkan dengan sikap atau

reaksi anggota kelompok dari seorang pemimpin yang tidak atau

kurang berwenang.

Seorang pemimpin suatu lembaga yang diangkat dengan

surat keputusan Presiden, akan lain rasa kemantapannya dengan


seorang pimpinan lembaga yang diangkat dengan surat keputusan

gubernur, misalnya. Tinggi rendahnya tingkat kekuasaan dan atau

perangkat perundang-undangan menentukan tinggi rendahnya

kekuatan atau sanksi seorang pemimpin yang diangkat oleh

penguasa atau berdasarkan perundangan tersebut.

C. Tipe Kepemimpinan

Setiap pemimpin mempunyai karakter yang berbeda, lingkungan

yang berbeda, dan kondisi organisasi yang berbeda. Dengan adanya

perbedaan-perbedaan tersebut juga akan membentuk tipe kepemimpinan

yang berbeda. Menurut Samsu (2017:68) ada tiga tipe kepemimpinan

dalam kehidupan suatu organisasi yaitu sebagi berikut:

1. Tipe Otoriter

Tipe otoriter yaitu suatu bentuk kepemimpinan yang

mempunyai hak dan kekuasaan penuh untuk bertindak dan

memerintah. Tipe seperti ini suka memaksakan kehendaknya tanpa

terlebih dahulu berkonsultasi dengan yang lain dan sulit menerima

pendapat orang lain. Namun untuk sebuah organisasi yang para

anggotanya bersifat menunggu perintah, maka tipe ini cukup

dibutuhkan.

Dalam tipe kepemimpinan otoriter ini, seorang pemimpin

lebih bersifat ingin berkuasa, dan akibatnya suasana perguruan

tinggi selalu tegang. Pemimpin sama sekali tidak memberi


kebebasan kepada anggotanya untuk turut ambil bagian dalam

memutuskan suatu persoalan, dan keputusan hanya dibuat sendiri

oleh pemimpin. Dalam hal ini, pemimpin selalu mendikte tentang

apa yang harus dikerjakan oleh anggotanya.

Inisiatif dan daya pikir anggota sangat dibatasi, sehingga

mereka tidak diberi kesempatan untuk mengeluarkan pendapat

mereka. Pemimpin membuat suatu peraturan tersendiri yang harus

ditaati dan diikuti oleh seluruh bawahannya. Dan bila dievaluasi,

tipe kepemimpinan seperti ini tentunya tidak sesuai dengan

semangat demokrasi yang seharusnya tumbuh dan berkembang di

lingkungan organisasi tersebut.

2. Tipe Laissez-Faire

Sifat kepemimpinan tipe ini seolah-olah tidak muncul, karena

pemimpin memberikan kebebasan yang penuh kepeda para

anggotanya dalam melaksanakan tugasnya, dan bawahan dalam hal

ini mempunyai peluang besar untuk membuat keputusan.

Dengan demikian, gaya kepemimpinan laissez faire ini

merupakan tipe seorang pemimpin yang tidak banyak berusaha

untuk menjalankan kontrol atau pengaruh terhadap para anggota

kelompok, dan pusat kekuasaan lebih banyak bertumpu pada

anggota organisasi. Para anggota kelompok biasanya akan bekerja

menurut kehendaknya masing-masing tanpa prosedur dan pedoman

kerja yang jelas. Dalam hal ini, tipe kepemimpinan seperti ini
tentunya juga tidak sesuai dengan semangat yang seharusnya

tumbuh dalam suatu organisasi.

3. Tipe Demokratis

Dalam tipe ini, golongan pelaksana berpartisipasi penuh

dalam mencapai tujuan organisasi tanpa ada rasa paksaan. Di

samping itu, juga turut mengembangkan pemikiran-pemikiran

dalam menentukan atau memutuskan metode-metode yang terbaik

dalam melaksanakan pekerjaan. Dan selalu mendengarkan

pendapat bawahan dalam memutuskan suatu kebijakan. Dapat

dikatakan bahwa tipe kepemimpinan demokratis ini adalah tipe

kepemimpinan yang diharapkan dalam suatu organisasi. Mengingat

bahwa dalam tipe kepemimpinan ini, seorang pemimpin selalu

mengikutsertakan seluruh anggota dalam proses pengambilan

keputusan. Pemimpin akan menghargai pendapat dari para

anggota, sehingga mereka pun akan turut serta bertanggung jawab

dalam pelaksanaan program dalam organisasi tersebut.

Dengan konsep kepemimpinan yang demokratis ini,

pimpinan bertanggung jawab dalam mengembangkan kemampuan

seluruh anggota, membangun hubungan kerja vertikal dan

horizontal yang saling mendukung dan menciptakan iklim

organisasi yang bergairah, sehingga kreativitas anggota dapat

dipacu sedemikian rupa, dan pada gilirannya, akan menjamin

berlangsungnya inovasi yang terus menerus. Sementara dalam


hubungan ke luar, pimpinan bertanggung jawab dalam membina

dan memelihara hubungan dengan organisasi lainnya, serta

lingkungan masyarakat di sekitarnya.

BAB III

TEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Observasi

Identitas Narasumber

Nama : Oslita, S.Pd

Jabatan : Kepala SD Negeri 01 Andaleh

No Hp : 085278268816

Setelah melakukan observasi dan wawancara ke SD Negeri 01

Andaleh penulis menemukan beberapa temuan yaitu:

1. Untuk menjadi kepala sekolah, Ibu Oslita mengikuti beberapa

penyeleksian dan harus memenuhi beberapa syarat seperti harus

memiliki ijazah S1 PGSD, harus mengikuti tes tertulis, tes wawancara,

tes administrasi dan makalah. Penyeleksian dilakukan mulai dari

tingkat kecamatan sampai tingkat kabupaten.

2. Ibu Oslita menyatakan “untuk memperlancar proses pendidikan di

SDN 01 Andaleh, sekolah memperoleh dana dari BOS, bantuan dari


wali murid, bantuan dari masyarakat infak dari guru-guru dan yang

tidak kalah penting dari alumni SDN 01 Andaleh. Para alumni SDN 01

Andaleh yang sudah sukses membantu jika terjadi kendala di sekolah

seperti pengadaan fasilitas”.

3. Kepala sekolah membuat visi SDN 01 Andaleh yaitu untuk

mewujudkan peserta didik yang berkarakter profil pelajar Pancasila,

berprestasi, dan peduli terhadap lingkungan. Dalam pembuatan visi ini

melibatkan kepala sekolah, guru-guru, tenaga pendidikan, anggota

komite sekolah, salah satu unsur dari masyarakat dan pengawas

sekolah sebagai pembimbingnya. Ibu Oslita menyatakan “untuk

mencapai visi yang telah dibuat, sekolah menyusun beberapa program

atau misi contohnya untuk mencapai visi melalukan kegiatan

pembiasaan yang berkaitan dengan ketaqwaan terhadap Tuhan YME,

dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, berfikir kritis, kreatif dan

literat dan berwawasan lingkungan, sekolah melakukan kegiatan

muhadarah yang dilakukan setiap Jumat. Pada kegiatan ini siswa

diminta untuk menampilkan apa yang di kuasai dalam bidang agama

contohnya membaca alfatihah, dan membaca surah-surah pendek.

Selain itu juga melakukan sholat bejamaah, membaca doa serta surat-

surat pendek sebelum memulai pembelajaran, membiasakan berinfak

dan mengajarkan untuk saling berbagi”. Pernyataan ini membuktikan

adanya pemahaman kepala sekolah sebagai pemimpin terhadap tujuan

(visi).
4. Kurikulum yang digunakan di SDN 01 Andaleh adalah kurikulum

2013 dan kurikulum merdeka. Ibu Oslita menyatakan “dengan adanya

pergantian kurikulum ada beberapa kebijakan baru seperti kebijakan

dalam pengaturan waktu pembelajaran praktek P5, disini Ibu tetapkan

hari Sabtu, selain pengaturan kegiatan kegiatan yang menunjang

kurikulum merdeka seperti mengadakan tahfiz al-quran, pramuka dll”.

selain itu dalam meyikapi perubahan kurikulum kepala sekolah

mewajibkan guru untuk bergabung dalam komunitas PMM, dan kepala

sekolah meminta guru belajar mandiri dll. Kepala sekolah juga

meminta guru mengikuti berbagai kegiatan lainnya seperti mengikuti

kegiatan BIMTEK Adiwiyata.

5. Ibu Oslita menyatakan selama menjadi kepala sekolah beliau sudah

mengikuti seminar-seminar dan pelatihan-pelatihan seperti pelatihan

tentang tugas kepala sekolah, pelatihan tentang kurikulum, dan

pelatihan tentang BOS.

6. Ibu Oslita menyatakan untuk pelatihan tentang kepemimpinan itu tidak

ada pengetahuan tentang kepemimpinan beliau dapatkan dari

pengalaman-pengalamannya selama menjadi kepala sekolah.

7. Dalam pembuatan visi ini melibatkan kepala sekolah, guru-guru,

tenaga pendidikan, anggota komite sekolah, salah satu unsur dari

masyarakat dan pengawas sekolah sebagai pembimbingnya.


8. Kepala sekolah mengaku sangat dekat dengan guru-guru, staf staf dan

siswa di SDN 01 Andaleh, beliau mendekatkan diri ibaratkan anak

dengan ibu.

9. Dalam mengadakan kegiatan imunisasi di sekolah kepala sekolah

mewajibkan semua siswa untuk imunisasi sesuai dengan standar

kesehatan tanpa mengadakan rapat dengan orang tua siswa, dengan

alasan jika dilakukan rapat maka tidak ada orang tua siswa yang mau

anaknya di imunisasi, sehingga kepala sekolah mengambil kebijakan

tanpa melakukan rapat.

B. Pembahasan

Faktor kepemimpinan kepala sekolah SDN 01 Andaleh sesuai

dengan teori Samsu tentang faktor kepemimpinan. Hal ini berdasarkan

temuan sebagai berikut

Untuk menjadi kepala sekolah, Ibu Oslita mengikuti beberapa

penyeleksian dan harus memenuhi beberapa syarat seperti harus memiliki

ijazah S1 PGSD, harus mengikuti tes tertulis, tes wawancara, tes

administrasi dan makalah. Penyeleksian dilakukan mulai dari tingkat

kecamatan sampai tingkat kabupaten. Temuan observasi ini sesuai dengan

teori faktor kepemimpinan yaitu faktor legal yang dikemukakan oleh

Samsu (2014:58) yang menyatakan bahwa dengan demikian pula dalam

kaitannya dengan standar yang berkaitan dengan pengangkatnnya sebagai


pemimpin pendidikan. Misalnya yang berhubungan dengan sertifikasi,

pola penyeleksian, kualifikasi professional dan tuntutan lainnya. Hal ini

akan berpengaruh dalam kepemimpinan pendidikan seseorang.

Ibu Oslita menyatakan “untuk memperlancar proses pendidikan di

SDN 01 Andaleh, sekolah memperoleh dana dari BOS, bantuan dari wali

murid, bantuan dari masyarakat , infak dari guru-guru dan yang tidak

kalah penting dari alumni SDN 01 Andaleh. Para alumni SDN 01 Andaleh

yang sudah sukses membantu jika terjadi kendala di sekolah seperti

pengadaan fasilitas”. Temuan ini sesuai dengan faktor kepemimpinan

menurut Samsu (2014:58) yaitu kondisi sosial ekonomi yang

memungkinkan tersediannya sumber dan fasilitas pendidikan. Bantuan

individu maupun masyarakat terhadap pendidikan dalam hal fasilitas akan

membantu juga memperlancar jalannya pendidikan. Faktor sosial ekonomi

juga mewarnai pola kepemimpinannya.

Kepala sekolah membuat visi SDN 01 Andaleh yaitu untuk

mewujudkan peserta didik yang berkarakter profil pelajar Pancasila,

berprestasi, dan peduli terhadap lingkungan. Dalam pembuatan visi ini

melibatkan kepala sekolah, guru-guru, tenaga pendidikan, anggota komite

sekolah, salah satu unsur dari masyarakat dan pengawas sekolah sebagai

pembimbingnya. Ibu Oslita menyatakan “untuk mencapai visi yang telah

dibuat, sekolah menyusun beberapa program atau misi contohnya untuk

mencapai visi melalukan kegiatan pembiasaan yang berkaitan dengan

ketaqwaan terhadap Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan


global, berfikir kritis, kreatif dan literat dan berwawasan lingkungan,

sekolah melakukan kegiatan muhadarah yang dilakukan setiap Jumat. Pada

kegiatan ini siswa diminta untuk menampilkan apa yang di kuasai dalam

bidang agama contohnya membaca alfatihah, dan membaca surah-surah

pendek. Selain itu juga melakukan sholat bejamaah, membaca doa serta

surat-surat pendek sebelum memulai pembelajaran, membiasakan berinfak

dan mengajarkan untuk saling berbagi”. Pernyataan ini membuktikan

adanya pemahaman kepala sekolah sebagai pemimpin terhadap tujuan

(visi). Temuan ini sesuai dengan teori faktor kepemimpinan menurut

Samsu (2014:58) yaitu konsep tujuan pendidikan para pemimpin

masyarakat dan para warga pada umumnya akan berpengaruh terhadap

pola kepemimpinan. Termasuk pemahaman pemimpin itu sendiri terhadap

tujuan pendidikan akan mewarnai tindakan kepemimpinannya.

Kurikulum yang digunakan di SDN 01 Andaleh adalah kurikulum

2013 dan kurikulum merdeka. Ibu Oslita menyatakan “dengan adanya

pergantian kurikulum ada beberapa kebijakan baru seperti kebijakan dalam

pengaturan waktu pembelajaran praktek P5, disini Ibu tetapkan hari Sabtu,

selain pengaturan kegiatan kegiatan yang menunjang kurikulum merdeka

seperti mengadakan tahfiz al-quran, pramuka dll”. Selain itu dalam

meyikapi perubahan kurikulum kepala sekolah mewajibkan guru untuk

bergabung dalam komunitas PMM, kepala sekolah meminta guru belajar

mandiri dll. Kepala sekolah juga meminta guru mengikuti berbagai

kegiatan lainnya seperti mengikuti kegiatan BIMTEK Adiwiyata. Temuan


ini sesuai dengan teori faktor kepemimpinan menurut Samsu (2014:58)

yaitu sistem administrasi, kurikulum yang digunakan dan pendekatan yang

digunakan dalam sistem pendidikan akan berpengaruh juga terhadap

sistem kepemimpinan pendidikan. Dan juga teori faktor kepemimpinan

menurut Samsu (2014:59) Perubahan dan perkembangan kurikulum juga

menghendaki persiapan kepemimpinan dan ketrampilan kepemimpinan

yang baru. Yang jelas, perubahan dalam teori-teori pendidikan akan

mengubah juga strategi pengelolaan dan kepemimpinan di lembaga

pendidikan.

Ibu Oslita menyatakan selama menjadi kepala sekolah beliau sudah

mengikuti seminar-seminar dan pelatihan-pelatihan seperti pelatihan

tentang tugas kepala sekolah, pelatihan tentang kurikulum, dan pelatihan

tentang BOS. Temuan ini sesuai denga teori faktor kepemimpinan menurut

Samsu (2014:58) yaitu pendidikan tambahan dan latihan-latihan yang

memperkaya jabatan pimpinan akan mempengaruhi sistem

kepemimpinannya.

Ibu Oslita menyatakan untuk pelatihan tentang kepemimpinan itu

tidak ada pengetahuan tentang kepemimpinan beliau dapatkan dari

pengalaman-pengalamannya selama menjadi kepala sekolah. Temuan ini

sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh M. Ngalim Purwanto (dalam

Samsu (2014:60) yaitu pengalaman kerja sebagai pemimpin, apakah

pengalaman yang telah dilakukan mendorong dia untuk berusaha


memperbaiki dan mengembangkan kecakapan dan keterampilannya dalam

memimpin.

Kepala sekolah menerapkan tipe kepemimpinan demokratis dengan

bukti bahwa (a) dalam pembuatan visi ini melibatkan kepala sekolah,

guru-guru, tenaga pendidikan, anggota komite sekolah, salah satu unsur

dari masyarakat dan pengawas sekolah sebagai pembimbingnya Temuan

ini sesuai dengan teori tipe kepemimpinan demokratis yang dikemukakan

oleh Samsu (2014:70) yaitu tipe kepemimpinan demokratis ini adalah tipe

kepemimpinan yang diharapkan dalam suatu organisasi. Mengingat bahwa

dalam tipe kepemimpinan ini, seorang pemimpin selalu mengikutsertakan

seluruh anggota dalam proses pengambilan keputusan. Pemimpin akan

menghargai pendapat dari para anggota, sehingga mereka pun akan turut

serta bertanggung jawab dalam pelaksanaan program dalam organisasi

tersebut. (b) Kepala sekolah mengaku sangat dekat dengan guru-guru, staf

staf dan siswa di SDN 01 Andaleh, beliau mendekatkan diri ibaratkan anak

dengan ibu. Temuan ini sesuai dengan teori tipe kepemimpinan demokratis

yang dikemukakan oleh Samsu (2014:70) yaitu dengan konsep

kepemimpinan yang demokratis ini, pimpinan membangun hubungan kerja

vertikal dan horizontal yang saling mendukung dan menciptakan iklim

organisasi yang bergairah. (c) Kepala sekolah melakukan berbagai cara

untuk mengembangkan kemampuan guru-guru seperti mewajibkan guru

untuk bergabung dalam komunitas PMM, kepala sekolah meminta guru

belajar mandiri meyikapi perubahan kurikulum. Temuan ini sesuai dengan


teori tipe kepemimpinan demokratis yang dikemukakan oleh Samsu

(2014:70) dengan konsep kepemimpinan yang demokratis ini, pimpinan

bertanggung jawab dalam mengembangkan kemampuan seluruh anggota.

Kepala sekolah juga menerapkan tipe kepemimpinan otoriter

dalam beberapa hal dengan bukti bahwa dalam mengadakan kegiatan

imunisasi di sekolah kepala sekolah mewajibkan semua siswa untuk

imunisasi sesuai dengan standar kesehatan tanpa mengadakan rapat

dengan orang tua siswa, dengan alasan jika dilakukan rapat maka tidak ada

orang tua siswa yang mau anaknya di imunisasi, sehingga kepala sekolah

mengambil kebijakan tanpa melakukan rapat. Temuan ini sesuai dengan

teori tipe otoriter yang dikemukakan oleh Samsu (2014:68) tipe otoriter

yaitu suatu bentuk kepemimpinan yang mempunyai hak dan kekuasaan

penuh untuk bertindak dan memerintah.


DAFTAR RUJUKAN

Djafri, N. (2017). Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah. (A. Tahir, Ed.)


Yogyakarta: DEEPUBLISH.
Purba , dkk. (2021). Kepemimpinan Pendidikan. Yayasan Kia Menulis. Retrieved
Desember 18, 2022
Samsu. (2014). Manajemen dan Kepemimpinan pendidikan. (Rusmini, Ed.) Jambi:
PUSAKA jambi.
LAMPIRAN

Foto Wawancara Foto Wawancara


Foto Mengadakan Muhadarah

Foto Rapat Foto mengadakan BIMTEK Adiwiyata

Foto Siswa Sholat Bejamaah Foto Siswa Mengaji

Foto Ekstrakulikuler Tahfiz Foto Rapat Komite

Anda mungkin juga menyukai