Anda di halaman 1dari 15

AGENDA 1

WAWASAN KEBANGSAAN DAN BELA NEGARA


WAWASAN KEBANGSAAN
Wawasan kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam mengelola kehidupan
berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa dan kesadaran terhadap system
nasional yang bersumber dari Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika.
Wawasan kebangsaan itu penting karena kita juga perlu memiliki oleh selirug bangsa Indonesia
guna menyatukan era pandang yang sama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Indonesia
merupakan negara yang kaya akan keberagaman, keberagaman tersebut membuat bangsa
Indonesia memiliki cara pandang yang mungkin berbeda disetiap daerah atau kehidupannya.
Wawasan kebangsaan hadir untuk menyatukan cara pandang tersebut agar kehidupan berbangsa
dan bermegara dapat berjalan dengan baik sesuai dengan Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan
Bhineka Tunggal Ika. Ada 4 Konsensus dasar berbangsa dan Bernegara :
1. Pancasila
Pancasila sebagai ideologi negara yang memiliki tujuan utama untuk mewuhudkan
Masyarakat yang adil dan Makmur. Adapun esensi nilai pada Pancasila yaitu : Nilai
religious, Nilai kekeluargaan, nilai keselarasan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan.

2. UUD 1945
UUD 1945 adalah konstitusi dan sumber hukum tertinggi yang berlaku di Republik
Indonesia. Adapun nilai esensi yang terdapat pada nilai hidup yaitu : nilai demokrasi,
nilai kesamaan derajat dan nilai ketaatan hukum.

3. Bhineka Tunggal Ika


Bhineka Tunggal Ika dapat diartikan berbeda-beda tetap satu jua. Adapun nilai esensi
dalam Bhineka Tunggal Ika yaitu : nilai kepedulian, nilai keadilan dan nilai gotong
royong.

4. NKRI
NKRI yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia, Adapun nilai esensinya meliputi :
nilai kesatuan wilayah, nilai persatuab bangsa, dan nilai kemandirian.

Selain tentang wawasan kebangsaan kita juga perku tahu tentang bela negara.
Bela negara adalah tekad, sikap, dan perilaku warga negara dalam menjaga kedaulatan negara,
keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai kecintaannya terhadap
NKRI yang berdasarkan pada Pancasila dan UUD 1945 dalam menjalin kelangsungan hidup
bangsa Indonesia dan negara dari berbagai ancaman. Ada 5 dasar bela negara :
1. Cinta tanah air
2. Sadar berbangsa dan bernegara
3. Setia dan Pancasila sebagai ideologi negara
4. Rela berkorban untuk bangsa dan negara
5. Kemampuan awal bela negara

ANALISIS ISU KONTEMPORER


Isu Kontemporer
Isu adalah suatu fenomena/kejadian yang diartikan sebagai masalah. Masalah yang terjadi saat
ini dan menjadi perbincangan public dapat dinyatakan sebagai isu kritikal. Kontemporer yang
dimaksud disini adalah sesuatu hal yang modern, yang eksis dan terjadi dan masih berlangsung
sampai sekarang, atau segala hal yang berkaitan dengan saat ini.
Contoh isu-isu strategi kontemporer:
1. Korupsi
Perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang dan penerimaan uang sogok.
2. Narkoba
Dikalangan Masyarakat luas narkoba dikenal oleh sebutan NAPZA dimana istilah
tersebut mempunyai kandungan zat adiktif.
3. Terorisme dan Radikalisme
Kejahatan luar biasa yang menjadi musuh dunia karena nyawa manusia menjadi korban
dan menganggu stabilitas keamanan, sedangkan radikalisme adalah tantangan politik
yang bersifat mendasar seperti ekstrim
4. Money Laundry
Harta kekayaan yang diputihkan atau dicuci yang berasal dari hasil kejahatan
5. Poxy War
Saling adu kekuatan diantara dua pihak yang bermusuhan dengan menggunakan pihak
ketiga
6. Kejahatan Mass Comunication
Kejahatan mass Comunication ini sering dikenal dikenal sebagai cybercrime dalam
dunia maya dalam jaringan computer

Isu kritikal adalah isu yang dipandang oleh sebagai topik yang berhubungan dengan masalah –
masalah sumber daya yang merubah pemecahan disertai adanya kesadaran, ada 3 isu kritikal
yaitu :
1. Curren Issue ( Isu saat ini)
2. Emerging Issue (isu berkembang)
3. Issue Potensial
Adapun teknik-teknik analisi yaitu:
1. Teknik tapisan isu
Alat bantu penetapan kriteria isu yang berkualitas banyak jenisnya misalnya
menggunakan teknik terpisah dengan menetapkan rentang penilaian 1-5 pada kriteria
actual, kekhayalakan, probelmatik dan kekayaan.
2. Teknik Analisa isu
 Mind Mapping
Cara mencatat yang mengakomodir cara kerja otak secara natural dalam
melakukan teknik mindmapping terdapat 7 langkah pemetaan dimulai dari
Langkah Tengah menggunakan gambar atau poto menggunakan warna
menghubungkan cabang-cabang utama kegambar pusat membuat garis hubung
yang melengkung menggunakan satu kata kunci untuk setiap garis serta
menggunakan gambar.
 Fishbone diagram
Mirip dengan mindmapping pendekatan fishbone diagram juga berupaya
memahami persoalan dengan memetakan isu berdekatan dengan cabang-cabang
yang terkait, namun dengan demikian fishbone diagram atau diagram tulang ikan
ini lebih menekankan pada hubungan sebab-akibat sehingga seringkali juga
disebut dengan cruse in effect.
 Analisis SWOT
Metode analisis yang digunakan untuk menentukan dan mengevaluasi,
mengklarifikasi dan memvalidasi perencaan yang telah disusun sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai Adapun tahapan analisis SWOT tidak dapat dipisahkan
dan proses perencanaan strategis secara keseluruhan secara umum susunan
rencana strategis melalui 3 tahapan meliputi : pengumpulan data, pemanfaatan
semua informasi dan tahap pengambilan keputusan

KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA


Kesiapsiagaan bela negara adalah suatu keadaan siap siaga yang dimiliki oleh seseorang baik
secara fisik, mental maupun sosial dalam menghadapi situasi kerja yang beragam yang
dilakukan berdasarkan kebutuhan sikap dan tekad secara Ikhlas dan sadar disertai kerelaan
berkorban sepenuh jiwa raga yang dilandas oleh kecintaan terhadap NKRI berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945 untuk menjaga, merawat, dan menjamin kelangsungan hidup
berbangsa dan bernegara.
Kegiatan dan pelatihan dasar bela negara bagi ASN:
1. Kegiatan olahraga dan Kesehatan fisik
2. Kesiapsiagaan dan kecerdasan mental
3. Kegiatan baris-berbaris dan tata upacara
4. Keprotokolan
5. Pemahaman dasar fungsi-fungsi intelijen
6. Kegiatan ketangkasan dan permainan dalam membangun tim
Kesehatan jasmani merupakan kesanggupan dan kemampuan untuk melakukan kerja serta
aktivitas, mempertinggi daya kerja dengan tanpa mengalami kelelahan yang berarti atau
berlebihan (Agus Mukholid 2007).
Komponen kebugaran jasmani meliputi : kelenturan/fleksibilitas tubuh, kekuatan otot, pola
hidup salah dan komposisi tubuh.
Kesehatan mental berkaitan dengan system berpikir, Kesehatan berpikir, kendali diri,
manajemen situasi, emosi positif dan makna hidup.
Kesiapsiagaann jasmani adalah kegiatan atau kesanggupan seseorang untuk melaksanakan tugas
atau kegiatan fisik secara lebih baik dan efisien, kesiapsiagaan jasmani merupakan serangkaian
kemampuan jasmani atau fisik yang dimiliki oleh seorang ASN. Sasaran Latihan kesiapsiagaan
jasmani adalah mengembangkan dan memaksimalkan fisik dengan melatih kekuatan fisik yang
menghasilkan power, endurance, muscle strenghth, speed, cicuracy, agility, coordination,
balance, flexibility.
Peraturan Baris Berbaris (PBB) bertujuan untuk mewujudkan disiplin yang prima, agar dapat
menunjang pelayanan yang prima pula juga dapat membentuk sikap pembentukan disiplin,
membina kebersamaan dan kesetiakawanan dan lain sebagainya. Keprotokolan menurut UU
Nomor 9 Tahun 2010 adalah serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan aturan dalam acara
kenegaraan atau acara resmi yang meliputi tata tempat, tata upacara dan tata penghormatan
sebagai bentuk penghormatan kepada seseorang sesuai dengan jabatan dan atau kedudukannya
dalam negara pemerintahan atau Masyarakat.
Kemampuan kewaspadaan diri adalah kemampuan yang dikembangkan untuk mendukung
sinergisme penyelenggaran pertahanan militer dan pertahanan nimiliter secara optimal,
sehingga terwujud kepekaan, kesiagaan dan antisipasi setiap warga negara dalam menghadapi
potensi ancaman.
Intelijen negara berperan melakukan Upaya pekerjaan, kegiatan dan Tindakan untuk deteksi
dini dan peringatan dini dalam rangka pencegahan, penagkalan dan penanggulangan terhadap
setiap hakikat ancaman kepentingan dan keamanan sosial. Hal-hal mengenai intelijen negara
diatur dalam UU Nomor 17 tahun 2011. Deteksi dini dan peringatan dini dalam penyelenggaran
otonomi daerah dalam Permendagri Nomor 16 Tahun 2011.

AGENDA 2

BERORIENTASI PELAYANAN

Pelayanan Publik
Defenisi pelayanan publik sebagaimana tercantum dalam UU Pelayanan Publik adalah kegiatan
atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa dan
atau pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Terdapat 3
unsur penting dalam pelayanan publik khususnya dalam konteks ASN : penyelenggara
pelayanan public yaitu ASN, Penerima layanan yaitu Masyarakat, dan kepuasan yang diberikan
atau diterima penerima pelayanan, pelayan yang diterima tidak bisa ditawar lagi.
Pelayanan publik yang baik juga didasari oleh prinsip yang digunakan untuk merespon bagi
kebutuhan, bagi literatur administrasi public menyebut bahwa prinsip pelayanan public baik
adalah parsipatif, transparan, responsive, tidak diskriminatif, mudah dan murah, efektif dan
efisien, aksesbel, akuntabel dan berkeadilan.
Dalam Pasal 10 UU ASN, pegawai ASN berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik,
pelayanan publik dan perekat dan pemersatu bangsa untuk menjalankan fungsi tersebut pegawai
ASN bertujuan untuk melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh pejabat, Pembina
kepegawaian sesuai dengan ketentuan aparatur perundang-undangan yang kedua memnerikan
pelayanan publik yang kesatuan negara Republik Indonesia. Berikut ini merupakan pentingnya
pelayanan prima :
1. Kepuasan pelanggan merupakan sarana untuk menghadap kompetisi di masa yang akan
dating
2. Kepuasan pelanggan merupakan promosi terbaik
3. Kepuasan pelanggan merupakan asset terpenting
4. Kepuasan pelanggan menjamin pertumbuhan dan perkembangan organisasi
5. Pelanggan makin kritis dalam memilih produk atau jasa
6. Pelanggan puas akan Kembali
7. Pelanggan yang puas mudah memberikan referensi
Contoh pelayanan prima :
1. Menyapa dan memberi salam 5. Penampilan rapi
2. Ramah dan senyum 6. Mengucapkan terimakasih
3. Cepat dan tepat waktu 7. Mengingat nama pelanggan
4. Mendengar dengan sabar 8. Memperlakukan dengan baik
Berorientasi pelayanan sebagai pedoman dijabarkan dalam 3 kode etik meliputi :
1. memahami dan memenuhi kebutuhan Masyarakat,
2. ramah, cekatan, solutif dan dapat diandalkan
3. melakukan perbaikan tiada henti
AKUNTABEL
Akuntabilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab kepada seseorang/organisasi yang
memberikan amanat. Dalam konteks ASN akuntabilitas adalah kewajiban untuk
mempertanggungjawabkan segala tindak dan tanduknya sebagai pelayanan publik kepada
atasan, Lembaga Pembina dan lebih luasnya kepada publik. Berikut ini merupakan pentingnya
akuntabilitas meliputi: Menyediakan control demokratis, mencegah korupsi dan
penyalahgunaan kekuasaan dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas.
Berikut ini hal-hal yang perlu menciptakan lingkungan akuntabel adalah kepemimpinan,
transparansi, integritas, responsibilitas, keadilan, kepercayaan, keseimbangan, kejelasan dan
konsistensi.
Berikut ini merupakan alat akuntabilitas Indonesia:
1. strategicplan yang merupakan rencana Pembangunan jangka Panjang, mencegah dan
sasaran kerja pegawai untuk setiap ASN
2. Kontrak kinerja, kesepakatan antara pegawai dengan atasan langsung
3. Laporan kinerja
Amanah seorang ASN menurut SE Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 adalah menjamin terwujudnya perilaku yang sesuai dengan
CoreValues BerAKHLAK, akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yaitu :
1. akuntability personal (mengacu pada nilai-nilai yang ada didiri sendiri)
2. akuntabilitas individu (hubungan antara individu dan lingkungan kerjanya)
3. akuntabilitas kelompok
4. akuntabilitas organisasi (hasil pelaporan kinerja yang telah dicapai)
5. akuntabilitas stakeholder (pengguna layanan dan Masyarakat umum)

KOMPETEN
Kompeten adalah mampu melakukan sesuatu dengan baik. Kompeten merupakan keterampilan
yang diperlukan seseorang yang ditunjukkan dengan kemampuan melakukan sesuatu dengan
baik dan dapat memberikan tingkat kinerja yang memadai atau tinggi dalam suatu fungsi
pekerjaan yang spesifik. Sesuai dengan Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017
standar kompetensi ASN:
1. kompetensi teknis (sikap perilaku yang spesifik),
2. kompetensi manajerial (mengelola unit organisasi), dan
3. kompetensi sosial kultural (Pengalaman berinteraksi Masyarakat majemuk).
Untuk meningkatkan kompetensi diri dapat dilakukan yaitu:
1. Mengubah mindset
2. Mengembangkan mandiri secara heutagogik atau net-cetric
3. Memanfaatkan sumber keahlian pakar
4. Melakukan jejaring formal/informal
Prinsip pengembangan kompetensi ASN:
1. Upaya peningkatan kompetensi yang dilakukan organisasi maupun individu melalui
proses perencanaan pelaksana dan evaluasi
2. Setiap ASN memiliki hak dan kesempatan untuk mengembangkan kompetensi
3. Diarahkan pada pengembangan kompetensi sesuai kebutuhan jabatan
4. Pengembangan kompetensi sebagai salah satu dasar dalam pengembangan karir
Panduan perilaku kode etik kompeten yaitu:
1. Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu berubah
2. Membantu orang lain belajar
3. Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik

HARMONIS
Harmonis yaitu sikap saling peduli dan menghargai perbedaan, seperti yang kita ketahui bahwa
Indonesia adalah negara yang mempunyai keanekaragaman bangsa dan budaya sehingga
nasionalisme sangat diperlukan untuk menjaga keutuhan bangsa. Potensi tantangan dalam
keanekaragaman bagi ASN, keberagaman Indonesia merupakan tantangan yang ditandai dengan
perbedaan pandangan antar kelompok, norma sosial tidak berfungsi dengan baik, tidak tegasnya
sanksi terhadap pelanggaran norma-norma dan lain sebagainya.
Potensi tantangan dalam keanekaragaman bagi ASN:
1. Disharmonis antar suku
2. Disharmonis antar agama
3. Disharmonis antar ras
4. Disharmonis antar golongan
Beberapa peran ASN dalam menciptakan budaya harmonis:
1. ASN bersikap netral dan adil
2. ASN mengayomi kepentingan kelompok tidak mendiskriminasi keberadaan
3. ASN memiliki sikap toleran atas perbedaan
4. ASN memiliki sikap suka menolong
5. ASN menjadi figure dan teladan ditengah lingkungan Masyarakat

LOYAL
Nilai loyal ini dapat diwuhudkan dengan sikap dan perilaku ASN kepada pemerintahan yang
sah sejauh pemerintahan tersebut bekerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku karena ASN merupakan bagian atau komponen dan pemerintahan itu sendiri. Loyalitas
adalah kepatuhan atau kesetiaan bisa juga disebut dengan Tindakan yang memuwujudkan
dukungan atau kepatuhan yang konstan pada organisasi ditempatnya bekerja.
Ciri yang dapat mengukur loyal:
1. Taat pada peraturan
2. Bekerja dengan integritas
3. Bertanggung jawab
4. Kemampuan untuk bekerjasama
5. Rasa memiliki yang tinggi
6. Hubungan antar pribadi yang baik
7. Kesukaan terhadap pekerjaan
8. Keberanian mengutarakan ketidaksetujuan
9. Menjadi teladan bagi orang lain
Adapun panduan perilaku loyal, yaitu :
1. Memegang teguh ideologi Pancasila
2. Menjaga baik nama ASN, pimpinan instansi dan negara
3. Menjaga rahasia jabatan dan negara
Dalam melaksanakan panduan perilaku loyal dapat menggunakan beberapa kata kunci:
1. Konstribusi
2. Komitmen
3. Dedikasi
4. Nasionalisme
5. Pengabdian
Untuk membangun perilaku loyal:
1. Dalam konteks umum harus memiliki rasa kecintaan
2. Memantapkan wawasan kebangsaan
3. Meningkatkan nasionalisme
Adapun pelaksanaan fungsi ASN sebagai wujud loyalitas PNS :
1. ASN sebagai pelaksana kebijakan publik
ASN harus mampu mengutamakan kepentingan publik dan Masyarakat luas
2. ASN sebagai pelayanan kebijakan publik
ASN harus berorientasi pelayanan dan berintegritas sebagai perwujudan loyalitas
kepada bangsa dan negara
3. ASN sebagai perekat dan pemersatu bangsa
ASN harus mampu bersikap netral dan tidak memihak

ADAPTIF
Dengan adanya pemberdayaan budaya organisasi selain akan menghasilkan sumber daya
manusia yang berkualitas. Di sektor publik, budaya adaptif dalam pemerintahan ini dapat
diaplikasikan dengan tujuan untuk memastikan serta meningkatkan kinerja pelayanan
publik. Adapun ciri-ciri penerapan budaya adaptif dalam lembaga pemerintahan antara
lain sebagai berikut: a. Dapat mengantisipasi dan beradaptasi dengan perubahan
lingkungan;
a. Mendorong jiwa kewirausahaan;
b. Memanfaatkan peluang-peluang yang berubah-ubah
Adaptasi merupakan kemampuan alamiah dari makhluk hidup. Organisasi dan individu di
dalamnya memiliki kebutuhan beradaptasi selayaknya makhluk hidup, untuk
mempertahankan keberlangsungan hidupnya. Kemampuan beradaptasi juga memerlukan
adanya inovasi dan kreativitas yang ditumbuhkembangkan dalam diri individu maupun
organisasi. Di dalamnya dibedakan mengenai bagaimana individu dalam organisasi dapat
berpikir kritis versus berpikir kreatif. Pada level organisasi, karakter adaptif diperlukan
untuk memastikan keberlangsungan organisasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
Penerapan budaya adaptif dalam organisasi memerlukan beberapa hal, seperti di
antaranya tujuan organisasi
Perilaku adaptif merupakan tuntutan yang harus dipenuhi dalam mencapai tujuan – baik
individu maupun organisasi – dalam situasi apa pun. Salah satu tantangan membangun
atau mewujudkan individua dan organisasi adaptif tersebut adalah situasi VUCA
(Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity). Hadapi Volatility dengan Vision,
hadapi uncertainty dengan understanding, hadapi complexity dengan clarity, dan hadapi
ambiguity dengan agility. Organisasi adaptif yaitu organisasi yang memiliki kemampuan
untuk merespon perubahan lingkungan dan mengikuti harapan stakeholder dengan cepat
dan fleksibel. Budaya organisasi merupakan faktor yang sangat penting di dalam
organisasi sehingga efektivitas organisasi dapat ditingkatkan dengan menciptakan budaya
yang tepat
dan dapat mendukung tercapainya tujuan organisasi. Bila budaya organisasi telah
disepakati sebagai sebuah strategi perusahaan maka budaya organisasi dapat dijadikan
alat untuk meningkatkan kinerja.

5. Kolaboratif
Kolaborasi menjadi hal sangat penting di tengah tantang global yang dihadapi saat ini.
Banyak ahli merumuskan terkait tantangan-tantangan tersebut. Prasojo (2020)
mengungkapkan beberapa tantangan yang dihadapi saat ini yaitu disrupsi di semua
kehidupan, perkembangan teknologi informasi, tenaga kerja milenal Gen Y dan Z, serta
mobilitas dan fleksibilitas.
Dalam pengertian USIP, WoG ditekankan pada pengintegrasian upaya-upaya
kementerian atau lembaga pemerintah dalam mencapai tujuan-tujuan bersama. WoG juga
dipandang sebagai bentuk kerjasama antar seluruh aktor, pemerintah dan sebaliknya.
Pengertian dari USIP ini menunjukkan bahwa WoG tidak hanya merupakan pendekatan
yang mencoba mengurangi sekat-sekat sektor, tetapi juga penekanan pada kerjasama guna
mencapai tujuan-tujuan bersama. Dari dua pengertian di atas, dapat diketahui bahwa
karakteristik pendekatan WoG dapat dirumuskan dalam prinsip-prinsip kolaborasi,
kebersamaan, kesatuan, tujuan bersama, dan mencakup keseluruhan aktor dari seluruh
sektor dalam pemerintahan.
Dalam banyak literatur lainnya, WoG juga seringdisamakan atau minimal disandingkan
dengan konsep policy integration, policy coherence, cross-cutting policy- making, joined-
up government, concerned decision making, policy coordination atau cross government.
WoG memiliki kemiripan karakteristik dengan konsep-konsep tersebut, terutama
karakteristik integrasi institusi atau penyatuan pelembagaan baik secara formal maupun
informal dalam satu wadah. Ciri lainnya adalah kolaborasi yang terjadi antar sektor dalam
menangani isu tertentu. Namun demikian terdapat pula perbedaannya, dan yang paling
nampak adalah bahwa WoG menekankan adanya penyatuan keseluruhan (whole) elemen
pemerintahan, sementara konsep-konsep tadi lebih banyak menekankan pada
pencapaian tujuan, proses integrasi institusi, proses kebijakan dan lainnya, sehingga
penyatuan yang terjadi hanya berlaku pada sektor-sektor tertentu saja yang dipandang
relevan.
Dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan diatur
juga mengenai Bantuan Kedinasan yaitu kerja sama antara Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan guna kelancaran pelayanan Administrasi Pemerintahan di suatu instansi
pemerintahan yang membutuhkan.
AGENDA 3

1. Smart ASN
Dunia digital saat ini telah menjadi bagian dari keseharian kita. Berbagai fasilitas dan
aplikasi yang tersedia pada gawai sering kita gunakan untuk mencari informasi bahkan
solusi dari permasalahan kita sehari-hari. Durasi penggunaan internet harian masyarakat
Indonesia hingga tahun 2020 tercatat tinggi, yaitu 7 jam 59 menit (APJII, 2020). Angka
ini melampaui waktu rata-rata masyarakat dunia yang hanya menghabiskan 6 jam 43
menit setiap harinya. Bahkan menurut hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia (APJII) tahun 2020, selama pandemi COVID-19 mayoritas masyarakat
Indonesia mengakses internet lebih dari 8 jam sehari. Pola kebiasaan baru untuk belajar
dan bekerja dari rumah secara daring ikut membentuk perilaku kita berinternet. Literasi
Digital menjadi kemampuan wajib yang harus dimiliki oleh masyarakat untuk saling
melindungi hak digital setiap warga negara. Guna mendukung percepatan transformasi
digital, ada 5 langkah yang harus dijalankan, yaitu:
1) Perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital.
2) Persiapkan betul roadmap transportasi digital di sektor- sektor strategis, baik di
pemerintahan, layanan publik, bantuan sosial, sektor pendidikan, sektor
kesehatan, perdagangan, sektor industri, sektor penyiaran.
3) Percepat integrasi Pusat Data Nasional sebagaimana sudah dibicarakan.
4) Persiapkan kebutuhan SDM talenta digital.
5) Persiapan terkait dengan regulasi, skema-skema pendanaan dan pembiayaan
transformasi digital dilakukan secepat-cepatnya
Literasi digital lebih dari sekadar masalah fungsional belajar bagaimana menggunakan
komputer dan keyboard, atau cara melakukan pencarian online. Literasi digital juga
mengacu pada mengajukan pertanyaan tentang sumber informasi itu, kepentingan
produsennya, dan cara-cara di mana ia mewakilidunia; dan memahami bagaimana
perkembangan teknologi ini terkait dengan kekuatan sosial, politik dan ekonomi yang
lebih
luas.

Menurut UNESCO, literasi digital adalah kemampuan untuk mengakses, mengelola,


memahami, mengintegrasikan, mengkomunikasikan, mengevaluasi, dan menciptakan
informasi secara aman dan tepat melalui teknologi digital untuk pekerjaan, pekerjaan
yang layak, dan kewirausahaan. Ini mencakup kompetensi yang secara beragam disebut
sebagai literasi komputer, literasi TIK, literasi informasi dan literasi media.
Hasil survei Indeks Literasi Digital Kominfo 2020 menunjukkan bahwa rata-rata skor
indeks Literasi Digital masyarakat Indonesia masih ada di kisaran 3,3. Sehingga literasi
digital terkait Indonesia dari kajian, laporan, dan survey harus diperkuat. Penguatan
literasi digital ini sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo.
Roadmap Literasi Digital 2021-2024 yang disusun oleh Kominfo, Siberkreasi, dan
Deloitte pada tahun 2020 menjadi panduan fundamental untuk mengatasi persoalan
terkait percepatan transformasi digital, dalam konteks literasi digital. Sehingga perlu
dirumuskan kurikulum literasi digital yang terbagi atas empat area kompetensi yaitu:
● kecakapan digital,

● budaya digital,

● etika digital

● dan keamanan digital.

Indikator pertama dari kecakapan dalam Budaya Digital (Digital Culture) adalah
bagaimana setiap individu menyadari bahwa ketika memasuki Era Digital, secara
otomatis dirinya telah menjadi warga negara digital. Dalam konteks keIndonesiaan,
sebagai warga Negara digital, tiap individu memiliki tanggung jawab (meliputi hak dan
kewajiban) untuk melakukan seluruh aktivitas bermedia digitalnya berlandaskan pada
nilai-nilai kebangsaan, yakni Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Hal ini karena
Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika merupakan panduan kehidupan berbangsa,
bernegara dan berbudaya di Indonesia. Sehingga jelas, kita hidup di dalam negara yang
multicultural dan plural dalam banyak aspek. Pemahaman multikulturalisme dan
pluralisme membutuhkan upaya pendidikan sejak dini. Apalagi, kita berhadapan dengan
generasi masa kini, yaitu para digital native (warga digital) yang lebih banyak ‘belajar’
dari media digital. Meningkatkan kemampuan membangun mindfulness communication
tanpa stereotip dan pandangan negative adalah juga persoalan meningkatkan kemampuan
literasi media dalam konteks budaya digital.
Hak digital adalah hak asasi manusia yang menjamin tiap warga negara untuk mengakses,
menggunakan, membuat, dan menyebarluaskan media digital. Hak Digital meliputi hak
untuk mengakses, hak untuk berekspresi dan hak untuk merasa nyaman. Hak harus
diiringi dengan tanggung jawab. Tanggung jawab digital, meliputi menjaga hak-hak atau
reputasi orang lain, menjaga keamanan nasional atau atau ketertiban masyarakat atau
kesehatan atau moral publik.
Hak dan kewajiban digital dapat memengaruhi kesejahteraan digital setiap pengguna.
Kesejahteraan digital merupakan istilah yang merujuk pada dampak dari layanan
teknologi dan digital terhadap kesehatan mental, fisik, dan emosi seseorang. Siapa yang
bertanggung
jawab untuk menciptakan kesejahteraan digital? jawabannya adalah setiap individu.
Terdapat empat aspek kesejahteraan individu yang digambarkan dalam piramida dan
delapan prinsip praktik digital yang baik yang digambarkan pada lingkaran (Jisc, n.d).
2. Manajemen ASN
Manajemen ASN terdiri dari Manjemen PNS dan Manajemen PPPK. Manajemen PNS
meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan
jabatan,pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian
dan tunjangan,penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan pensisun dan hari tua, dan
perlindungan.
Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan; pengadaan; penilaian kinerja;
penggajian dan tunjangan; pengembangan kompetensi; pemberian penghargaan; disiplin;
pemutusan hubungan perjanjian kerja; dan perlindungan. Pengisian jabatan pimpinan
tinggi utama dan madya pada kementerian, kesekretariatan lembaga negara, lembaga
nonstruktural, dan Instansi Daerah dilakukan secara terbuka dan kompetitif di kalangan
PNS dengan Manajemen ASN 68 memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi,
kepangkatan, pendidikan dan latihan, rekam jejak, jabatan, dan integritas serta
persyaratan lain yang dibutuhkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pejabat Pembina Kepegawaian dilarang mengganti Pejabat Pimpinan Tinggi selama 2
(dua) tahun terhitung sejak pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi, kecuali Pejabat Pimpinan
Tinggi tersebut melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan dan tidak lagi
memenuhi syarat jabatan yang ditentukan. Penggantian pejabat pimpinan tinggi utama
dan madya sebelum 2 (dua) tahun dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan
Presiden.
Jabatan Pimpinan Tinggi hanya dapat diduduki paling lama 5 (lima) tahun.

Dalam pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi, Pejabat Pembina Kepegawaian memberikan


laporan proses pelaksanaannya kepada KASN. KASN melakukan pengawasan pengisian
Jabatan Pimpinan Tinggi baik berdasarkan laporan yang disampaikan oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian maupun atas inisiatif sendiri Pegawai ASN dapat menjadi pejabat
Negara. Pegawai ASN dari PNS yang diangkat menjadi Pejabat Negara diberhentikan
sementara dari jabatannya dan tidak kehilangan status sebagai PNS.

Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia.
Korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia memiliki tujuan: menjaga kode etik
profesi dan standar pelayanan profesi ASN; dan mewujudkan jiwa korps ASN sebagai
pemersatu bangsa. Untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi pengambilan
keputusan dalam Manajemen ASN diperlukan Sistem Informasi ASN. Sistem Informasi
ASN diselenggarakan secara nasional dan terintegrasi antar- Instansi Pemerintah
Sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif. Upaya administratif
terdiri dari keberatan dan banding administratif.
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang
professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan kepada
pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya
aparatur sipil Negara yang unggul selaras dengan perkembangan jaman.
Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas: a)Pegawai Negeri Sipil (PNS); dan b)
Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).Pegawai ASN berkedudukan
sebagai aparatur Negara yang menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan
instansi pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan
partai politik Untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka Pegawai ASN berfungsi
sebagai berikut: a) Pelaksana kebijakan public; b) Pelayan public; dan c) Perekat dan
pemersatu bangsa Agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik
dapat meningkatkan produktivitas, menjamin kesejahteraan ASN dan akuntabel, maka
setiap ASN diberikan hak. Setelah mendapatkan haknya maka ASN juga berkewajiban
sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya.
ASN sebagai profesi berlandaskan pada kode etik dan kode perilaku. Kode etik dan kode
perilaku ASN bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan ASN. Kode etik dan
kode perilaku yang diatur dalam UU ASN menjadi acuan bagi para ASN dalam
penyelenggaraan birokrasi pemerintah.
Penerapan sistem merit dalam pengelolaan ASN mendukung pencapaian tujuan dan
sasaran organisasi dan memberikan ruang bagi tranparansi, akuntabilitas, obyektivitas dan
juga keadilan. Beberapa langkah nyata dapat dilakukan untuk menerpakan sistem ini baik
dari sisi perencanaan kebutuhan yang berupa transparansi dan jangkauan
penginformasian kepasa masyarakat maupun jaminan obyektifitasnya dalam pelaksanaan
seleksi. Sehingga instansi pemerintah mendapatkan pegaway yang tepat dan berintegritas
untuk mencapai visi dan misinya.
Manajemen ASN Pasca recruitment, dalam organisasi berbagai system pengelolaan
pegawai harus mencerminkan prinsip merit yang sesungguhnya dimana semua prosesnya
didasarkan pada prinsip-prinsip yang obyektif dan adil bagi pegawai. Jaminan sistem
merit pada semua aspek pengelolaan pegawai akan menciptakan lingkungan yang
kondusif untuk
pembelajaran dan kinerja. Pegawai diberikan penghargaan dan pengakuan atas kinerjanya
yang tinggi, disisi lain bad performers mengetahui dimana kelemahan dan juga diberikan
bantuan dari organisasi untuk meningkatkan kinerja.
a. Manajemen ASN terdiri dari Manjemen PNS dan Manajemen PPPK
b. Manajemen PNS meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan,
pangkat dan jabatan, pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian
kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan
pensisun dan hari tua, dan perlindungan
c. Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan; pengadaan; penilaian kinerja;
penggajian dan tunjangan; pengembangan kompetensi; pemberian penghargaan;
disiplin; pemutusan hubungan perjanjian kerja; dan perlindungan.
d. Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan madya pada kementerian,
kesekretariatan lembaga negara, lembaga nonstruktural, dan Instansi Daerah
dilakukan secara terbuka dan kompetitif di kalangan PNS dengan memperhatikan
syarat kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, pendidikan dan latihan, rekam jejak
jabatan, dan integritas serta persyaratan lain yang dibutuhkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
e. Pejabat Pembina Kepegawaian dilarang mengganti Pejabat Pimpinan Tinggi
selama 2 (dua) tahun terhitung sejak pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi,
kecuali Pejabat Pimpinan Tinggi tersebut melanggar ketentuan peraturan
perundang- undangan dan tidak lagi memenuhi syarat jabatan yang ditentukan.
f. Penggantian pejabat pimpinan tinggi utama dan madya sebelum 2 (dua) tahun
dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan Presiden. Jabatan Pimpinan
Tinggi hanya dapat diduduki paling lama 5 (lima) tahun
g. Dalam pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi, Pejabat Pembina Kepegawaian
memberikan laporan proses pelaksanaannya kepada KASN. KASN melakukan
pengawasan pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi baik berdasarkan laporan yang
disampaikan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian maupun atas inisiatif sendiri
h. Pegawai ASN dapat menjadi pejabat Negara. Pegawai ASN dari PNS yang
diangkat menjadi Pejabat Negara diberhentikan sementara dari jabatannya dan
tidak kehilangan status sebagai PNS.
i. Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN Republik
Indonesia. Korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia memiliki tujuan:
menjaga kode etik profesi dan standar pelayanan profesi ASN; dan mewujudkan
jiwa korps ASN sebagai pemersatu bangsa.
j. Untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi pengambilan keputusan
dalam Manajemen ASN diperlukan Sistem Informasi ASN. Sistem Informasi
ASN diselenggarakan secara nasional dan terintegrasi antar- Instansi
Pemerintah
k. Sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif. Upaya
administratif terdiri dari keberatan dan banding administratif.

Anda mungkin juga menyukai