Anda di halaman 1dari 35

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ketahanan pangan menjadi salah satu prioritas dalam

pembangunan nasional. Ada tiga alasan utama yang melandasi

adanya kesadaran dari semua komponen bangsa atas

pentingnya ketahanan pangan, yaitu (1) akses atas pangan yang

cukup dan bergizi bagi setiap penduduk merupakan salah satu

pemenuhan hak azasi manusia; (2) konsumsi pangan dan gizi

yang cukup merupakan basis bagi pembentukan sumberdaya

manusia yang berkualitas; (3) ketahanan pangan merupakan

basis bagi ketahanan ekonomi, bahkan bagi ketahanan nasional

suatu negara berdaulat.

Produksi pangan berada pada wilayah sentra produksi

tertentu, sedangkan wilayah lainnya kurang dan atau tidak ada

produksi. Kondisi wilayah sentra produksi khususnya Padi di

Sulawesi Selatan, baik alamnya maupun sarana prasarana yang

mendukung produksi, pengolahan dan penyimpanan memiliki

kondisi yang bervariasi. Sementara itu kebutuhan pangan

masyarakat tersebar ke seluruh wilayah. Bervariasinya

kemampuan produksi pangan antar wilayah dan antar musim

merupakan tantangan dalam menjamin distribusi pangan agar


Analisis dan Kajian Distribusi Beras di Sulawesi Selatan Tahun 2021
Page 1
tetap lancar sampai ke seluruh wilayah konsumen sepanjang

waktu.

Distribusi Pangan merupakan salah satu subsistem

ketahanan pangan yang peranannya sangat strategis, apabila

tidak dapat terselanggara secara baik dan lancar, bahan pangan

yang dibutuhkan masyarakat tidak akan terpenuhi. Distribusi

pangan ini diharapkan dapat terlaksana secara efektif, efisien,

dan merata di setiap lokasi berlangsungnya transaksi bahan

pangan kebutuhan masyarakat. Gangguan distribusi pangan ini

berdampak terhadap kelangkaan bahan pangan dan kenaikan

harga pangan serta berpengaruh terhadap rendahnya akses

pangan masyarakat karena daya beli bahan pangan menjadi

menurun.

Subsistem distribusi pangan merupakan proses yang

diperlukan untuk menyalurkan produk pangan dari produsen

agar dapat sampai ke konsumen secara tepat waktu dan jumlah

yang cukup serta terjangkau oleh daya beli masyarakat. Proses

penyampaian produk komoditas pangan dari tingkat produsen

seringkali harus melalui rantai pelaku-pelaku distribusi pangan

untuk dapat sampai kepada konsumen pemakai akhir. Hal ini

merupakan kecenderungan umum yang terjadi dalam kegiatan

Analisis dan Kajian Distribusi Beras di Sulawesi Selatan Tahun 2021


Page 2
distribusi pangan. Keberadaan para pelaku distribusi komoditas

pangan (pedagang perantara, pengumpul, grosir/besar,

distributor) seringkali memberikan dampak kepada konsumen

dan produsen (petani). Seringkali tindakan-tindakan spekulatif

para pelaku distribusi tersebut (msalnya : menimbun,

memborong, dan sebagainya) dapat menekan tingkat

keuntungan produsen dan mendorong harga di tingkat

konsumen.

Komoditas padi/beras sampai saat ini masih menjadi

kebutuhan pangan pokok di Indonesia termasuk di Sulawesi

Selatan, sehingga jaminan ketersediaannya harus diusahakan

agar senantiasa cukup sepanjang waktu. Kebutuhan beras di

masa mendatang dipastikan akan terus meningkat seiring

dengan pertumbuhan penduduk. Mengingat pentingnya

komoditas pangan tersebut, pemerintah selalu memberikan

perhatian terhadap subsektor tanaman pangan (terutama padi).

Usaha peningkatan produksi padi terus dilakukan agar mampu

memenuhi kebutuhan penduduk Indonesia yang tersebar dari

Sabang sampai Merauke termasuk Sulawesi Selatan.

Untuk mengetahui apakah produksi/ketersediaan beras

cukup dan terdistribusikan/tersalurkan hingga ke konsumen

Analisis dan Kajian Distribusi Beras di Sulawesi Selatan Tahun 2021


Page 3
serta bagaimana pendistribusiannya, diperlukan analisis dan

kajian distribusi beras di Sulawesi Selatan.

I.2. Tujuan

Tujuan yang akan dicapai dari Kajian Distribusi Pangan di

Sulawesi Selatan adalah :

1. Mengetahui wilayah surplus dan defisit beras di Sulawesi

Selatan

2. Mengetahui pola / jaringan distribusi beras mulai dari

produsen sampai konsumen ;

3. Mengetahui pendistribusian beras yang keluar /masuk

Sulawesi Selatan.

1.3. Manfaat/Kegunaan Kajian:

Hasil Kajian Distribusi Pangan Bers di Sulawesi

Selatan ini, diharapkan dapat memberikan gambaran

pendistribusian beras di Sulawesi Selatan dan sebagai

bahan penyusunan rekomendasi kepada pemerintah untuk

mendorong kelancaran distribusi beras yang merata dan

terjangkau di wilayah Sulawesi Selatan.

Analisis dan Kajian Distribusi Beras di Sulawesi Selatan Tahun 2021


Page 4
II. METODOLOGI

2.1. Waktu Pelaksanaan:

Pelaksanaan Analisis dan Kajian Distribusi Beras di Sulawesi

Selatan ini dilaksanakan selama 1 bulan (Bulan Juni Tahun 2021)

dimulai dari persiapan hingga penyusunan laporan.

2.2. Tahapan pelaksanaan Kajian yaitu sebagai berikut:

1. Koordinasi dengan Bidang/Seksi dan sumber lainnya untuk

memperoleh gambaran umum / informasi awal / literatur tentang

distribusi beras dan data/informasi yang dibutuhkan dalam kajian;

2. Menentukan cakupan ruang lingkup kajian

3. Menentukan metode/metodologi kajian;

4. Melakukan validasi data dan menganalisis data/informasi;

5. Melakukan pembahasan hasil;

6. Menyusun kesimpulan dan merumuskan rekomendasi

2.3. Ruang Lingkup Kajian:

A. Lokasi kajian adalah Provinsi Sulawesi Selatan, meliputi 24

Kabupaten/Kota.

Analisis dan Kajian Distribusi Beras di Sulawesi Selatan Tahun 2021


Page 5
B. Komoditi yang dikaji adalah Komoditi Padi/Beras di Sulawesi

Selatan.

C. Jenis dan Sumber Data/Informasi:

Data yang digunakan dalam kajian ini adalah data Primer

dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan

observasi dan wawancara langsung melalui kuesioner yang telah

disiapkan dengan teknik wawancara kepada petani/kelompoktani

beras dan Pengusaha Penggilingan sebagai pelaku distribusi

sebagai Responden kunci/key person. Data sekunder diambil dari

sumber lain yang sudah ada sebelumnya, yaitu Bidang/Instansi

terkait seperti Badan Pusat Statistik Provinsi, Dinas Tanaman

Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan,

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian serta Hasil

Kajian/ Penelitian Distribusi Beras melalui browsing internet.

2.4. Metode Pengumpulan Data/Informasi

Cara atau teknik yang dipakai secara sengaja (purposive

sampling) dengan pertimbangan Metode Pengumpulan data dan

informasi primer berdasarkan daftar pertanyaan ( kuesioner) secara

wawancara langsung kepada Responden kunci yaitu Petani sekaligus

Ketua kelompok tani dan Pengusaha Penggilingan di Kabupaten

Sidrap, yaitu Kelompoktani Mattennang, Gapoktan Sabbarae dan

Penggilingan PB Makkulawu Anugrah Welma.


Analisis dan Kajian Distribusi Beras di Sulawesi Selatan Tahun 2021
Page 6
Sedangkan data sekunder berasal dari Bidang/Instansi terkait,

khususnya data / informasi terkait produksi/ketersediaan, kebutuhan

padi/beras di Propinsi Sulawesi Selatan serta distribusi beras yang

keluar Sulawesi Selatan Tahun 2019 - 2020. Untuk melengkapi

informasi kajian dan atau melalui browsing di internet untuk

memperkaya literatur dan pustaka.

Pendistribusian beras yang keluar/masuk Sulawesi

Selatan berdasarkan data sekunder dari Balai Besar

Karantina Pertanian Makassar yang memiliki wilayah kerja

Bandara Sultan Hasanuddin, Pelabuhan Laut Paotere,

Pelabuhan Laut Soekarno Hatta, Kantor Pos Makassar,

Pelabuhan Laut Bulukumba, Pelabuhan Laut Jeneponto,

Pelabuhan Laut Bajoe, Pelabuhan Laut Tuju-Tuju/Pelabuhan

Laut Lanrea Rea Sinjai, Pelabuhan Laut Selayar.

2.5. Metode Analisis Data/Informasi

Data yang diperoleh kemudian ditabulasikan dan kemudian

dilaksanakan analisis data. Analisis data dalam kajian ini

menggunakan analisis deskriptif kuantitatif untuk mengetahui

ketersediaan produksi, surplus/minus, Pola distribusi beras dan beras

yang keluar/masuk Sulawesi Selatan, sebagai berikut:

Analisis dan Kajian Distribusi Beras di Sulawesi Selatan Tahun 2021


Page 7
 Wilayah surplus/minus beras masing-masing kabupaten/kota di

Sulawesi Selatan diperoleh dengan menghitung ketersediaan

beras dikurangi kebutuhan beras.

 Saluran/pola distribusi beras, dibuat berdasarkan pergerakan

beras mulai dari petani sampai pedagang eceran dan konsumen.

Metode deskripsi menurut Nazir (1999) adalah suatu metode

dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu set

kondisi atau sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada

masa sekarang.

Analisis dan Kajian Distribusi Beras di Sulawesi Selatan Tahun 2021


Page 8
III. KONSEP DASAR

3.1. Distribusi Pangan

Distribusi pangan sebagai suatu proses pengalokasian pangan

antar ruang, antar waktu, dan antar pelaku, baik dalam bentuk yang

tetap maupun bentuk yang sudah diproses atau sudah ada perubahan

bentuk. Dimana satu dengan lainnya saling terkait (Anonim, 2010).

Dapat juga dikatakan distribusi adalah usaha untuk menyerahkan

produk dari produsen atau pemasar kepada konsumen. Dalam istilah

tata niaga, distribusi dapat diartikan atau disamakan dengan

pemasaran yaitu kegiatan ekonomi yang berfungsi membawa atau

menyampaikan barang dari produsen ke konsumen.

Distribusi pangan merupakan salah satu sub sistem ketahanan

pangan yang peranannya sangat strategis, apabila tidak dapat

terselenggara secara baik dan lancar, bahan pangan yang dibutuhkan

masyarakat tidak akan terpenuhi. Distribusi pangan diharapkan dapat

terlaksana secara efektif, efisien dan merata di setiap lokasi

berlangsungnya transaksi bahan pangan kebutuhan masyarakat.

Gangguan distribusi pangan ini berdampak terhadap kelangkaan

bahan pangan dan kenaikan harga pangan serta berpengaruh

terhadap rendahnya akses pangan masyarakat karena daya beli

bahan pangan menjadi menurun. Distribusi pangan adalah

tersedianya pangan dan pasokan pangan secara merata sepanjang

Analisis dan Kajian Distribusi Beras di Sulawesi Selatan Tahun 2021


Page 9
waktu baik jumlah, mutu, aman dan keragamannya untuk memenuhi

kebutuhan pangan masyarakat, sedangkan akses pangan adalah

kemampuan rumah tangga untuk dapat menjangkau / mendapatkan

pemenuhan kebutuhan pangan sepanjang waktu baik jumlah, mutu,

aman, keragaman untuk menunjang hidup yang aktif, sehat dan

produktif. Masalah pangan adalah keadaan kelebihan pangan,

kekurangan pangan dan/atau ketidakmampuan rumah tangga dalam

memenuhi kebutuhan pangan. Masih adanya penduduk miskin,

daerah rawan pangan, produksi pangan dihasilkan tidak merata antar

wilayah dan sepanjang waktu, potensi SDA yang berbeda di masing-

masing daerah akan berpengaruh terhadap distribusi dan pasokan

bahan pangan. Kondisi ini, pada akhirnya akses pangan bagi setiap

individu rumah tangga akan semakin menjadi rendah apabila

ketersediaan pangan setempat terbatas, pasar tidak tersedia,

transportasi terbatas, pendapatan rendah, pendidikan terbatas,

pengangguran tinggi, budaya setempat belum memadai. Oleh sebab

itu, peranan distribusi pangan yang terjangkau dan merata sepanjang

waktu kiranya akan berpengaruh terhadap peningkatan akses pangan

bagi setiap rumah tangga di dalam memenuhi kecukupan pangannya

(Eyverson Ruauw, 2015).

Analisis dan Kajian Distribusi Beras di Sulawesi Selatan Tahun 2021


Page 10
3.2. Pola Distribusi Beras

Menurut Limbong dan Sitorus (1987) dalam Eyverson Ruauw

(2015) sebagian besar produsen tidak menjual barang mereka

langsung kepada pemakai akhir. Antara produsen dan pemakai akhir

terdapat satu atau beberapa saluran pemasaran/distribusi, yaitu

serangkaian perantara pemasaran/distribusi yang melaksanakan

berbagai fungsi.

Pola distribusi pangan adalah gambaran distribusi suatu

komoditas yang berlangsung di suatu wilayah yang terbentuk dari

interaksi seluruh pelaku yang terlibat dalam suatu saluran pemasaran

komoditas tersebut. Pola distribusi pangan melibatkan berbagai pihak

atau lembaga yang meliputi petani, pedagang pengumpul, pedagang

besar dan pedagang pengecer, khusus untuk beras juga melibatkan

penggilingan yang mengolah gabah menjadi beras.

Distribusi beras dari petani hingga konsumen akhir melalui

beberapa pola yang dengan bentuk pola yang dipengaruhi oleh

berbagai faktor tergantung dengan kondisi infrastruktur, kelengkapan

fasilitas transportasi, dan lainnya.

Apabila sistem distribusi tersebut tidak berfungsi dengan baik

karena sesuatu hal atau adanya masalah infrasturktur distribusi

(ketersediaan transportasi darat, laut, udara, jalan, pelabuhan, gudang

penyimpanan, cadangan pangan, dll) yang kurang memadai dan

Analisis dan Kajian Distribusi Beras di Sulawesi Selatan Tahun 2021


Page 11
kondisi iklim yang kurang mendukung untuk mendistribusikan pangan

maka stabilitas pasokan pangan antar wilayah, antar provinsi dan

antar pulau akan terganggu sehingga dampak akhirnya adalah

pasokan pangan menjadi berkurang serta harga yang diterima oleh

konsumen akan cenderung meningkat.

3.3. Komoditi Beras

Beras merupakan komoditi strategis sebagai bahan pangan

pokok bagi masyarakat Indonesia termasuk Sulawesi Selatan,

sehingga kegiatan produksi, penyediaan, pengadaan, dan distribusi

beras menjadi sangat penting dalam rangka ketahanan pangan,

peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani beras maupun

dalam rangka stabilitas kepentingan konsumsi masyarakat secara

umum.

Kenyataan menunjukkan bahwa beras masih menjadi makanan

pokok utama dan cenderung tunggal di berbagai daerah termasuk

daerah yang sebelumnya mempunyai pola pangan pokok bukan beras

dan kurang terdiversifikasi. Hal ini senada dengan hasil penelitian

Puslitbangtan (2005), yang menunjukkan bahwa sampai saat ini beras

tetap menjadi komoditas strategis dalam perekonomian dan

ketahanan pangan nasional. Sebagai bahan pangan utama beras

dibutuhkan oleh lebih dari 90% penduduk (Retno Lantarsih, 2011).

Analisis dan Kajian Distribusi Beras di Sulawesi Selatan Tahun 2021


Page 12
Pemerintah selalu berupaya meningkatkan ketersediaan beras

dari produksi dalam negeri karena pertimbangan pentingnya beras

secara ekonomi dan politik. Pertimbangan tersebut menjadi semakin

penting bagi Indonesia termasuk Sulawesi Selatan karena jumlah

penduduk yang semakin meningkat, dengan populasi yang menyebar

dan cakupan geografis yang luas, memerlukan ketersediaan beras

dalam jumlah yang mencukupi, terdistribusi secara merata sepanjang

waktu dengan harga terjangkau serta memenuhi kriteria kecukupan

konsumsi maupun persyaratan operasional logistik (Ismet, 2007;

Suryana dan Kariyasa, 2008) dalam Retno Lantarsih dan Dwidjono

Hadi Darwanto, 2011.

Analisis dan Kajian Distribusi Beras di Sulawesi Selatan Tahun 2021


Page 13
IV. HASIL ANALISIS DAN KAJIAN DISTRIBUSI BERAS
DI SULAWESI SELATAN

4.1. Keragaan Ketersediaan Beras di Sulawesi Selatan

Sulawesi Selatan dikenal sebagai salah satu daerah

penghasil utama beras di Indonesia. Daya dukung

agraris dan kondisi ekologis menjadikan daerah ini

sebagai salah satu penghasil beras utama di Indonesia,

khususnya untuk kawasan Timur. Sentra-sentra produksi

beras di Sulawesi Selatan meliputi kabupaten Bone,

Soppeng, Wajo, Sidrap, Pinrang, Luwu, Luwu Utara dan

Luwu Timur, serta di dukung daerah penyangga seperti

Barru, Pangkep, Maros, Gowa, Takalar, Bantaeng, dan

Bulukumba. Ketersediaan beras di Sulawesi Selatan

selama satu tahun selalu mencukupi bahkan surplus.

Wilayah Sulawesi Selatan berdasarkan agroklimat

berbeda beberapa wilayah yang terbagi ke dalam wilayah

Sektor Barat, Timur dan Peralihan, yang menyebabkan

musim tanam dan panen padi berbeda sehingga

sepanjang tahun ada wilayah yang mengalami musim

panen.

Analisis dan Kajian Distribusi Beras di Sulawesi Selatan Tahun 2021


Page 14
Dari kedua Grafik di atas nampak bahwa sepanjang

tahun ada produksi padi yang dipanen dari beberapa

wilayah yang terbagi sektor Barat, Timur dan Peralihan,

yang mana produksi paling sedikit di bulan Januari,

disusul bulan Juni. Sedangkan yang paling tinggi produksi

pada bulan Agustus disusul bulan April 2021.

Keragaan produksi, ketersediaan, kebutuhan dan

Surplus/Minus beras di Sulawesi Selatan seperti

tergambar pada Grafik di bawah ini.

Analisis dan Kajian Distribusi Beras di Sulawesi Selatan Tahun 2021


Page 15
Sumber: BPS dan Dinas TPH BUN Prov. Sulsel Tahun 2021, diolah

Dari Grafik di atas nampak bahwa berdasarkan data

ATAP 2018 - 2020, produksi dan ketersediaan beras

selama tahun 2018 - 2020 mengalami penurunan,

sementara kebutuhan beras baik untuk kebutuhan tidak

langsung (Horeka dan home industri) dan kebutuhan

konsumsi penduduk semakin meningkat seiring dengan

pertambahan penduduk di Sulawesi Selatan, yang

mengakibatkan surplus beras mengalami penurunan dari

surplus sebesar 2.396.948 ton pada tahun 2018 menjadi

sebesar 1.719.550 ton pada tahun 2020.

Surplus beras tidak dialami di seluruh wilayah

kabupaten / kota Sulawesi Selatan, namun ada beberapa

yang mengalami minus. Keragaan surplus/minus beras di


Analisis dan Kajian Distribusi Beras di Sulawesi Selatan Tahun 2021
Page 16
masing-masing kabupaten/kota sebagaimana terlihat

pada Grafik di bawah ini.

Dari Grafik di atas, berdasarkan data ATAP 2020,

ketersediaan, kebutuhan dan surplum/minus di masing-

masing kabupaten/kota Sulawesi Selatan bervariasi.

Ketersediaan beras Sulawesi Selatan paling banyak

berasal dari Kabupaten Bone, diikuti dari Kabupaten

Wajo, Pinrang, Sidrap, Soppeng, Luwu, Luwu Timur, serta

Kabupaten lainnya. Dari 24 Kabupaten/Kota, ada 20

Kabupaten yang mengalami surplus beras, 1 Kabupaten

(Selayar) dan 3 Kota (Makassar, Pare-Pare dan Palopo)

yang mengalami minus/defisit beras, dengan rincian sbb:

Analisis dan Kajian Distribusi Beras di Sulawesi Selatan Tahun 2021


Page 17
Surplus Defisit
Kab Jumlah Kab/Kota Jumlah
1. Bulukumba 60.787 1. Selayar 10.041
2. Bantaeng 9.999 2. Makassar 153.528
3. Jeneponto 27.608 3. Pare-pare 12.830
4. Takalar 28.728 4. Palopo 10.663
5. Gowa 58.802
6. Sinjai 27.630
7. Maros 72.725
8. Pangkep 37.822
9. Barru 57.888
10. Bone 354.681
11. Soppeng 131.277
12. Wajo 279.078
13. Sidrap 217.936
14. Pinrang 251.293
15. Enrekang 4.400
16. Luwu 103.704
17. Tana Toraja 5.693
18. Luwu Utara 57.441
19. Luwu Timur 105.757
20. Toraja Utara 13.361
Jumlah (+) 1.906.612 Jumlah (-) 187.062

Dari Tabel di atas nampak bahwa surplus beras dari

20 Kabupaten (1.906.612 ton) yaitu Kabupaten

Bulukumba, Bantaeng, Jeneponto, Takalar, Gowa, Maros,

Pangkep, Barru, Bone, Soppeng, Wajo, Sidrap, Pinrang,

Enrekang, Luwu, Tana Toraja, Luwu Utara, Luwu Timur

dan Toraja Utara, setelah dikurang minus dari 4 kab/kota

(187.062 ton) yaitu Kabupaten Selayar, Kota Makassar,

Kota Pare-Pare dan Kota Palopo maka Sulawesi Selatan

masih memiliki surplus sebesar 1.719.550 ton yang dapat

digunakan untuk cadangan pangan daerah dan

Analisis dan Kajian Distribusi Beras di Sulawesi Selatan Tahun 2021


Page 18
didistribusikan ke pasar antar provinsi. Wilayah yang

mengalami surplus terbesar berturut-turut Kabupaten

Bone, Wajo, Pinrang, Sidrap dan Soppeng. Sedangkan

wilayah dengan surplus 3 terendah berturut-turut adalah

kabupaten Enrekang, Tana Toraja dan Bantaeng.

Dalam rangka keberlanjutan ketersediaan dan

stabilisasi harga beras di daerah maka ketersediaan beras

di setiap kabupaten/kota perlu memperhitungkan sisa

stok tahun lalu dan penyisihan produksi untuk stok tiga

bulan dalam setahun. Perhitungan stok untuk tiga bulan

dalam setahun tersebut tentunya mempertimbangkan

masa antar panen dan daya tahan beras dalam

simpanan. Untuk Kabupaten Enrekang dengan surplus

4.400 ton dan kebutuhan per bulan 1.802 ton, maka

surplus tersebut hanya dapat memenuhi kebutuhan

kurang dari 3 bulan (2,4 bulan). Demikian halnya

Kabupaten Tana Toraja dengan surplus sebesar 5.693 ton

hanya dapat memenuhi kebutuhan kurang dari 3 bulan

(2,79 bulan). Oleh karena itu untuk Kabupaten Enrekang

dan Tana Toraja sebaiknya menambah persediaan/stok

beras agar lebih aman ketersediaannya.

Analisis dan Kajian Distribusi Beras di Sulawesi Selatan Tahun 2021


Page 19
4.2. Pola Distribusi Beras di Sulawesi Selatan

Secara umum rantai/jaringan distribusi beras

mengikuti pola seperti tampak pada gambar dibawah ini.

Pedagang
Pedagang
Besar
Besar

Petani
Petani Pedagang
Pedagang Penggilingan
Penggilingan
Produsen
Produsen Pengumpul
Pengumpul Beras
Beras P.Grosir
P.Grosir

BULOG
BULOG P.Pengecer
P.Pengecer Konsumen
Konsumen
rr
Gambar Pola umum rantai distribusi beras

Pola rantai distribusi beras pada umumnya mengikuti

pola dari petani - pengumpul - penggilingan padi - pedagang

dan atau Bulog. Dari Pedagang besar/grosir ke Pedagang

pengecer sebelum sampai ke konsumen. Pada penggilingan

padi kecil rantai menjadi menjadi lebih panjang karena

setelah digiling sebelum ke Bulog harus melalui penggilingan

yang lebih besar mitra Bulog dan atau pedagang

pengumpul/Grosir/besar dan Pedagang Pengecer sebelum

ke konsumen.

Berdasarkan hasil wawancara di Penggilingan

Kabupaten Sidrap, pada bulan Mei Gabah di beli dari petani

di Sidrap dan pedagang pengumpul di Kota Palopo dan

Kabupaten Bone. Beras Sidrap dari penggilingan selain di

Analisis dan Kajian Distribusi Beras di Sulawesi Selatan Tahun 2021


Page 20
jual ke BULOG, juga di Pedagang lokal sebagian di jual ke

Makassar, sebagian ke pedagang besar yang akan

didistribusikan ke luar Sulawesi Selatan seperti ke

Kalimantan, Gorontalo dan Medan.

Berdasarkan informasi, saat ini (Juni 2021) kondisi

gudang Bulog sudah hampir penuh dan Bulog ke depannya

tidak akan melakukan pembelian gabah petani lagi apabila

stok beras yang ada tidak ada penyaluran. Hal ini

menyebabkan keresahan petani terkait produksi gabah yang

dihasilkan akan terkendala dalam pemasarannya, terlebih

menghadapi musin panen Agustus 2021. Apabila BULOG

tidak melakukan pembelian gabah petani, dikhawatirkan

akan menyebabkan harga gabah dan beras di Sulawesi

Selatan turun.

Untuk struktur pola distribusi beras antar provinsi di

Kabupaten Sidrap, seperti tampak gambar dibawah ini.

Analisis dan Kajian Distribusi Beras di Sulawesi Selatan Tahun 2021


Page 21
Petani Pedagang
Pedagang
Petani Pedagang
Pedagang Penggilingan
Penggilingan Pedagang
Pedagang
Besar/Antar
Besar/Antar
Produsen
Produsen Pengumpul
Pengumpul Beras Prov
Prov Lain
Lain
Beras Wilayah
Wilayah

BULOG
BULOG P.Besar/Grosir
P.Besar/Grosir P.Besar/Grosir
P.Besar/Grosir

P.
P. Pengecer
Pengecer P.
P. Pengecer
Pengecer

Konsumen
Konsumen Konsumen
Konsumen

Gambar Pola umum rantai distribusi beras Antar Provinsi

Dari Gambar pola umum rantai distribusi beras antar

provinsi gabah petani dibeli oleh pedagang pengumpul yang

seterusnya akan dijual ke penggilingan untuk diolah dan

digiling menjadi beras. Beras penggilingan sebagian dijual

ke BULOG dan selebihnya dijual ke pasar umum baik dalam

daerah maupun antar daerah yaitu ke kota Makassar dan

atau ke provinsi lain (Kalimantan, Gorontalo dan Medan)

melalui pedagang besar/pedagang antar wilayah. Dari

Pedagang Besar/Antar Wilayah didistribusikan ke pedagang

grosir, kemudian ke pedagang Eceran sebelum ke

Konsumen.

Berdasarkan hasil wawancara dengan petani, Harga

gabah gabah di Sidrap bulan Juni 2021 rata-rata sebesar

Rp. 4.600 - 4.700/kg dan gabah yang dibeli dari luar Sidrap

Analisis dan Kajian Distribusi Beras di Sulawesi Selatan Tahun 2021


Page 22
(Palopo dan Bone) dengan harga Rp. 4.800/kg. Sedangkan

harga beras yang dijual ke BULOG Rp 8.100 - 8.300/kg

Sementara itu menurut Ridhwan et.al (2012),

distribusi beras antar wilayah/antar provinsi mengikuti pola

distribusi beras sebagaimana gambar dibawah ini.

Provinsi yang sama Provinsi lain

Pengumpu Penggilingan/
Petani Pedagang
l/ Pedagang Besar
Besar
Tengkulak

Grosir P.Grosir

P.Eceran P.Pengecer

Konsume Konsumen
n
Sumber: Ridhwan et.al (2012)

Dari gambar di atas terlihat bahwa, distribusi beras antar

wilayah/antar provinsi mengikuti pola Produksi gabah petani

100% dibeli oleh Pedagang Pengumpul/tengkulak, dari

pengumpul 55% dibeli oleh penggilingan sekaligus pedagang

besar dalam provinsi dan 45% dibeli oleh pedagang besar di

provinsi lainnya. Sementara itu beras yang dari penggilingan

Analisis dan Kajian Distribusi Beras di Sulawesi Selatan Tahun 2021


Page 23

Petani
sebanyak 80% didistribusikan ke pedagang grosir dalam

provinsi dan 20% didistribusikan ke pedagang grosir di luar

provinsi. Dari pedagang grosir akan didistribusikan ke

pedagang pengecer selanjutnya ke konsumen.

Panjangnya rantai distribusi beras dan sifat produk

yang memiliki volume yang besar mempengaruhi biaya

distribusi dan sarana selama pendistribusian (Gudang

penyimpanan dan kendaraan) yang memadai. Persoalan ini

yang menyebabkan produksi gabah (GKP) dari petani dari

sawah hampir seluruhnya langsung di beli oleh pedagang

pengumpul/tengkulak disamping karena membutuhkan

dana segera dan sebagian kecil saja yang disimpan sebagai

persediaan rumah tangganya. Disamping itu pada waktu

menanam biasanya petani sudah ada komunikasi dengan

pengumpul/tengkulak untuk jual/beli gabahnya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengusaha

penggilingan di Kabupaten Sidrap, bahwa kebiasaan di

kabupaten Sidrap petani harus menjual gabahnya ke

pedagang pengumpul/tengkulak karena sejak awal

pertanaman petani sudah meminjam sarana produksi

kepada pedagang pengumpul/tengkulak dan sudah sepakat

menjual hasil gabahnya ke pedagang pengumpul/tengkulak

Analisis dan Kajian Distribusi Beras di Sulawesi Selatan Tahun 2021


Page 24
tersebut dengan harga yang ditawarkan pedagang.

Disinilah posisi tawar petani yang rendah dan tidak dapat

memperoleh harga sesuai yang diinginkan/layak. Kondisi

ini juga menyebabkan penggilingan tidak dapat langsung

membeli gabah ke petani, namun harus ke pedagang

pengumpul, sebagaimana dikutip pernyataan pengusaha

penggilingan (PB Makkulawu Anugerah Wielma):” kami

tidak bisa membeli gabah langsung dari petani, karena

sudah ada kesepakatan antara petani dengan pedagang

pengumpul/tengkulak untuk menjual gabahnya kepada

pedagang pengumpul”.

Panjangnya rantai distribusi beras ini dapat

menyebabkan berbagai persoalan, yang berakibat pada

harga beras konsumen, tentunya hal ini sudah disadari oleh

pemerintah. Salah satu upaya pemerintah mengatasi

masalah yaitu melalui kegiatan Pengembangan Usaha

Pangan Masyarakat (PUPM). Kegiatan ini sebagai solusi

dalam mengatasi masalah disparitas harga, menjaga

stabilitas pasokan dan harga pangan, serta efisiensi rantai

distribusi dengan memperpendek rantai pasok.

Pola rantai distribusi beras Kegiatan PUPM, sebagai

berikut:

Analisis dan Kajian Distribusi Beras di Sulawesi Selatan Tahun 2021


Page 25
LUPM
LUPM TTI/TMT
TTI/TMT
Petani
Petani (Poktan/Gapoktan)
(Poktan/Gapoktan) Konsumen
Konsumen
Produsen
Produsen TTIC/PMT
TTIC/PMT
Penggilingan
Penggilingan Beras
Beras

Dari pola di atas nampak bahwa mulai dari gabah

petani sampai ke masyarakat/konsumen hanya melalui 4

rantai distribusi. Disinilah peran LUPM sebagai lembaga

petani mengumpulkan produksi gabah anggotanya untuk

diolah dan digiling menjadi beras, selanjutnya dikemas

dengan kemasan khusus beras segar TTI 5 kg dan

didistribusikan ke TTI mitra dan atau ke TTIC / Pasar Mitra

Tani di Makassar atau TTIC/PMT Kabupaten.

Dengan pola distribusi beras ini dapat

mengefisiensikan rantai distribusi dari 7 - 8 rantai menjadi 4

rantai saja langsung ke konsumen/masyarakat. Perbedaan

harga dari produsen beras /penggilingan dengan harga

konsumen juga tidak berbeda jauh selisih antara Rp 200 -

300 /kg untuk keuntungan Toko Tani Indonesia/Toko Mitra

Tani. Harga beras melalui PUPM ini di Sulawesi Selatan

tahun 2021 yang harus dibayar konsumen juga lebih murah

yaitu maksimal Rp 9.000/kg, dimana tahun 2020 hanya Rp.

8.500-8.800/kg. Sementara dari hasil pemantauan harga

(Panel), rata-rata harga eceran beras medium di Sulawesi

Analisis dan Kajian Distribusi Beras di Sulawesi Selatan Tahun 2021


Page 26
Selatan pada bulan Januari - Maret 2021 yaitu berturut-

turut Rp. 9.742/kg (Januari 2021), Rp 9.733/kg (Pebruari

dan Maret 2021) (Data terlampir).

Dengan demikian harga beras medium yang di tingkat

konsumen lebih murah melalui kegiatan PUPM dengan pola

rantai distribusi yang lebih pendek atau dapat dikatakan

lebih efisien. Hanya saja belum semua wilayah di Sulawesi

Selatan yang dapat merasakan manfaat kegiatan PUPM. Dari

24 Kab/Kota yang ada di Sulawesi Selatan, LUPM yang

dibina sampai dengan tahun 2020 sebanyak 18 Kabupaten

penghasil beras diluar kota Makassar, Pare-Pare, Palopo,

Kabupaten Selayar, Kabupaten Tana Toraja dan Toraja

Utara. Walaupun demikian Toko Mitra LUPM tetap ada di

wilayah konsumen termasuk kota Makassar, Pare-Pare,

palopo dan Tana Toraja. Hanya disayangkan kegiatan

PUPM tahun 2021 dalam membina dan mendampingi LUPM

sudah ditiadakan, walaupun demikian pendistribusian beras

ke TTI/TMT dan TTIC/PMT Kabupaten dan Provinsi masih

terus dilaksanakan.

Analisis dan Kajian Distribusi Beras di Sulawesi Selatan Tahun 2021


Page 27
4.3. Pendistribusian Beras Keluar Sulawesi Selatan

Berdasarkan data dari Balai Besar Karantina

Pertanian Makassar, melalui seluruh wilayah kerjanya

diperoleh informasi bahwa pada tahun 2019 -2020 beras

yang keluar Sulawesi Selatan berturut-turut adalah

sebesar 236.245,72 ton (12,3%) dan 15.169,67 ton

(0,88%) dari surplus. Penurunan distribusi keluar tahun

2020 kemungkinan disebabkan karena terkendala pada

keterbatasan distribusi di masa pandemi Covid-19 yang

berlanjut di tahun 2020 atau kemungkinan menurunnya

permintaan pasar di luar Sulawesi Selatan dan atau

karena diwilayah lain (Jawa dan Sumatera) juga memiliki

stok yang banyak.

Dengan data tersebut menggambarkan bahwa

sebagian besar beras beredar/terdistribusi di dalam

wilayah Sulawesi Selatan, baik sebagai cadangan pangan

maupun sebagai stok yang tersimpan di Bulog dan

masyarakat (Rumah Tangga, Penggilingan dan Pedagang)

Sulawesi Selatan. Selain itu juga ada gabah yang tercatat

masuk ke Sulawesi Selatan dari Provinsi lain tahun 2019 -

2020 yaitu sebesar 438 ton dan 5.524 ton. Gabah yang

masuk ini diprediksi sebagai gabah dari daerah sekitar

Analisis dan Kajian Distribusi Beras di Sulawesi Selatan Tahun 2021


Page 28
Sulawesi Selatan (Sulawesi Barat) yang masuk untuk

diolah/digiling di Sulawesi Selatan.

Beras dari Sulawesi Selatan didistribusikan keluar ke

beberapa daerah seperti Sorong, Kupang, Muna, Bau-

Bau, Flores, Manokwari, Kep. Yapen, Mimika, Nabire, Kep.

Sula, Halmahera, Kab. Sikka, Maluku (Tengah, Tenggara,

Timur, Barat Daya), Garut Tangerang, Jakarta,

Balikpapan, Banjarmasin, Kendari, Nunukan, Lampung,

Palembang, Depok, Semarang, Surabaya, Manado,

Batam, Medan, Bandung, Pekanbaru, Tanjungpinang,

Tarakan, Samarinda, Berau, Merauke, Ternate, Morowali,

Ambon, Jayapura, Bombana, Kolaka, Sumba Timur,

Sumba Barat, Sumba Baratdaya, Ende.

Analisis dan Kajian Distribusi Beras di Sulawesi Selatan Tahun 2021


Page 29
V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1. Kesimpulan

Dari hasil dan pembahasan hasil analisis dan kajian

distribusi pangan (beras) di Sulawesi Selatan dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Berdasarkan data ATAP 2020, dari 24 kabupaten/kota di

Sulawesi Selatan, yang mengalami surplus beras

sebanyak 20 Kabupaten yaitu Bulukumba, Bantaeng,

Jeneponto, Takalar, Gowa, Maros, Pangkep, Barru,

Bone, Soppeng, Wajo, Sidrap, Pinrang, Enrekang, Luwu,

Tana Toraja, Luwu Utara, Luwu Timur dan Toraja Utara.

Sedangkan yang mengalami defisit/minus beras adalah

Kabupaten Selayar, Kota Makassar, Kota Pare-Pare dan

Kota Palopo.

2. Untuk keberlanjutan ketersediaan, maka dua kabupaten

yang mengalami surplus yaitu Enrekang dan Tana

Toraja, masih memerlukan tambahan stok/persediaan

karena apabila dibandingkan dengan kebutuhan maka

ketersediaannya hanya mampu mencukupi kebutuhan

Analisis dan Kajian Distribusi Beras di Sulawesi Selatan Tahun 2021


Page 30
kurang dari 3 bulan (Enrekang 2,4 bulan dan Tana

Toraja 2,79 bulan).

3. Pola jaringan distribusi beras ada 3 pola yaitu sebagai

berikut:

 Secara umum, pola distribusi beras melalui 7 mata

rantai, mulai dari produsen sampai dengan

konsumen.

 Pola distribusi antar provinsi, melalui 7-8 mata

rantai mulai dari produsen ke konsumen provinsi.

 Pola distribusi yang diintervensi oleh pemerintah

melalui kegiatan Pengembangan Usaha Pangan

Masyarakat (PUPM), hanya melalui 4 mata rantai,

dari produsen ke konsumen.

4. Pendistibusian gabah/beras yang keluar/masuk Sulawesi

Selatan yaitu:

 Tahun 2019, beras yang keluar Sulawesi Selatan

sebesar 236.245,72 ton (12,3% dari surplus),

 Tahun 2020, beras yang keluar Sulawesi Selatan

sebesar 15.169,67 ton (0,88% dari surplus).

Analisis dan Kajian Distribusi Beras di Sulawesi Selatan Tahun 2021


Page 31
5. Adanya permasalahan di salah satu rantai distribusi

/pemasaran beras dalam hal ini BULOG sangat

mempengaruhi kelancaran distribusi/pemasaran gabah

petani, yang akhirnya dapat mempengaruhi stabilitas

harga gabah/beras.

5.2. Rekomendasi

Berdasarkan hasil analisis dan Kajian serta

Kesimpulan pada Distribusi Beras di Sulawesi Selatan,

maka disampaikan draf/konsep Rekomendasi sebagai

berikut:

1. Dalam melakukan distribusi pangan beras, diutamakan

untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam wilayah

Sulawesi Selatan, sedangkan apabila ada kelebihan

ketersediaan dapat dilakukan distribusi/pemasaran

keluar Sulawesi Selatan dengan tetap

memperhitungkan keberlanjutan ketersediaan minimal

3 bulan ke depan.

2. Intervensi pemerintah melalui kegiatan Pengembangan

Usaha Pangan Masyarakat dapat memotong rantai

distribusi/mengefisiensikan distribusi beras ke

Analisis dan Kajian Distribusi Beras di Sulawesi Selatan Tahun 2021


Page 32
konsumen, namun disayangkan tahun 2021 sudah

ditiadakan kegiatan pembinaan/pendampingan LUPM.

Diharapkan kepada pemerintah dalam hal ini

Kementerian Pertanian dapat mengalokasikan biaya

operasional dalam rangka pembinaan dan

pemberdayaan Kelompok Tani/Gapoktan yang

bergerak di Pengadaan-pendistribusian/pemasaran

beras (LUPM) di Sulawesi Selatan.

3. Terkait permasalahan di salah satu rantai distribusi

beras yaitu kendala penyaluran di BULOG, dapat

disarankan sebagai berikut:

 Bantuan sosial yang ada di Kementerian Sosial dan

Bencana diharapkan menggunakan Cadangan Beras

Pemerintah (CBP) yang dikelola oleh Perum BULOG

 Melakukan mobilisasi nasional beras dari Sulawesi

Selatan ke daerah-daerah lain yang ketersediaan

berasnya terbatas.

Analisis dan Kajian Distribusi Beras di Sulawesi Selatan Tahun 2021


Page 33
VI. PENUTUP

Laporan Analisis dan Kajian Distribusi Beras di Sulawesi

Selatan berisikan gambaran tentang ketersediaan, kebutuhan

dsn surplus/minus beras di Sulawesi Selatan, Pola distribusi

beras di Sulawesi Selatan dan Pendistribusian Gabah/beras yang

masuk di Sulawesi Selatan. Selain itu disajikan draf/konsep

Rekomendasi terkait Distribusi beras dan upaya pemecahan

permasalahannya di Sulawesi Selatan.

Semoga Laporan ini dapat bermanfaat.

Analisis dan Kajian Distribusi Beras di Sulawesi Selatan Tahun 2021


Page 34
DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim, 2010. Metode Analisis Distribusi Pangan. Pusat

Distribusi Pangan Badan Ketahanan Pangan Jakarta.

2. Eyverson Ruauw, 2015. Kajian Distribusi Pangan Pokok Beras

di Kabupaten Kepulauan Talaud, ASE Volume 11 No. 1

Jakarta.

3. Anonim, 2020. Petunjuk Teknis Pengembangan Usaha Pangan

Masyarakat (PUPM) Melalui Toko Tani Indonesia (TTI).

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian

Jakarta.

Analisis dan Kajian Distribusi Beras di Sulawesi Selatan Tahun 2021


Page 35

Anda mungkin juga menyukai