Anda di halaman 1dari 28

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor pertanian masih menjadi sektor andalan penyediaan pangan dalam


jumlah yang cukup besar dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya di indonesia.
Pertanian berperan penting dalam mendukung keberlangsungan hidup suatu
negara. Selain itu, pertanian sebagai aspek penting dalam mendukung
ketersediaan pangan di suatu negara (Muchlisin,2016).

Saat ini sektor pertanian dihadapkan pada permasalahan pemenuhan


kebutuhan pangan dan kesejahteraan petani. Masalah pemenuhan kebutuhan
pangan bagi seluruh penduduk setiap saat di suatu wilayah menjadi sasaran utama
kebijakan pangan bagi pemerintahan suatu negara. Indonesia sebagai suatu negara
dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan yang sangat
kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduknya, sehingga masalah
ketahanan pangan menjadi isu sentral dalam pembanguan dan menjadi fokus
dalam pembangunan pertanian. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan
pangan yang terus meningkat menuntut petani untuk selalu berproduksi.

Salah satu komuditi tanaman pangan yang memiliki peran dalam


meningkatkan ketahanan pangan adalah tanaman padi sawah. Padi di Indonesia
selain menjadi makanan pokok, padi juga sebagai sumber pendapatan masyarakat
karena sebagian penduduk di Indonesia bekerja sebagai petani, namun masih
banyak permasalahan yang terdapat permasalahan di dalamnya (Purnamaningsih,
2006).

Dalam melakukan kegiatan usahatani tentunya di perlukan pemberian


pupuk. Pupuk bersubsidi merupakan salah satu input penting dalam meningkatkan
produksi tanaman pangan khususnya padi sawah, sehingga keberadaan dan
pemanfaatannya memiliki posisi yang strategis. Program pemberian pupuk
bersubsidi menjadi program prioritas pemerintah yang bertujuan untuk
2

meringankan bebanpetani agar ketika mereka memerlukan pupuk untuk tanaman


pangannyam, tersedia dengan harga terjangkau (Sularno. Dkk. 2016).

Maluku merupakan salah satu provinsi yang sebagian besar masyarakatnya


kini mengkonsumsi beras/padi sebagai bahan pangan popok. Pemenuhan beras
masyarakat selain diinpor dari luar pulau seperti dari Surabaya, ketersedian beras
juga berasal dari beberapa sentra produksi padi yang ada di Maluku. Terdapat
beberapa kabupaten yang menjadi sentra produksi padi di Provinsi Maluku.
Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) merupakan salah satu sentra produksi padi
di Provinsi Maluku selain Kabupaten Maluku Tengah, Buru, dan Kabupaten
Seram Bagian Timur (SBT) (BPS,2020)

Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) terdapat tiga kecamatan yang


menjadi sentral produksi padi yaitu Kecamatan Kairatu, Kairatu Barat, dan Seram
Barat (Dinas Pertanian Seram Bagian Barat, 2021). Desa Waimital merupakan
sentra produksi padi pada Kecamatan Kairatu yang hampir sebagaian
masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani. Berikut ini Kabupaten Seram
Bagian Barat.

Tabel 1. Luas Panen (ha) dan Produksi (ton) padi menurut Kecamatan /Desa di
Kabupaten Seram Bagian Barat

Kecamatan/Desa luas panen (ha) Produksi (ton)

2019 2020 2021 2019 2020 2021


Kairatu 1768.2 1164 1181 6542.34 4306.8 3897.3
Kairatu Barat 186.9 311 232.4 691.53 1150.7 766.92
Seram Barat 61 85.1 71.7 225.7 314.87 236.61
Sumber. Dinas Pertanian Seram Bagian Barat

Berdasarkan Tabel 1 di atas luas panen dan produksi padi di Desa Waimital
mengalami penurunan. Luas panen Desa Waimital dari tahun 2019-2021
mengalami peningkatan yaitu 1768 ha menjadi 1181 ha di tahun 2021, namun
3

berbeda dengan produksi padi dari tahun 2019-2021 mengalami penurunan dari
6542.34 ton di tahun 2019 menjadi 3897.3 ton di tahun 2021. Berdasarkan
(Pengamatan Lapangan) dikarenakan adanya keterbatasan penggunaan pupuk dan
terjadi kenaikan harga pupuk sehingga petani merasa kesusahan mendapatkan
pupuk.

Pemerintah terus mendorong penggunan pupuk yang efisien melalui


berbagai kebijakan. Namun demikian, berbagai kebijakan tersebut belum mampu
menjamin ketersediaan pupuk yang memadai dengan Harga Eceran Tertinggi
(HET) yang telah ditetapkan. Secara realitas masih sering terjadi berbagai
masalah diantaranya kelangkaan pasokan pupuk bersubsidi di lapangan.
Kondisi petani selama adanya kelangkaan pupuk bersubsidi sangat berbeda
dengan sebelumnya. Saat ini petani sangat sulit untuk mendapatkan pupuk
bersubsidi, ketika petani membutuhkan pupuk harus membeli pupuk nonsubsidi
yang jual di toko dengan harga mahal, sehingga biaya yang dikeluarkan petani
bertambah dan berdampak terhadap menurunnya produksi dan pendapatan petani.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada penelitian
ini yaitu:
1. Apa penyebab terjadinya kelangkaan pupuk bersubsidi?
2. Bagaimana dampak kelangkaan pupuk bersubsidi terhadap produksi petani?
3. Bagaimana dampak kelangkaan pupuk bersubsidi terhadap pendapatan petani?

1.3. Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui penyebap kelangkaan pupuk bersubsidi pada petani padi sawah.
2. Menganalisis dampak kelangkaan pupuk bersubsidi terhadap produksi
usahatani padi sawah.
4

3. Mengetahui dampak kelangkaan pupuk bersubsidi terhadap pendapatan


usahatani padi sawah.
1.4. Kegunaan Penelitian
1. Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan keilmuan dalam bidang pertanian khususnya
kelangkaan pupuk bersubsidi dan dampaknya bagi petani padi, serta sebagai
bahan referensi, untuk melelengkapi penelitian lebih lanjut yang masih ingin
mencari permasalahan yang berkaitan dengan penelitian ini
2. Bagi Pemerintah
Penelitian ini diharapkan agar pemerintah dapat meningkatkan
pembinaan dan sosialisasi intensif kepada petani terkait kelangkaan pupuk
bersubsidi.

1.5. Luaran Penelitian


1. Skripsi yang telah disahkan.
2. Artikel ilmiah yang akan dipublikasikan dalam jurnal ilmiah
5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Padi Sawah (Oryza sativa L)


Padi sawah merupakan tanaman pangan berupa rumput berumputan.
Tanaman pertanian kuno ini berasal dari dua benua, yaitu Asia dan Afrika Barat
tropis dan subtropis. Bukti sejarah menunjukan bahwa penanaman padi di
Zheziang (Cina) sudah dimulai pada 3000 tahun lalu sebelum masehi. Fosil butir
padi dan gaba di temukan di Hastinapur Uttar Pradesa India sekitar 100-800 SM
(Purnawati ddk, 2007). Batang padi terbuku dan berongga, dari buku batang ini
tumbuh anakan dan daun, bunga atau malai muncul dari buku terahir pada tiap
anakan. Akar padi adalah akar serabut yang sangat efektif dalam penyerapan hara,
tetapi peka terhadap kekeringan. Akar padi terkonsentrasi pada kedalaman antara
10-20 cm. Padi termasuk genus Oriza L yang meliputi kurang lebih 25
spesies, tersebar di daerah tropis dan daerah sub tropis seperti Asia, Afrika,
Amerika dan Australia. Di Indonesia pada mulanya tanaman padi diusahakan
didaerah tanah kering dengan sistem ladang, ahirnya orang berusaha
memantapkan hasil usahanya dengan cara mengairi daerah yang curah hujannya
kurang. Tanaman padi yang dapat tumbuh dengan baik didaerah tropis ialah
indica. Sedangkan Japonica banyak diusahakan didaerah sub tropika.
Tanaman padi merupakan tanaman semusim yang termasuk dalam golongan
rumput-rumputan. Padi mempunyai umur yang pendek yaitu kurang dari satu
tahun, hanya satu kali produksi, setelah berproduksi maka akan mati atau
dimatikan. Tanaman padi dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok
berdasarkan keadaan berasnya, cara dan tempat bertanam, dan menurut umurnya.
Klasifikasi tanamn padi menurut Tjitrosoepomo (2004).
6

Kingdom : Plantae (tumbuhan)


Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji


Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (Berkeping satu/monokotil)
Sub kelas : commelinidea
Ordo : Poales
Famili : Oryza
Spesies : Oryza sativa L

2.2. Pupuk Bersubsidi dan Nonsubsidi

Peraturan presiden Nomor 15 Tahun 2011 tentang perubahan atas


peraturan Presiden Nomor 77 tahun 2005 tentang penempatan Pupuk Bersubsidi
sebagai barang dalam pengawasan. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor
15/M-DAG/PER/4/2013 tentang pengaddan dan penyaluran Pupuk Bersubsidi
untuk Sektor Pertanian. Pupuk bersubsidi merupakan barang dalam pengawasan
yang diprogramkan oleh pemerintah yang dalam pengadaan dan penyalurannya
mendapat subsidi dari pemerintah untuk kebutuhan petani di sektor pertanian.
Sedangkan pupuk non subsidi adalah dalam pengadaan dan penyalurannya tidak
mendapat subsidi dari pemerintah atau di luar program pemerintah ( Keputusan
Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor:
70/MPP/KEP/2/2003).

2.2.1 Penyaluran Pupuk Bersubsidi


Sudjono (2011), mengartikan sistem distribusi sebagai rangkaian mata
rantaiyang menjembatani antara produsen dengan konsumen dalam rangka
pelaksanaan menyalurkan produk atau jasa agar sampai ketangan konsumen
secara efisien dan mudah dijangkau. Pengadaan dan penyaluran pupuk
bersubsidi dilakukan sesuai peraturan menteri perdagangan Nomor 15/M-
7

DAG/per/2015 tentang pengadaan penyaluran pupuk bersubsidi untuk sektor


pertanian. Pelaksanaan subsidi pupuk di tugaskan oleh PT pupuk Indonesia
(Persero) yang bertugas untuk melaksanakan pengadaan dan penyaluran pupuk
bersubsidi wilayah kerja tanggu jawab masing-masing.
Pengaturan pembagian wilayah penyaluran dan pengadaan pupuk
bersubsidi antar produsen di lakukan oleh PT. Pupuk Indonesia (persero) sesuai
dengan kemampuan produksi, dengan tujuan agar dapat lebih efisien, efektif dan
fleksibel. Pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi pada lini III dilakukan
melalui produsen kepada distributor resmi yang telah ditunjuk di wilayah
kerjanya. Selanjutnya pada penyaluran lini IV dilakukan oleh distributor
kemudian menyalurkan kepada pengecer resmi yang ditunjuk di wilayah
kerjanya. Untuk petani/kelompok tani, penyaluran pupuk bersubsidi dilakukan
oleh pengecer resmi yang telah di tunjuk di wilayah kerjanya. Sebagaimana
ditetapkan dalam peraturan menteri pertanian tentang alokasi dan HET pupuk
bersubsidi untuk sektor pertanian, penyaluran pupuk bersubsidi dilakukan
dengan sistem tertutup melalui rencana definitif kebutuhan kelompok (RDKK)
dengan harga eceran tertinggi (HET).

2.2.2 Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk bersubsidi


Efektivitas penggunaan pupuk bersubsidi diarahkan pada penerapan
pemupukan berimbang sesuai rekomendasi spesifik lokasi atau standar teknis
penggunaan pupuk bersubsidi yang dianjurkan. Dalam penerapan pumupukan
berimbang, perluh di dukung dengan eksesibilitas dalam memproleh pupuk
dengan harga yang terjangkau. Guna menjamin ketersediaan pupuk dengan harga
eceran tertinggi (HET) yang telah ditetapkan, maka pada tahun 2018 melalui
undang-udang Nomor 15 tahun 2017 tentang anggaran pendapatan dan belanja
Negara tahun anggaran 2018 yang ditindaklanjuti dengan peraturan Presiden
Nomor 107 tahun 2017 tentang rincian anggaran pendapatan dan belanja negara
tahun anggaran 2018, telah diamanatkan program pengelolaan subsidi pupuk.
Sebagai tindak lanjut terhadap kebijakan tersebut, pemerintah menerbitkan
peraturan menteri pertanian Nomor 47/permentan/SR.310/12/2017 (Putra Kahir,
8

2021) tentang alokasi dan harga eceran tertinggi pupuk bersubsidi untuk sektor
pertanian tahun anggaran 2018. Penyaluran di lini IV (pengecer resmi) yang di
tunjuk wajib menjual pupuk bersubsidi kepada petani/kelompok tani berdasarkan
RDKK sesuai peraturan menteri perdagangan tentang pengadaan dan penyaluran
pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian, dengan harga eceran tertinggi (HET)
sebagaimana diatur dalam peraturan menteri tentang kebutuhan dan harga eceran
tertinggi (HET) pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian yang berlaku harga
eceran tertinggi (HET) pupuk bersubsidi yang ditetapkan dalam peraturan menteri
pertanian nomor 47/permentan/SR.310/12/2017.
Tabel 2. Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi
HARGA
JENIS PUPUK
Rp/KG Rp/Sak
UREA 1.800 90.000 (50) KG
SP 36 2.000 100.000 (50) KG
ZA 1.400 70.000 (50) KG
NPK 2.300 115.000 (50) KG
ORGANIK 500 20.000 (50) KG
Kementrian pertanian 2020
Tabel di atas menunjukan Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk bersubsidi
per 1 KG dan per Sak (50 KG) yang telah ditentukan oleh pemerintah berlaku
untuk pembelian oleh petani, petambak dan/atau kelompok tani di lini IV
(pengecer resmi) secara tunai dalam kemasan 50 kg untuk pupuk UREA,
SP36,ZA DAN NPK serta dengan kemasan 40 kg untuk pupuk organik.

2.2.3 Pola Distribusi Pupuk Bersubsidi


Pola distribusi pupuk bersubsidi merupakan suatu kegiatan penyaluran
pupuk oleh perusahaan kepada petani sebagai konsumen (pemakai pupuk) yang
telah disubsidikan oleh pemerintah. sampai saat ini PT. Pupuk Sriwijaya yang
bertanggungjawab sebagai suatu perusahaan utama dari seluruh perusahaan
BUMN pupuk di Indonesia dalam melakukan pendistribusian dan penjualan
pupuk. Pola distribusi pupuk yang diawali dari lini I (pabrik-pelabuhan) ke lini II
9

(pelabuhan-penyimpan provinsi), dan ke lini III ke lini IV (kecamatan) dilakukan


oleh para penyalur, dan penjualan kepada petani dilakukan oleh para pengecer
resmi atau yang bertanggungjawab pada suatu wilaya di lini IV (santosa 2008).
Kurangnya pengawasan pemerintah proses pendistribusian pupuk membuka
kemungkinan adanya penimbunan pupuk oleh para pengecer yang akan
menyebapkan terjadinya kelangkaan pupuk bersubsidi.

2.2.4 Penggunaan Pupuk Dalam Produksi Padi


Pupuk bersubsidi merupakan salah satu sarana input atau sarana produksi
yang diberikan kedalam tanah sebagai salah satu penentuh dalam peningkatan
produksi guna menggantikan unsur hara dari dalam tanah, baik pupuk organik
maupun anorganik. Pupuk organik merupakan jenis pupuk alami seperti pupuk
kandang, pupuk organik cair (POC), kompos dan sebagainya. Adapun fungsinya
adalah untuk mengemburkan lapisan tanah, meningkatkan populasi makhluk yang
amat sangat kecil dalam tanah, mempertinggi daya serap dan daya simpan air, dan
meningkatkan kesuburan tanah.
Pupuk anorganik merupakan jenis pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan
proses fisik, kimia, dan biologis. Jenis pupuk anorganik diantaranya pupuk urea,
ZA, SP36, dan NPK (Rohmayani N, 2016). Sesuai dengan menteri perdagangan
RI nomor tahun 2009 mengenai pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi
bahwa jenis pupuk yang disubsidikan oleh pemerintah adalah pupuk anorganik
yang diproduksikan oleh produsen tanah air, yaitu pupuk Urea, SP-36, NPK, ZA
dan pupuk organik Ririn (2017) menjelaskan terdapat beberapa manfaat
penggunaan pupuk berdasarkan jenisnya, yaitu:
1. Pupuk Urea mengandung kadar nitrogen yang tinggi bermanfaat dalam proses
fotosintesis tanaman, mempercepat pertumbuhan anakan, dan cabang
tanaman.
2. Pupuk SP-36 mengandung pohosfat yang bermanfaat dalam memacu
pertumbuhan perakaran dan pembungaan pada tanaman, selain itu
memperkuat batang tanaman.
3. Pupuk ZA di dalamnya mengandung nitrogen (N) dan sulfur (S) yang bekerja
10

dalam meningkatkan jumlah anakan pada tanaman padi, dan menjadikan


tanaman lebih sehat.
4. Pupuk NPK didalamnya mengandung unsur nitrogen (N) phospat (p) dan
kalium (k) yang dapat membantu fotosintesis pada tanaman, mencegah kerdil.
5. Pupuk organik terdiri dari beberapa jenis kandungan didalamnya yaitu sisa-
sisa dedaunan tanaman, sisa kotoran pada hewan, yang masing-masingnya
dapat membantuh tanaman dalam proses pembusukan dalam proses
pembusukan oleh mikroorganisme yang terdapat didalamnya.
Dalam membantu meningkatkan produksi padi sawah sala satunya dengan
cara pemberian pupuk. Pemberian pupuk yang efektif adan efisien haruslah
didasarkan pada konsep 5 tepat pemupukan yaitu tepat dosis, tepat jenis, tepat
waktu, tepat cara, dan tepat bentuk (Agus et al,2018) Adapun ajuran pemakaian
pupuk bersubsidi pada tanaman berdasarkan 5 tepat yaitu:
1. Tepat dosis
Ketepatan dosis merupakan pemakaian pupuk pada tingkat petani yang di
sesuaikan dan dibandingkan dengan rekomendasi pupuk. Ketepatan penentuan
dosis anjuran pemakaian atau rekomendasi pupuk yang dilakukan dengan
berbagai cara salah satunya adalah dengan cara analisis daun dan tanah. Analisis
daun dan tanah ini diukur untuk mengetahui produktivitas dan kandungan hara
yang tersedia pada lahan sehingga penggunaan pupuknya dapat disesuaikan
dengan lahan serta dapat mencapai produksi yang maksimal dengan sejumlah
pupuk yang tepat.
2. Tepat jenis
Tepat jenis ini merupakan jenis pupuk yang diaplikasikan oleh petani
harus sesuai dengan yang direkomendasikan. Untuk menentukan penetapan
dalam jenis pupuk biasanya harus mempertimbangkan keseimbangan hara yang
terkandung dimana biasanya setiap jenis pupuk memiliki kandungan unsur hara
utama yang berbeda-beda dan tingkat respontif yang berbeda pula. Adapun jenis
pupuk yang direkomendasikan merupakan jenis pupuk bersubsidi yang sudah
terdapat label pengawasan dan terdiri dari pupuk anorganik dan organik.
3. Tepat waktu
11

Penentuan waktu pemupukan ditentukan oleh iklim, sifat fisik, tanah yang
membutukan pupuk, serta adanya sifat sinergis dan antagonis antar unsur hara
yang dimaksud dengan ketepatan waktu dalam pemupukan yaitu,
pengaplikasian pupuk harus sesuai dengan jadwal tanam dan pemupukan yang
telah ditetapkan, dengan tujuan untuk dapat memaksimalkan fungsi dari masing-
masing pupuk terhadap lahan. Sejatinya pengaplikasian pupuk yang optimal
berada pada fase 7-10 HTS, 21 HTS, dan 42 HTS. Tidak efektif pemupukan
apabila pengaplikasiannya dilakukan pada saat fase generatif, karena pada fase
tersebut tanaman tidak akan mampu lagi untuk menyerap pupuk dengan
maksimal. Sehingga ketepatan waktu dalam pemupukan menjadi hal yang
sangat penting untuk mencapai keefektifan dalam pemupukan.
4. Tepat cara
Salah satu cara pengaplikasian pupuk yang tepat adalah harus sesuai
dengan yang direkomendasikan. Pengaplikasian yang umum dilakukan dalam
tanaman padi saat ini masih dilakukan dengan pengaplikasian secara manual.
Berdasarkan rekomendasi pemupukan yang tepat yaitu dengan cara dengan
ditebar ataupun di tugal. Selain itu pemupukan yang baik harus diaplikasikan
disekitar tajuk tanaman, karena dengan ditebar pada bagian tajuk tanaman maka
menyerap pupuk oleh perakaran tanaman bisa terserap dengan maksimal.
5. Tepat bentuk
Tepat bentuk merupakan pupuk yang digunakan sesuai dengan bentuk
dimana terdapat 2 bentuk fisik dari pupuk, yaitu pupuk berbentu cair dan pupuk
berbentu padat atau butiran. Spesifikasi lahan menjadi pertimbangan utama
dalam pemilihan bentuk fisik pupuk yang digunakan, dimana untuk lahan padi
pada dataran tinggi sebaiknya menggunakan pupuk cair, dan untuk dataran
rendah sebaiknya menggunakan pupuk berbentuk padat seperti butiran.

2.2.5 Kelangkaan Pupuk Bersubsidi


Kelangkaan pupuk bersubsidi adalah sebuah kondisi dimana para petani
sebagai pemanfaat pupuk bersubsidi sulit dalam mendapatkan pupuk bersubsidi
baik dari segi jumlah maupun waktunya. Pupuk bersubsidi ini merupakan barang
12

yang selalu dalam pengawasan dan biasanya disalurkan ke kios resmi pupuk atau
melalui kelompok tani yang terdapat pada setiap wilayah atau desa. Meskipun
demikian pupuk bersubsidi harganya lebih terjangkau sehingga dengan adanya
pupuk bersubsidi ini petani lebih terbantu dari aspek pembiayaan, dan jika
ketersedian pupuk bersubsidi ini terbatas maka akan menjadi masalah bagi petani
(Rohmayani,2016).
Ketersedian pupuk disektor pertanian sudah dianggarkan oleh pemerintah
sesuai dengan kebutuhan petani, namun yang terjadi kebutuhan pupuk setiap
tahunnya terus mengalami peningkatan, sementara produksinya terbatas sehingga
hal ini menyebapkan kelangkaan pupuk. Kelangkaan sebenarnya tidak terjadi
dikalangan petani, namun adanya keterlambatan pendistribusian pupuk ke petani.
Keterlambatan yang terjadi karena pasokan pupuk bersubsidi dari pemerintah.
Tadak tepat waktu dalam pengiriman. Dengan demikian keterlambatan pupuk
bersubsidi secara tidak langsung akan berpengaru pada pola tanam, karena
keterlambatan pupuk akan menunda penanaman padi yang seharusnya ditanam
pada saat musim tanam menundanya penanaman padi akan berpengaruh pada
musim yang seharusnya menanam tapi tidak menanam akan berdampak pada hasil
produksi dan pendapatan petani (Muchlisin,2016).

2.3. Produksi
Produksi merupakan suatu kegiatan memproses input (faktor produksi)
menjadi output. Produksi dalam arti lain sebagai hasil dari suatu proses atau
aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan (input). Dengan
demikian, kegiatan produksi adalah menggabungkan berbagai input untuk
menghasilkan output (Agung, 2008).
Pujianti (2019) mengartikan produksi sebagai penggunaan atau pemanfaatan
sumber daya yang menguba suatu komoditi menjadi komoditi lainnya yang sama
sekali berbeda. Dalam ekonomi kegiatan tersebut disebut fungsi produksi. Fungsi
produksi menunjukan jumlah maksimumoutput yang dapat dihasilkan dari
sejumlah input yang dipakai dengan menggunakan teknologi tertentu
13

2.4. Biaya Produksi


Sukirno, (2006) menjelaskan biaya produksi merupakan semua biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan untuk membiayai aktifitas produksi dan bahan-bahan
yang digunakan untuk diproses dan menjadikannya barang yang bermanfaat oleh
perusahaan tersebut.
1. Total Cost (TC)
Semua biaya produksi yang dikeluarkan dalam aktivitas produksi dinamakan
biaya total. Biaya produksi total atau total biaya didapat dari menjumlahkan biaya
tetap total (total fixed cost) dan biaya variabel total (total variabel cost). Dengan
demikian biaya total dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
TC = TFC + TVC
Keterangan :
TC = Biaya produksi
TFC = Biaya tetap
TVC = Biaya variabel.

2.5. Pendapatan Usahatani


Pendapatan usahatani meruopakan suatu indikator untuk mengukut
keberhasilan dan kesejahteraan masyarakat dari berbagai kombinasi faktor
produksi yang digunakan dalam satu priode kegiatan berusaha taninya., sehingga
dapat mencerminkan kemajuan ekonomi masyarakat. Pendapatan tersebut akan
digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya (Tito
dalam Afrika, (2019), dengan kata lain pendapatan usahatani secara lebih fokus
merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya total yang di keluarkan
melalui pengurangan antara jumlah penerimaan dengan biaya total yang
dikeluarkan melalui pengurangan antara jumlah penerimaan dengan biaya yang
dikeluarkan. Pendapatan total merupakan penjumlahan dari seluruh pendapatan
yang diperoleh dari hasil usahatani yang dilakukan.
14

Penerimaan dalam usahatani merupakan total pemasukan yang diterima oleh


masyarakat atau petani dari kegiatan produksi yang telah dilakukan dan sudah
menghasilkan uang yang belum dikurangi oleh biaya-biaya yang dikeluarkan
selama melakukan proses produksi (Husni et al, 2014). Menurut Rahim dan Mira,
(2019), menjelaskan bahwa penerimaan usahatani adalah hasil perkalian antara
produksi yang diproleh dengan harga jual produksi dan dan dinilai dengan uang
untuk untuk mengetahui beberapa hasil yang diproleh. Dan hasil tersebut belum
bisa dikatakan hasil bersih (Netto) dan hasil ahir dari kegiatan usahatani, karena
hasil tersebut harus di kurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk biaya
usaha tani seperti bibit, pupuk, pestisida, biaya pengelolahan lahan, upah
menanam, upah membersikan rumput, dan biaya panen. Setelah semua biaya
tersebut dikurangi barulah para petani memproleh yang disebut dengan
pendapatan usahatani. Pernyataan ini secara matematis dapat ditulis sebagai
berikut :
TR = Y.Py
Dimana :
TR = Total revenue
Y = Total output
Py = Harga output
Pendapatan merupakan selisi antara penerimaan dengan biaya total yang
dikeluarkan. Pendapatan usahatani dihitung dengan mengurangkan penerimaan
dengan biaya usahtani (Soekartawi dalam barokah ddk, 2014). Hubungan antara
pendapatan, penerimaan dan biaya dapat dihitung dengan rumus:
Pd = TR – TC
Keterangan:
Pd = Pendapatan usahatani
TR = Total penerimaan
TC = Total biaya.
2. Total Fixet Cost (TFC)
Keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh (input) faktor
produksi yang tidak dapat diubah jumlahnya dinamakan biaya tetap total. Biaya
15

yang jumlahnya tidak dapat diubah jumlahnya dinamakan biaya tetap total. Biaya
yang jumlahnya tidak berubah ketika kuantitas output berubah seperti penyusutan
peralatan usahatani.

3.Total Variabel Cost (TVC)


Keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi
yang dapat diubah jumlahnya. Biaya yang jumlahnya berubah ketika kuantitas
output yang diproduksi berubah yang dinamakan biaya variabel.
Tabel 2: Penelitian penelitian Terdahulu.

2.6. Penelitian Terdahulu

No Nama peneliti Judul penelitian Kesimpulan


1. Rahmat Arianto Analisis Produksi 1. Rata-rata produksi yang
(2018) dan Pendapatan dihasilkan oleh petani padi
Petani Padi Sawah sawah di Kecamatan
di Kecamatan Mambi Kabupaten Mamasa
Mambi Kabupaten adalah sebanyak 3,80
Mamasa Ton/ha, dengan luas
garapan rata-rata 0,55 ha
2. Rata-rata penerimaan Rp.
13.326.923 per hektar per
musim tanam

2. Yoapi Padli Dampak Secara simultan pupuk Urea dan


(2021) Pengurangan NPK berpengaruh signifikan
Pupuk Bersubsidi terhadap pendapatan, secara
Terhadap parsial/indifidu pupuk NPK
Pendapatan Petani berpengaruh signifikan terhadap
Pada Usahatani pendapatan, sedangkan pupuk
Padi di Kecamatan Urea berpengaruh tidak signifikan
16

Sikur Kabupaten terhadap pendapatan petani padi di


Lombok Timur Kecamatan Sikur Kabupaten
Lombok Timur.
3. M.Radinal Analisis Dampak kelangkaan pupuk subsidi
Kautsar (2020) kelangkaan pupuk yang terjadi di Kecamatan
(Jurnal Ilmiah bersubsidi dan Montasik menyebapkan tidak
Mahasiswa pengaruhnya tepatnya dosis penggunaan pupuk,
Pertanian, 5(1): terhadap tidak tepatnya penggunaan jenis
97-107) produktifitas padi pupuk SP-36 dan ZA, serta tidak
di Kecamatan tepatnya waktu dalam pemupukan.
Montasik
Kabupaten Aceh Faktor yang mempengaruhi
Besar kelancaran distribusi pupuk
4. Nur Afandi Faktor Yang bersubsidi adalah faktor harga dan
(2022) Berpengaruh kebijakan waktu penyaluran
(jurnal Pertanian Terhadap pupuk. Sedangkan faktor jarak dan
Agroteknologi, Kelangkaan Pupuk faktor penentuan kebutuhan pupuk
10(2): 60-69) Bersubsidi di Desa tidak berpengaruh terhadaptingkat
Compagaya kelancaran pupuk bersubsidi.
Kecamatan
Galesong
Kabupaten Takalar
5. Popydilah (2017) Analisis Hasil uji beda (t-test) menunjukan
(Jurnal Social pendapatan tidak ada perbedaan pendapatan
Economic of usahatani padi di antara petani yang menggunakan
Agriculture, Desa Sungai Kinjil power thresher dengan petani yang
5(2): 74-87) Kecamatan Benua tidak menggunakan power thresher
Kayong Kabupaten baik dari pendapatan penjualan
Ketapang padi maupun penjualan beras
secara signifikan dengan tingkat
17

kepercayaan 95%.
Pendapatan petani padi sawah per
Nur Hafni L Faktor-Faktor yang bulan yaitu Rp. 3. 612.217 dan
6. (2021) Mempengaruhi berdasarkan R/C-Ratio diperoleh
produksi dan yaitu sebesar 4,15 berarti usahatani
pendapatan petani padi sawah layak di usahakan.
padi sawah di desa
kilo

Dari keempat penelitian terdahulu di atas menunjukan bahwa, distribusi


pupuk bersubsidi secara keseluruhan cukup efektif namun terkadang pupuk
bersubsidi masih belum tepat jumlah dan tepat harga, dan juga polah
pendistribusian pupuk bersubsidi tidak berjan sesuai dengan ketetapan yang
ditetapkan. Ketersedian dan harga pupuk bersubsidi berpengaruh signifikan
terhadap produksi padi sawah. Selain itu pupuk bersubsidi juga memberikan
pengaruh positif terhadap produksi padi. Dengan adanya kelangkaan pupuk
bersubsidi yang terjadi menyebapkan tidak tepatnya penggunaan jenis pupuk SP-
36 Dan ZA oleh petani. Hasil lain menunjukan bahwa dengan adanya kelangkaan
pupuk bersubsidi petani tidak mengurangi penggunaan pupuk urea pada usaha tani
padi.

2.7. Kerangka Pikir


Atas dasar program pemerintah melalui surat keputusan Menperidag No.
15/M-DAG/PER/4/2013 Tentang pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi
untuk sektor pertanian secara nasional mulai dari lini I sampai dengan lini IV.
Dalam program tersebut pupuk bersubsidi hanya diperuntukan bagi usaha
pertanian yang meliputi petani tanaman pangan, peternakan dan perkebunan
rakyat.
Setiap program pemerintah tidak terlepas dari kendala dan masalah,
terutama penyimpangan-penyimpangandalam proses pencapaiannya, termasuk
pupuk bersubsidi. Sehingga perluh dilakukannya kordinansi dengan berbagai
18

pihak terkait seperti, Dinas Pertanian Kabupaten/Kota sebagai kordinator yang


bertanggungjawab dalam pengusulan pupuk bersubsidi dan mengatur alokasi
pupuk bersubsidi pada masing-masing Kecamatan untuk semua subsektor.
Selanjutnya distributor menyalurkan kepada pengecer dan kelompok tani yang
telah ditunjuk wilayah kerjanya. Penyaluran pupuk bersubsidi kepada petani akan
dilakukan oleh pengecer resmi di masing-masing kecamatan yang menjadi
tanggungjawabnya.
Salah satu masalah yang terdapat dalam pupuk bersubsidi adalah
kelangkaan. Hal-hal yang terdapat dalam kelangkaan pupuk bersubsidi adalah
ketersediaanya terbatas dan harga tinggi. Walaupun pada kenyataanya tidak
terjadi, namun perluh untuk di antisipasi agar penyaluran pupuk bersubsidi di
lapangan dapat berjalan lancar dan efektif.
Kegiatan usaha tani padi sawah petani seringkali dihadapkan dengan
masalah kelangkaan pupuk bersubsidi. Hal tersebut disebabkan oleh terbatasnya
sarana produksi seperti pupuk bersubsidi dan harga tinggi. Kelangkaan pupuk
bersubsidi ini akan berdampak pada penurunan produksi dan rendahnya
pendapatan petani padi sawah, sehingga mengakibatkan kerugiaan.
19

Program pupuk
bersubsidi
pemerintah
Distributor pupuk
bersubsidi

Kesedian terbatas Kelangkaan pupuk Harga tinggi


Pupuk subsidi bersubsidi Non subsidi

Produksi usahatani
padi

Pendapatan
Usahatani padi
sawasawah
Peningkatan distribusi pupuk
bersubsidi bagi petani padi
sawah
Gambar 1. Kerangka pikir
20

III. METODELOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian


Penelitian ini nanti dilaksanakan di Desa Waimital Kecamatan Kairatu
Kabupaten Seram Bagian Barat. Penentuan lokasi ini dilakukan secara sengaja
dengan pertimbangan bahwa Desa Waimital merupakan salah satu sentral
produksi padi di Kabupaten Seram Bagian Barat

3.2. Teknik Penentuan Sampel


Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini adalah dilakukan secara acak
(simple random sampling) tanpa memperlihatkan strata yang dalam populasi itu.
Populasi adalah keseluruhan subjek atau objek yang menjadi sasaran dalam
penelitian ini. Populasi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah petani padi
sawah di Desa Waimital sebanyak 510 orang petani. Sedangkan sampel adalah
perwakilan dari populasi.
Untuk menentukan banyaknya sampel yang akan diteliti menggunakan
rumus slovin seperti berikut:

N
n 1+N2
Keterangan:
N = jumlah anggota dalam populasi
n = jumlah sampel
e = nilai kritis (batas ketelitian)
700
n= 1+(700.0,152 )

n = 42 orang
21

3.3. Jenis dan sumber data


Jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian deskriptif dengan
menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk
penelitian untuk mendeskripsikan permasalahan yang terdapat pada objek
penelitian yang berkaitan dengan kelangkaan pupuk bersubsidi. Sedangkan
sumber data yang digunakan pada penelitian ini yaitu data sekunder dan primer:
1. Data sekuender
Data sekunder merupakan data yang telah dikumpul oleh lembaga
pengumpul data. Data tersebut biasanya diperoleh dari perpustakaan, laporan
penelitian terdahulu, kantor desa, literatur-literatur yang berkaitan, dan data di
publikasi oleh instansi-instansi yang terkait dengan penelitian ini seperti, Dinas
Pertanian Seram Bagian Barat, Balai penyuluhan Kecamatan Kairatu, Badan
Pusat Statistik (BPS).
2. Data primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung oleh peneliti
dilapangan dengan cara observasi langsung terhadap objek yang diteliti dan
melakukan wawancara kepada petani atau responden penelitian.

3.4. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
1. Observasi
Yaitu dengan melakukan pengamatan langsung kepada objek yang diteliti
di Desa Waimital, Kecamatan Kairatu Kabupaten Seram Bagian Barat.
2. Wawancara
Wawancara merupakan rangkaian proses pengumpulan yang dilakukan
secara lisan antara pewawancara dengan respondennya menggunakan pedoman
kusioner untuk mendapatkan informasi yang lebih luas terkait objek yang diteliti.
3. Kuesioner
22

Kuesioner merupakan alat atau instrument yang digunakan oleh peneliti


dalam mengumpulkan data yang berisi catatan dalam bentuk pertanyaan untuk
ditanyakan kepada responden
4. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu pengambilan data dengan menggunakan dokumen yang
berbentuk gambar atau dokumentasi sebagai bukti bawah telah dilaksanakan
penelitian dan apa yang ditulis sesuai dengan kejadian dilokasi penelitian.

3.5. Teknik Analisis Data


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kuantitatif. Pendekatan analisis deskriptif kuantitatif terdiri atas rumusan
masalah, menyusun model, mendapatkan data, mencari solusi, menganalisis
hasil dan mengimplementasikan hasil (Kuncoro, dalam Anwar,2014)
1. Analisis penyebap terjadihnya kelangkaan pupuk bersubsidi untuk
menjawab penyebap terjadihnya kelangkaan pupuk bersubsidi di gunakan
analisis Deskriptif berdasarkan hasil wawancara
2. Analisis regresi linear berganda untuk menjawab pengaruh kelangkaan
pupuk bersudsidi terhadap produksi usahatani padi sawah sebelum dan
sesudah kelangkaan pupuk.
Y = 𝛼 + 𝛽₁X₁ + 𝛽₂X₂ +𝛽₃X₃+ 𝛽 4X4 + 𝛽 5X5+𝛽 6X6+ 𝛽 7X7+D1+ 𝜀
Keterangan:
Y : Pendapatan
𝛼 : intercept (konstanta)
𝛽 1 - 𝛽7 : Koefisien Regresi
X₁ : Luas Lahan
X₂ : biaya pupuk
X₃ : biaya pestisida
X4 : jumlah tenaga kerja
X5 : Jumlah Beni
X6 : Produksi
X7 : Penyusutan Peralatan
23

D1 : Pupuk Subsidi = 1
Pupuk Non Subsidi = 0
𝜀 : Nilai residu

Analisis regresi merupakan metode analisis yang tepat ketika penelitian


melibatkan satu varibel terikat yang diperkirakan berhubungan dengan satu atau
lebih variabel bebas (Ghozali, 2011). Berdasarkan uraian diatas penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yaitu jumlah pupuk (X₁),
jenis pupuk (X₂), waktu pupuk (X₃) terhadap produksi padi sawah. Adapun
persamaan regresi linear berganda adalah sebagai berikut :
Y = 𝛼 + 𝛽₁X₁ + 𝛽₂X₂ +𝛽₃X₃+ 𝛽 4X4 + 𝛽 5X5+𝛽 6X6+ 𝛽 7X7 +D1+ 𝜀
Keterangan:
Y : Produksi Padi
𝛼 : intercept (konstanta)
𝛽₁- 𝛽7 : Koefisien Regresi
X₁ : Luas Lahan
X₂ : Pupuk Urea
X₃ : Pupuk SP 36
X4 : Pupuk NPK
X5 : Pupuk ZA
X6 : Pestisida
X7 : Jumlah Tenaga Kerja (HOK)
D1 : Pupuk Subsidi = 1
Pupuk Non Subsidi = 0
𝜀 : Nilai residu

1. Koefisien Determinasi (R Square)


Uji ini bertujuan untuk menentukan proporsi atau persentase total variasi
Dalam variabel terikat yang diterangkan oleh variabel bebas. Besarnya angka R
Square umumnya berkisar antara 0-1. Semakin kecil nilai R Square maka dapat
Diartikan pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) semakin
24

lemah. Sebaliknya, jika nilai R Square semakin mendekati angka 1 maka


pengaruh tersebut Sangat kuat. Namun demikian, dapat dijumpai dalam sebuah
penelitian R Square Bernilai minus atau negatif, maka dapat dikatakan bahwa
tidak terdapat pengaruh Variabel X terhadap Y.
2. Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh dari variabel bebas terhadap
variabel ariabel terikat pada sebuah penelitian secara simultan atau bersama-sama.
Signifikan berarti hubungan yang terjadi dapat berlaku untuk populasi. Hasil uji F
Dilihat dalam tabel ANOVA dalam kolom sig. Penelitian ini menggunakan taraf
Signifikan 5% atau sama dengan (0,05). Sebagai contoh jika nilai probabilitas <
0,05 maka dapat dikatakan terdapat pengaru yang signifikan secara bersama-sama
Antara variabel beas terhadap variabel terikat. Namun, jika nilai signifikan > 0,05
Maka tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara vbebas
terhadap variabel terikat. Rumusan hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ho : Jumlah, jenis dan waktu secara simultan tidak berpengaruh positif
terhadap Produksi.
H₁ : Jumlah, jenis dan waktu secara simultan berpengaruh positif terhadap
produksi.
Kriteria pengujian:
Jika Sig. F > 0,05 maka Ho diterima. Artinya jumlah, jenis dan waktu secara
Simultan tidak ada pengaruh terhadap produksi
Jika Sig. F < 0,05 maka H1 ditolak. Artinya jumlah, jenis dan waktu secara
simultan Ada pengaruh signifikan terhadap produksi.
3. Uji t
Uji t adalah uji yang menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel
penjelas Secara individual (parsial) menerangkan variasi variabel terikat. Jika
probabilitas Nilai t atau dengan kata lain signifikansi < 0,05, maka dapat
dikatakan bahwa Terdapat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat
secara parsial. Namun, Jika probabilitas nilai t atau signifikansi > 0,05, maka
dapat di katakan bahwa tidak Terdapat pengaruh yang signifikan antara masing-
masing variabel bebas terhadap Variabel terikat.
25

a) Pengujian pengaruh jumlah pupuk terhadap produksi


Ho : Jika nilai signifikan < 0,05, atau t hitung > t tabel maka terdapat
pengaruh variabel X₁ terhadap variabel Y.
H₁ : Jika nilai signifikan > 0,05, atau t hitung < t tabel maka tidak
terdapat Pengaruh variabel X₁ terhadap variabel Y.
b) Pengujian pengaruh jenis pupuk terhadap produksi
Ho : Jika nilai signifikan < 0,05, atau t hitung > t tabel maka terdapat
pengaruh variabel X₂ terhadap variabel Y.
H₁ : Jika nilai signifikan > 0,05, atau t hitung < t tabel maka tidak
terdapat Pengaruh variabel X₂ terhadap variabel Y.
c) Pengujian pengaruh waktu distribusi pupuk terhadap produksi
Ho : Jika nilai signifikan < 0,05, atau t hitung > t tabel maka terdapat
pengaruh variabel X₃ terhadap variabel Y.
H₁ : Jika nilai signifikan > 0,05, atau t hitung < t tabel maka tidak
terdapat Pengaruh variabel X₃ terhadap variabel Y
26

3.6. Definisi Operasional


1. Pupuk bersubsidi adalah pupuk dengan harga terjangkau dari pemerintah.
2. Distributor pupuk bersubsidi adalah yang bertanggungjawab dalam
menyalurkan pupuk bersubsidi kepada pengecer.
3. Kelangkaan pupuk bersubsidi adalah tidak tersediannya pupuk bersubsidi
ketika dibutuhkan.
4. Penggunaan pupuk bersubsidi dalam produksi padi adalah tingkat terhadap
penggunaan pupuk bersubsidi sesuai dosis amjuran pemupukan pada
usahatani padi yaitu, Urea, SP-36, ZA, NPK, Organik.
5. Harga tinggi yang dimaksud adalah melebihi harga yang telah ditetapkan
sesuai harga eceran tertinggi.
6. Usaha tani padi sawah merupakan kegiatan petani dalam mengelola lahan
menjadi lahan produktif.
7. Pendapatan usaha tani padi sawah merupakan penerimaan yang diterima oleh
setiap petani dalam satu kali berusahatani yang dinyatakan dalam satuan
rupiah (Rp)
27

DAFTAR PUSTAKA

Agus, D. N., Abi. P. S., Erlinda. A., Yahya. S., dan Julia. I. K. 2018. Distribusi
Pupuk Bersubsidi di Kabupaten Bantul Provinsi Daerah Itimewa Yogyakarta.
Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian, 2(1) :70 – 82.
Ariyanto, & Nizar, R., 2013. Dampak Subsidi Pupuk Terhadap Efisiensi Usahatani
Padi di Provinsi Riau. Prosiding Seminar Nasional “Peranan Teknologi dan
Kelembagaan Pertanian dalam Mewujudkan Pembangunan Pertanian yang
Tanggu dan Berkelanjutan” November 2013. Pekanbaru.
Ardiyanto, W., & Santosa. P. B. (2013). Kajian Pupuk Bersubsidi di Pekalongan
(Studi Kasus di Kecamatan Kesesi) (Doktoral Dissertation, Fakultas
Ekonomika dan Bisnis).
Risyart A. Far-Far Hubungan Komunikasi Interpersonal dengan Perilaku Petani
dalam Sistem Usahatani padi. Jurnal Budidaya Pertanian, 7(2) :100-106.
Afandi, N. M. 2011. Analisis Kebijakan Alifungsi Lahan Pertanian Terhadap
Ketahanan Pangan di Jawa Barat. Jurnal Ilmu Administrasi, 8(2):151-184.
Agung., Ngurah, I.G., Haidy, N., Pasay, A., Sugiharso. 2008. Teori Ekonomi Mikro
(Suatu Analisis Produksi dan Terapan). Jakarta: Rajawali Pers.
Barokah. U., W. Rahayu dan M. T. Sundari. 2014. Analisis Biaya dan Pendapatan
Usahatani Padi di Kabupaten Karanganyer. Jurnal Agric, 26(1):12-19.
Darwis, V dan Supriyati. 2014. Subsidi Pupuk : Kebijakan, Pelaksanaan dan
Optimalisasi Pemanfaatannya. Analisis Kebijakan Pertanian. 11(1):45-60.
Evitaria, Eka 2019. Studi Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) Pupuk
Bersubsidi di Desa Ganesha Mukti (Studi Kasus Desa Ganesha Mukti
Kecamatan Muara Sugihan Kabupaten Banyuasin). Skripsi. Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Palembang.
Husni, Abdul Kholik Hidaya, dan Maskan AF, 2014. Analisis Finansial Usahatani
Cabai Rawit (Cabsium Frutetescens L) Desa Puwajaya Kecamtan Loa Juna.
Jurnal AGRIFOR, 13(1):49-52.
Jamil, M. dan Bustami. (2020). Perbedaan Pendapatan Usahatani Padi Sawah (Oriza
sativa, L) Sistem Pengairan Mesin Pompanisasi Diesel Dengan Listrik: Jurnal
Penelitian Agrisamudra, 7(1):50-56.
Kautsar, M. R., Sofian, S., & Makmur, T. (2020). Analisis Kelangkaan Pupuk
Bersubsidi dan Pengaruhnya Terhadap Produktifitas Padi (Oriza sativa) di
Kecamatan Montasik Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Pertanian. 5(1):97-107.
Mira, 2019. Efisiensi Produksi dan Pendapatan Usahatani Kakao Teknik Sambung
Samping. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Makasar.
28

Muin, Muhyina. 2017. Pengaruh Faktor Produksi Terhadap Hasil Produksi Marica di
Desa Era Baru Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai. Jurnal Economi, 5
(1):203-214.
Muhlisin, 2016. Pengaruh Kelangkaan Pupuk Subsidi Terhadap Produktivitad dan
Pendapatan Usahatani Padi di Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo Jawa
Tinur. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Marisa, Suhail. (2011). Analisis Efektifitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan
Pengaruhnya Terhadap Produksi Padi: (Studi Kasus Kabupaten Bogor).
Purnamaningsih, R. 2016. Induksi Kalus dan Optimasi Regenerasi empat Varietas
Padi Melalui Kultur In Virto. Jurnal AgroBiogen, 2(2):74-80.
Rahmy R. Tatuhey. R. R., Pattiselanno. E. A., dan Sahusilawane. M. A. 2020.
Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Petani Terhadap Penggunaan Pestisida Kimia
di Kota Ambon. Jurnal Agribisnis Kepulauan. 8(1):1-13.
Roswati Abas, 2016. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Padi
Sawah di Kelurahan Mekar Sari Kecamatan Tongauna Kabupaten Konawe.
Skripsi. Universitas Haluuoleo Kendari.
Rohmayani, N. 2016. Perilaku Petani Dalam Menghadapi Kelangkaan Pupuk
Bersubsidi di Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo Provinsi Jawa Timur.
Skripsi. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Subagiyo. A. Prayitno, G., dan Kusriyanto. L. R. 2020. Alih Fungsi Lahan Pertanian
ke Non Pertanian di Kota Batu Indonesia. Jurnal Kajian, Penelitian dan
Pengembangan Pendidikan. 8(2):135-150.
Sularno, B. Irwan dan N. Handayani. Analisis Pelaksanaan Kebijakan dan Distribusi
Pupuk Bersubsidi di Kabupaten Karawang Jawa Barat. Jurnal Agrosains dan
Teknologi, 1(2):73-87.

Anda mungkin juga menyukai