Disusun Oleh :
NAMA:
NIM: 4100230038
KELAS: II
YOGYAKARTA
2023
DFTAR ISI
COVER
ABSTRAK ................................................................................................................1
1.3Metode ................................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA
I
ABSTRAK
Indeks dari arah suatu kristal dituliskan dalam tanda kurung [ ]. Arah dari kristal
adalah suatu vektor yang dapat dinyatakan dalam unit vektor a, b dan c. Secara umum
indeks dari arah diberikan dalam bentuk [uvw] dimana u, v dan w adalah bilangan bulat
yang terkecil. Untuk vektor berarah negatif maka dituliskan dengan menambahkan garis
diatas u, v atau w.Fungsi Index Miller :Untuk mendata bidang-bidang dari suatu sel satuan
Untuk mengetahui posisi posisi atom pada sel satuan
Penggunaan Index Miller :
Menyatakan arah/posisi dari atom
Contoh
[111] arah atom
<111> kelompok arah
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari resume indeks miller dan jumlah indeks
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud indeks miller dan indeks K
2. Untuk dapat mengerti fungsi indeks k dan jumlah indeks
1.3 Metode
Metode yang di gunakan untuk membuat resume yaitu dengan membaca dan
memahami jurnal, artikel, buku, ataupun makalah yang berhubungan dengan indeks miller
Indeks Miller adalah cara untuk merepresentasikan bidang kristal dalam pola
difraksi sinar-X . Mereka diwakili oleh nilai (hkl), dimana h, k, dan l adalah bilangan bulat
yang menggambarkan orientasi bidang relatif terhadap kisi kristal. Prosesnya melibatkan
identifikasi puncak pola difraksi, mengukur posisi dan intensitasnya, dan menggunakan
rumus matematika untuk menentukan indeks Miller. Secara keseluruhan, indeks Miller
adalah alat penting untuk menganalisis pola difraksi sinar-X dan memahami struktur
kristal suatu material
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Indeks Miller diperkenalkan pada tahun 1839 oleh ahli mineralogi Inggris William
Hallowes Miller , meskipun sistem yang hampir identik ( parameter Weiss ) telah
digunakan oleh ahli mineralogi Jerman Christian Samuel Weiss sejak tahun
1817. [2] Metode ini juga secara historis dikenal sebagai sistem Millerian, dan indeks
sebagai Millerian, [3] meskipun hal ini sekarang jarang terjadi.
Indeks Miller didefinisikan sehubungan dengan pilihan sel satuan apa pun dan tidak hanya
sehubungan dengan vektor basis primitif, seperti yang kadang-kadang dinyatakan
4
o Menentukan ketiga bilangan resiproknya. Bilangan resiprok merupakan
1
.
nilai intersep
o Mengalikan ketiga bilangan resiprok dengan kpk dari ketiga bilangan
tersebut.
o Indeks miller merupakan bilangan bulat hasil perkalian tersebut.
o Contoh:
1 1 1
, ,
1
Jadi, indeks bidang ABFE adalah (1 0 0)
5
Perpotongan bidang ACGE dengan sumbu:
X di 1axˆ
Y di 1ayˆ
Z di ~ azˆ
Kebalikannya :
1 1 1
, ,
1 1
Jadi, indeks bidang ABFE adalah (1 1 0)
6
1.3 Kasus Indeks Miller
7
1.4 Indeks Miller Bilangan Bulat
Indeks Miller bilangan bulat versus irasional: Bidang kisi dan kuasikristal
Biasanya, indeks Miller menurut definisinya selalu bilangan bulat, dan batasan ini
signifikan secara fisik. Untuk memahami hal ini, misalkan kita mengizinkan sebuah bidang
( abc ) di mana "indeks" Miller a , b dan c (didefinisikan seperti di atas) belum tentu
bilangan bulat.
Jika a , b dan c mempunyai perbandingan rasional , maka kelompok bidang yang sama
dapat ditulis dalam indeks bilangan bulat ( hkℓ ) dengan menskalakan a , b dan c secara
tepat: bagilah dengan bilangan terbesar dari ketiga bilangan tersebut, lalu kalikan dengan
bilangan tersebut penyebut terkecil . Jadi, indeks integer Miller secara implisit mencakup
indeks dengan semua rasio rasional. Alasan mengapa bidang-bidang yang komponennya
(dalam basis kisi timbal balik) mempunyai rasio rasional menjadi perhatian khusus adalah
karena bidang-bidang tersebut merupakan bidang kisi: bidang-bidang tersebut merupakan
satu- satunya bidang yang perpotongannya dengan kristal bersifat periodik 2d. Sebaliknya ,
untuk bidang (abc) yang a , b , dan c mempunyai perbandingan irasional , perpotongan
bidang tersebut dengan kristal tidak periodik . Ini membentuk pola aperiodik yang dikenal
sebagai quasicrystal . Konstruksi ini sesuai dengan metode standar "potong-dan-proyek"
untuk mendefinisikan kuasikristal, menggunakan bidang dengan indeks Miller dengan
rasio irasional. (Meskipun banyak quasicrystals, seperti ubin Penrose , dibentuk oleh
"potongan" kisi periodik di lebih dari tiga dimensi, yang melibatkan perpotongan lebih dari
satu hyperplane tersebut .)
8
kartesian imajiner. Kedua adalah menentukan resiprokal intersep tadi sehingga kita
dapatkan indeks miller bidang tersebut. Perhatikan gambar di bawah ini! Kita akan
menentukan indek miller untuk bidang miring yang terletak di dalam kubus. Kubus
tersebut terletak pada garis putus-putus hitam yang merupakan sumbu kartesian imajiner
tiga dimensi, sumbu x tegak lurus bidang, sumbu y sejajar bidang horizontal dan sumbu z
sejajar bidang vertikal.
Sebuah kubus terletak tepat pada sumbu kartesian. Dalam satu sistem kristal kubus ini akan
terdapat lebih dari satu bidang kristal. Ada bidang sisi atas, sisi samping, bidang miring
bagian dalam dan lain sebagainya. Masing-masing kristal akan memiliki kombinasi
bidang-bidang yang khas. Kita akan mencoba menentukan indeks miller untuk bidang
miring yang terletak di dalam kubus.
Silakan perhatikan gambar 3 di atas. Pada gambar tersebut indeks miller bidang itu telah
ditentukan yakni 012, yang akan kita lakukan di sini adalah bagaimana cara mendapatkan
angka 012 tersbut. Berikut ini adalah penjelasannya.
a, b dan c adalah parameter geometri sel yakni panjang, lebar dan dan tinggi satu kisi
kristal. Ukuran panjang kisi kristal ini dapat sama ataupun berbeda. Demikian pula halnya
9
dengan sudut-sudut kristal. Bergantung pada jenis kristalanya, seperti yang telah dijelaskan
di bagian awal tulisan ini pada gambar 2 dan tabel 1 di atas.Perhatikan garis putus-putus
berwarna hijau. Garis tersebut menandakan proyeksi perpotongan bidang dengan sumbu x.
Bidang tersbut berpotongan di sepanjang sumbu x.Kemudian perhatikan lagi panah putus-
putus berwarna merah. Jika bidang diproyeksikan ke sumbu y (searah panah merah putus-
putus), ternyata bidang tersebut memotong sumbu y pada jarak yang sama dengan
b.Selanjutnya kita lihat panah putus-putus berwarna biru. Panah biru tersebut adalah arah
proyeksi bidang terhadap sumbu z. Bidang tersebut berpotongan di sumbu z pada titik
setengah c.Dari hasil penentuan proyeksi di atas, kita dapatkan intersep bidang terhadap
sumbu x, y dan z secara berurutan sebesar ~, 1 dan ½. Silakan perhatikan tabel biru pada
gambar 3 tadi.Langkah selanjutnya adalah menentukan resiprokal intersep tersebut.
Resiprokal sendiri adalah kebalikan pecahan dalam hal ini adalah 1/intersep. Dengan
demikian resiprokal untuk masing-masing intersep adalah 1/~, 1/1 dan 1/0.5.Hasilnya
adalah 0, 1 dan 2. Inilah indeks miller (h, k, l) untuk bidang tersebut. Sampai di sini
semoga penentuan indeks miller dapat difahami dengan baik.Contoh lain dapat dilihat pada
gambar 4. di bawah ini, penentuan indeks miller untuk bidang 001, 110 dan 111. Dari
gambar tersebut dapat dilihat perbedaan orientasi masing-masing bidang.
10
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Indeks Miller adalah sistem notasi (h,k,l) yang digunakan untuk menentukan orientasi
sebuah kristal. Satu set bidang yang paralel dengan jarak yang seragam memiliki indeks
yang sama. Jika sebuah bidang sejajar dengan suatu aksis maka indeks millernya adalah 0.
Jika arah dari suatu bidang bernilai negatif, maka indeks diberi tanda garis diatasnya
Indeks Miller digunakan untuk menyatakan bidang kristal (indeks bidang). Untuk
menentukan orientasi sebuah kristal, digunakan notasi h, k, l yang disebut sebagai indeks
Miller yang ditulis sebagai (h k l). Dalam sebuah sel satuan, bidang-bidang sel satuan
tersebut disebut sebagai bidang indeks Miller Indeks Miller juga digunakan untuk
menentukan dan menggambarkan bidang indeks Miller suatu senyawa serta dapat
menghitung kerapatan, kepadatan atau packing efficiency suatu senyawa
11
DAFTAR PUSTAKA
Smallman R.E dan Bishop R.J. 2000. Metalurgi fisik modern & rekayasa material edisi
keenam. JAKARTA : ERLANGGA
Heru, Imron.2000.Indeks Miller. Bandung.