Anda di halaman 1dari 80

PEDOMAN PELAYANAN ASUHAN GIZI

RUMAH SAKIT ISLAM FAISAL MAKASSAR


TAHUN 2023
RUMAH SAKIT ISLAM FAISAL
Jl.A.Pangerang PettaraniTelepon No. 0411 – 853364 - 871942
MAKASSAR 90222 Sulawesi Selatan
Email : rsislamfaisal@gmail.comWebsite :www.rsislamfaisal.com

AKREDITASI KARS KEMENKES RI. NOMOR : KARS – SERT / 310 / II / 2019

SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT ISLAM FAISAL MAKASSAR
NOMOR : 070 /A.1/SKK/RSIF/VIII/ 2023

TENTANG

PEDOMAN PELAYANAN ASUHAN GIZI RUMAH SAKIT


DI RUMAH SAKIT ISLAM FAISAL MAKASSAR

DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT ISLAM FAISAL

Menimbang : a. Bahwa untuk memberikan pelayanan prima Pelayanan Gizi


Rumah Sakit di Instalasi Gizi perlu ditetapkan Standar
Pelayanan Gizi Rumah Sakit
b. Bahwa untuk maksud point a tersebut diatas, perlu diatur
dalam bentuk surat keputusan Direksi Rumah Sakit Islam
Faisal Makassar.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 Tentang Kesehatan


Permenkes Nomor 21 Tahun 2020 Tentang Pedoman Pelayanan
Gizi Rumah Sakit
2. Peraturan Presiden RI Nomor 77 Tahun 2015 Tentang Pedoman
Organisasi Rumah Sakit
3. Surat Keputusan Pengurus Yayasan Rumah Sakit Islam Faisal
Makassar, Nomor 001/A.1/SKK/YARSIF/2017 Tentang Status
Rumah Sakit Islam Faisal Makassar
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 12 Tahun 2020 Tentang
Akreditasi Rumah Sakit
5. Surat Keputusan Pengurus Yayasan Rumah Sakit Islam Faisal
Makassar, Nomor 036/A.2/SKP/YARSIF/IX/2022 Tentang
Struktur Dan Personalia Yayasan Rumah Sakit Islam Faisal
Makassar
6. Surat Keputusan Direktur Utama Rumah Sakit Islam Faisal
Makassar, Nomor 029/A.2/SKP/RSIF/XII/2022 Tentang
Pengangkatan Pejabat Struktural Dan Penanggung Jawab
Unit/Instalasi Rumah Sakit Islam Faisal Makassar
7. Surat Keputusan Pengurus Yayasan Rumah Sakit Islam Faisal
Makassar, Nomor 011/A.2/SKP/YARSIF/III/2023 Tentang
Pengangkatan Direktur Utama Rumah Sakit Islam Faisal
Makassar Tahun 2023

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN : SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RUMAH


SAKIT ISLAM FAISAL MAKASSAR TENTANG PEDOMAN
PELAYANAN ASUHAN GIZI RUMAH SAKIT DI RUMAH
SAKIT ISLAM FAISAL MAKASSAR
Pertama : Makanan dan Nutrisi yang sesuai untuk pasien tersedia
secara regular sebagai berikut :
1. Semua pasien rawat inap disedikan makanan sesuai
dengan diet dan jenis penyakitnya.
2. Semua pasien baru masuk rawat inap dibuatkan
daftar permintaan makanan dan dicatat dalam rekam medik.
3. Semua permintaan makanan pasien sesuai dengan status
gizi dan kebutuhan gizi pasien
4. Pelayanan gizi rumah sakit mempunyai menu dan
pilihan makanan bagi pasien sesuai dengan kondisi dan
standar menu rumah sakit yang ada
5. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya
yang membawa makanan dari luar sehubungan dengan
anjuran diet dan interaksi makanan dengan obat
6. Makanan yang diberikan sesuai dengan kebudayaan dan
agama
(misalnya;vegetarian)

Kedua : Persiapan dan Distribusi makanan sebagai berikut :


1. Memesan bahan m,akanan sesuai dengan jumlah pasien,
menu dan standar porsi yang telah ditetapkan. Melakukan
penerimaan bahan makanan sesuai dengan prosedur yang
telah ditetapkan.
2. Menyimpan bahan makanan basah dan kering di tempat
yang sesuai
3. Melakukan pengolahan bahan makanan sesuai dengan
menu yang telah ditentukan
4. Melakukan pengawasan terhadap proses
persiapan, penyimpanan, pengolahan dan distrubusi.
5. Menyediakan berbagai jenis makanan produk enteral
untuk memenuhi kebutuhan khusus pasien.
6. Distribusi makanan harus dilakukan secara tepat waktu.

Ketiga Pasien Yang Beresiko gizi harus dilakukan hal sebagai berikut :
1. Pasien yang pada asessement awal beresiko gizi
harus mendapat terapi gizi
2. Untuk merencanakan, dan memberikan serta memonitor
terapi gizi perlu ditetapkan dalam satu kerjasama tim
3. Mencatat respon pasien terhadap terapi gizi dan dicatat
dalam rekammedik
TEMBUSAN:
1. Ketua Yayasan Rumah Sakit Islam Faisal Makassar
2. Dewan Pengawas Rumah Sakit Islam Faisal Makassar
3. Para manajer Rumah Sakit Islam Faisal Makassar
4. Arsip
Lampiran : Surat Keputusan Direktur Utama Rumah Sakit Islam Faisal
Nomor : 070 /A.1/SKK/VIII/RSIF/2023
Tanggal : 15 Agustus 2023

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata gizi berasal dan bahasa Arab “ Ghizai” yang berarti makanan
yang menyehatkan. Gizi merupakan terjemahan resmi Bahasa Indonesia dari
kata Nutrition (Soekirman, 2000). Ilmu gizi adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari proses makanan sejak masuk mulut sampai dicerna oleh organ-
organ pencernaan, dan diolah dalam suatu sistem metabolisme menjadi zat-zat
kehidupan (zat gizi dan zat non gizi) dalam darah dan sel-sel tubuh
membentuk jaringan dan organ tubuh dengan fungsinya masing-masing dalam
suatu sistem, sehingga menghasilkan pertumbuhan (fisik) dan perkembangan
(mental), kecerdasan dan produktifitas sebagai syarat dicapainya kehidupan
sehat, bugar dan sejahtera (Soekirman, 2000).
Gizi berperan penting dalam mencapai dan mempertahankan
kesehatan, lebih luas lagi ilmu gizi digunakan sebagai terapi pendukung
penyembuhan penyakit. Berbagai macam jenis penyakit bahkan sangat
tergantung pada tata laksana asuhan gizi. Misalnya pada penyakit
degenerative, penyakit kritis dan keadaan malnutrisi.
Pelayanan Gizi di Rumah Sakit Islam Faisal Makassar adalah
rangkaian kegiatan terapi gizi medis yang dilakukan institusi kesehatan
(rumah sakit), untuk memenuhi kebutuhan gizi klien I pasien. Pelayanan Gizi
merupakan upaya, preventif, kuratif dan rehabilitatif dalam rangka
meningkatkan kesehatan pasien.
Gizi mempengaruhi penyembuhan penyakit pada pasien di rumah
sakit. Malnutrisi (gizi kurang) berdampak pada lamanya perawatan, terjadinya
komplikasi penyakit, meningkatnya biaya pengobatan dan kematian. Kondisi
tersebut disebabkan karena ketidakseimbangan antara asupan dan kebutuhan
kalori dan zat gizi. OIeh karenanya pemenuhan kebutuhan gizi yang tepat
merupakan dasar utama untuk mencegah hal tersebut diatas.
Masalah Gizi Klinis adalah masalah gizi yang ditinjau secara
individual mengenal apa yang terjadi dalam tubuh seseorang, yang seharusnya
ditanggulangi secara individu. Demikian pula masalah gizi pada berbagai
keadaan sakit yang secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi
proses penyembuhan. Adanya kecenderungan peningkatan kasus penyakit
yang terkait dengan gizi, Nutrition Related Disease pada semua kelompok
rentan dari ibu hamil, bayi, anak, remaja, dewasa dan usia lanjut. Semakin
dirasakan perlunya penanganan khusus. Semua ml memerlukan pelayanan gizi
yang bermutu untuk mempertahankan status gizi yang optimal, sehingga tidak
tejadi kurang gizi dan untuk mempercepat penyembuhan.
Terapi gizi yang menjadi salah satu faktor penunjang utama
penyembuhan tentunya harus diperhatikan agar pemberian tidak melebihi
kemampuan organ tubuh untuk melaksanakan fungsi metabolisme. Terapi gizi
harus selalu disesuaikan seiring dengan perubahan fungsi organ selama proses
penyembuhan. Dengan kata lain pemberian diet pasien harus dievaluasi dan
diperbaiki sesuai dengan pembahan keadaan klinis dan hasil pemeriksaan
laboratorium.
Salah satu pelayanan kesehatan yang ada di Rumah Sakit adalah
pelayanan gizi yang terkait dengan keenam fungsi dasar Rumah Sakit yaitu
peningkatan, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, pendidikan dan
penelitian. Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS) adalah kegiatan pelayanan
gizi di rumah sakit untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat rumah sakit
yang disesuaikan dengan keadaan individu dan berdasarkan keadaan klinis,
status gizi dan status metabolisme tubuh baik rawat inap maupun rawat jalan.
Keadaan gizi seseorang sangat berpengaruh pada proses penyembuhan
penyakit, sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap
keadaan gizi seseorang. Sering terjadi kondisi pasien semakin buruk karena
tidak diperhatikan keadaan gizinya.
Instalasi Gizi adalah satu unit kerja dan merupakan unsur pelaksana
utama dalam organisasi RS yang berperan sebagai penyelenggara kegiatan
pelayanan gizi di Rumah Sakit yang juga merupakan fasilitas untuk
melakukan kegiatan pengelolaan makanan, penyuluhan, konsultasi dan terapi
gizi.
PGRS merupakan sub sistem dalam sistem pelayanan kesehatan paripuma.
Pada hakekatnya pelayanan gizi rumah sakit (PGRS) adalah penerapan dan
ilmu gizi membantu manusia memperoleh/memilih makanannya dengan
maksud utama yaitu memenuhi kebutuhan gizi tubuhnya.
Untuk mengatasi terjadinya Hospital Malnutrition Maka Dietisien
(Ahli Gizi) pada melakukan Asuhan Gizi yang merupakan rangkaian kegiatan
assessment (pengkajian) pada pasien yang berisiko malnutrisi setelah
dilakukan screening oleh perawat. Dalam Asuhan Gizi dilakukan juga
pendekatan mutlidisiplin oleh Tim dukungan Gizi / panitia Asuhan Gizi
Nutrition support Team (NST) pada pasien berisiko tinggi malnutrisi yang
disesuaikan dengan kebijakan Rumah Sakit. Dietisien harus memberikan
pelayanan berkualitas, yang dimaksud adalah pemberian intervensi gizi harus
benar, tepat waktu, tepat sasaran sesuai penyakitnya dengan cara yang tepat
yang disebut Medical Nutrition Therapy (MNT). Untuk pemberian Asuhan
Gizi yang tepat, urutan tahapan kegiatan yang hams dilalui yaitu assessmen
(pengkajian gizi), Nutrition Assessment, diagnosis gizi (Nutrition Diagnosis),
Intervensi Gizi (Nutrition Intervention).yang didalamnya diuraikan mengenal
rencana terapi gizi, implementasi, edukasi dan konseling gizi. Terapi gizi yang
diberikan harus dilihat dampaknya terhadap perubahan yang terjadi pada
pasien sesuai tujuan yang hendak dicapai, oleh karena itu tahapan berikutnya
adalah monitoring dan evaluasi.
Pada pelaksanaan intervensi gizi, bagian produksi makanan berperan
penting dalam menyediakan makanan sesuai diet, jumlah zat gizi yang
dibutuhkan, dan mendistribusikan sesuai jadwal yang berkolaborasi dengan
dietisien ruangan untuk kelas perawatan tertentu, jenis penyakit dan menu
yang disediakan bervariasi dan mempunyai siklus 10 hari. Makanan yang
disajikan selain bernilai gizi sesuai dengan kebutuhan pasien juga harus aman
dan bahaya secara biologi, fisik dan kimia. Pengelolaan makanan di RSIF
Makassar dilaksanakan oleh bagian Produksi Makanan Instafasi Gizi dengan
tugas pokoknya adalah menyelenggarakan kegiatan perencanaan, penerimaan
dan penyimpanan, persiapan bahan, pengolahan dan pendistribusian makanan.
Langkah-langkah proses asuhan gizi diatas sudah terstandar di
Indonesia berdasarkan referensi dari American Dietetic Association (ADA,
2003) yang sudah diadopsi oleh Asosiasi Dietisien Indonesia (ADl) sejak
tahun 2007 dan menjadi acuan asuhan gizi di rumah sakit, bertujuan agar
dietisien dapat memberikan intervensi gizi yang berkualitas tinggi, aman,
efektif serta hasil yang dicapai dapat mendukung perbaikan kesehatan pasien.
Intervensi gizi disesuaikan dengan preskripsi diet awal yang diorder oleh
dokter sesuai kondisi pasien dan penyakit yang menyertainya. Setiap pasien
menerima makanan yang berbeda terdiri dari bentuk makanan, jenis diet,
jumlah makanan yang dikonsumsi, jadwal pemberian makan, makanan yang
dianjurkan dan yang dibatasi diatur dengan baik, agar dapat diterima. Bentuk
makanan bisa padat, lunak, saring maupun cair/enteral. Jenis diet dan
kebutuhan zat gizi tergantung pada penyakit pasien, cara pemberian dapat
secara oral atau enteral via naso gastric (NGT) atau parenteral. Jadwal
pemberian oral atau enteral disesuaikan dengan kondisi pasien biasanya 5 - 6
kali pemberian.
Pemberian Intervensi gizi pada pasien dapat berubah setiap saat
disesuaikan dengan diagnosis gizi (masalah gizi), kondisi yang ditemukan
pada pasien, sehingga preskripsi diet definitive ditetapkan berdasarkan
kolaborasi antara Dietisien dengan Dokter Penanggung jawab pasien/Dokter
residen / Dokter Jaga. Intervensi gizi dalam asuhan gizi diberikan pada pasien
yang berisiko malnutrisi, malnutrisi dan kondisi khusus. Pada pasien yang
tidak berisiko apabila setelah di skrining ulang dinyatakan berisiko maka
pasien mendapatkan assessmen gizi, diagnosis gizi, intervensi kemudian
monitoring dan dievaluasi pemberiannya sampai tujuan tercapai, yang disebut
Asuhan Gizi.
Pelaksanaan pelayanan gizi di Rumah Sakit memerlukan sebuah
pedoman sebagai acuan untuk pelayanan yang bermutu yang dapat
mempercepat proses penyembuhan pasien, memperpendek lama hari rawat,
serta menghemat biaya perawatan. Semoga buku pedoman ini dapat
digunakan dan bermanfaat bagi tenaga kesehatan yang membacanya.

B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Pelayanan Gizi oleh Dietisien di RSIF Makassar meliputi:
1. Skrining Pelayanan Asuhan Gizi Rawat Inap
2. Pelayanan Asuhan Gizi Rawat Jalan
3. Konseling dan Edukasi Gizi
4. Penyelenggaraan Makanan
5. Penelitian Gizi
6. Pengembangan Gizi Terapan

C. Tujuan Pedoman
Tujuan Buku Pedoman Pelayanan Gizi ini adalah memberikan
informasi tentang pelayanan gizi di RSIF Makassar. Bagi tenaga gizi Dietisien
serta profesi lain yang terkait, agar dapat berkolaborasi memberikan pelayanan
gizi yang bermutu.

D. Dasar Hukum
1. Undang-Undang No 17 Tahun 2023, Tentang Kesehatan
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan

4. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1333 tahun 1999 tentang Standar


Pelayanan Rumah Sakit.
5. Keputusan Bersama Menteri Kesehatan RI No. 894 I
Menkes/SKBNIIJ/2001 dan Kepala Badan Kepegawaian Negara No. 35
tahun 2001 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Nutrisionis
dan Angka Kreditnya
6. Keputusan Menteri Penertiban Aparatur Negara nomor 23 / Kep / M.PAN
I 4/2001 tentang Jabatan Fungsional Nutrisionis dan angka kreditnya
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 374/Menkes/SKIIII/2007 tentang
Standar Profesi Gizi.
8. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 1796/MENKES/PERNIII/201 I
tentang Registrasi Tenaga Kesehatan.
9. Surat Keputusan Direktur RSIF Makassar Nomor
HK.02.05/01114362/2011, tentang Pelayanan Gizi Rumah Sakit
BAB II
KETENTUAN - KETENTUAN UMUM

A. Pengertian

1. Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS) adalah kegiatan pelayanan gizi di


RS untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat RS balk rawat inap
maupun rawat jalan, untuk keperluan metabolisme tubuh, peningkatan
kesehatan, maupun mengoreksi kelainan metabolisme, dalam rangka
upaya preventif, kuratif, rehabilitatif dan promotif.
2. Asuhan gizi adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir / terstruktur
memungkinkan untuk identifikasi kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan
untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
3. Tim Asuhan Gizi adalah sekelompok tenaga profesi di RS yang terkait
dengan pelayanan gizi terdiri dari dokter I dokter spesialis, Ahli Gizi I
Dietisien, perawat dari setiap unit pelayanan, bertugas untuk
menyelenggarakan asuhan gizi (nutntion care) untuk mencapai pelayanan
paripurna yang bermutu.
4. Skrining Gizi adalah proses dan identifikasi klinik yang berhubungan
dengan risiko malnutrisi dengan tujuan untuk merencanakan terapi gizi
yang sesuai informasi yang dikumpulkan pada skrining gizi meliputi:
tanggal lahir, tinggi badan, berat badan saat ini dan biasanya perubahan
nafsu makan, kesulitan mengunyah dan menelan makanan, adanya mual
dan muntah atau diare dan serum albumin, hemoglobin, hematokrit dan
total hitung limfosit. Perangkat sknning gizi antara lain MST (Malnutrition
Screening Tool ) dan MUST ( Malnutrition Universal Screening Tools).
5. Terapi gizi adalah pelayanan gizi yang diberikan kepada klien berdasarkan
pengkajian gizi, yang meliputi terapi diet, konseling gizi dan atau
pemberian makan khusus dalam rangka penyembuhan penyakit pasien
(Nutrition and Therapy Dictionaiy, 2004) Terapi diet merupakan
pengaturan makan dengan tujuan memperbaiki kondisi penyakit.
Modifikasi diet ini dapat berupa pembatasan atau penambahan zat gizi
tertentu contohnya pemberian suplemen makanan bernilai gizi tinggi atau
makanan khusus bagi pasien yang tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi
melalui asupan makan per oral. Nutrisi enteral diberikan melalui
pipa kesaluran pencernaan untuk pasien yang tidak dapat menerima
makanan peroral. Sedangkan pemberian nutrisi parenteral diberikan
melalui intra vena untuk pasien yang tidak dapat mengabsorbsi zat gizi
melalui saluran cerna.
6. Terapi Gizi Medis I Medical Nutrition Therapy ( MNT) adalah pelayanan
gizi yang spesifik dalam menangani suatu penyakit. Terapi gizi medis
terdiri dari 2 fase yaitu pengkajian gizi dan terapi gizi, termasuk
didalamnya konseling gizi dan atau terapi gizi khusus misalnya pemberian
makanan melalui intravena atau tube dan suplementasi makanan.
Pelayanan dan tenaga kesehatan profesional yang berkualitas terdiri dan
dietisien, dan teknikal dietisien yang siap melayani asuhan gizi pada
berbagai kondisi termasuk pelayanan pasien rawat inap, pasien akan
pulang, pelayanan rawat jalan, perawatan jangka panjang, pusat
rehabilitasi, sekolah, kantor dan rumah. Untuk mengefektifkan biaya
pelayanan terapi gizi medis dilakukan pengiodentifikasian pasien berisiko
malnutrisi melalui skrining gizi yang merupakan langkah pertama
pengkajian gizi.
7. Gizi Klinik adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara
makanan dan kesehatan tubuh manusia termasuk mempelajari zat-zat gizi
dan bagaimana dicerna, diserap, digunakan, dimetabolisme, disimpan dan
dikeluarkan dari tubuh.
8. Konseling gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua
arah yang dilaksanakan oleh Ahil Gizi/Dietisien untuk menanamkan dan
meningkatkan pengertian, sikap dan perilaku pasien dalam mengenali dan
mengatasi masalah gizi.
9. Tenaga Gizi adalah tenaga kesehatan meliputi nutrisionis dan dietisien
menurut Peraturan Pemerintah republik Indonesia Nomor 32 tahun 1996
tentang tenaga kesehatan yang ditanda tangani oleh Presiden Republik
Indonesia.
10. Nutritionis (Ahli Gizi) adalah seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab
dan wewenang secara penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukan
kegiatan teknis fungsional di bidang pelayanan gizi, makanan, dan dietetik
balk di masyarakat maupun di RS dan unit pelaksanaan kesehatan lainnya,
berpendidikan dasar minimal Akademi Gizi.
11. Dietetisien adalah seorang Nutrisionis yang telah mendalami pengetahuan
dan keterampilan dietetik, baik melalui lembaga pendidikan formal dengan
pendidikan dasar D 4 / S 1 Gizi, mendapat sertifikat dan Persatuan Ahli
Gizi Indonesia (PERSAGI) dan Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia
(MTKI) maupun pengalaman bekerja dengan masa kerja minimal 5 tahun
dan bekerja di unit pelayanan yang menyelenggarakan Asuhan Gizi.
12. Teknikal Dietisien adalah seorang ahli gizi yang telah mendalami
pengetahuan dan keterampilan dietetik melalui pendidikan D 3 Gizi atau
yang mendapat sertifikat dari persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI)
dan Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI) bekerja di unit-unit
tertentu dalam melaksanakan Asuhan Gizi.
13. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) adalah dokter yang
bertanggung jawab dalam penatalaksanaan medis sesuai bidang
spesialisnya. Dalam penatalaksanaan tersebut DPJP memberikan
pengobatan medikamentosa untuk penyakitnya dan menentukan preskripsi
diet awal.
14. Dokter Spesialis Gizi Klinik adalah dokter spesialis yang memberikan
pelayanan medis Asuhan Klinik diruang tertentu yang berisiko tinggi
malnutrisi ( ULB, ICU, radioterapi, Neurologi dan Bedah Digestif ). Skor
Malnutrition Screening Tool (MST) lebih dart 3 dan atau pada pasien yang
dirujuk oleh DPJP.
15. Dietetik adalah kombinasi penerapan ilmu dan seni pengaturan macam dan
jumlah makanan berdasarkan kondisi kesehatan, kebutuhan gizi dan sosial
ekonomi pasien, ilmu yang dimaksud adalah pengetahuan mengenal gizi,
makanan dan kandungan zat gizi tertentu yang dibutuhkan pada setiap
tahap kehidupan dan kondisi penyakit. Sedangkan seni adalah pengetahuan
dan praktek merencanakan dan menyiapkan / mengolah dan menyajikan
makanan yang enak dan menarik untuk berbagal tingkat ekonomi sehingga
orang yang sehat maupun sakit mau menyantap makanan dan patuh
terhadap diet.
16. Pasien berisiko adalah pasien yang mempunyai resiko gizi terjadi
gangguan gizi yang ditandai dengan 2 atau lebih kriteria sebagai berikut:
a. Perubahan asupan makanan > 5 hari, kurang dari 50% dari kebiasaan
makan
b. Perubahan berat badan >10% dalam 3-6 bulan terakhir
c. MT <18.5 kg.m2atau >30 kg/rn2 d. Kadar albumin <2.8 g/dl
Pasien tidak berisiko adalah pasien yang tidak mempunyai resiko tinggi
terjadi kurang gizi.
17. Pasien kondisi khusus adalah pasien yang membutuhkan terapi dietetik
untuk memenuhi kebutuhan gizi, mengontrol kadar biokimia darah/urine
terkait penyakitnya dan memperbaiki status gizi seperti pasien dengan
gagal ginjal kronik/hemodialisis, geriatri, anak, pasien dengan penurunan
imunitas, pasien dengan kemoterapi, pasien dengan sakit berat, pasien
dengan gangguan metabolik Diabetes Melitus, gangguan fungsi hati,
sirosis hepatis, jantung, paru, hipertipid, dli.
18. Unit Produksi Makanan adalah unit yang melaksanakan penyelenggaraan
makanan bagi pasien dan pegawai RSIF.
19. Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit adalah suatu rangkaian kegiatan
mulai dan perencanaan menu, penerimaan bahan makanan, sampai
pendistribusian makanan kepada pasien, serta monitoring dan evaluasi.
20. Diet adalah pengaturan pola dan konsumsi makanan dan minuman yang
dibatasi jumlahnya, dilarang, atau perlu ditambah/diperbolehkan dengan
jumlah tertentu disesuaikan dengan kebutuhan gizi untuk tujuan terapi
penyakit yang diderita.
21. Peraturan Pemberian Makan RSIF adalah Surat Keputusan Direktur
RSWS nomor HK.03.06101.5.1 1443712012 tentang standar makanan
bagi pasien rawat inap berdasar jenis diet dan bentuk makanan.
22. Bentuk Makanan adalah konsistensi makanan yang berupa makanan cair,
makanan saring, makanan lunak dan makanan biasa.
23. Jenis Diet adalah macam diet berdasarkan kelompok penyakit atau zat
gizinya seperti diet DM (Diabetes Melitus), Diet Jantung, Diet Rendah
Garam, Diet Rendah Protein, dll.
24. Penerimaan Bahan Makanan adalah pemeriksaan, pencatatan dan
pelaporan tentang macam, kualitas, kuantitas bahan makanan sesuai
dengan spesifikasi dan pesanan yang ditetapkan.
25. Penyimpanan Bahan Makanan adalah tata cara menata, menyimpan,
menjaga keamanan bahan makanan kering dan segar di gudang
penyimpanan bahan.
26. Persiapan Bahan Makanan adalah kegiatan pra pengolahan bahan, meliputi
membersihkan, mengupas, memotong, merendam, mencuci, dll.
27. Pengolahan Makanan adalah kegiatan memproses bahan makanan mentah
menjadi makanan yang siap dikonsumsi, berkualitas (bergizi dan
bercitarasa tinggi) dan aman.
28. Distribusi Makanan adalah kegiatan penyaluran makanan sesuai dengan
jumlah porsi dan jenis makanan secara sentralisasi dan desentralisasi di
Unit Produksi Makanan dan Pantri selanjutnya dibagikan kepada pasien di
ruang rawat map.
29. Makanan Cair adalah makanan dalam bentuk cair yang diproduksi oleh
Unit Produksi Makanan, dibuat dan campuran beberapa bahan makanan
dengan bahan dasar susu (untuk makanan cair biasa/standar), kacang hijau
(untuk pasien tidak tahan susu), tempe (untuk pasien diabetes) ditambah
bahan lain seperti gula, minyak jagung, dll, untuk mencapai kandungan
gizi 1 cc=1 kkal. Makanan cair buat sedemikian rupa sehingga mampu
melewati pipa nasogatrik.
30. Makanan Saring adalah makanan semi padat dengan tekstur halus.
Makanan pokoknya terbuat dan tepung beras atau havermut, lauk dan
sayurnya dihaluskan dengan blender.
31. Makanan Lunak adalah makanan yang memiliki tekstur yang mudah
dikunyah, ditelan dan dicerna dibanding makanan biasa. Makanan
pokoknya beras yang dibuat bubur atau nasi tim, lauk dan sayur dimasak
sedemikian rupa sehingga tidak keras dan tidak merangsang, pemasakan
tidak digoreng dan tidak pedas.
32. Makanan Biasa adalah makanan yang dapat dan biasa dimakan oleh orang
sehat pada umumnya. Bentuk makanan pokok biasanya nasi, lauk dan
sayur beraneka ragam, bervariasi dengan bentuk, tekstur, dan aroma yang
normal.
33. Higiene Makanan adalah kondisi dan perlakuan yang diperlukan untuk
menjamin kebersihan dan keamanan makanan.
34. Sanitasi Makanan adalah upaya untuk mengendalikan faktor kebersihan
makanan, meliputi: orang, tempat, dan perlengkapan masak dan bahan
makanan yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau
gangguan kesehatan.

B. Mekanisme Pelayanan Gizi Rumah Sakit


Kegiatan PGRS dapat dilaksanakan berdasarkan mekanisme berikut:
1. Pasien Rawat Inap
Pada tahap penapisan dan pengkajian berdasarkan hasil pemeriksaan
fisik, antropometri, laboratorium dan pemeriksaan lainnya, dokter akan
menetapkan apakah pasien memerlukan terapi diet atau diet:
Pada tahap awal intervensi I implementasi:
1. Bila tidak memerlukan terapi diet:
a. Pasien dipesankan makanan biasa ketempat pengolahan makanan
b. Dari tempat pengolahan makanan didistribusikan ke ruang perawatan.
Diruang perawatan makanan disajikan ke pasien.
c. Selama dirawat, pasien yang berminat , mendapatkan penyuluhan
mengenai gizi umum tentang makanan seimbang untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan lingkungannya.
d. Pasien diamati dan dievaluasi secara fisik, antropometri, laboratorium,
dan lain-lain. Pengamatan juga dilakukan untuk menilai nafsu makan
dan asupan makanannya. Hasil penilaian tersebut membuka
kemungkinan bahwa ia memerlukan penyesuaian diet atau tidak.
e. Bila tidak, tetap memperoleh makanan biasa sampai diperbolehkan
pulang.
f. Bila memerlukan terapi diet, prosesnya sama dengan bila ia dan
semula memerlukan terapi diet.
2. Bila Memerlukan Terapi Diet
a. Bagi pasien Yang direncanakan dengan makanan khusus/diet yang
sesuai dengan keadaan fisik, psikis, penyakit, kebiasaan makan dan
nafsu makan.
b. Selama dirawat pasien memperoleh penyuluhan atau konseling gizi
agar diperoleh persesuaian paham antara tentang dietnya, dan pasien
dapat menerima serta menjalankan diet.
c. Makanan khusus dipesan ketempat pengolahan makanan. Dari tempat
pengolahan makanan diet didistribusikan keruang perawatan. Diruang
perawatan makanan khusus disajikan kepada pasien.
d. Pasien diamati dan dievaluasi secara fisik, antropometri, laboratorium
dan lain-lain. Pengamatan juga dilakukan untuk menilai nafsu makan
dan asupan makanannya. Hasil penilaian tersebut membuka
kemungkinan apakah ia memerlukan penyesuaian diet atau tidak.
e. Bila penyesuaian diet ml berupa perubahan makanan biasa proses
selanjutnya lihat pada butir 1.
f. Bila penyesuaian diet ini berupa perubahan diet khusus proses Bila
pasien ternyata tidak memerlukan penyesuaian diet maka saat akan
selanjutnya lihat pada butir 2.
g. pulang pasien memperoleh penyuluhan/konseling gizi tentang
penerapan diet di rumah.
h. Bila memerlukan tindak lanjut, pasien diminta mengikuti proses
pelayanan gizi rawat jalan.
i. Bila tidak, kegiatan pelayanan gizi berakhir, dan pasien dapat dirujuk
ke Puskesmas atau Institusi kesehatan lain untuk pembinaan
selanjutnya.
2. Pasien Rawat Jalan
Dari hasil pemeriksaan fisik, antropometri, laboratonium dan
pemeriksaan dokter lainnya, kemudian dokter menentukan apakah pasien perlu
terapi diet:
a. Bila tidak memerlukan terapi diet , pasien hanya akan mendapatkan
penyuluhan gizi umum dan makanan sehat untuk diri dan keluarganya,
dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan keadaan kesehatan
dirinya dan lingkungannya.
b. Bila memerlukan terapi diet, pasisen akan dikirim ke klinik gizi untuk
memperoleh penyuluhan/konseling tentang diet/terapi yang ditetapkan
dokter. Proses selanjutnya mengikuti prosedur dan klinik tersebut.
Sumber : Buku Pedoman PGRS (Pelayanan Gizi Rumah Sakit), Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat,
2010
BAB III
MATERI DAN ISI PEDOMAN
A. Kebijakan Kegiatan Instalasi Gizi
Kebijakan Kegiatan Instalasi Gizi meliputi :
a. Kebijakan Kegiatan Pelayanan Gizi
b. Kebijakan Asuhan Gizi Ruang Rawat map
c. Kebijakan Penetuan Preskripsi Diet Bagi Pasien Ruang Rawat map
d. Peraturan Pemberian Makanan bagi pasien rawat inap

B. Prosedur Asuhan Gizi


1. Skrining Gizi
Kegiatan skrining gizi awal pada pasien dewasa rawat inap
menggunakan Malnutrition Screening Tool (MST) dengan kriteria pada pasien
berisiko malnutrisi dan pasien tidak berisiko malnutrisi. Skrining Gizi
dilakukan oleh perawat 1 kali 24 jam, selain itu perawat juga mengukur
tinggi badan dan berat badan pasien. Tujuan skrining awal adalah untuk
mengidentifikasi pasien / klien yang berisiko terjadinya gizi kurang.
Parameter yang umumnya digunakan dalam skrining gizi antara lain
perubahan berat badan, perubahan nafsu makan, mual muntah, kemampuan
menelan, mengunyah, bowel habit, diet yang dijalani, penyakit kronis,
pembedahan, asupan zat gizi yang kurang.
Pada pasien dewasa ukuran kategori risiko/aktual gizi kurang mempunyai
kriteria sebagal berikut:
a. Penurunan / peningkatan berat badan yang tidak direncanakan > 10 %
dalam waktu 6 bulan atau 5% dalam waktu 1 bulan dan atau kelebihan dan
kekurangan berat badan 20 % dan berat badan biasanya.
b. Adanya penyakit kronik, meningkatnya kebutuhan metabolik
c. Perubahan diet dan makanan normal/biasa (Total parenteral, Enteral,
pembedahan, trauma dan sebagainya)
d. Asupan makanan kurang atau tidak ada sama sekali (kemampuan
mencerna dan menyerap zat gizi berkurang/gagal) lebih dan 7 hari. Pada
pasien anak < Tiga Belas Tahun
Dengan melihat grafik Z-Score WHO 2005 : BB/TB, BB/U, TB/U.
Warna biru untuk anak laki-laki dan warna merah muda untuk
anakperempuan. Kriteria
a. >3 SD : Obesitas
b. 2 SD - 3 SD : Gizi Lebih
c. -2 SD - 2 SD : Gizi Baik
d. -2 SD - 3 SD : Gizi Kurang
e. -3 SD : Gizi Buruk
Untuk mengidentifikasi pasien yang termasuk kategori berisiko tinggi
mengalami gangguan gizi dibutuhkan kajian gizi yang lebih mendalam karena
pasien ini akan ditangani oleh Tim Terapi Gizi (TTG). Kriteria pasien berisiko
tinggi kurang gizi adalah:
a. Perubahan asupan makanan > 5 hari, kurang dan 50 % dari kebiasaan
makan
b. Perubahan berat badan > 10 % dalam 3 - 6 bulan terakhir
2 2
c. IMT < 18,5 kg/m atau > 30 kg/m
d. Kadar albumin < 2,8 gr/dl
Bila pasien berisiko Dietisien menginformasikan kepada DPJP untuk
dikonsultasikan kepada TTG yang akan melakukan kajian gizi, diagnosis gizi
klinik, formulasi terapi, pemesanan makanan kepada penyelenggara makanan,
implementasi terapi gizi, pemantauan dan evaluasi gizi. Bila dan hasil evaluasi
tujuan belum tercapai dapat dilakukan pengkajian ulang. Bila tujuan terapi gizi
sudah tercapai (menjadi tidak berisiko) maka HG mengembalikan pasien ke
DPJP.
Langkah-langkah pelayanan Tim Terapi Gizi (TTG)
a) Kajian Gizi / Assessment
Kajian gizi Dilakukan pada pasien untuk mengetahui masalah gizi yang
berkaitan dengan penyakit, gizi salah dan risiko gizi salah. Kajian gizi
merupakan proses sistematik dalam pengambilan, verifikasi dan
interpretasi data untuk menetapkan masalah gizi yang berkaitan dengan
penyakit, status gizi dan perubahan metabolisme. Kajian gizi meliputi :
riwayat makan, medik, obat-obatan dan lain-lain yang terkait dengan
masalah gizi.
 Pemeriksaan fisik / klinis termasuk pengukuran antropometrik
 Hasil Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang
lainnya.
b) Diagnosa Masalah Gizi dibuat berdasarkan masalah gizi yang ditemui
pada pasien dengan berpedoman kepada hasil assessmen gizi yang ditulis
dengan format kalimat yang terdiri dan problem, etiologi dan tanda/gejala.
Diagnosis gizi ditentukan untuk mengidentifikasi masalah gizi yang
aktual/terbaru agar dapat memberikan intervensi gizi yang tepat.
c) Terapi gizi diformulasikan dengan mempertimbangkan beberapa faktor
a. Penetapan waktu dimulainya pemberian terapi gizi
b. Penetapan kebutuhan energi dan dengan memperhitungkan berat
badan, tinggi I panjang badan, usia, jenis kelamiri, aktivitas fisik, Efek
Termik Makanan (ETM ), perubahan fisiologik dan metabolisme tubuh
c. Penetapan komposisi zat gizi makro dan mikro serta cairan dan
elektrolik yang sesuai dengan diagnosis penyakit, perubahan
metabolisme dan kapasitas fungsi organ.
d. Penetapan cara pemberian makanan dan minuman melalui oral,
enteral, parenteral dan frekuensi pemberian makanan perhari.
e. Penetapan bentuk, viskositas dan osmolaritas makanan disesuaikan
dengan kondisi saluran cerna dan cara pemberian.
d) Implementasi Terapi Ghzi dimana dietisien mengajukan permintaan
makanan pasien oral atau enteral berdasarkan presknpsi diet oleh TTG
kepada penyelenggara makanan. Sebelum diberikan dietisien melakukan
pengecekan makanan yang dipesan sesuai dengan preskripsi diet meliputi
jumlah, jenis dan bentuk makanan. Perawat memberikan makanan oral,
enteral atau parenteral kepada pasien. Konseling gizi diberikan kepada
pasien dan keluarganya untuk mencapai tujuan terapi gizi.
e) Pemantauan dan evaluasi
a. Pemantauan meliputi faktor-faktor yang mempengaruhi asupan gizi
seperti : nafsu makan, asupan makanan dan cairan, alergi terhadap
makanan dan lain-lain.
b. Perubahan berat badan, toleransi saluran cema, status hemodinamik,
dan kondisi metabolisme pasien setelah mendapat terapi gizi.
c. Evaluasi meliputi kajian data hasil pemantauan dibandingkan dengan
rencana terapi gizi dan pencapaian tujuan, misalnya perubahan status
gizi
Tabel 1 : Peran dan Fungsi TTG dalam Pelayanan Gizi Klinik di RS
No Kegiatan Dokter Dietisien Perawat Farmasis
1 Skrining Melakukan skrining Melakukan skrining
Gizi lanjut awal

2 Anamnesis  Keluhan Utama  Kebiasaan makan  Identitas Pasien


 Riwayat sebelum sakit dan saat  Mengkaji
Penyakit sakit. keluhan pasien
 Riwayat  Analisis asupan gizi  Konsumsi
masalah gizi (food recall atau food makanan dan
frequency): cairan beberapa
 Sebelum sakit hari terakhir
 Selama sakit  Mengkaji
 Food Record selama perkembangan
perawatan keluhan pasien
 Keluhan yang
berkaitan dengan
makanan (alergi
dan lain)
3 Pemeriksaan  Analisis hasil  Pemeriksaan  Penimbangan
Fisik pemeriksaan antropometri awal berat badan dan
antropometrik  Analisi hasil pengukuran
 Pemeriksaan Pemeriksaan Tinggi badan
tingkat antropometri atau panjang
kesadaran dan  Pemeriksaan dan badan
tanda kegawat penentuan status gizi  Evaluasi tanda
darutan. vital (tekanan
 Pemeriksaan darah, suhu, nadi,
status generalis, pernafasan) dan
inspeksi, kegawat
periwsi, palpasi daruratkan
dan auskultasi.
 Pemenksaan
status gizi,
fisiologik,
fungsi saluran
cerna dan
turgor.
4 Pemeriksaan  Mengusulkan   Mempersiapkan
Penunjang jenis pemeriksaan
pemeriksaan penunjang sesuai
penunjang instruksi dokter
sesuai dengan
kebutuhan
 Menganalisis
hasil
pemeriksaan
penunjang
dalam
mendiagnosa
penyakit pasien
5 Diagnosis Diagnosis gizi klinik (diagnosa medis, diagnosa gizi dan diagnosa keperawatan)
6 Tindakan Monitoring dan  Analisis asupan Monitoring dan Mempersiapkan
evaluasi makanan selama evaluasi obat-obatan dan
perawatan zat terkait
 Menjalankan vitamin dan
intervensi gizi sesuai mineral,
preskripsi/instruksi elektrolit dan
dokter meliputi : nutrisi
 Menyediakan parenteral
makanan
 Konseling dan edukasi
gizi pada pasien dan
keluarga
 Analisis asupan
makanan
 Monitoring dan
evaluasi
Malnutrition Universal Screening Tool
Step 1 + Step2 + Step 3
BMI Score Weight Loss Score Acute Disease Effect Score
BMI kg/m2Score Unplanned Weight loss in past 3 If Patient is acutely and ill
-6Months there has been or is likely to
>20( >30 Obese) 0 % Score be - nutritional intake for >S
non
18,5-20 1 <5 0 days
< 18,5 2 5-10 I score 2
>10 2

weight and height cannot be


Obtained, see "MUSr Explanatory
Booklet for Alternative measurements
And use of subjective criteria Step 4
Overal risk of malnutrition

Add Scores together to calculate overall risk of malnutrition


Score 0 = Low Risk Score I = Medium Risk Score 2 = High Risk

., r
., , ~ ,
Step 5
Management Guidelines

0
l Medium 2 or more
Low Risk
Risk Observe High risk
Routine Clinical care
)- Dokumeut Dietary intake for 3 days if Treat
subject in hospital or care borne Y Refer to dictisieo., Nutritional Support
:»- If Improved or adequate intake - little Team or Implement local Policy
Repeat Screening clinical concern; if no improvement :> Improve nod lncrease overall Nutritional
Hospital clinical concern- follow local policy intake
We.:kly CareHomes )- Repeat screening hospital-weekly care > Monitor and Review care plan hospital -
Monthly Community home - at least monthly community - weekly, Care home - monthly,
Annually for special groups at least every 2 -3 months community- monthly
Eg those >75 yrs > Unless detrimental or oo benefit is
expected from ntritional support e.g
imminent death

All Risk Categories Obesity


> Treat underlying condition and irovide help and advice on Record presence of obesity. For those with underlying conditions,
food these are generally controlled before the treatment of obesity
choices, eating and drinking when necessary.
> Record malnutrition risk category
;.. Record need for special diets and follow local policy

Re-assess·subjects identified at risk as they move through care settings


See the "MUSrexplanatory booklet for further details and the "MUSr Report for
supporting evidence

Source" The Malnutrition Universal Screening Tool ( MUST) is reproduced here with the kind
permission of BAPEN ( British Association For Parenteral and Nutrition
2. Preskripsi Diet/Order Diet
Preskripsi diet/order diet awal adalah pemesanan diet pasien yang
ditulis oleh dokter dalam waktu 1 x 24 jam terdiri dan bentuk makanan dan
jenis diet. Untuk pasien dengan kondisi khusus dicantumkan anjuran
kebutuhan energi dan zat gizi lain. Preskripsi diet definitif/lanjutan ditetapkan
oleh dokter bekerja sama dengan Dietisien dalam menentukan bentuk
makanan dan kebutuhan zat gizi, jadwal dan jenis diet yang lebih tepat sesuai
dengan kondisi pasien. Preskripsi diet definitif dituliskan kembali dalam
dokumen medik oleh Dokter dan Dietisien. Dalam kondisi tertentu Dietisien
dapat menetapkan preskripsi awal dan mengusulkan perubahan diet,
penambahan preskripsi diet definitif. Dietisien akan berkomunikasi dan
kolaborasi dengan dokter.

3. Asesmen Gizi
a. Asesmen Gizi Awal
Asesmen gizi adalah kegiatan mengumpulkan dan mengkaji
data terkait gizi yang relevan untuk mengidentifikasi masalah gizi dan
penyebabnya. Pasien baru yang berisiko malnutrisi, malnutrisi dan atau
kondisi khusus dikunjungi oleh dietisien dalam waktu 2 x 24 jam.
Data yang dikumpulkan meliputi:
1) Data antropometri untuk menentukan status gizi: BB (kg), TB (cm),
apabila pasien tidak dapat ditimbang, diukur LILA dan tinggi lutut
untuk memperkirakan berat badan dan tinggi badan. Kemudian
penentuan status gizi berdasarkan IMT atau LILA.
2) Data Riwayat gizi : pola makan, asupan zat gizi sehari, makanan
suplemen, kecukupan gizi dibanding kebutuhan.
3) Data laboratorium yang terkait gizi : albumin, hemoglobin, gula darah,
ureum, kreatinin, dan data laboratorium lain berkaitan.
4) Data klinis I fisik yang berkaitan dengan defisiensi gizi kondisi kulit,
mata, rambut, kehilangan massa otot, kehilangan lemak, fungsi
menelan dan data lain yang berkaitan
5) Riwayat personal : riwayat penyakit pasien dan keluarga, tingkat sosial
ekonomi, aktifitas fisik, kebiasaan minum obat/jamu, pengobatan
alternatif, dan data lain yang berkaitan.
Data yang dikumpulkan disesuaikan dengan jenis penyakit yang
biasanya lebih spesifik.
Tujuan asesmen gizi yaitu untuk mengetahui masalah gizi pasien dan
penyebabnya, berdasarkan hal tersebut selanjutnya Dietisien membuat
perencanaan intervensi (terapi gizi) dan pemberian makanan yang sesuai
dengan kebutuhan gizi pasien dan preskripsi dokter. Tahapan kunjungan
awal adalah:
1) Dietisien mendapat informasi mengenai adanya pasien baru
berdasarkan laporan perawat/kartu OSB/buku makanan/administrasi
pasien masuk rawat inap.
2) Dietisien mengunjungi semua pasien baru dan melihat dokumen medik
untuk mengetahui risiko malnutrisi dan kondisi khusus serta preskripsi
diet.
3) Dietisien melakukan anamnesis terkait gizi pada pasien berisiko
malnutrisi dan kondisi khusus. Data yang dikumpulkan meliputi :
antropometri, biokimia, klinis, riwayat gizi, serta riwayat personal dan
mengkaji data-data tersebut untuk menentukan diagnosis gizi/masalah
gizi.
4) Selanjutnya Dietisien membuat rencana intervensi gizi / pemberian
suplemen makanan sesuai dengan kondisi pasien dan preskripsi diet
dokter.
5) Hasil asesmen gizi ditulis dalam formulir Asuhan Gizi Awal dengan
format ADIME (Asesmen, Diagnosis, Intervensi, Monitoring,
Evaluasi)
6) Berdasarkan hasil berat ringannya risiko malnutrisi pasien, Dietisien
akan melakukan asesmen ulang untuk mengevaluasi efektifitas
intervensi gizi.
Asesmen gizi dalam rangka asuhan gizi I konseling gizi pada
pelayanan one day care atau pasien pulang < 48 jam dilakukan di
rawatjalan bila diperlukan.
b. Asesmen I Pengkajian Ulang
Asesmen / pengkajian ulang adalah kegiatan mengumpulkan data
terkait masalah gizi pasien mendapat intervensi gizi. Data yang
dikumpulkan antara lain: Asupan makanan, perubahan berat badan, dan
perubahan hasil laboratorium terkait gizi. Asesmen ulang dilakukan
dengan tujuan mengetahui perkembangan status gizi pasien selama dirawat
dan mengetahui efektifitas dan intervensi gizi yang diberikan terhadap
penyelesaian masalah gizi.
Asesmen lanjut dilakukan pada kondisi sebagai berikut:
1) Pasien dengan risiko tinggi malnutrisi, asesmen gizi lanjut dilakukan
setiap hari.
2) Pasien dengan risiko sedang malnutrisi, asesmen gizi ulang dilakukan
setiap 3 hari dan apabila asupan cukup asesmen dilakukan selang 7
hari.
3) Pasien dengan risiko ringan malnutrisi, dilakukan skrining kembali
setelah 7 hari rawat dan apabila ada perubahan risiko maka dilakukan
asesmen sesuai dengan kondisi terkini.
Tahapan dan asesmen ulang:
1) Dietisien mengunjungi pasien menurut tingkat risiko malnutrisi, yaitu
setiap hari untuk pasien berisiko tinggi malnutrisi, setiap 3 hari untuk
pasien berisiko malnutrisi sedang atau setiap 7 hari untuk pasien
berisiko rendah malnutrisi/tidak berisiko.
2) Dietisine memonitor tingkat asupan makan pasien, perubahan berat
badan dan hasil laboratonum.
3) Dietisien mencatat perubahan asupan makan dan status gizi pasien
dengan format ADIME dan pada Formulir Catatan Perkembangan
Terintegrasi
4) Apabila setelah diberikan intervensi gizi tidak ada perbaikan seperti:
asupan makan pasien selama lima hari sangat kurang pada pasien
berisiko tinggi, maka dietisien menyampaikan ke dokter DPJP untuk
dipertimbangkan dibicarakan dalam pertemuan Tim Asuhan Gizi/Tim
dukungan gizi/Tim Kasus sulit dan malnutrisi untuk mencari solusi
pemecahan masalah gizi pasien.

c. Asesmen Gizi Anak


Anak termasuk pasien berisiko. Asesmen gizi pada anak bertujuan
untuk mengetahui masalah gizi pasien dan penyebabnya, berdasarkan
hal tersebut selanjutnya Dietisien Anak membuat perencanaan
intervensi/terapi diet yang sesuai dengan kebutuhan gizi pasien dan
preskripsi diet.
1) Dietisien mendapat informasi mengenai adanya pasien dengan resiko
malnutrisi dari hasil kegiatan Ronde Asuhan Gizi Anak;
2) Dietisien mengunjungi pasien yang berisiko malnutrisi dan melakukan
pengkajian gizi, anamnese gizi dan data terkait gizi, meliputi:
antropometri, biokimia, klinis, riwayat gizi, serta riwayat personal dan
mengkaji data-data tersebut untuk menentukan diagnosis gizi/masalah
gizi;
3) Selanjutnya Dietisien membuat rencana intervensi gizi/terapi gizi
sesuai dengan kondisi pasien dan preskripsi diet dan Dokter;
4) Apabila preskripsi diet dan dokter dirasa kurang sesuai, dietisien akan
mengusulkan perubahan jenis diet, jumlah, jadwal dan cara makan;
5) Hasil asesmen/pengkajian gizi ditulis dalam formulir Pemantauan
Asuhan Gizi dengan format ADIME;

4. Diagnosis Gizi
Penentuan diagnosis gizi adalah kegiatan identifikasi masalah
gizi/diagosis gizi berdasarkan hasil asesmen gizi yang ditulis dengan format
kalimat yang terdiri dan problem, etiologi, dan tanda/gejala. Diagnosis gizi
merupakan langkah kritis yang menghubungkan antara asesmen gizi dengan
intervensi gizi. Diagnosis gizi ditentukan untuk mengidentifikasi masalah gizi
yang aktual/terbaru agar dapat memberikan intervensi gizi yang tepat.
Langkah-langkah penentuan diagnosis gizi adalah:
1) Dietisien melakukan pengumpulan data terkait gizi (data antropometri,
biokimia, klinis/fisik, riwayat gizi dan riwayat personal);
2) Dietisien menghitung kebutuhan gizi pasien;
3) Dietisien melakukan pengkajian gizi dengan cara membandingkan data
yang didapat dengan standar dan anjuran zat gizi sesuai kondisi penyakit
pasien;
4) Kesenjangan yang timbul merupakan Diagnosis Gizi/Masalah
Gizi/Problem Gizi;
5) Dietisien menganalisis penyebab masalah berdasarkan hasil Pengkajian
Gizi yang telah dilakukan;
6) Dietisien menentukan Tanda dan Gejala berdasarkan Pengkajian yang
dilakukan;
7) Dietisien menuliskan Diagnosis Gizi dengan format: Problem (P), Etiologi
(E), Sign/Symptom (S) yang biasa disingkat PES;
8) Diagnosis/Problem Gizi dapat dikelompokkan menjadi 3 Domain Intake
(Asupan), Domain Kilnis/Fisik, dan Domain Perilaku;
9) Berdasarkan Diagnosis Gizi dibuat tujuan dan target intervensi yang
terukur.

5. Intervensi Gizi
Intervensi Gizi adalah serangkaian aktifitas spesifik yang berkaitan
dengan penggunaan bahan makanan untuk menanggulangi masalah gizi.
Intervensi gizi merupakan tindakan yang terencana secara khusus dengan
tujuan untuk mengatasi)menanggulangi masalah gizi terkait perilaku makan,
kondisi lingkungan atau status kesehatan pasien. Selama pemberian intervensi
Dietisien bekerjasama dengan pasien, keluarga dan pengasuh. Komponen
intervensi adalah perencanaan terapi gizi, implementasi/pemberian diet,
edukasi dan konseling gizi.
Dietisien harus menetapkan tujuan intervensi gizi. Intervensi gizi
mempertimbangkan preskripsi diet awal dari dokter penanggung jawab pasien
yang baru masuk. Selanjutnya Dietisien merencanakan terapi gizi berdasarkan
masalah gizi pasien, berupa merencanakan kebutuhan zat gizi, bentuk
makanan, jadwal, frekuensi pemberian makanan sesuai dengan kondisi
penyakit dan kemampuan makan pasien.
Dietisien berkolaborasi dan berkomunikasi dengan Dokter mengenal
preskripsi diet definitif terutama apabila terdapat ketidaksesuaian antara
preskripsi diet dari Dokter dengan perencanaan diet yang dibuat Dietisien.
Implementasi pemberian diet pada pasien rawat inap dapat berupa intervensi
pemberian makanan baik oral, enteral maupun parenteral. Dalam hal
implementasi ini dietisien berkolaborasi dengan unit produksi makanan yang
secara khusus menyelenggarakan makanan yang akan dibahas dalam prosedur
penyelenggaraan makanan di lembar berikutnya.
Berdasarkan preskripsi diet pasien, Dietisien membuat permintaan
makan ke Unit Produksi Makanan. Apabila pasien membutuhkan makanan
tambahan/suplemen yaitu makanan di luar standar, Dietisien
membuat/menyusun diet khusus dalam lembar formulir diet khusus.
Konseling gizi diberikan kepada pasien rawat inap seat dirawat dan sebelum
pulang atau saat kontrol di rawat jalan. Konseling gizi diberikan pada pasien
yang berdiet, yang berisiko malnutrisi, sudah malnutrisi atau dengan kondisi
khusus. Kondisi khusus yang dimaksud adalah pasien penyakit ginjal kronik
dengan hemodialisis, geriatri, pasien dengan penurunan imunitas, pasien
dengan kemoterapi, pasien dengan penyakit keganasan, pasien dengan
gangguan metabolik DM, penyakit ginjal kronik, pasien dengan transplantasi,
pasien stroke, dan sirosis hepatis, dll.
Apabila diperlukan Dietisien merujuk ke Dietisien yang lebih, aril, atau
anggota Tim untuk membantu dalam merawat atau mengelola masalah yang
berkaitan dengan gizi.
a. Konseling dan Edukasi Gizi Pasien/Keluarga Rawat map
Kegiatan edukasi dan konseling gizi kepada pasien dewasa atau anak dan
keluarga yang mendapat diet tertentu selama dirawat ataupun sebelum
pulang dan rumah sakit dengan menggunakan brosur/flyer diet yang ditulis
Dietisien. Tujuan diberikan konseling dan edukasi gizi adalah untuk
memberikan pengetahuan dan membantu pasien dalam melaksanakan diet
sesuai penyakit dan kebutuhannya selama dirawat dan di rumah setelah
pulang rawat. Langkah-langkahnya antara lain:
1) Dietisien membaca dokumen medik untuk mengetahui kondisi pasien
dan preskripsi diet pasien yang dibuat oleh dokter.
2) Dietisien memberikan edukasi dan konseling sesuai dengan masalah
yang didapat dan hasil pengkajian gizi.
3) Edukasi dan konseling menggunakan media leaflet diet sesuai dengan
jenis diet yang dibutuhkan dan alat peraga food models.
4) Edukasi dan konseling dilakukan di ruang rawat inap dan
mengikutsertakan keluarga.
5) Dietisien menyiapkan dan mengisi leaflet diet sesuai penyakit dan
kebutuhan gizi pasien serta menjelaskan tentang jadwal, jenis, jumlah
(porsi) bahan makanan sehari menggunakan alat peraga food models,
menjelaskan tentang makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan,
cara pemasakan dll yang disesuaikan dengan pola makan dan
keinginan serta kemampuan pasien.
6) Dietisien memotivasi pasien untuk menjalankan anjuran diet.
7) Dietisien memberikan edukasi dan konseling gizi ulang pada saat
pasien akan pulang dan rawat inap dengan media leaflet/brosur/flyer
diet sesuai jenis diet yang harus dijalani di rumah.
8) Dietisien menganjurkan pasien untuk konsul ulang ke ruang layanan
gizi rawat jalan 2-4 minggu berikutnya.
9) Pencatatan hasil konseling gizi ditulis di formulir Catatan Terintegrasi
dam formulir edukasi terintegrasi serta formulir Permintaan Konseling
Gizi dan dimasukkan ke dalam rekam medik pasien
10) Pasien menandatangani formulir apabila sudah
mendapatkan edukasi/konseling gizi.
b. Konseling dan Edukasi Pasien/Keluarga Rawat Jalan
1) Pasien datang ke ruang konseling gizi dengan membawa surat rujukan
dokter dan poliklinik yang ada di RSWS atau dari luar RSWS.
2) Dietisien melakukan pendaftaran menggunakan program „Teknologi
Informasi‟ dan mencatat data pasien dalam buku registrasi.
3) Dietisien melakukan pengukuran antropometri pada pasien dewasa
yang belum ada data BB dan TB.
4) Dietisien melakukan asesmen gizi.
5) Dietisien menetapkan diagnosis gizi.
6) Dietisien memberikan intervensi gizi berupa edukasi dan konseling
dengan langkah menyiapkan dan mengisi leaflet/flyer/brosur diet
sesuai penyakit dan kebutuhan gizi pasien serta menjelaskan tentang
jadwal, jenis, jumlah bahan makanan sehari menggunakan alat peraga
food models, menjelaskan tentang makanan yang dianjurkan dan tidak
dianjurkan, cara pemasakan dan lain-lain, yang disesuaikan dengan
pola makan dan keinginan serta kemampuan pasien.
7) Pencatatan hasil konseling gizi dengan format ADIME (Asesmen,
Diagnosis, Intervensi, Monitoring & Evaluasi) dimasukkan ke dalam
rekam medik pasien atau disampaikan ke dokter melalui pasien untuk
pasien di luar RSIF dan diarsip di ruang konseling.
8) Dietisien menganjurkan pasien untuk kunjungan ulang I bulan yang
akan datang.
c. Penyuluhan Gizi
1) Persiapan penyuluhan
 Pengumuman jadwal dan tempat penyuluhan.
 Persiapan ruangan dan alat bantu/media yang dibutuhkan.
2) Pelaksanaan penyuluhan
 Peserta mengisi daftar hadir (absensi).
 Dietisien menyampaikan materi penyuluhan
 Tanya jawab.
d. Edukasi Gizi bagi Keluarga Pasien yang Membawa Makanan dari Luar
Rumah Sakit
Penjelasan yang diberikan kepada pasien dan keluarga apabila ingin
membawa makanan dari luar rumah sakit. Penjelasan mengenai
makanan yang boleh dan tidak boleh diberikan kepada pasien
sehubungan dengan diet serta penyakitnya. Tujuannya adalah untuk
memberikan kesempatan kepada pasien yang berdiet untuk menukar
makanan rumah sakit dengan yang diinginkan dari luar rumah sakit,
tanpa menyalahi
jumlah/takaran, jenis makanan, bentuk dan prinsip diet serta
memperhatikan higiene makanan. Langkah-langkahnya adalah sebagai
berikut:
1) Pada saat kunjungan awal pasien baru, Dietisien menginformasikan
apabila pasien ingin mendapat makanan/membawa makanan dari
luar rumah sakit agar menginformasikan kepada Dietisien jenis
makanan yang akan diberikan kepada pasien.
2) Dietisien akan menilai makanan yang dibawa dari luar, apakah
dapat diberikan kepada pasien.
3) Dietisien memberikan edukasi kepada keluarga pasien mengenai
makanan yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi sesuai dengan
prinsip diet, bahari makanan penukar dan higiene makanan serta
tetap memotivasi untuk memprioritaskan makanan dari rumah
sakit.

6. Monitoring Dan Evaluasi


Monitoring adalah kegiatan memantau tanda dani gejala dari masalah
gizi (asupan gizi dan berat badan) setelah mendapat intervensi gizi.
Evaluasi adalah menilai keberhasilan intervensi gizi yang diberikan pada
pasien dengan masalah gizi. Tujuan lakukan monitoring dan evaluasi
adalah untuk mengetahui efektifitas intervensi gizi dengan memantau
progress/perubahan
asupan dan berat badan pasien setelah mendapat intervensi gizi. Langkah-
langkah penentuan monitoring dan evaluasi adalah:
a. Dietisien memantau asupan makan pasien dan berat badan/status gizi
pasien berisiko malnutrisi.
b. Hasil pemantauan asupan dan berat badan dievaluasi, apabila basil
pemantauan ada perbaikan berarti intervensi gizi yang diberikan berhasil,
apabila basil pemantauan tidak ada perbaikan bahkan memburuk, berarti
intervensi gizi yang diberikan perlu dimodifikasi lagi untuk mencapai
kebutuhan pasien.
c. Hasil monitoring dan evaluasi gizi merupakan bagian dari asuhan gizi
dicatat pada lembar terintegrasi dalam dokumen medik pasien.

7. Tim Terapi Gizi


Kolaborasi antara Tim Kesehatan sudah dimulai sejak pasien masuk
Ruang perawatan dengan masing-masing tugasnya sesuai profesi. Dokter
dalam waktu 1x24 jam menilai subjektif, objektif, asesmen berkaitan dengan
penyakit pasien. Selain itu juga membuat rencana di dalamnya berisi
pengobatan termasuk preskripsi Uorcler diet awal yang direkomendasikan.
Perawat 1x24 jam menilai asuhan keperawatan awal yang komponen
didalamnya berisi skrining gizi awal. Selanjutnya dietisien mengunjungi
pasien baru yang berisiko kurang gizi, atau sesudah kurang gizi (malnutrisi)
pada saat masuk perawatan. Dietisien akan melakukan asesmen pada pasien
yang berisiko atau sudah malnutrisi atau kondisi khusus dalam waktu 2x24
jam setelah dilakukan skrining oleh perawat.
Apabila didapatkan pasien berisiko tinggi malnutrisi, maka dilaporkan
ke dokter penanggung jawab untuk dipertimbangkan dirujuk ke Nutrition
Support Team/Ronde kasus sulit malnutrisi. Kasus-kasus berisiko tinggi
malnutrisi terdapat di ruang rawat ICU dewasa, luka bakar, bedah digestif,
radioterapi, neurologi atau di ruang rawat lain sesuai kriteria yang telah
ditetapkan oleh DPJP. Sebagai gambaran dapat dilihat pada bagian Nutrition
Support Team dari BAPEN (British Ascociation Parenteral Enteral
Nutrition). Saat ini di RSIF tim terapi gizi diimplementasikan dalam kegiatan
pembahasan kasus sulit dan pencegahan hospital malnutrition.
Pasien dirawat oleh tenaga kesehatan yang terdiri dari dokter, perawat,
Farmasis dan dietisien dan tenaga kesehatan lainnya. Makanan untuk pasien di
RSWS disediakan oleh Unit Produksi Makanan Di Instalasi Gizi. Untuk
melakukan Asuhan Gizi dilakukan oleh Dietisien yang berkoordinasi dengan
dokter yang merawat dan perawat serta petugas kesehatan lainnya. Untuk
kasus-kasus yang kritis atau dengan risiko tinggi perlu membentuk suatu Tim
Asuhan Gizi/Nutrition Support Team, Dalam hal ini perlu koordinasi antara
Kepala Instalasi Gizi, Kepala bidang Keperawatan, Kepala Bidang Pelayanan
Medis untuk mendukung kegiatan Nutrition Support Team. Di RSIF tim yang
baru terbentuk adalah pada bagian anak
Gambar 4.
Alur Asuhan Gizi Pasien Rawat Inap
C. Prosedur Penyelenggaraan Makan
1. Peraturan Pemberian Makan Pasien
Peraturan Pemberian Makan pasien di RSIF Makassar terkait dengan
elemen pengukuran PP 4 yaitu pelayanan makanan kepada pasien secara
regular dapat dipenuhi.
Untuk memenuhi pelayanan makanan pada pasien sesuai standar PP 4 maka
Unit Produksi Makanan (UPM) memberikan makanan sesuai Peraturan
Pemberian Makanan di RSIF Makassar yang berisikan tentang standar
pemberian makan berdasarkan kelas perawatan (VIP, kelas I, kelas II dan
kelas III), jenis diet dan bentuk makanan yang diberikan untuk pasien.
Bentuk makanan yang diselenggarakan di RSIF meliputi bentuk makanan
biasa, makanan lunak, makanan saring dan makanan cair. Sedangkan jenis
dietnya adalah diet Diabetes Melitus (DM), Rendah Garam (RG), Diet Rendah
Protein (RP), Rendah Punn (Rpm), Diet untuk pemeriksaan, Diet Hati, diet
Jantung dan lain-lain. Elemen pengukuran PP 4 terkait dengan pilihan
makanan/menu sesuai dengan kondisi pasien. Untuk memenuhi kebutuhan
gizi pasien berdasarkan bentuk dan jenis diet maka unit produksi makanan
RSIF menerapkan pedoman menu dengan siklus menu 10 hari. Siklus menu
10 hari ditetapkan berdasarkan lama rata-rata hari rawat pasien yang lebih dan
7 hari dan hari ke 31. Siklus menu disusun berdasarkan pola makan 3 x sehari
makanan utama, ditambah 2-3 kali makanan selingan. Susunan menu terdiri
dari makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayur dan buah, dengan
menganut kaedah gizi seimbang. Diperhitungkan pula variasi makanan,
standar porsi, standar resep. Dalam pemberian makanan terdiri dari 3 kali
pemberian makan (pagi, siang dan malam). Bagi pasien VIP diberikan
pelayanan khusus untuk memilih menu harian ( menu pilihan). Sedangkan
untuk kelas I, Kelas II dan kelas III diberikan menu standar. (Menu terlampir).
Penyelenggaraan makanan Di RSIF menggunakan sistem swakelola yaitu
penyelenggaraan makanan dilakukan oleh Instalasi Gizi Unit Produksi
Makanan bertanggung jawab untuk melaksanakan semua kegiatan
penyelenggaraan makanan mulai dan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Ruang lingkup penyelenggaraan makanan rumah sakit adalah
konsumen/pasien rawat inap. Sesuai dengan kondisi rumah sakit dapat juga
dilakukan penyelenggaraan makanan bagi pengunjung (pasien rawat jalan atau
keluarga pasien).
Mekanisme penyelenggaraan makanan meliputi:
a. Perencanaan Anggaran Belanja Makanan
b. Perencanaan Menu
c. Perhitungan kebutuhan Bahan Makanan
d. Pemesanan dan Pembelian Bahan Makanan
e. Penerimaan, Penyimpanan dan Penyaluran Bahan Makanan
f. Pengolahan dan Distribusi Makanan

2. Perencanaan Anggaran Belanja Makanan


Perencanaan Anggaran Belanja Makanan adalah suatu kegiatan
penyusunan Anggaran biaya yang diperlukan untuk pengadaan bahan
makanan untuk pasien.
Ruang lingkup Perencanaan Anggaran Belanja bahan makanan:
1. Bagian Administrasi Instalasi Gizi
2. Bagian Perencanaan Anggaran Rumah Sakit
3. Bagian Purchasing Rumah Sakit
4. Bagian Keuangan Rumah Sakit
5. Bagian Perencanaan dan Evaluasi rumah sakit
Langkah-langkah Perencanaan Anggaran Belanja Makanan:
1. Mengumpulkan data tentang macam dan jumlah konsumen tahun
sebelumnya.
2. Tetapkan macam dan jumlah konsumen / pasien
3. Kumpulkan harga bahan makanan dari beberapa pasar dengan melakukan
survei pasar, kemudian tentukan harga rata-rata bahan makanan.
4. Buat standar kecukupan gizi (standar porsi dalam berat kotor)
5. Hitung indeks harga makanan perorang / hari sesuai dengan konsumen
yang mendapat makan.
6. Hitung anggaran belanja makanan setahun untuk masing-masing
konsumen / pasien.
7. Hasil perhitungan anggaran dilaporkan kepada pengambil keputusan
8. Rencana anggaran diusulkan secara resmi melalui jalur administratif.

3. Penerimaan Bahan Makanan


Penerimaan bahan makanan adalah suatu proses pemeriksaan, pencatatan
dan pelaporan tentang macam, kualitas dan kuantitas bahan makanan
sesuai dengan spesifikasi dan pesanan yang ditetapkan. Bahan makanan yang
bersifat kering seperti beras, tepung terigu, susu bubuk dan bahan makanan
kemasan seperti margarine, mie, kacang-kacangan, bumbu kering, dikirim
oleh rekanan setiap 10 hari sekati yaitu setiap tanggal 1,10,30 dan disimpan
dalam gudang penyimpanan bahan makanan kering. Adapun bahan makanan
segar / basah seperti lauk hewani, sayur, buah dan bumbu basah dipesan setiap
hail. Perangkat pendukung
a. SPO Pemesanan Bahan Makanan
b. SPO penerimaan bahan makanan

4. Penyimpanan Bahan Makanan


Penyimpanan bahan makanan adalah suatu tata cara menata,
menyimpan dan memelihara keamanan bahan makanan kering maupun yang
basah, baik secara kualitas dan kuantitasnya digudang basah dan kering serta
pencatatan dan pelaporannya. Penyimpanan bahan makanan adalah suatu tata
cara menata,menyimpan, memelihara keamanan bahan makanan kering dan
basah baik kualitas maupun kuantitas di gudang bahan makanan kering dan
basah serta pencatatan dan pelaporannya.
Untuk semua kelas rumah sakit diperlukan ruang penyimpanan untuk
bahan makanan kering (gudang bahan makanan) dan ruang pendingin, serta
ruang pembeku (freezer). Luas macam dan jenisnya berbeda menurut tipe
rumah sakit masing-masing. Freezer umumnya dimiliki oleh Instansi yang
besar yang dimaksud untuk menyimpan bahan makanan untuk jangka waktu
yang agak lama. Penyiapan makanan, penanganan, penyimpanan, dan
distribusinya aman dan memenuhi undang-undang peraturan dan praktek
terkini yang dapat diterima.
 Elemen Penilaian
1. Makanan disiapkan dengan cara mengurangi risiko kontaminasi dan
pembusukan
2. Makanan disimpan dengan cara mengurangi risiko kontaminasi dan
pembusukan
3. Produk nutrisi enteral disimpan sesuai rekomendasi pabrik
4. Distribusi makanan secara tepat waktu, dan memenuhi permintaan khusus
5. Praktek penanganan memenuhi peraturan dan perundangan yang berlaku
 Perangkat Pendukung
a. SPO Penyimpanan bahan makanan basah dan kering
b. SPO Penyimpanan makanan Enteral Komersial (Diet Khusus)

5. Persiapan Bahan Makanan


Persiapan bahan makanan adalah kegiatan pra pengolahan bahan meliputi
membersihkan, mengupas, memotong, merendam, mencuci, menggiling dan
meracik dll. Kegiatan persiapan bahan makanan dilakukan pada waktu pagi
hingga siang hari, perangkat pendukung : SPO persiapan Bahan Makanan.

6. Pengolahan Bahan Makanan


Pengolahan bahan makanan merupakan suatu kegiatan mengubah
(memasak) bahan makanan mentah menjadi makanan siap dimakan,
berkualitas dan aman untuk dikonsumsi. Tujuan pengolahan bahan makanan
adalah untuk mengurangi risiko kehilangan zat-zat gizi bahan makanan,
meningkatkan nilai cerna, meningkatkan dan mempertahankan warna, rasa,
keempukan dan penampilan makanan dan bebas dari organisme dan zat yang
berbahaya untuk tubuh. Adapun prasyarat dari pengolahan bahan makanan
adalah tersedianya siklus menu, peraturan penggunaan bahan tambahan
pangan (BTP), bahan yang akan diolah, peralatan pengolahan bahan
makanan, aturan penilaian dan prosedur tetap pengolahan.
Pengolahan makanan di RSIF diklasifikasikan berdasarkan jenis bahan
yang diolah, jenis diet dan kelas perawatan meliputi:
a. Pengolahan makanan pokok ( Nasi, bubur)
b. Pengolahan makanan pasien VIP, kelas I, Kelas II dan kelas III
c. Pengolahan makanan Diet, Saring dan makanan cair
Perangkat Pendukung:
a. SPO Persiapan Bahan Makanan sebelum diolah
b. SPO Pengolahan

7. Distribusi Makanan
Pendistribusian makanan adalah serangkaian kegiatan penyaluran
makanan sesuai jumlah porsi dan jenis makanan konsumen yang dilayani
(makanan biasa dan makanan khusus). Tujuan pendistribusian makanan ialah
agar konsumen mendapat makanan sesuai diet dan ketentuan yang berilaku.
Prasyarat pendistribusian makanan meliputi : adanya standar pemberian
makanan rumah sakit, tersedianya standar porsi, peraturan pengambilan
makanan, bon permintaan bahan makanan, tersedianya makanan sesuai
dengan ketentuan diet pasien / kebutuhan konsumen. Tersedianya peralatan
makan, sarana pendistribusian makanan, tersedianya tenaga pramusaji dan
adanya jadwal pendistribusian makanan didapur utama.
Sistem penyaluran makanan yang umumnya dilaksanakan di rumah
sakit ada 3 sistem yaitu:
a. Sistem penyaluran makanan yang dipusatkan (sentralisasi)
b. Sistem penyaluran makanan yang tidak dipusatkan (desentralisasi)
c. Sistem penyaluran makanan kombinasi antara sentralisasi dengan
desentralisasi.
o Perangkat Pendukung:
a. SPO Penyaluran Makanan di Unit Produksi Makanan
b. SPO Distribusi Makanan Secara Sentralisasi
c. SPO Distribusi Makanan Secara Desentralisasi
d. SPO Pendistribusian Makanan di Ruang Rawat inap

8. Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman


Tujuan higiene sanitasi adalah mencegah kontaminasi makanan dan
minuman oleh mikroorganisme patogen dan bahan beracun atau berbahaya
dan mencegah penyebaran infeksi ke pasien dan karyawan rumah sakit
melalui makanan / minuman yang disajikan di rumah sakit.
Higiene sanitasi di Unit Produksi Makanan meliputi:
a. Tenaga Penjamah Makanan
b. Bahan Makanan
c. Tempat penyimpanan bahan makanan
d. Tempat pengolahan
e. Tempat penyajian
f. Tempat Distribusi
g. Peralatan makan dan masak
h. Pemeriksaan cemaran mikroba pada makanan, alat makan / masak dan
tenaga penjamah dilaksanakan setiap bulan sekali.
Perangkat Pendukung meliputi :
a. SPO Hiegiene dan sanitasi
b. SPO Kesehatan dan Keselamatan Kerja
c. SPO Penanganan alat makan terinfeksi.

D. Penelitian dan Pengembangan Gizi Terapan


Kegiatan penelitian dan pengembangan gizi di Instansi rumah sakit
merupakan pendukung pelayanan gizi rumah sakit dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan gizi. Penelitian gizi terapan disusun
berdasarkan kaidah penelitian berdasarkan usulan / proposal penelitian, bisa
mandiri atau bekerja sama dengan Departemen bagian, Unit lain di dalam
maupun diluar Rumah Sakit Islam Faisal
Kegiatan penelitian dan pengembangan gizi terapan diupayakan
memanfaatkan sarana, fasilitas dan dana yang tersedia. Penelitian dan
pengembangan gizi dalam lingkup pelayanan gizi diutamakan teknologi
makanan, cara kerja dan hasil kerja menyederhanakan proses pelayanan.
Berbagal topik penelitian dan pengembangan gizi terapan diantaranya
terjadinya kurang gizi di rumah sakit, kepatuhan diet, asupan makanan pasien,
pengembangan standar terapi gizi, standar resep, proses asuhan gizi dan
standar formula enteral.
BAB IV
MONITORING DAN EVALUASI KEGIATAN PELAYANAN GIZI

Merupakan salah satu fungsi manajemen yang mengusahakan agar


kegiatan pelayanan gizi terlaksana sesuai dengan rencana, instruksi, pedoman,
standar, peraturan dan hasil yang telah ditetapkan sebelumnya agar
mencapai tujuan yang diharapkan.
Monitoring bertujuan agar pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana
dan kebijakan yang ditetapkan dapat mencapai sasaran yang dikehendaki dan juga
bertujuan untuk membina pegawai yang disiplin, jujur dan berwibawa.
Evaluasi pelayanan gizi merupakan salah satu implementasi fungsi
manajemen yang bertujuan untuk menilai pelaksanaan kegiatan pelayanan gizi
sesuai dengan rencana dan kebijakan yang telah disusun sehingga dapat mencapai
sasaran yang dikehendaki. Melalui penilaian, dapat memperbaiki rencana
yang lalu bila diperlukan atau membuat rencana program yang baru.
Pada kegiatan evaluasi tekanan penilaian dilakukan terhadap masukan,
proses, luaran, dampak untuk menilai relevansi kecukupan, kesesuaian dan
kegunaan. Dalam hal ini diutamakan luaran atau hasil yang dicapai. Sasaran
monitoring dan evaluasi pelayanan gizi adalah semua dokumen pelaksanaan
kegiatan asuhan gizi di ruang rawat inap, rawat jalan. dalam upaya meningkatkan
mutu asuhan gizi maka pelaksanaan semua kegiatan Asuhan Gizi harus dilakukan
pencatatan dan pelaporan.
Pencatatan dan pelaporan adalah serangkaian kegiatan pengumpulan data
dan pengolahan data kegiatan dalam jangka waktu tertentu, untuk menghasilkan
bahan bagi penilaian kegiatan maupun untuk pengambilan keputusan. Pencatatan
dilakukan pada setiap langkah kegiatan yang dilakukan. Pelaporan dilakukan
secara berkala sesuai dengan kebutuhan.

 Monitoring dan Evaluasi Pada Penyelenggaraan Makanan:


A. Bagian Administrasi
1. Menginventarisasi mengenai kegiatan yang akan dimulai
2. Merekap jumlah kegiatan pengadaan makanan harian, bulanan dan
tahunan.
3. Mencatat pembelian dan pengeluaran dan rata-rata harga makanan
per porsi / orang / hari.
4. Mencatat semua permintaan makanan dari ruang rawat inap & pegawai
Dinas 24 jam
5. Mengumpulkan data tentang pelaksanaan penyediaan, pengolahan &
penyaluran makanan pasien
6. Melakukan evaluasi kegiatan penyediaan pengolahan &
penyaluran makanan sesuai dengan ukuran keberhasilan yang telah
ditetapkan dalam rencana
7. Menjelaskan kepada petugas lain maksud dan tujuan monitoring
8. Mengkoordinir petugas yang melaksanakan monitoring
9. Membuat formulir pelaksanaan penilaian dan membuat formulir perlahan
staf pelaksana.
10. Membandingkan tujuan yang telah dicapai dengan rancangan yang
telah ditentukan

B. Bagian Penunjang
1. Mencatat penerimaan bahan makanan
2. Mencatat pemakaian bahan makanan
3. Melakukan Inventafisasi alat & perlengkapan
4. Pencatatan Stok bahan makanan

C. Bagian Pengolahan dan Distribusi Makanan


1. Memonitoring ketepatan diet / porsi dilakukan satu kali dalam satu minggu
dengan metode sampling
2. Monitoring mutu makanan dengan metode organoleptik dilakukan setiap
hari.
3. Monitoring suhu ruangan cokiroom penyimpanan bahan
makanan dilakukan 3 x sehari.
4. Monitoring suhu ruangan penyimpanan bahan makanan kering dilakukan
2 x sehari.
5. Monitoring suhu makanan.
6. Monitoring mutu makanan melalui uji mikroba pada makanan, peralatan
dan penjamah makanan satu kali dalam sebulan
7. Monitoring kebersihan ruangan, lantai dan peralatan masak serta APD
8. Melakukan evaluasi kegiatan penyediaan pengolahan &
penyaluran makanan sesuai dengan ukuran keberhasilan yang telah
ditetapkan dalam rencana
9. Melakukan monitoring dan evaluasi menu setiap hari
10. Evaluasi standar resep dan standar bumbu,
11. Ketepatan waktu distribusi
12. Tenaga pelaksana pengolahan dan persiapan.

D. Gizi Ruang Rawat inap


1. Buku catatan harian pasien tentang diet, perkembangan diet dan catatan
makanan yang dihabiskan.
2. Pencatatan kunjungan awal pasien.
3. Pencatatan skrining lanjut.
4. Pencatatan Asuhan Gizi pada Rekam Medik Pasien
5. Pencatatan ketepatan diet pasien
6. Pencatatan kejadian Hospital Malnutrition.
7. Pencatatan konseling gizi ( jumlah dan jenis diet)
8. Laporan harian, bulanan, triwulan dan tahunan kegiatan asuhan gizi.
9. Melaksanakan kunjungan keliling/ronde kepada pasien untuk
mengevaluasi perterimaan makanan
10. Melakukan perubahan makanan/diet pasien sesuai dengan hasil evaluasi
makanan dan hasil pemeriksaan lain.
11. Melaksanakan evaluasi sesuai ukuran keberhasilan yang telah ditentukan
dalam rencana.

E. Gizi Ruang Rawat Jalan


1. Pencatatan registrasi kunjungan awal pasien.
2. Pencatatan kegiatan konseling gizi (jenis dan jumlah diet).
3. Pencatatan Kegiatan Penyuluhan Gizi
4. Pencatatan Kunjungan Ulang pasien
5. Laporan Harian, bulanan dan tahunan
BAB V

KETETAPAN-KETETAPAN

1. Ketetapan Penyusunan Anggaran Belanja Bahan Makanan dan


Peralatan
1. Penyusunan Anggaran Belanja makanan adalah suatu kegiatan
penyusunan anggaran biaya yang diperlukan untuk pengadaan bahan
makanan bagi konsumen/pasien yang dilayani.
2. Tujuan Penyusunan anggaran adalah tersedianya taksiran anggaran
belanja makanan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan macam
dan jumlah bahan makanan bagi konsumen / pasien yang dilayani.
3. Anggaran belanja tahunan dihitung berdasarkan jumlah pasien /
konsumen yang mendapat makanan tahun lalu dengan memperhitungkan
kemungkinan yang akan dihadapi dimasa datang.
4. Perencanaan anggaran diusulkan setiap bulan September setiap tahunnya.
(Untuk Anggaran DIPA yang digunakan oleh pasien kelas III).
5. Penggunaan dana DIPA dilakukan melalui pihak ketiga dengan sistem
tender, yang berlaku selama satu (1) tahun.
6. Untuk anggaran VIP Utama, VIP, kelas I dan kelas II menggunakan
anggaran RBA, Pelaksanaan pembelian dengan penunjukan langsung
melalui pihak ketiga yang berlaku selama 3 bulan.
7. Anggaran belanja untuk peralatan dan pemeliharaan diusulkan sesuai
dengan kebutuhan dan rencana pemeliharaan berkoordinasi dengan
bagian pemeliharaan sarana rumah sakit. Dan diusulkan melalui anggaran
RBA dan DIPA.
8. Data yang dipakai untuk merencanakan anggaran bahan makanan adalah
jumlah konsumen tahun lalu, harga yang pada saat penyusunan anggaran
dan perkiraan kenakan harga dan konsumen, serta menu yang dipakai
pada saat itu
2. Pengadaan Bahan Makanan
1. Sebelum melakukan pengadaan bahan makanan diperlukan data jumlah
pasien harian, siklus menu dan standar porsi.
2. Berdasarkan jumlah pasien hari ini dibuat perencanaan pengadaan bahan
makanan untuk berikutnya.
3. Dengan menggunakan formulir kebutuhan bahan makanan pasien, maka
dihitung kebutuhan bahan makanan sesuai menu dan standar porsi bahan
makanan basah dan kering.
4. Untuk pesanan bahan makanan basah dipesankan tiap hari dan diterima
setiap pagi.
5. Untuk bahan makanan kering, kebutuhan produksi harian dipesankan tiap
hari ke gudang besar, dan pembeliannya dilakukan setiap 10 hari sekali.
6. Perencanaan bahan makanan yang sudah dibuat, diketik untuk dibuatkan
nota pesanan kepada pemasok barang / leveransir.
7. Nota pesanan untuk kelas VIP, Kelas I dan Kelas II terpisah dengan nota
pesanan bahan makanan pasien kelas III.
8. Bahan makanan yang masuk I yang dipesan diperiksa dan diterima oleh
panitia pemeriksa barang dan bagian penerimaan bahan makanan
Instalasi Gizi.

3. Ketetapan Tentang Penerimaan Bahan Makanan


1. Penerimaan bahan makanan adalah suatu kegiatan yang meliputi
pemeriksaan/penelitian, pencatatan dan pelaporan tentang macam,
kualitas, dan kuantitas bahan makanan yang diterima sesuai dengan
pesanan serta spesifikasi yang telah ditetapkan.
2. Tujuan dan penerimaan ini adalah tersedianya bahan makanan yang siap
untuk diolah.
3. Rekanan membawa daftar penyerahan bahan makanan setiap hari sesuai
dengan jenis dan jumlah bahan yang dibawa.
4. Panitia memeriksa dan meneliti jumlah dan kualitas bahan makanan yang
akan diterima dan disesuaikan dengan spesifikasi bahan yang telah
ditetapkan.
5. Panitia penerima berhak menolak barang yang sudah datang apabila tidak
sesuai dengan spesifikasi.
6. Barang yang telah ditolak harus segera diganti dengan yang sesuai, supaya
tidak mengganti kegiatan pengolahan.
7. Bahan makanan basah langsung diserahkan kebagian pengolahan dan
bahan makanan kering diserahkan kebagian gudang bahan makanan kering
untuk disimpan.
8. Tanda terima barang dianggap sah apabila panitia sudah menandai barang
yang masuk dan menanda tangani surat penyerahan barang.
9. Bagian penerima barang mencatat jenis dan jumlah barang yang masuk
setiap hari dan melaporkan ke bagian Administrasi setiap 10 hari sekali.

4. Ketetapan Penyimpanan Bahan Makanan


1. Penyimpanan bahan makanan adalah suatu tata cara menata, menyimpan,
memelihara keamanan bahan makanan kering dan basah baik kuantitas
maupun kualitas di gudang bahan makanan serta pencatatan dan
pelaporannya.
2. Tujuan dan penyimpanan ini adalah tersedianya bahan siap pakal dengan
kualitas dan kuantitas yang tepat sesuai dengan perencanaan.
3. Setelah barang yang dipesan diterima oleh bagian penerimaan barang,
maka barang segera dimasukkan keruang penyimpanan gudang atau
gudang pendingin.
4. Penyimpanan bahan makanan kering dilakukan dengan sistem Fisrt
In Fisrt Out ( FIFO ). Untuk mengetahui bahan makanan yang
ditenma diben tanda tanggal penerimaan.
5. Bahan makanan digudang harus ditempatkan secara teratur menurut
macam, golongan atau urutan pemakaian bahan makanan
6. Pencatatan bahan masuk dan keluar harus segera dilakukan untuk
menghindari kesalahan dalam pencatatan. Pencatatan dilakukan dikartu
stock dan buku pengeluaran dan penerimaan BM.
7. Kartu stock harus disimpan disamping barang yang bersangkutan.
8. Gudang dibuka pada waktu yang telah ditetapkan dan dilarang masuk
bagi yang tidak berkepentingan. Pintu harus selalu terkunci pada saat
tidak ada kegiatan.
9. Semua bahan yang disimpan harus tertutup dan diwadahi serta diletakkan
dirak bertingkat yang cukup kuat dan tidak menempel pada dinding.
10. Suhu ruangan diusahakan antara 19-21 derajat celsius.
11. Pembersihan ruangan dilakukan secara periodik, minimal 2 kali
seminggu. Penyemprotan dengan insektisida hendaknya dilakukan secara
periodik dengan mempertimbangkan keadaan ruangan.
12. Semua lubang yang ada harus berkasa.
13. Untuk penyimpanan bahan makanan basah, suhu harus diusahakan betul-
betul sesuai dengan keperluan bahan makanan, agar tidak menjadi rusak.
14. Pengecekan suhu dilakukan dua kali sehari dan pembersihan lemari
es/ruangan pendinginan dilakukan tiap hari.
15. Semua bahan makanan yang disimpan sebaiknya dibungkus plastik atau
kertas timah.
16. Jangan menempatkan bahan makanan yang berbau keras bersama bahan
makanan yang tidak berbau.
17. Khusus untuk penyimpanan sayuran dan buah, harus betul-betul
diperhatikan sifat buah dan sayur sebelum disimpan dilemari es/ruang
pendingin.
18. Pencatatan dan pelaporan stock dilakukan setiap 10 hari dan setiap bulan
diserahkan kebagian Administrasi.
19. Data untuk pemesanan bahan makanan kering dibuat setiap 10 hari sekali,
setiap tanggal, 1, 11 dan 21 setiap bulan sesuai siklus menu. Dan
diserahkan ke bagian Administrasi untuk dibuatkan nota pesanan

5. Ketetapan Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Pelayanan Gizi


A. Bagian Administrasi
1. Menginventarisasi mengenai kegiatan yang akan dimulai
2. Menentukan target penilaian & ukuran keberhasilan dari masing-masing
kegiatan
3. Mencatat semua permintaan makanan dari ruang rawat inap & pegawai
Dines 24 jam
4. Membuat ukuran keberhasilan
5. Mengumpulkan data tentang pelaksanaan penyediaan, pengolahan &
penyaluran makanan pasien
6. Menganalisa data pelaksanaan
7. Melakukan evaluasi kegiatan penyediaan pengolahan & penyaluran
makanan sesuai dengan ukuran keberhasilan yang telah ditetapkan dalam
rencana
8. Menjelaskan kepada petugas lain maksud dan tujuan monitoring
9. Mengoordinir petugas yang melaksanakan monitoring
10. Membuat formulir pelaksanaan penilaian
11. Membuat formulir penilaian staf pelaksana
12. Membandingkan tujuan yang telah dicapai dengan rancangan yang telah
ditentukan

B. Bagian Logistrik
1. Mencatat penerimaan bahan makanan
2. Mencatat pemakaian bahan makanan
3. Melakukan inventarisasi alat & perlengkapan
3. Pencatatan Stok bahan Makanan

C. Bagian Produksi dan Distribusi Makanan


1. Melakukan evaluasi kegiatan penyediaan pengolahan & penyaluran
makanan sesuai dengan ukuran keberhasilan yang telah ditetapkan dalam
rencana
2. melakukan evaluasi menu setiap hari
3. Evaluasi standar resep dan standar bumbu
4. Ketepatan waktu distribusi
5. Tenaga pelaksana pengolahan dan persiapan.

D. Gizi Ruang Rawat Inap


1. Melaksanakan kunjungan keliling/ronde kepada pasien untuk
mengevaluasi penerimaan makanan
2. Melakukan kunjungan keliling/ronde bersama tim kesehatan di ruang
rawat inap
3. Melakukan perubahan makanan/diet pasien sesuai dengan hasil evaluasi
makanan dan hasil pemeriksaan lain.
4. Membaca dokumen medik untuk mengetahui kemajuan kesehatan pasien
5. Mencatat hasil monitoring dan evaluasi pada dokumen medik
6. Menampung keluhan dan permasalahan gizi dari petugas gizi dan non gizi
di ruang rawat map
7. melakukan pencatatan dan pelaporan pelayanan gizi di ruang rawat map
8. Melaksanakan evaluasi sesuai ukuran keberhasilan yang telah ditentukan
dalam rencana.

E. Gizi Ruang Rawat Jalan


1. Melaksanakan monitoring dan evaluasi penyuluhan/konsultasi gizi &
Rujukan Gizi
2. Memonitor dan mengevaluasi kegiatan penyuluhan/konsultasi gizi &
rujukan gizi
3. Melakukan anamnese gizi pada kunjungan ulang pasien berobat jalan
untuk mengetahui
4. Ketepatan/ketaatan melakukan diet
5. Keberhasilan melakukan diet
6. Mengecek berat badan dan hasil laboratorium
7. Membuat daftar kunjungan pasien dalam periode waktu tertentu dan
menganalisanya
8. Membuat instrument penilaian/kueschioner yang diberikan kepada pasien
yang pernah diberi penyuluhan/konsultasi gizi dan menganalisanya
9. Melakukan penilaian sesuai dengan ukuran keberhasilan yang telah
ditentukan dalam rencana.

6. Ketetapan Pencatatan, Pelaporan dan Evaluasi


1. Pencatatan pelaporan adalah serangkaian kegiatan pengumpulan dan
pengolahan data kegiatan pelayanan gizi Rumah Sakit dalam jangka
waktu tertentu, untuk menghasilkan bahan bagi penilaian kegiatan
pelayanan gizi rumah sakit dan pengambilan keputusan.
2. Pencatatan dilakukan disetiap langkah kegiatan yang dilakukan dan
pelaporan dilakukan berkala sesuai dengan kebutuhan rumah sakit (harian,
mingguan, sepuluh hari, sebutan, triwulan atau tahunan).
3. Ada tiga hari pokok yang merupakan kegiatan pencatatan dan pelaporan
di Instatasi Gizi yaitu:
a. Pencatatan pelaporan tentang ketenagaan/personel
b. Pencatatan dan pelaporan tentang inventaris peralatan
c. Pencatatan pelaporan tentang operasional Pelayanan Gizi Rumah Sakit
(PGRS).
4. Semua laporan disampaikan kepada Kepala Instalasi Gizi untuk
selanjutnya disampaikan kepada Direktur Rumah Sakit melalui bagian
perencanaan.
5. Semua pencatatan dilakukan oleh masing-masing bagian dan dilaporkan
secara berkala kepada bagian Administrasi untuk pembuatan laporan
kegiatan.
6. Pencatatan dan Pelaporan Pengadaan Makanan
a. Formulir Pemesanan Bahan makanan harian
b. Pencatatan bahan makanan yang diterima oleh bagian gudang Instalasi
Gizi pada hari itu
c. Pencatatan sisa bahan makanan (harian, bulanan), meliputi bahan
makanan basah dan bahan makanan kering.
d. Pencatatan data permintaan/pemesanan bahan makanan berdasarkan
bonbon pemesanan dari masing-masing unit kerja
7. Pencatatan dan Pelaporan Tentang Penyelenggaraan Makanan
a. Buku laporan timbang terima antara pergantian rotasi (berisi pesan-
pesan yang penting)
b. Buku laporan pasien baru / yang berdiet khusus
c. Buku laporan pasien baru makanan biasa
d. Buku laporan pergantian / pertukaran diet pasien
8. Pencatatan dan Pelaporan Tentang Perlengkapan Peralatan Instalasi Gizi
a. Membuat kartu inventaris peralatan masak
b. Membuat kartu inventaris peralatan makan
c. Membuat kartu Inventaris peralatan kantor
d. Buku Inventaris peralatan keseluruhan
e. Formulir untuk pelaporan alat-alat masak
f. Formulir daftar kekuatan pasien dalam sehari.
g. Laporan jumlah pasien pada pagi hari setiap harinya
h. Laporan jumlah petugas yang dilayani instalasi Gizi.
9. Pencatatan dan Pelaporan Anggaran Belanja Bahan Makanan
a. Pencatatan tentang pemasukan dan pemakaian bahan makanan harian
selama 1 kali putaran menu.
b. Perhitungan tentang rencana kebutuhan bahan makanan untuk yang
akan datang selama triwulan/tahunan.
c. Rekapitulasi tentang pemasukan dan pemakaian bahan makanan.
d. Perhitungan harga rata-rata pemakaian bahan makanan perorang per
hari dalam satu kali putaran menu.
e. Pelaporan tentang kondite rekanan harian/tahunan.
f. Pencatatan tentang penggunaan bahan bakar perbulan.
10. Pencatatan dan Pelaporan Gizi di Ruang Rawat map.
a. Buku catatan harian pasien tentang perkembangan diet termasuk
catatan makanan sisa yang tidak dihabiskan.
b. Formulir permintaan makanan untuk pasien baru
c. Formulir pembatalan makanan untuk pasien pulang
d. Formulir perubahan diet
e. Formulir permintaan makan pagi, slang dan sore.
f. Laporan harian tentang kegiatan penyuluhan
11. Pencatatan dan Pelaporan di Ruang Penyuluhan dan Konsultasi
Gizi/Polikilnik Gizi.
a. Mencatat registrasi pasien yang baru datang
b. Membuat/mengisi leaflet sesuai standar dan penyakitnya.
c. Formulir anamnesis
d. Formulir Frekuensi makanan
e. Formulir status pasien
f. Membuat laporan penyuluhan.

7. Ketetapan Pengawasan dan Pengendalian Mutu


1. Pengawasan m erupakan salah satu fungsi manajemen yang
mengusahakan agar pekerjaan atau kegiatan terlaksana sesuai dengan
rencana, instruksi, pedoman, standar, peraturan dan hasil yang telah
ditetapkan sebelumnya agar mencapai tujuan yang diharapkan.
2. Tujuan pengawasan adalah agar pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
rencana dan kebijakan yang ditetapkan dapat mencapai sasaran yang
dikehendaki. Selain itu pengawasan bertujuan untuk membina aparatur
negara yang bersih dan berwibawa.
3. Pengendalian merupakan bentuk atau bahan untuk melakukan pembetulan
atau perbaikan pelaksanaan yang terjadi sesuai dengan arah yang
ditetapkan.
4. Pengawasan dan pengendalian merupakan unsur penting yang harus
dilakukan dalam proses manajemen.
5. Evaluasi/Penilaian merupakan salah satu implementasi fungsi
manajemen. Evaluasi bertujuan untuk menilai pelaksanaan kegiatan sesuai
dengari rencana dan kebijaksanaan yang disusun sehingga dapat mencapai
sasaran yang dikehendaki.
6. Bentuk- bentuk pengawasan dan pengendalian:
a. Pencatatan dan pelaporan

o Pencatatan dan Pelaporan Pengadaan Makanan

o Pencatatan dan Pelaporan tentang Penyelenggaraan Makanan


o Pencatatan dan Pelaporan tentang Perlengkapan Peralatan
Instalasi Gizi
o Pencatatan dan Pelaporan Anggaran Belanja Bahan Makanan
o Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan Gizi di Ruang Rawat Inap
o Pencatatan dan Pelaporan di Ruang Penyuluhan dan Konsultasi
Gizi/Poliklinik Gizi.
b. Pengawasan Standar Porsi
c. Pengawasan Harga
d. Pengendalian biaya
1. Pengawasan Standar Porsi
1) Untuk bahan makanan (padat) pengawasan porsi dilakukan dengan
penimbangan
2) Untuk bahan makanan yang cair atau setengah cair seperti susu dan
bumbu dipakai gelas ukuran/liter malt, sendok ukuran atau alat ukur lain
yang sudah distandarisasi atau bila perlu ditimbang.
3) Untuk pemotongan bentuk bahan makanan yang sesuai untuk jenis
hidangan, dapat dipakai alat-alat pemotongan atau dipotong menurut
petunjuk.
4) Untuk memudahkan persiapan sayuran dapat diukur dengan
kontainer/panci yang standar dan bentuk sama
5) Untuk mendapatkan porsi yang tetap (tidak berubah-ubah harus digunakan
standar porsi dan standar resep.

2. Pengawasan Harga
1) Tetapkan policy/kebijakan keuangan yang ingin dicapai
2) Buat format isian pelaksanaan pencatatan pelaporan yang baku untuk
pengawasan
a. Pencatatan pemasukan, penerimaan bahan makanan harian tiap putaran
menu, bulanan, triwulan dan tahunan.
b. Kalkulasi harga pemasukan bahan makanan, harga pemakaian bahan
makanan untuk setiap putaran menu, bulanan, triwulan dan tahunan.
c. Perhitungan stock bahan makanan akhir.
d. Kumpulkan data klien harian, satu putaran menu, bulanan, triwulan
dan tahunan.
e. Biaya overhead dicatat harian, setiap putaran menu, bulanan, triwulan
dan tahunan.
3) Kalkulasi pemasukan dan pengeluaran bahan makanan berikut nilai
rupiahnya setiap saat dan pada periode tertentu yang telah ditentukan.
4) Hitung biaya per porsi atau biaya per orang per hari.

8. Ketetapan Penelitian Gizi Terapan


1. Kegiatan penelitian dan pengembangan gizi terapan gizi di Instalasi Gizi
Rumah Sakit adalah kegiatan yang mendukung pelaksanaan kegiatan gizi,
merupakan kegiatan yang terencana dan terus menerus dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan gizi yang diberikan di Rumah Sakit.
2. Macam dan rangkaian kegiatan penelitian yang dilakukan disusun
berdasarkan urutan dan prioritas yang dianggap penting dan sesuai dengan
kebutuhan pelayanan gizi rumah sakit yang bersangkutan.
3. Kegiatan penelitian dan pengembangan gizi diupayakan dengan
mendayagunakan sarana, fasilitas dan dana yang tersedia.
4. Tujuan kegiatan penelitian dan pengembangan gizi ini adalah agar
dihasilkan cara kerja yang tepat untuk mencapai kualitas pelayanan gizi
yang tepat dan aspek klinis dan gizi terapan.
5. Agar kegiatan penelitian dan pengembangan ml dapat dimanfaatkan rumah
sakit lain, maka seharusnya dilakukan dokumentasi penelitian dan
pengembangan untuk setiap kegiatan.
6. Dalam dokumentasi tercantum hal-hal mengenai:
a. Judul penelitian
b. Latar belakang
c. Tujuan penelitan
d. Tinjauan Pustaka
e. Metode
f. Sumber daya dan dana
7. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian dapat dikelompokkan berdasarkan aspek Asuhan
Gizi dan penyelenggaraan makanan di rumah sakit yaitu:
a. Mandiri
b. Kerja sama dengan unit lain dan instansi yang terkait, baik didalam
maupun diluar unit pelayanan gizi
c. Luar rumah sakit
8. Ruang Lingkup Pengembangan
Kegiatan pengembangan diunit pelayanan gizi dapat dilakukan pada
berbagai aspek penting untuk pengembangan mutu pelayanan gizi.
Berbagai aspek penting yang dapat dikembangkan adalah:
a. Standar terapi diet
b. Standar resep
c. Standar porsi
d. Standar formula I makanan enteral
e. Program komputerisasi pelayanan gizi / perangkat lunak
f. Teknologi proses pengolahan makanan
9. Ketetapan Produksi dan Distribusi Makanan Pasien
1. Bagian produksi makanan terdiri dan bagian persiapan bahan makanan dan
bagian pengolahan bahan makanan.
2. Alur kerja dimulai dan persiapan bahan makanan sampai pada
pendistribusian makanan di loket.
3. Bahan makanan yang telah diterima oleh panitia pemeriksa dan penerima
barang, dan bahan makanan kering dari gudang diserahkan kebagian
produksi makanan.
4. Bagian produksi makanan, membuat realisasi pemakaian bahan makanan
sesuai dengan menu, standar porsi den kelas perawatan berdasarkan
rekapan jumlah pasien pada hari itu.
5. Bahan makanan yang diterima dibagi menurut kelas pengolahan dan waktu
makan pasien yaitu siang, sore dan malam untuk sarapan pagi.
6. Lauk hewani langsung dibersihkan dan dipotong oleh bagian persiapan
lauk dan dibagi sesuai dengan les yang sudah dibuat oleh pengawas.
7. Sayur untuk pagi dan sore dikerjakan oleh bagian persiapan sayur,
sedangkan sayur untuk sarapan pagi dikerjakan oleh petugas dinas malam.
8. Pengawas persiapan bertanggung jawab terhadap bahan makanan yang
disiapkan untuk pemasakan sore dan malam hail, dan hams dilakukan
serah terima barang dengan penanggung jawab dinas selanjutnya ( dengan
menggunakan buku serah terima)
9. Bagian pengolahan makanan terdiri dan pengolahan VIP, pengolahan kelas
I, pengolahan kelas II dan III serta pengolahan Diet.
10. Masing-masing petugas pengolahan mengambil bahan makanan yang
sesuai dengan menu dan kelas perawatan, kemudian diolah sampai
mendistribusikan di loket dan melakukan serah terima dengan petugas gizi
ruangan mencakup jumlah dan jenis sesuai dengan yang dipesan.
11. Kebersihan alat masak dan sarana memasak seperti kompor adalah
tanggung jawab masing-masing petugas pengolahan.
12. Buah dan snack pegawai dibagikan oleh petugas dibagian distribusi buah
dan snack
13. Pendistribusian makanan dilakukan dengan 2 cara yaitu sentralisasi untuk
pasien kelas III dan desentralisasi untuk pasien VIP, Kelas I dan kelas II.
14. Makanan dibagikan ke ruangan rawat inap sesuai jam yang telah
ditetapkan yaitu:
a. Makan Siang :jam 12.00 - 13.00 wita
b. Makan malam : jam 18.00 - 19.00 wita
c. Sarapan Pagi : jam 06.00 - 07.00 wita
15. Petugas pengolahan dan distribusi makanan harus menggunakan baju kerja
dan tutup kepala pada waktu jam kerja.
16. Pencatatan pasien baru dan pulang harus dilakukan setiap hari.
17. Pengawas pengolahan harus mencatat kondisi makanan setiap waktu
makan dan menilai penampilan dan uji cita rasa sebelum makanan
disajikan.
18. laporan kegiatan dan penggunaan bahan makanan dilakukan setiap bulan.

10. Ketetapan Penyusunan Formula , Perencanaan Menu dan


Perencanaan Kebutuhan
A. Penyusunan Formula
1. Penyusunan Formula diperlukan bagi pasien yang memerlukan makanan
enteral total atau sebagai tambahan / suplemen.
2. Formula yang dipakai di rumah sakit terdiri dan Formula Rumah Sakit dan
Formula Komersial.
3. Untuk Formula Rumah Sakit dibuat dengan standar:
a. Menggunakan susu Full Cream untuk indikasi pasien lambung, usus
halus dan kolon yang masih normal
b. Makanan yang diblender untuk yang memerlukan tambahan makanan
berserat
c. Rendah Laktosa untuk pasien yang intolerance laktosa
d. Tanpa susu untuk pasien yang alergi dengan susu.
4. Makanan Formula Komersial terdini dari:
a. Formula bebas laktosa
b. Formula dengan MCT
c. Formula yang mengandung BCAA
d. Formula tinggi protein
e. Formula Rendah Protein
f. Formula dengan protein berhidrolisa
g. Formula tanpa susu
h. Formula dengan serat
i. Rendah sisa dan Indeks Glikemik rendah
5. Nilai gizi Formula adalah 1 kalori untuk 1 ml cairan.
6. Pemberian Formula total enteral antara 1500 - 2000 kalori / hari

B. Perencanaan Menu
1. Penyusunan menu dilakukan oleh tim Instalasi Gizi yang diketuai oleh
Kepala Instalasi Gizi.
2. Penyusunan menu disesuaikan dengan biaya yang tersedia dan kelas
perawatan pasien serta musim.
3. Menu disusun dengan siklus menu 10 hari, dan disesuaikan dengan kelas
perawatan dan jenis penyakit pasien.
4. Menu yang disusun terdiri dari:
a. Menu makanan biasa
b. Menu makanan lunak
c. Menu makanan Diet / Khusus
d. Menu makanan Formula
e. Menu pilihan
5. Formula diet untuk makanan enteral terdiri dan Formula Rumah Sakit
(FRS), dan Formula Komersial (FK). Standar ditetapkan oleh Instalasi
Gizi sesuai dengan kebutuhan dan kelas perawatan serta harga produk
komersial.
6. Standar porsi makanan ditetapkan sesuai dengan jenis bahan dan jenis
masakannya dan sesuai dengan kelas perawatan
7. Perencanaan kebutuhan bahan makanan dihitung berdasarkan menu.
jumlah pasien dan standar porsi yang telah ditetapkan.
8. Standar diet yang digunakan mengacu pada Buku Penuntun Diet Edisi
Baru tahun 2004. Evaluasi menu dilakukan minimal setiap 6 bulan atau
sesuai dengan kebutuhan jika ada masalah yang mendesak.

11. Perhitungan Kebutuhan Bahan Makanan


1. Perhitungan kebutuhan bahan makanan dilakukan untuk merencanakan
kebutuhan pengadaan bahan makanan pasien dan pegawai.
2. Tujuan agar tercapainya usulan anggaran dan kebutuhan bahan makanan
untuk pasien dalam satu tahun anggaran.
3. Syarat untuk membuat perencanaan kebutuhan pasien adalah: tersedianya
data peraturan pemberian makanan rumah sakit, tersedianya standar
makanan pasien, tersedianya jumlah pasien yang dilayani dan tersedianya
siklus menu.
4. Untuk perencanaan kebutuhan yang menggunakan anggaran DIPA /
APBN maka perencanaan kebutuhan bahan makanan dibuat satu tahun
sebelum masa pelaksanaannya.
5. Perencanaan dibuat setiap bulan September setiap tahunnya. Dan ini
digunakan untuk merencanakan kebutuhan bahan makanan pasien kelas
III.
6. Untuk pasien VIP Utama, VIP, kelas I dan kelas II, menggunakan
anggaran RBA rumah sakit, maka perencanaan kebutuhan bahan makanan
dilakukan setiap bulan.
7. Standar porsi yang digunakan untuk merencanakan kebutuhan bahan
makanan dibuat dalam berat kotor.

12. Ketetapan Pelayanan Gizi Ruang Rawat Inap


1. Serangkaian proses kegiatan pelayanan gizi yang berkesinambungan
dimulai dan perencanaan diet hingga evaluasi rencana diet pasien diruang
rawat map
2. Tujuan dari kegiatan ini memberikan pelayanan kepada pasien rawat inap
agar memperoleh gizi yang sesuai dengan kondisi penyakit, dalam upaya
mempercepat proses penyembuhan.
3. Kegiatan pelayanan gizi merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi:
a. Pengkajian status gizi (dengan melakukan anamnese gizi dan membaca
buku catatan medik pasien).
b. Membuat Diagnosa masalah Gizi Pasien
c. Penentuan kebutuhan gizi sesuai dengan status gizi dan penyakitnya
d. Penentuan macam atau jenis diet sesuai dengan penyakitnya dan cara
pemberian makanan.
e. Konseling gizi
f. Evaluasi dan tindak lanjut pelayanan gizi.
4. Pengkajian status gizi merupakan pengkajian dan basil pemeriksaan:
a. Antropometri, seperti : TB, GB, tebal lemak dan LILA serta
pengukuran lain sesuai dengan kebutuhan.
b. Pemeriksaan Fisik merupakan kesan klinis keadaan gizi, jangan lemak
sub kutan, trofi otot dan defisiensi zat gizi lain. Pemeriksaan Fisik
untuk mendeteksi adanya kelainan klinis yang berhubungan dengan
gangguan gizi atau untuk menentukan hubungan sebab akibat.
c. Hasil pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi adanya kelainan
biokimia dalam rangka mendukung diagnose penyakit serta
menegakkan masalah gizi pasien. Hasil ini juga untuk menentukan
intervensi gizi dan untuk memonitor / mengevaluasi terapi gizi.
5. Dalam melaksanakan kegiatan administrasi di ruang rawat inap dilakukan
kegiatan:
a. Mereka jumlah dan jenis diet sesuai kelas perawatan pasien setiap hari
b. Membuat daftar permintaan makanan pasien ke Instalasi gizi dengan
diketahui oleh kepala Ruangan Rawat Inap, dilakukan setiap hari
c. Membuat permintaan makanan untuk pasien baru, perubahan diet dan
pembatalan makanan pasien yang pulang dan meninggal.
d. Membuat asuhan gizi pasien baru
e. Melakukan recall untuk menilai asupan makanan pasien
f. Mencatat asuhan gizi pasien dalam formulir terintegrasi
g. Melakukan penimbangan pasien minimal 1 kali dalam seminggu
h. Memonitor basil pemeriksaan laboratorium
i. Memonitor perubahan diet sesuai dengan keadaan pasien.
j. Melaporkan kegiatan konsultasi / penyuluhan gizi pasien rawat inap
per bulan.
6. Melakukan distribusi makanan kepada pasien sesuai dengan kelas
perawatan.
7. Melakukan inventarisasi peralatan makan yang ada diruangan pantry
8. Melakukan konsultasi gizi / konseling diet minimal satu kali selama pasien
dirawat
9. Memberikan leaflet pada saat pasien mau pulang.
10. Evaluasi Diet di Ruang Rawat inap, dilakukan dengan : Memantau
pemberian makanan secara berkesinambungan untuk menilai proses
penyembuhan dan status gizi, hal yang dilakukan adalah:
a. Mencatat perubahan diet,
b. Bentuk makanan, asupan makanan,
c. Toleransi terhadap makanan yang diberikan, mual, muntah,
d. Keadaan klinis
e. Hasil laboratorium.

13. Ketetapan Penyuluhan dan Konsultasi Gizi


1. Pengertian pelayanan gizi rawat jalan adalah serangkaian proses kegiatan
pelayanan gizi yang berkesinambungan dimulai dan perencanaan diet,
pelaksanaan konseling diet hingga evaluasi rencana diet kepada klien /
pasien rawat jalan.
2. Tujuan pelayanan gizi rawat jalan adalah memberikan pelayanan gizi
kepada pasien rawat jalan agar memperoleh asupan makanan yang sesuai
dengan kondisi kesehatannya.
3. Kegiatan pelayanan gizi merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi:
a. Pengkajian status gizi (dengan melakukan anamnese gizi dan membaca
buku catatan medik pasien).
b. Penentuan kebutuhan gizi sesuai dengan status gizi dan penyakitnya
c. Penentuan macam atau jenis diet sesuai dengan penyakitnya dan cara
pemberian makanan.
d. Konseling gizi
e. Pemantauan dan Evaluasi dan tindak lanjut terapi gizi (kunjungan
ulang / kunjungan rumah bila diperlukan).
4. Langkah-langkah penyuluhan gizi rawat jalan:
a. Pasien poli gizi bisa datang sendiri, dirujuk dan poliklinik lain, dan
rujukan dan dokter praktek swasta.
b. Setiap pasien datang membawa lembaran konsul kecuali yang datang
langsung sendiri.
c. Pasien baru datang di registrasi/dicatat dibuku kunjungan poliklinik
d. Lakukan pengukuran antropometrik
e. Lakukan anamnese gizi untuk mengetahui pola makan / kebiasaan
makan pasien.
f. Penentuan terapi diet.
g. Mengisi leaflet untuk dibawa pasien pulang.
h. Penyuluhan / konseling diet dengan menggunakan food Model, leaflet,
poster dan daftar bahan makanan penukar.
i. Evaluasi materi penyuluhan dan konsultasi diet yang diberikan
5. Membuat laporan penyuluhan gizi setiap bulan ke Instalasi Gizi

14. Ketetapan Perhitungan Kebutuhan Diet Pasien dan Evaluasi Diet


A. Perhitungan Kebutuhan
Penentuan kebutuhan gizi diberikan kepada klien / pasien
dihitung berdasarkan kepada:
1. Status gizi pasien (Baik, kurang, buruk atau lebih)
2. Pemeriksaan klinis
3. Data Laboratorium
4. Selain itu juga perlu memperhatikan kebutuhan untuk penggantian zat gizi
(Replacement), kebutuhan harian, kebutuhan tambahan karena kehilangan.
(loss), serta tambahan untuk pemulihan jaringan atau organ yang sedang sakit.

B. Prosedur Perhitungan Diet Pasien


a. Mengumpulkan data identitas pasien meliputi umur, jenis kelamin, basil
pemeriksaan laboratorium dan diagnosa penyakit dengan membaca catatan
rekam medik.
b. Semua pasien yang baru masuk diukur TB, BB, dan LLA jika pasien tidak
dapat berdiri.
c. Hitung Indeks Massa Tubuh (IMT) pasien dengan formula BB (kg) dibagi TB
(m 2)
d. Cara menentukan kebutuhan gizi pasien dilakukan dengan umur, gender,
aktivitas fisik, serta kondisi khusus.
1. Energi : Komponen yang utama yang menentukan kebutuhan energi
adalah Angka Metabolisme Basal (AMB). Cara menentukan AMB dengan
menggunakan rumus Hams Benedict dengan rumus : laki-laki = 66 -- (13.7
x BB) + (5 x TB) - (6.8 x U) dan Perempuan = 655 + (9.6 x BB) + (1.8 +
TB) - (4.7 x U). BB = berat badan, TB = Tinggi Badan dan U = umur.
Total Energi = AMB x Aktivitas Fisik x Stress Faktor.
2. Protein, lemak dan karbohidrat sesuai kebutuhan;
1. Kebutuhan protein normal: 10 - 15 % dari kebutuhan energi total atau
0,8 - 1,0 gr / kg BB / hari, Kebutuhan minimal untuk mempertahankan
keseimbangan nitrogen adalah : 0,5 - 0,5 gr / kg BB / hari. Demam,
sepsis, operasi, trauma dan luka dapat meningkatkan katabolisme
protein, sehingga meningkatkan kebutuhan protein sampai 1.5 - 2,0
gr/kg BB / hari.
2. Kebutuhan lemak normal adalah 10 - 25 % dari kebutuhan energi total.
Kebutuhan dalam keadaan sakit tergantung jenis penyakit yaitu lemak
sedang, atau lemak rendah. Disamping itu ada juga penyakit tertentu
memerlukan modifikasi jenis lemak, berupa : Lemak jenuh < 10 %,
lemak tidak jenuh ganda 10 % dari energi total dan lemak tidak jenuh
tunggal 10 - 15 % energi total.
3. Karbohidrat dibutuhkan 60 - 75 % dan total energi. Atau sisa energi
setelah dikurangi energi yang berasal dari protein dan lemak. Selain
jumlah, kebutuhan karbohidrat dalam keadaan sakit sering dinyatakan
dalam bentuk karbohidrat yang dianjurkan. Misalnya untuk penyakit
DM, dislipidemia, konstipasi dibutuhkan serat tinggi 30 - 50 gr / hari,
sedangkan diare membutuhkan serat rendah < 10 % sehari.
4. Mineral dan vitamin dapat diambil dari Angka Kecukupan Gizi yang
dianjurkan (AKG). Disamping itu dipertimbangkan sifat penyakit,
simpanan dalam tubuh, kehilangan melalui urine, kulit dan saluran
cerna dan interaksi obat dan makanan. Untuk menjamin kebutuhan,
dalam keadaan tertentu vitamin dan mineral perlu ditambahkan dalam
bentuk suplemen.
5. Cairan dibutuhkan sebanyak : 1800 - 2500 ml atau 7 - 10 gelas air
sehari. Upaya penyembuhan membutuhkan hidrasi jaringan yang
cukup. Tambahan cairan diperlukan untuk mengganti kehilangan
cairan karena keringat berlebihan, muntah-muntah, diare, atau keadaan
lain yang menyebabkan kehilangan cairan secara berlebihan. Bila
asupan cairan tidak cukup melalui konsumsi makanan dan minuman
perlu dipertimbangkan pemberian cairan parenteral yang biasanya
disertai elektrolit.
6. Pasien dengan tambahan/suplemen gizi perlu dilakukan perhitungan
tersendiri, dengan memisahkan berapa kebutuhan untuk diet normal
dan berapa kebutuhan untuk suplemen, sehingga total kebutuhan diet
secara keseluruhan terpenuhI

C. Evaluasi Diet
1. Aktivitas utama dan proses evaluasi pelayanan gizi pasien adalah
memantau pemberian makanan secara berkesinambungan untuk menilai
proses penyembuhan dan status gizi pasien.
2. Pemantauan tersebut mencakup antara lain:
a. Perubahan diet
b. Bentuk makanan
c. Asupan makanan
d. Toleransi terhadap makanan yang diberikan
e. Mual, muntah, keadaan klinis defekasi (diare atau konstipasi)
f. Hasil laboratorium
3. Tindak lanjut dilaksanakan berdasarkan kebutuhan sesuai dengan hasil
evaluasi pelayanan gizi antara lain perubahan diet yang dilakukan dengan
mengubah preskripsi diet sesuai kondisi pasien. Apabila bila dilakukan
kunjungan ulang atau kunjungan rumah.
4. Untuk pasien yang dirawat walaupun tidak memerlukan diet khusus tetapi
tetap perlu mendapat perhatian agar tidak terjadi “Hospital Malnutrition “
terutama pada pasien-pasien yang mempunyai masalah dalam asupan
makanan seperti adanya mual, muntah, nafsu makan rendah dan lain
sebagainya.
5. Pemantauan berat badan dan status gizi perlu dilakukan secara rutin, sesuai
dengan kebutuhan dan kondisinya. Pada pasien anak pemantauan berat
badan sebaiknya dilakukan setiap hari.

15. Ketetapan Penanganan Makanan dan Alat Makan untuk Pasien


Infeksi Menular
1. Ketetapan ini mengatur tentang pelaksanaan penanganan makanan untuk
pasien dengan infeksi menular.
2. Tujuan dari ketetapan ini adalah agar ada suatu sistem penanganan yang
terkoordinir dengan baik.
3. Makanan yang akan diberikan kepada pasien dengan penyakit infeksi
menular menunya sama dengan pasien lain.
4. Standar makanan yang diberikan adalah Tinggi Kalori Tinggi Protein
(TKTP), dan kalau memerlukan tambahan / suplement berupa makanan
enteral komersial akan diberikan sesuai dengan kebutuhan.
5. Peralatan makan yang digunakan adalah yang disposible / satu kali pakai,
yang terdiri dan tempat makan dan sendok.
6. Kalau memerlukan juice diberikan dengan gelas plastik sekali pakai.
7. Alat makan yang sudah digunakan harus langsung dibuang kedalam
tempat sampah, dan diusahakan untuk tidak diambil oleh pemulung/
pemungut sampah.

16. Ketetapan Kebersihan Lingkungan


A. Pembuangan Sampah
a. Harus tersedia tempat pembuangan sampah yang memadai yaitu tempat
sampah yang tertutup dan dilapisi dengan kantong plastik.
b. Sampah harus dibuang setiap hari terutama sampah basah dari sisa
pembersihan lauk hewani dan sampah sayuran.
c. Sampah yang sudah ditampung dibawa kebelakang Instalasi Gizi untuk
kemudian akan diambil oleh bagian pembuangan sampah yang akan
dibawa ke tempat penampungan sampah.

B. Kontrol Air
a. Air bersih yang digunakan harus diperiksa minimal setiap 6 bulan sekali.
b. Sumber air bersih di Instalasi Gizi harus berasal dari PDAM
c. Semua kran air dan saluran air yang ada di Instalasi Gizi harus dalam
keadaan baik, kalau ada yang rusak harus segera diperbaiki.

C. Kontrol Pest Dan Serangga


a. Harus dilakukan penyemprotan serangga dan binatang pengerat lainnya
minimal / kali sebulan
b. Ruangan Instalasi Gizi harus bebas dan binatang pengerat seperti tikus.
c. Harus ada pintu untuk menahan masuknya lalat.
d. Penyemprotan kecoa harus bekerja sama dengan bagian sanitasi Rumah
Sakit.

17. Ketetapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja


1. Keselamatan kerja (safety) adalah segala upaya atau tindakan yang harus
diterapkan dalam management pelayanan gizi institusi yang dilakukan
dalam rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat kesalahan kerja
petugas ataupun kelalaian / kesengajaan.
2. Tenaga Penjamah Makanan harus memenuhi syarat:
a. Bukti sehat diri dan bebas dan penyakit
b. Tidak menderita penyakit kulit, penyakit menular, scabies atau luka
bakar
c. Bersih diri, pakaian dan seluruh badan
d. Mengikuti pemeriksaan kesehatan secara priodik
3. Hal-hal yang harus dilakukan oleh penjamah makanan adalah;
a. Cuci tangan dengan sabun sebelum mulai/sesudah bekerja, setiap
keluar dan WC dan sesudah menjamah bahan yang kotor.
b. Sebelum dan selama bekerja tidak menggaruk kepala, muka hidung
dan bagian tubuh lain yang dapat menimbulkan kuman.
c. Alihkan muka dan makanan dan alat-alat makan dan minuman bila
batuk atau bersih
d. Pergunakan masker tutup hidung
e. Pengolahan makanan dilakukan sesuai prosedur / proses yang telah
ditetapkan, sesuai dengan peralatan masak, waktu dan suhu ataupun
tingkat pemasakan
f. Jangan menjamah makanan yang sudah masak dengan tangan,
pergunakanlah sendok, garpu dan alat lainnya.
g. Makanlah di ruangan yang telah disediakan
h. Tidak boleh merokok di ruangan kerja
i. Selalu menjaga agar tempat kerja, ruang ganti pakaian dan kamar
mandi / WC serta alat-alat lain tetap bersih setiap waktu
4. Alat Pelindung Kerja
a. Baju kerja, celemek dan topi terbuat dari bahan yang tidak panas, tidak
hem, dan enak dipakai, sehingga tidak mengganggu gerak pegawai
sewaktu bekerja.
b. Menggunakan sandal yang tidak licin bila berada di lingkungan dapur
(jangan menggunakan sepatu yang berhak tinggi).
c. Menggunakan sempal/serbet pada tempatnya.
d. Tersedia alat sanitasi yang sesuai , misalnya air dalam keadaan bersih
dan jumlah yang cukup, sabun, alat pengering, dan lain-lain.
e. Tersedia alat pemadam kebakaran yang berfungsi baik ditempat yang
mudah dijangkau.
f. Tersedia alat / obat P3
DAFTAR PUSTAKA

1. ADA Pocket Guide to Nutrition Assessment, second Edition, Pamela Chamey,


PhD, RD. 2009
2. American Dietetic Association, 2008. International Dietetics & Nutrition
Terminology (IDNT) Reference Manual : Standardzed Language For The
Nutrition Care Process. First Edition, Chicago : American Dietteic
Association.
3. American Dietetic Association, 2011. International Dietetics & Nutrition
Terminology (IDNT) Reference Manual : Standardzed Language For The
Nutrition Care Process. Third Edition, Chicago : American Dietteic
Association.
4. Departemen Kesehatan RI 2003, Pedoman Pelayanan Gizi RS (PGRS),
Jakarta Departemen Kesehatan RI.
5. Departemen Kesehatan RI 2006, Pedoman Pelayanan Gizi RS (PGRS),
Jakarta Departemen Kesehatan RI.
6. Departemen Kesehatan RI 2009, Pedoman Penyelenggaraan Tim Terapi Gizi
di Rumah Sakit, Jakarta. Departemen Kesehatan RI
7. Departemen Kesehatan RI, 2008, Standar Profesi Gizi, Jakarta; Departemen
Kesehatan RI.
8. Gutawa, Miranti, dkk 2011. Pengembangan Konsep Nutrition Care Process
(NCP) Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT). Jakarta ; Persatuan Ahli Gizi
Indonesia (Persagi) & Asosiasi Dietisien Indonesia (ASDI).
9. Joint Commision International, 2010, Joint Accreditation Standar For
th
Hospital, 4 , Edition USA: Joint Commision International.
10. Nutrition Therapy and Patophysiology, Marcia Nelms, Katryn Sucher, 2011.
PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN PENGKAJIAN GIZI LANJUT

1. Skrining Gizi lanjut dilakukan oleh Ahli Gizi/ Dietisien Ruangan Rawat Inap/
Rawat Jalan
2. Tulis data identitas pasien mencakup : nama, tanggal lahir, nomor rekam
medik
3. Tulis diagnosis medis berdasarkan hasil pengkajian dokter pada pengkajian
awal rawat inap
4. Lakukan pengukuran BB(Kg) dan TB (cm)
5. Kalau pasien tidak bias diukur BB dan TB maka dilakukan pengukuran LILA
atau tinggi lutut untuk mengetahui status gizi pasien (Beri tanda garis datar
pada pengukuran yang tidak dilakukan)
6. Untuk pasien dewasa hitung IMT dengan menggunakan rumus : BB (kg)
dibagi tinggi badan ( dalam meter) dikuadratkan. Rumusnya : BB (kg)/ TB
2
(m ) dengan standar : 18,5-22,9 adalah normal.
7. Klasifikasi status gizi untuk anak berdasarkan standar grafik CDC : (BB
menurut TB)
a. Ukur dan timbang anak tersebut untuk mendapatkan data tinggi serta berat
badan actual
b. Setelah kita dapatkan kedua data tersebut, plotkanlah ke dalam kurva
NCHS-CDC 2000, sesuai dengan jenis kelamin anak tersebut
c. Carilah berat badan menurut height-agenya, dengan cara menarik garis
lurus horizontal dari tinggi badan anak tersebut menuju kepersentilenya -
50, kemudian tarik lurus vertikel ke bawah menuju persentile -50 berat
badan untuk tinggi tersebut
d. Itulah yang disebut BERAT BADAN IDEAL. Height age juga digunakan
untuk menentukan RDA kelompok umur yang dipakai.
8. Skor kehilangan berat badan yang tidak direncanakan 3-6 terakhir dengan
membandingkan BB biasanya dengan berat badan actual dengan menghitung
: Perubahan % berat badan = (Berat badan biasanya – BB actual)/ Berat
badan biasanyax 100%
9. Skor efek penyakit akut apabila pasien dating dengan penyakit akut dan tidak
bias mengkonsumsi makanan lebih dari 5 hari, lakukan anamnesa gizi untuk
menilai asupan dengan menggunakan Form anamnesa gizi, asupan kurang
50%
10. Cara pengukuran LILA adalah sebagai berikut :
a. Pengukuran dilakukan pada lengan sebelah kiri, bagi yang kidal
pengukuran dilakukan pada lengan sebelah kanan
o
b. Siku dibengkokkan dengan sudut 90 C, diambil titik tengah dan diberi
tanda luruskan lengan kiri.
c. Lakukan pengukuran Lingkar Lengan Atas pada titik pertengahan yang
sudah ditandai
d. Alat ukuryang digunakan adalah pita antropometrik, saat pengukuran
lengan dalam keadaan bebas. Pita pengukur harus menempel erat pada
permukaan kulit, tetapi tidak ada tekanan.
e. Hasil pengukuran LILA <23 cm atau dibagian merah pita LILA berarti
resiko KEK untuk wanita.
11. Setelah semua dilakukan assessment dituliskan jumlah skor keseluruhan :
a. Beresiko rendah (0) : monitoring setelah 7 hari perawatan
b. Resiko menengah (1) : monitoring asupan selama 3 hari
c. Resiko Tinggi (2) : Bekerjasama dengan TIM Dukungan Gizi/ Panitia
Asuhan Gizi
Setelah diisi formulir skrining lanjut ditulis tanggal sesuai waktu
pelaksanaan skrining lanjut dan nama serta ditanda tangani oleh ahli gizi/ dietisien
yang melakukan skrining lanjut

Anda mungkin juga menyukai