Anda di halaman 1dari 3

TEORI HUMOR

Dari segi etimologi, humor berasal dari kata Latin (humorem) yang berarti cair
atau cairan. Hipokrates dokter berkebangsaan Yunani (abad keempat SM), yang
dianggap sebagai bapak kedokteran, percaya bahwa kesehatan yang baik tergantung
pada keseimbangan yang tepat dari empat cairan atau “humor” tubuh, yaitu darah,
dahak/lendir, cairan empedu hitam, dan cairan empedu kuning. Keempat cairan tersebut
untuk beberapa abad dianggap menentukan temperamen seseorang (Martin, 2007).

Humor sebagai kata benda artinya kejenakaan dan kelucuan. Humor juga berarti
gambaran keadaan yang menyenangkan. Humor sebagai kata kerja artinya
menyenangkan hati dan menghibur (Echols dan Shadily, 1993). Menurut Wojowasito
dan Wasito (1980) dalam Kamus Lengkap Inggris-Indonesia dan IndonesiaInggris,
humor artinya suasana hati. Dalam bahasa Arab humor disebut fakahah yang memiliki
akar kata fakiha-yafkahu-fakahatan, yang artinya berjenaka dan berkelakar (kata kerja),
lucu dan lawak (kata benda). Akar kata fakaha juga memiliki arti ‘bersenda gurau”
(Yunus, 2007).

Dewasa ini, pengertian humor yang paling awam , ialah sesuatu yang lucu, yang
menimbulkan kegelian atau tawa. Humor identik dengan segala sesuatu yang lucu, yang
membuat orang tertawa. Pengertian awam tersebut tidaklah keliru. Dalam Ensiklopedia
Indonesia (1982), seperti yang dinyatakan oleh Setiawan (1990)
Dengan demikian dapat disimpulkan, dari segi bahasa humor memiliki arti yang
beragam, yaitu jenaka, lucu, suasana hati, kelakar, lawak, senda gurau, sesuatu yang
menyenangkan dan menghibur.

Dalam buku ini Martin (2007) menjelaskan lima teori yang terkait dengan
humor. Pertama, psychoanalytic theory (teori psikoanalisis) dengan tokoh Sigmund
Freud yang berpandangan bahwa tujuan humor adalah untuk melepaskan energi syaraf
yang berlebihan. Freud berkeyakinan bahwa energi dalam syaraf yang berlebihan harus
dibuang atau dihilangkan. Caranya adalah melalui humor atau tawa. Artinya humor
merupakan jenis mekanisme pertahanan diri yang bisa membuat individu keluar dari
situasi yang menekan atau situasi sulit yang tidak menyenangkan.
Kedua, superiority/disparagement theory (teori superioritas). Teori ini
menekankan bahwa humor itu muncul dari aspirasi seseorang yang disebabkan adanya
perasaan lebih baik atau lebih tinggi dibandingkan dengan orang lain. Artinya, ketika
individu melihat kekurangan atau kelemahan orang lain, kondisi tersebut cenderung
dijadikan obyek atau bahan humor dengan cara melontarkan cemoohan atau ejekan
kepada yang bersangkutan.

Ketiga, arousal theory (teori pembangkitan). Menurut teori ini, humor


merupakan representasi dari hubungan yang kompleks antara pikiran dan fisik serta
antara kognisi dan emosi yang memiliki basis biologis pada otak dan sistem syaraf.
Menurut teori ini orang yang bisa membangkitkan atau menimbulkan humor akan
menemukan cara untuk melepaskan energi yang tersimpan lama dalam diri seseorang.
Dengan humor, seseorang bisa melepaskan perasaan-perasaan yang menekan atau
pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan.

Keempat, incongruity theory (teori ketidakpantasan). Teori ini berpandangan


bahwa humor muncul atau timbul dari adanya ketidakpantasan, keganjilan, serta
kesenjangan antara harapan dan kenyataan, antara tataran ideal dan tataran faktual.
Dengan adanya humor, individu dapat menghindarkan diri dari gangguan emosi yang
dialami.

Kelima, reversal theory (teori pembalikan). Teori ini pada prinsipnya merupakan
kombinasi dari berbagai elemen yang ada pada empat teori terdahulu. Teori ini
menekankan bahwa humor merupakan bentuk sandiwara dimana ketidakpantasan itu
bisa menjadi sesuatu yang menyenangkan dan menggembirakan dalam interaksi dengan
orang lain. Teori ini juga menekankan cara yang berbeda-beda yang kita alami dalam
kehidupan ini.

Dari lima teori humor yang dijelaskan di atas, jelas bahwa humor dapat dijadikan
terapi untuk melepaskan energi berlebih dan perasaan tertekan yang diakibatkan oleh
kondisi yang tidak menyenangkan. Sebagai terapi, humor membantu individu untuk
meningkatkan taraf psychological well-being baik dalam kehidupan individual maupun
sosial.
DAPUS

Rahmanadji, Didiek. 2007. “Sejarah, Teori, Jenis, Dan Fungsi Humor.” Bahasa Dan
Seni 35(2):213–21.
Setiawan, Arwah. 2007. “Teori Humor.” Bahasa Dan Seni 35(2):213–21.
Suryadi, Bambang. 2019. HUMOR THERAPY Perpaduan Antara Teori Dan
Pengalaman Empiris.Jakarta:RM Books

Anda mungkin juga menyukai