Anda di halaman 1dari 11

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH A.R. FACHRUDDIN


Jl. KH. Syekh Nawawi Km. 4 No.13 Matagara Kec. Tigaraksa Kab. Tangerang - Banten
Website : https://ft.unimar.ac.id – Email : ft@unimar.ac.id – Telp. (021) 2986 7307.

LEMBAR JAWABAN
UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL TA 2023/2024
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
Nama Mahasiswa : ANDI PUTRA PRATAMA RIZKI
NIM : 2002048
Kelas : SHIFT
Semester : VII
Mata Kuliah : PERANCANGAN DAN TATA LETAK FASILITAS
Dosen Pengampu : SARTONO S.T. M.T.
Tanggal Ujian : 06 NOVEMBER 2023

1. Tata letak fasilitas dalam konteks manajemen operasi mengacu pada


pengaturan fisik dan penempatan berbagai elemen produksi, seperti mesin,
peralatan, stok, dan area kerja di dalam suatu organisasi atau pabrik.
Tujuan dari perencanaan tata letak fasilitas adalah untuk menciptakan
lingkungan kerja yang efisien dan efektif sehingga memungkinkan operasi
berjalan dengan lancar dan optimal.
2. Tiga faktor utama yang memengaruhi tata letak fasilitas adalah:
a. Proses Produksi: Proses produksi mengacu pada serangkaian langkah
atau operasi yang dilakukan untuk mengubah input (bahan baku atau
bahan mentah) menjadi output (produk jadi atau jasa). Tata letak
fasilitas harus dirancang sedemikian rupa untuk memungkinkan aliran
kerja yang efisien sesuai dengan urutan operasi dalam proses produksi.
Misalnya, jika ada langkah-langkah tertentu yang memerlukan interaksi
antara beberapa stasiun kerja, maka stasiun-stasiun ini harus
ditempatkan berdekatan satu sama lain dalam tata letak.
b. Kebutuhan Ruang dan Kapasitas Produksi: Kapasitas produksi dan
kebutuhan ruang adalah faktor penting dalam menentukan tata letak
fasilitas. Jika suatu organisasi memiliki kapasitas produksi yang tinggi,
maka perlu memastikan bahwa fasilitas memiliki ruang yang cukup
untuk menampung semua peralatan dan operasi produksi yang
diperlukan. Selain itu, harus mempertimbangkan potensi untuk
memperluas atau memodifikasi tata letak di masa depan jika kapasitas
produksi meningkat.
c. Kebutuhan Karyawan dan Komunikasi: Tata letak juga harus
mempertimbangkan kebutuhan tenaga kerja. Ini termasuk menentukan
di mana stasiun kerja ditempatkan untuk meminimalkan perjalanan
karyawan dan memastikan bahwa mereka dapat bekerja dengan efisien.
Selain itu, tata letak harus mempertimbangkan faktor komunikasi antar
karyawan. Misalnya, memastikan bahwa area kerja memungkinkan
komunikasi yang mudah dan kolaborasi antar tim.
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH A.R. FACHRUDDIN
Jl. KH. Syekh Nawawi Km. 4 No.13 Matagara Kec. Tigaraksa Kab. Tangerang - Banten
Website : https://ft.unimar.ac.id – Email : ft@unimar.ac.id – Telp. (021) 2986 7307.

Selain faktor-faktor di atas, ada juga faktor-faktor tambahan yang dapat


memengaruhi tata letak fasilitas, seperti regulasi keselamatan dan
kesehatan kerja, kebutuhan untuk memisahkan area-area tertentu untuk
keamanan atau kebersihan, dan faktor-faktor lingkungan.
Perencanaan tata letak fasilitas yang mempertimbangkan faktor-faktor ini
dengan bijak dapat membantu organisasi mencapai efisiensi operasional
dan meningkatkan kinerja keseluruhan mereka.
3. Tata letak jenis aliran (layout flow) dan tata letak berkelompok (layout
cellular) adalah dua pendekatan berbeda dalam perencanaan tata letak
fasilitas. Berikut adalah perbedaan antara keduanya:
A. Tata Letak Jenis Aliran (Layout Flow):
Deskripsi: Tata letak jenis aliran mengatur elemen produksi berdasarkan
alur atau urutan dari satu stasiun kerja ke stasiun kerja berikutnya. Artinya,
bahan atau produk bergerak dari satu langkah produksi ke langkah
berikutnya dalam urutan yang ditetapkan.
Karakteristik:
a. Alur produksi yang linear dan terstruktur.
b. Umumnya cocok untuk produksi massal atau dengan tingkat produksi
tinggi.
c. Dapat meminimalkan perpindahan material dan produk antar stasiun
kerja.
Contoh:
Pabrik perakitan otomotif, di mana mobil bergerak dari satu stasiun kerja
ke stasiun kerja berikutnya secara teratur.
B. Tata Letak Berkelompok (Layout Cellular):
Deskripsi: Tata letak berkelompok mengelompokkan mesin, peralatan, dan
stasiun kerja yang berfungsi serupa atau terkait ke dalam sel-sel atau unit-
unit kecil. Setiap sel dapat bertanggung jawab atas langkah-langkah
tertentu dalam proses produksi.
Karakteristik:
a. Lebih fleksibel dan memungkinkan kelompok kerja yang otonom dan
terfokus.
b. Cocok untuk produksi variasi tinggi atau produksi dengan kebutuhan
khusus.
c. Memungkinkan tim atau kelompok kerja untuk mengelola seluruh
proses produksi dalam unitnya sendiri.
Contoh:
Pabrik pembuatan sepatu, di mana berbagai stasiun kerja seperti
pemotongan, jahit, dan pemasangan sol dapat dikelompokkan berdasarkan
fungsinya.
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH A.R. FACHRUDDIN
Jl. KH. Syekh Nawawi Km. 4 No.13 Matagara Kec. Tigaraksa Kab. Tangerang - Banten
Website : https://ft.unimar.ac.id – Email : ft@unimar.ac.id – Telp. (021) 2986 7307.

Perbedaan utama antara keduanya terletak pada cara elemen produksi


diatur. Tata letak jenis aliran mengikuti alur linear dari satu langkah
produksi ke langkah berikutnya, sementara tata letak berkelompok
mengelompokkan elemen produksi berdasarkan fungsinya atau tugasnya.
Pemilihan antara kedua pendekatan ini akan tergantung pada jenis
produksi, volume produksi, dan kompleksitas proses produksi yang
terlibat.
4. Faktor – faktornya adalah :
a. Alur dan Proses Produksi:
Memahami alur kerja dan urutan operasi dalam proses produksi adalah
kunci dalam merancang tata letak pabrik. Memastikan bahwa elemen
produksi diatur sedemikian rupa sehingga alur produksi berjalan secara
efisien sangat penting.
b. Kapasitas Produksi dan Fleksibilitas:
Tata letak harus dapat menampung kapasitas produksi saat ini dan
memungkinkan untuk pertumbuhan di masa depan. Fleksibilitas dalam tata
letak juga penting untuk dapat menyesuaikan dengan perubahan kebutuhan
produksi atau teknologi.
c. Penggunaan Ruang dan Efisiensi:
Maksimalkan penggunaan ruang yang tersedia dengan menempatkan
peralatan dan stasiun kerja secara efisien. Hindari menyia-nyiakan ruang
yang berharga dengan pengaturan yang tidak efisien.
d. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3):
Pastikan bahwa tata letak mempertimbangkan aspek keselamatan dan
kesehatan kerja. Identifikasi dan atasi potensi bahaya atau risiko
keselamatan yang terkait dengan tata letak pabrik.
e. Komunikasi dan Interaksi Karyawan:
Tata letak harus mendukung komunikasi dan interaksi antar karyawan.
Tempatkan stasiun kerja dan area kerja dengan mempertimbangkan
interaksi antar tim dan kolaborasi.
f. Aksesibilitas Peralatan dan Material:
Pastikan bahwa peralatan dan material yang dibutuhkan dapat diakses
dengan mudah. Hal ini dapat membantu meminimalkan waktu terbuang
dan meningkatkan efisiensi operasi.
g. Faktor Lingkungan dan Estetika:
Pertimbangkan aspek lingkungan seperti pencahayaan, ventilasi, dan
desain ruang kerja untuk menciptakan lingkungan yang nyaman dan
produktif. Selain itu, faktor estetika juga dapat memengaruhi kenyamanan
dan produktivitas karyawan.
h. Regulasi dan Standar Industri:
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH A.R. FACHRUDDIN
Jl. KH. Syekh Nawawi Km. 4 No.13 Matagara Kec. Tigaraksa Kab. Tangerang - Banten
Website : https://ft.unimar.ac.id – Email : ft@unimar.ac.id – Telp. (021) 2986 7307.

Pastikan bahwa tata letak pabrik mematuhi semua regulasi dan standar
industri terkait, termasuk peraturan lingkungan, keselamatan, dan
kesehatan kerja.
i. Analisis Biaya dan ROI:
Evaluasi biaya implementasi tata letak pabrik terhadap manfaat yang
diharapkan. Pastikan bahwa investasi ini akan memberikan pengembalian
investasi (ROI) yang memadai dalam jangka panjang.
j. Pengelolaan Logistik dan Material Handling:
Pertimbangkan cara terbaik untuk mengelola logistik dan penanganan
material, termasuk rute transportasi internal, tempat penyimpanan, dan
sistem pengangkutan.
Mempertimbangkan faktor-faktor di atas dengan cermat dalam
perencanaan tata letak pabrik akan membantu memastikan bahwa fasilitas
dapat beroperasi dengan efisien, aman, dan produktif.
5. Ada beberapa metode untuk evaluasi tata letak antara lain :
a. Analisis Rute dan Pergerakan (Route and Motion Analysis):
Metode ini melibatkan pemantauan dan analisis jalur pergerakan material
atau produk di sepanjang alur produksi. Tujuannya adalah untuk
mengidentifikasi potensi penyimpangan atau perbaikan dalam alur
produksi, serta meminimalkan perjalanan yang tidak perlu.
b. Analisis Jarak Tempuh (Travel Distance Analysis):
Metode ini memeriksa jarak tempuh yang ditempuh oleh bahan atau
produk dari satu stasiun kerja ke stasiun kerja berikutnya. Tujuannya
adalah untuk mengoptimalkan jarak tempuh dan meminimalkan waktu
perjalanan.
c. Analisis Waktu Siklus (Cycle Time Analysis):
Metode ini melibatkan pengukuran waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan satu siklus produksi atau satu unit produk. Tujuannya
adalah untuk mengidentifikasi dan menghilangkan bottleneck atau area di
mana produksi paling lambat.
d. Analisis Biaya:
Metode ini melibatkan perhitungan biaya terkait dengan implementasi tata
letak tertentu. Ini termasuk biaya pembelian dan pemasangan peralatan,
biaya modifikasi ruang, biaya logistik, dan biaya operasional tambahan.
Metode ini memungkinkan perbandingan antara investasi dan manfaat
yang diharapkan.
e. Simulasi (Simulation):
Simulasi menggunakan model matematika atau komputer untuk
memodelkan dan menganalisis kinerja sistem produksi dengan berbagai
tata letak. Hal ini memungkinkan pengujian virtual dari berbagai skenario
tata letak tanpa harus mengimplementasikannya secara fisik.
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH A.R. FACHRUDDIN
Jl. KH. Syekh Nawawi Km. 4 No.13 Matagara Kec. Tigaraksa Kab. Tangerang - Banten
Website : https://ft.unimar.ac.id – Email : ft@unimar.ac.id – Telp. (021) 2986 7307.

f. Analisis Pemadatan (Space Utilization Analysis):


Metode ini melibatkan evaluasi sejauh mana ruang yang tersedia telah
dimanfaatkan dengan efisien. Ini termasuk pengukuran ruang yang tidak
terpakai atau tidak digunakan dengan optimal.
g. Pengukuran Produktivitas dan Kinerja:
Mengukur produktivitas dan kinerja sebelum dan setelah implementasi tata
letak baru dapat memberikan gambaran yang jelas tentang peningkatan
efektivitas. Ini dapat mencakup output produksi, lead time, tingkat kualitas,
dan kinerja lainnya.
h. Survei Karyawan dan Umpan Balik:
Meminta masukan dari karyawan yang bekerja di area produksi dapat
memberikan wawasan berharga tentang efektivitas tata letak. Mereka dapat
memberikan pandangan langsung tentang masalah atau potensi perbaikan.
Setiap metode evaluasi memiliki keunggulan dan kelemahan masing-
masing, dan kombinasi beberapa metode mungkin diperlukan untuk
mendapatkan pemahaman yang komprehensif tentang efektivitas tata letak.
Pemilihan metode evaluasi harus sesuai dengan karakteristik dan
kebutuhan spesifik dari situasi tata letak yang dievaluasi.
6. Dalam merencanakan tata letak kantor yang efisien, ada beberapa prinsip
utama yang perlu diperhatikan:
a. Ergonomi dan Kesejahteraan Karyawan:
Pastikan bahwa lingkungan kerja dirancang dengan mempertimbangkan
kenyamanan fisik dan kesejahteraan karyawan. Ini termasuk pemilihan
perabotan yang ergonomis, pencahayaan yang memadai, suhu dan ventilasi
yang nyaman, serta perencanaan ruang yang memungkinkan gerakan yang
bebas dan nyaman.
b. Fleksibilitas dan Adaptabilitas:
Desain tata letak harus dapat menyesuaikan dengan perubahan kebutuhan
dan dinamika bisnis. Ini dapat mencakup penggunaan perabotan atau
konfigurasi ruang yang dapat diubah atau dipindahkan dengan mudah.
c. Aliran Kerja dan Organisasi Ruang:
Pertimbangkan alur kerja yang logis dan efisien untuk meminimalkan
gangguan dan meningkatkan produktivitas. Organisasikan ruang dengan
memperhatikan kemudahan akses ke area yang sering digunakan dan
meminimalkan gangguan dari lalu lintas karyawan.
d. Pemanfaatan Ruang yang Optimal:
Manfaatkan ruang dengan efisien untuk memaksimalkan penggunaan area
yang tersedia. Hindari menyia-nyiakan ruang yang berharga dan
pertimbangkan penggunaan teknologi atau perabotan yang memungkinkan
penggunaan ruang secara lebih efisien.
e. Ketersediaan Ruang Bersama (Shared Spaces):
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH A.R. FACHRUDDIN
Jl. KH. Syekh Nawawi Km. 4 No.13 Matagara Kec. Tigaraksa Kab. Tangerang - Banten
Website : https://ft.unimar.ac.id – Email : ft@unimar.ac.id – Telp. (021) 2986 7307.

Sedikitnya beberapa area bersama, seperti ruang rapat, ruang istirahat, atau
ruang kolaborasi, dapat meningkatkan interaksi dan kolaborasi antar
karyawan.
f. Penataan Perabotan yang Bijak:
Pilih dan atur perabotan dengan bijak untuk menciptakan ruang yang
fungsional dan nyaman. Pastikan meja dan kursi ditempatkan dengan
ergonomis dan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan.
g. Tata Letak Terbuka vs. Terpisah:
Pertimbangkan apakah model tata letak terbuka (open plan) atau terpisah
(cubicles atau kantor terpisah) lebih cocok untuk jenis pekerjaan dan
kebutuhan karyawan Anda. Setiap pendekatan memiliki kelebihan dan
kelemahan yang perlu dipertimbangkan.
h. Ketersediaan Sarana dan Fasilitas Pendukung:
Pastikan adanya fasilitas pendukung seperti dapur, ruang istirahat, dan area
untuk penyimpanan pribadi karyawan. Hal ini dapat meningkatkan
kenyamanan dan kesejahteraan karyawan.
i. Ketersediaan Teknologi dan Konektivitas:
Pastikan infrastruktur teknologi yang memadai, termasuk konektivitas
internet yang stabil, akses ke perangkat teknologi, dan sistem komunikasi
yang efisien.
j. Kepatuhan terhadap Regulasi dan Norma Keselamatan:
Pastikan bahwa desain tata letak mematuhi semua regulasi dan norma
keselamatan, termasuk evakuasi darurat, penanganan listrik, dan
aksesibilitas untuk orang dengan disabilitas.
Prinsip-prinsip di atas membantu memastikan bahwa tata letak kantor
didesain dengan mempertimbangkan kesejahteraan karyawan, efisiensi
operasional, dan fleksibilitas untuk mengakomodasi perubahan kebutuhan
bisnis.
7. Penggunaan simulasi dalam perancangan tata letak fasilitas dapat
memberikan beberapa manfaat yang signifikan. Berikut adalah beberapa
alasan mengapa simulasi bermanfaat dalam perancangan tata letak fasilitas:
a. Mengidentifikasi Potensi Perbaikan:
Simulasi memungkinkan untuk menguji berbagai skenario tata letak tanpa
harus mengimplementasikannya secara fisik. Hal ini memungkinkan
identifikasi potensi perbaikan atau optimisasi yang mungkin tidak terlihat
dalam perencanaan konvensional.
b. Mengurangi Risiko dan Biaya Implementasi:
Dengan melakukan simulasi, Anda dapat mengidentifikasi masalah atau
kesalahan dalam tata letak sebelum melakukan implementasi fisik. Ini
dapat mengurangi risiko kesalahan dan menghindari biaya yang terkait
dengan perubahan tata letak setelah implementasi.
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH A.R. FACHRUDDIN
Jl. KH. Syekh Nawawi Km. 4 No.13 Matagara Kec. Tigaraksa Kab. Tangerang - Banten
Website : https://ft.unimar.ac.id – Email : ft@unimar.ac.id – Telp. (021) 2986 7307.

c. Memahami Dampak Keputusan Desain:


Simulasi memungkinkan untuk memahami dampak dari berbagai
keputusan desain terhadap kinerja operasional dan produktivitas. Misalnya,
Anda dapat melihat bagaimana perubahan dalam aliran kerja atau
penempatan peralatan mempengaruhi waktu siklus atau throughput
produksi.
d. Optimalkan Penggunaan Sumber Daya:
Simulasi memungkinkan Anda untuk mengoptimalkan penggunaan sumber
daya, termasuk peralatan, tenaga kerja, dan ruang. Anda dapat
menyesuaikan parameter seperti jadwal kerja, alokasi tenaga kerja, atau
kapasitas peralatan untuk mencari solusi terbaik.
e. Mengantisipasi Perubahan Kebutuhan:
Dengan menggunakan simulasi, Anda dapat menguji seberapa baik tata
letak dapat menangani perubahan dalam permintaan, volume produksi,
atau kebutuhan proses. Hal ini memungkinkan Anda untuk merencanakan
tata letak yang lebih fleksibel dan dapat beradaptasi dengan dinamika
bisnis.
f. Memperkirakan Kinerja Sistem:
Simulasi memungkinkan untuk memperkirakan kinerja sistem, termasuk
throughput, lead time, dan tingkat pelayanan. Hal ini dapat membantu
Anda mengidentifikasi dan mengatasi bottleneck atau hambatan dalam
proses produksi.
g. Memfasilitasi Komunikasi Tim:
Simulasi dapat digunakan sebagai alat komunikasi yang efektif di antara
anggota tim dan pemangku kepentingan. Ini membantu memvisualisasikan
rencana tata letak dan memungkinkan diskusi yang lebih terarah.
h. Menghemat Waktu dan Sumber Daya:
Dengan melakukan simulasi sebelum implementasi fisik, Anda dapat
menghindari perubahan atau penyesuaian yang mahal dan memakan waktu
setelah fasilitas beroperasi.
Secara keseluruhan, penggunaan simulasi dalam perancangan tata letak
fasilitas memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih baik,
mengoptimalkan kinerja operasional, dan mengurangi risiko dan biaya
yang terkait dengan implementasi tata letak.
8. Teknologi Internet of Things (IoT) dapat memberikan kontribusi besar
dalam meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam tata letak fasilitas.
Berikut adalah beberapa cara di mana IoT dapat diintegrasikan dalam tata
letak fasilitas:
a. Sensor dan Pemantauan Lingkungan:
Penempatan sensor IoT di sekitar fasilitas dapat memungkinkan
pemantauan real-time terhadap parameter lingkungan seperti suhu,
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH A.R. FACHRUDDIN
Jl. KH. Syekh Nawawi Km. 4 No.13 Matagara Kec. Tigaraksa Kab. Tangerang - Banten
Website : https://ft.unimar.ac.id – Email : ft@unimar.ac.id – Telp. (021) 2986 7307.

kelembaban, tekanan udara, atau kualitas udara. Informasi ini dapat


digunakan untuk mengoptimalkan pengaturan HVAC, pencahayaan, dan
kondisi lingkungan lainnya.
b. Pemantauan Energi dan Efisiensi Energi:
Sensor IoT dapat digunakan untuk memantau konsumsi energi di berbagai
bagian fasilitas. Data ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi potensi
penghematan energi dan mengoptimalkan penggunaan sumber daya.
c. Manajemen Peralatan dan Mesin:
Mengintegrasikan peralatan dan mesin dengan IoT memungkinkan
pemantauan kinerja real-time dan mendapatkan informasi tentang kondisi
dan pemeliharaan yang diperlukan. Hal ini dapat membantu mencegah
gangguan produksi dan memaksimalkan waktu operasional.
d. Pemantauan Kondisi Peralatan Khusus:
Sensor IoT khusus dapat ditempatkan pada peralatan kritis atau mesin yang
membutuhkan pemantauan konstan terhadap parameter tertentu seperti
suhu, tekanan, atau getaran. Data ini dapat digunakan untuk melakukan
pemeliharaan preventif atau memprediksi kerusakan.
e. Manajemen Inventaris dan Stok:
Sensor RFID atau tag NFC dapat digunakan untuk melacak dan mengelola
inventaris atau stok dalam fasilitas. Ini memungkinkan pemantauan real-
time dan otomatisasi proses pengadaan atau penataan ulang persediaan.
f. Keamanan dan Aksesibilitas:
Sistem keamanan berbasis IoT dapat memungkinkan pemantauan dan
pengendalian akses ke fasilitas. Ini termasuk penggunaan sensor pintu
pintar, kamera pengawas, dan sistem keamanan terkoneksi.
g. Optimasi Alur Kerja dan Logistik:
Sensor IoT dapat digunakan untuk memantau alur kerja dan pergerakan
barang atau produk di dalam fasilitas. Ini dapat membantu
mengidentifikasi potensi bottleneck dan memperbaiki alur produksi.
h. Analisis Data dan Kinerja:
IoT memungkinkan pengumpulan dan analisis besar data (big data) dari
berbagai sensor dan perangkat terhubung. Ini memungkinkan untuk
mendapatkan wawasan mendalam tentang kinerja fasilitas dan potensi area
untuk perbaikan atau peningkatan.
i. Keterhubungan dan Integrasi Sistem:
IoT dapat mengintegrasikan berbagai sistem dan perangkat dalam fasilitas,
termasuk sistem manajemen energi, HVAC, peralatan produksi, dan sistem
pengendalian akses, sehingga dapat berfungsi secara terintegrasi dan
terpusat.
j. Sistem Manajemen Bangunan Cerdas (Smart Building
Management):
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH A.R. FACHRUDDIN
Jl. KH. Syekh Nawawi Km. 4 No.13 Matagara Kec. Tigaraksa Kab. Tangerang - Banten
Website : https://ft.unimar.ac.id – Email : ft@unimar.ac.id – Telp. (021) 2986 7307.

IoT memungkinkan pengembangan sistem manajemen bangunan cerdas


yang dapat mengoptimalkan penggunaan sumber daya dan memberikan
kenyamanan bagi penghuni atau pengguna fasilitas.
Dengan mengintegrasikan teknologi IoT, fasilitas dapat menjadi lebih
efisien, adaptif, dan responsif terhadap perubahan kebutuhan atau kondisi
operasional. Hal ini dapat meningkatkan produktivitas, mengurangi biaya
operasional, dan meningkatkan pengalaman pengguna.
9. Desain fasilitas yang berkelanjutan bertujuan untuk meminimalkan dampak
negatif terhadap lingkungan dan mempromosikan efisiensi sumber daya.
Beberapa prinsip desain fasilitas berkelanjutan meliputi:
a. Efisiensi Energi:
Meminimalkan konsumsi energi dengan menggunakan teknologi efisien
dan memanfaatkan sumber energi terbarukan.
b. Penggunaan Bahan Ramah Lingkungan:
Memilih bahan bangunan dan furnitur yang memiliki jejak karbon rendah,
berasal dari sumber yang berkelanjutan, dan dapat didaur ulang atau didaur
ulang kembali.
c. Pengelolaan Limbah:
Meminimalkan pembuangan limbah dengan mengimplementasikan praktik
daur ulang dan pengelolaan limbah yang efektif.
d. Penghematan Air:
Menggunakan teknologi dan praktik penghematan air, seperti penggunaan
sistem pengumpulan air hujan atau penggunaan perangkat hemat air.
e. Kualitas Udara Dalam Ruangan (IAQ - Indoor Air Quality):
Memastikan kualitas udara dalam ruangan yang baik dengan sistem
ventilasi yang memadai, pembersihan udara, dan penggunaan bahan
bangunan yang bebas dari senyawa organik volatil (VOC).
f. Desain Lanskap dan Penanaman Pohon:
Menerapkan desain lanskap yang berkelanjutan, termasuk penggunaan
vegetasi dan penanaman pohon yang dapat meningkatkan kualitas udara
dan mengurangi panas kota.
g. Fleksibilitas dan Adaptabilitas:
Merancang fasilitas dengan fleksibilitas untuk mengakomodasi perubahan
kebutuhan atau teknologi di masa depan tanpa memerlukan perombakan
besar.
h. Edukasi dan Kesadaran Lingkungan:
Mendorong kesadaran dan pendidikan tentang praktik berkelanjutan di
antara pengguna fasilitas dan karyawan.
i. Penggunaan Teknologi Hijau:
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH A.R. FACHRUDDIN
Jl. KH. Syekh Nawawi Km. 4 No.13 Matagara Kec. Tigaraksa Kab. Tangerang - Banten
Website : https://ft.unimar.ac.id – Email : ft@unimar.ac.id – Telp. (021) 2986 7307.

Memanfaatkan teknologi terbaru seperti sensor pintar, sistem otomatisasi,


dan IoT untuk memonitor dan mengontrol konsumsi energi, air, dan
sumber daya lainnya.
j. Transportasi Berkelanjutan:
Memfasilitasi akses dan infrastruktur untuk transportasi berkelanjutan
seperti sepeda, kendaraan listrik, atau transportasi umum.
k. Sistem Energi Terbarukan:
Menggunakan sumber energi terbarukan seperti panel surya atau turbin
angin untuk memenuhi kebutuhan energi fasilitas.
l. Pertimbangan Siklus Hidup Peralatan dan Bangunan:
Memperhitungkan masa pakai dan pemeliharaan peralatan serta
keberlanjutan bangunan seiring waktu.
Dengan menerapkan prinsip-prinsip desain fasilitas yang berkelanjutan,
organisasi dapat mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan,
menghemat sumber daya, dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih
sehat dan produktif.
10.Tata letak fasilitas produksi dan tata letak fasilitas layanan memiliki
beberapa perbedaan utama karena mereka melayani tujuan dan proses yang
berbeda. Berikut adalah perbedaan utama antara keduanya:
A. Tujuan Utama:
1. Tata Letak Fasilitas Produksi: Bertujuan untuk mengatur dan
mengoptimalkan proses produksi barang atau produk fisik. Fokus utama
adalah pada efisiensi produksi dan pengelolaan alur material.
2. Tata Letak Fasilitas Layanan: Bertujuan untuk menciptakan lingkungan
yang mendukung penyediaan layanan kepada pelanggan. Fokus utama
adalah pada pengalaman pelanggan, aksesibilitas, dan efisiensi
operasional.
B. Jenis Output:
1. Tata Letak Fasilitas Produksi: Menghasilkan barang atau produk fisik
yang dapat dipegang dan dijual, seperti kendaraan, pakaian, atau
elektronik.
2. Tata Letak Fasilitas Layanan: Memberikan layanan atau pengalaman
kepada pelanggan, seperti restoran, hotel, atau pusat panggilan.
C. Alur Material dan Proses:
1. Tata Letak Fasilitas Produksi: Memperhatikan alur material, produksi,
dan montase. Penting untuk meminimalkan perpindahan bahan mentah
dan produk dalam proses produksi.
2. Tata Letak Fasilitas Layanan: Memperhatikan alur pelanggan,
komunikasi, dan penyediaan layanan. Fokus pada pengalaman
pelanggan dan efisiensi operasional dalam menyediakan layanan.
D. Peralatan dan Fasilitas:
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH A.R. FACHRUDDIN
Jl. KH. Syekh Nawawi Km. 4 No.13 Matagara Kec. Tigaraksa Kab. Tangerang - Banten
Website : https://ft.unimar.ac.id – Email : ft@unimar.ac.id – Telp. (021) 2986 7307.

1. Tata Letak Fasilitas Produksi: Berfokus pada peralatan produksi, mesin,


dan stasiun kerja untuk memproduksi barang.
2. Tata Letak Fasilitas Layanan: Lebih berfokus pada area penerimaan
pelanggan, area tunggu, ruang pertemuan, dan fasilitas yang
mendukung penyediaan layanan.
E. Keterlibatan Karyawan:
1. Tata Letak Fasilitas Produksi: Pekerja di pabrik terlibat dalam operasi
produksi dan perakitan barang atau produk.
2. Tata Letak Fasilitas Layanan: Staf atau karyawan terlibat dalam
memberikan layanan kepada pelanggan, termasuk interaksi langsung
dan pelayanan.
F. Desain dan Estetika:
1. Tata Letak Fasilitas Produksi: Desain mungkin lebih fungsional dan
terfokus pada optimalisasi proses produksi.
2. Tata Letak Fasilitas Layanan: Desain mungkin lebih berorientasi pada
menciptakan lingkungan yang ramah pelanggan dan nyaman.
G. Respon terhadap Permintaan Pelanggan:
1. Tata Letak Fasilitas Produksi: Produksi dapat diatur berdasarkan
ramalan permintaan pasar dan kebutuhan produksi.
2. Tata Letak Fasilitas Layanan: Fleksibilitas dalam menanggapi volume
pelanggan dan penyesuaian layanan.
H. Pentingnya Lokasi:
1. Tata Letak Fasilitas Produksi: Lokasi mungkin lebih terkait dengan
akses ke bahan mentah dan distribusi produk jadi.
2. Tata Letak Fasilitas Layanan: Lokasi mungkin lebih terkait dengan
aksesibilitas pelanggan dan ketersediaan infrastruktur pendukung.
Meskipun ada perbedaan utama antara tata letak fasilitas produksi dan tata
letak fasilitas layanan, keduanya berbagi tujuan umum untuk menciptakan
lingkungan yang mendukung operasi bisnis yang efisien dan menyediakan
nilai kepada pelanggan.

Anda mungkin juga menyukai