Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
Beberapa faktor yang dapat memengaruhi berat badan lahir rendah adalah sebagai
berikut:
1. Kondisi kesehatan ibu.
2. Status gizi ibu sebelum hamil.
3. Berat badan ibu saat hamil.
4. Usia ibu saat hamil
Normalnya, berat badan bayi saat lahir antara 2,5-4,0 kg. Bayi dinyatakan
mengalami BBLR jika beratnya kurang dari 2,5 kg. Gejala utama BBLR adalah
berat badan yang rendah, di mana bayi akan terlihat lebih kecil karena lemak
tubuhnya sedikit. Selain itu, kepalanya juga tampak lebih besar dari tubuhnya.
Terdapat beberapa kelompok berat badan bayi yang dikatakan sebagai BBLR.
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), berikut adalah pengelompokan bayi
berdasarkan berat badan di bawah normal:
1. Berat badan bayi 1500-2499 gram disebut sebagai berat badan lahir rendah
(BBLR).
2. Berat badan bayi antara 1000-1499 gram disebut sebagai berat badan lahir
sangat rendah (BBLSR).
3. Berat badan bayi kurang dari 1000 gram disebut sebagai berat badan lahir
amat sangat rendah (BBLASR).
Diagnosis terhadap kondisi berat badan lahir rendah dapat dilakukan selama
kehamilan atau setelah bayi lahir. Masa Selama Kehamilan Diagnosis berat badan
bayi selama kehamilan dapat dilakukan dengan:
3. USG
Dokter biasanya juga memeriksa pertumbuhan dan perkembangan janin
menggunakan USG. Prosedur ini lebih akurat daripada memeriksa tinggi fundus.
Setelah Melahirkan Dokter akan menimbang berat badan bayi setelah dilahirkan.
Apabila berat badan tidak sesuai dengan usia kehamilan atau kurang dari 2500
gram, maka bayi disebut mengalami kondisi BBLR.
Sebagian besar bayi dengan BBLR memerlukan perawatan di rumah sakit. Di mana,
penanganan yang diberikan akan disesuaikan dengan gejala, usia kehamilan, tingkat
keparahan, dan kondisi bayi secara menyeluruh. Apabila mengalami komplikasi,
seperti paru-paru yang belum sempurna atau gangguan di usus, bayi akan
dipindahkan ke ruang intensif neonatal (NICU).Bayi diperbolehkan pulang ketika
berat badannya sudah bertambah sesuai target atau komplikasi yang dialami sudah
bisa diatasi, ibu juga sudah bisa memberikan ASI eksklusif secara secara normal.
Pemberian ASI optimal dapat membantu pertumbuhan, daya tahan tubuh, serta
peningkatan berat badan bayi. Setelah diperbolehkan pulang, dokter akan
menyarankan orang tua bayi untuk melakukan pemeriksaan rutin pada bayinya.
Selain itu, ibu juga disarankan melakukan pemeriksaan secara rutin selama masa
kehamilan. Anda dapat menggunakan paket Medical Check Up Siloam Pregnant
Female Package di Siloam Hospitals terdekat untuk melakukan pemeriksaan
mendasar bagi ibu hamil.
Selain itu, ibu juga disarankan melakukan pemeriksaan secara rutin selama masa
kehamilan. Anda dapat menggunakan paket Medical Check Up Siloam Pregnant
Female Package di Siloam Hospitals terdekat untuk melakukan pemeriksaan
mendasar bagi ibu hamil.
Jika bayi tidak ada indikasi dirujuk, lakukan penilaian tentang cara menyusui :
• Lihat apakah posisi bayi benar : Seluruh badan bayi tersangga dengan posisi
kepala dan badan bayi lurus, badan bayi menghadap ke dada ibu, badan bayi
dekat ke ibu
• Lihat apakah bayi melekat dengan baik : Dagu bayi menempel payudara,
mulut terbuka lebar, bibir bawah membuka keluar, areola tampak lebih
banyak di bagian atas daripada di bawah mulut
• Lihat dan dengar apakah bayi mengisap dengan efektif Bayi mengisap
dalam, teratur, diselingi istirahat, hanya terdengar suara menelan
Jika ibu HIV positif dan bercampur pemberian ASInya dengan makanan lain,
RUJUK kebagian gizi
Cara pemeriksaan :
• Tanyakan :
• Periksa :
Klasifikasi
Bayi dengan SUHU BADAN <36,5 , harus segera dihangatkan sebelum dirujuk. Caranya
sebagai berikut:
• Segera keringkan tubuh bayi yang basah dengan handuk/kain kering. Ganti pakaian,
selimut/kain basah dengan yang kering
• Hangatkan tubuh bayi dengan METODE KANGURU atau menggunakan cahaya
lampu 60 watt dengan jarak minimal 60 cm sampai suhu normal dan pertahankan
suhu tubuh bayi
• Bungkus bayi dengan kain kering dan hangat, beri tutup kepala. Jaga bayi tetap
hangat. Hindari ruangan yang banyak angin, jauhkan bayi dari jendela atau pintu
Jika setelah dihangatkan dalam 1 jam SUHU BADAN tetap <36,5 , RUJUK
SEGERA dengan METODE KANGURU
• Keringkan bayi segera setiap kali bayi basah terkena air atau air kencing dan tinja
bayi
• Bungkus bayi dengan kain kering dan hangat, beri tutup kepala
• Lakukan tindakan mempertahankan suhu tubuh dengan METODE KANGURU
METODE KANGURU
• Bayi telanjang dada (hanya memakai popok, topi, kaus tangan, kaus kaki),
diletakkan telungkup di dada ibu dengan posisi tegak atau diagonal. Tubuh bayi
menempel/kontak langsung dengan ibu
• Atur posisi kepala, leher dan badan dengan baik untuk menghindari terhalangnya
jalan napas. Kepala menoleh ke samping di bawah dagu ibu (ekstensi ringan)
• Tangan dan kaki dalam keadaan fleksi seperti posisi “katak” kemudian “fiksasi”
dengan selendang
• Ibu mengenakan pakaian/blus longgar, sehingga bayi dapat berada dalam 1 pakaian
dengan ibu. Jika perlu, gunakan selimut
• Selain ibu, ayah, dan anggota keluarga lain bisa melakukan metode kanguru
2. Asfiksia Neonatorum
Asfiksia Neonatorum adalah keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur
segera setelah lahir, seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat janin akan
mengalami Asfiksia sesudah persalinan. Gangguan ini mungkin berkaitan dengan
keadaan ibu, tali pusat atau masalah pada bayi selama atau sesudah persalinan. Asfiksia
Neonatorum merupakan salah satu sindrom distres pernapasan dimana terjadi kegagalan
napas pada bayi baru lahir. Asfiksia terjadi karena kurangnya aliran darah ataupun
pertukaran gas dari atau ke janin pada bayi baru lahir. Jika keadaan ini tidak ditangani
secara cepat dan tepat maka dapat menyebakan kerusakan organ vital (otot, hati,
jantung, dan paling parah otak).
Penyebab
1. Faktor ibu
a) Bayi prematur
b) Persalinan sulit
c) Kelainan kongenital
d) Air ketuban bercampur mekonium
Faktor Risiko
a. Preeklampsia
b. Cairan ketuban terdapat mekonium
c. Persalinan lama lebih dari 24 jam
d. Gawat janin
e. Perdarahan selama kehamilan
f. Berat badan lahir rendah
g. Kelahiran prematur
h. Persalinan secara operasi caesar
i. Persalinan menggunakan alat bantu
j. Diabetes Mellitus Gestasional
Klasifikasi
1. Asfiksia ringan
2. Asfiksia sedang
3. Asfiksia berat
Tanda dan Gejala
1. Asfiksia ringan
2. Asfiksia sedang
3. Asfiksia berat
a. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa kondisi bayinya yang tidak menangis
spontan saat lahir.
b. Melakukan tindakan penanganan Asfiksia yaitu resusitasi.
c. Melakukan asuhan pasca resusitasi.
d. Memberikan injeksi vit K.
e. Menghangatkan bayi, memakaikan pakaian bayi, bedong bayi, serta topi
kemudian memasukkan bayi ke dalam incubator.
f. Menjelaskan pada ibu dan keluarga bahwa bayinya dalam kondisi baik
namun belum bisa di rawat gabung karena bayi perlu dipantau lebih lanjut.
g. Melakukan observasi tanda-tanda vital bayi setiap 1 jam.
h. Mengganti pakaian, popok bayi setiap kali kotor dan basah.
Pencegahan
Tidak semua kejadian Asfiksia Neonatorum dapat dicegah. Ibu hamil disarankan
untuk melakukan kontrol secara teratur ke dokter kandungan. Kontrol teratur bisa
membantu memastikan kondisi kehamilan dan kesehatan janin dalam kondisi baik.
Dengan demikian risiko bayi mengalami Asfiksia Neonatorum dapat menurun.
3. Ikterus Neonatorum
Ikterus neonatorum fisiologis adalah penyakit kuning yang ditunjukkan dengan
perubahan warna kekuningan pada kulit, konjungtiva, dan sklera akibat peningkatan
bilirubin plasma pada bayi baru lahir. Kondisi ini biasanya terjadi setelah hari kedua
atau ketiga setelah bayi lahir, puncaknya antara hari ke 4 sampai hari ke 5 pada
neonatus aterm dan hari ke 7 pada neonatus preterm, dan hilang dalam 2 minggu.
Ikterus neonatorum fisiologis tidak pernah terjadi dalam 24 jam pertama dan lebih dari
2 minggu. Ikterik pada kondisi ini meluas secara sefalokaudal ke arah dada, perut dan
ekstremitas. Ikterus neonatorum seringkali tidak dapat dilihat pada sklera karena bayi
baru lahir umumnya sulit membuka kelopak mata. Ikterus fisiologis biasanya terjadi
setelah Ikterus neonatorum fisiologis terjadi akibat peningkatan produksi bilirubin
indirek/tak terkonjugasi, sekunder akibat kerusakan eritrosit yang dipercepat, penurunan
kapasitas ekskresi hati akibat rendahnya kadar ligandin dalam hepatosit, dan rendahnya
aktivitas enzim konjugasi bilirubin uridine diphosphate glucuronyl transferase.
• Kremer I yakni bagian tubuh yang nampak kuning dari bagian kepala hingga leher,
serum bilirubin pada level 4–8 mg/dl
• Kremer II meliputi bagian kepala hingga upper trunk, serum bilirubin pada level 5–
12 mg/dl
• Kremer III meliputi bagian kepala hingga lower trunk dan paha bawah, serum
bilirubin pada level 8–16 mg/dl
• Kremer IV meliputi bagian kepala hingga tangan dan tungkai bawah, serum
bilirubin mencapai level 11-18 mg/dl
• Kremer V meliputi seluruh badan yakni kepala hingga telapak tangan dan telapak
kaki, serum bilirubin levelnya >15 mg/dl
Klasifikasi ikterus
Klasifikasi Gejala / Tanda Tindakan / Pengobatan
Ikterus Berat 1. Timbul kuning pada hari 1. Pertahankan
pertama (<24 jam) setelah lahir asupan asi agar
2. Kuning ditemukan pada umur > tidak kekurangan
14 hari cairan
3. Kuning seluruh tubuh mulai dari 2. Jaga tubuh tetap
kepala, bada sampai telapak hangat
tangan atau telapak kaki 3. Rujuk segera
Ikterus 1. Timbul kuning pada umur >24 1. Lakukan asuhan
jam sampai dengan umur 14 hari dasar bayi muda
2. Kuning tidak sampai telapak 2. Menyusu lebih
tangan atau kaki sering
3. Jika
memungkinkan
rujuk untuk
penentuan kadar
bilirubin dan tata
laksana yang sesuai
4. Nasihati untuk
menginformasikan
hasil pemeriksaan
bilirubin
5. Kunjungan ulang 1
hari
6. Nasihati kapan
harus Kembali
segera
Tidak ada Tidak kuning 1. Lakukan asuhan
ikterus dasar bayi muda
2. Nasihati kapan
harus segera
Kembali
• Kramer 2 : kuning sampai dengan badan bagian atas (dari pusar keatas)
• Kramer 3 : kuning sampai badan bagian bawah hingga lutut atau siku
WHO, 2013, Pocket of Hospital Care for Children: Guidelines for The Management of
Common Childhood Illnesses 2nd ed, Malta
Rulina Suradi dan Debby Letupeirissa. Air Susu Ibu dan Ikterus. 2013.
https://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/air-susu-ibu-dan-ikterus