Anda di halaman 1dari 13

TAFSIR AYAT HUKUM TATA NEGARA

SISTEM PEMERINTAHAN IMAMAH DALAM Q.S AL-FURQAN AYAT


74 DAN AL-AHQAF AYAT 12

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Muh. Fathoni Hasyim, M.Ag.

Disusun Oleh:
Kelompok 6
Cintya Anggi Maulida 05010422006

Shinta Nur Hafifah 05010422018

Citra Kharisma 05020422031

Ameliya Marti Ningsih 05040422057

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

OKTOBER 2023
1

SISTEM PEMERINTAHAN IMAMAH DALAM Q.S AL AL-FURQAN AYAT 74, DAN


AL-AHQAF AYAT 12

Shinta Nur Hafifah, Cintya Anggi Maulida, Citra Kharisma, Ameliya Marti Ningsih

Prodi Hukum Tata Negara, Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Jl. Ahmad Yani No. 117, Jemur Wonosari, Kec. Wonocolo, Surabaya, Jawa Timur 60237

e-mail: 05010422018@student.uinsby.ac.id, 05010422006@student.uinsby.ac.id,


05020422031@student.uinsby.ac.id, 05040422057@student.uinsby.ac.id

Abstract

Leadership is the characteristic of a leader in carrying out his duties and obligations as well
as his moral responsibility for all the implementation of his authority which has been delegated
to the people he leads. So, leadership is more functional in nature which will be differentiated
into certain types. Leadership is also the implementation of the skills of managing other people
as subordinates, managing human resources and organizational resources in general.
Therefore, every leader (imamah) needs to have managerial skills which greatly influence the
power they have. even though Al-Asham deviated from their ijma'. If imamah (leadership) is
known to be obligatory according to Sharia, then the obligatory status of imamah (leadership)
is fardhu kifayah like jihad and seeking knowledge. This means that if the imamate (leadership)
has been exercised by the person who has the right to exercise it, then the imamate (leadership)
is fardhu kifayah.

Keyword: system of governance of Imamah, Imamah, Al-Qur’an

Abstrak

Kepemimpinan merupakan sifat dari pemimpin dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya
serta tanggung jawabnya secara moral atas seluruh pelaksanaan wewenangnya yang telah
didelegasikan kepada orang-orang yang dipimpinnya. Jadi, kepemimpinan lebih bersifat
fungsional yang akan dibedakan dengan tipe-tipe tertentu. Kepemimpinan juga merupakan
pelaksanaan dari keterampilan mengelola orang lain sebagai bawahannya, mengelola sumber
2

daya manusia dan sumber daya organisasi secara umum. Oleh karena itu, setiap pemimpin
(imamah) perlu memiliki managerial skill yang sangat berpengaruh pada kekuasaan yang
dimilikinya. kendati Al-Asham menyimpang dari ijma’ mereka Jika imamah (kepemimpinan)
telah diketahui sebagai hal yang wajib menurut Syariat, maka status wajibnya imamah
(kepemimpinan) adalah fardhu kifayah seperti jihad dan mencari ilmu. Artinya jika imamah
(kepemimpinan) telah dijalankan oleh orang yang berhak menjalankannya, maka imamah
(kepemimpinan) adalah fardhu kifayah.

Kata kunci : sistem pemerintahan, imamah, Al-Qur'an

PENDAHULUAN

Dalam kamus bahasa Arab Imamah biasa disebut ‫ امام‬yang artinya kepemimpinan.
Adapun kata imam dalam al-Qur'an memiliki beberapa arti yang terdapat di ( QS. Al Ahqaf/46:
12) dan ( QS. al Furqan/25: 74). Berdasarkan uraian tersebut menunjukkan bahwa makna
imam adalah luas maka dalam tulisan ini penulis batasi pada Q.S al Furqan/25: 74 sebagai
berikut.

‫اج ن َ ا َو ذ ُ ِر ي َّ ا ت ِ ن َ ا ق ُ َّر ة َ أ َعْ ي ُ ٍن َو ا ْج ع َ ل ْ ن َ ا ل ِ ل ْ مُ ت َّ ق ِي َن إ ِ َم ا ًم ا‬


ِ ‫ب ل َ ن َ ا ِم ْن أ َ ْز َو‬
ْ َ ‫َو ا ل َّ ِذ ي َن ي َ ق ُ و ل ُ و َن َر ب َّ ن َ ا ه‬

Terjemahnya: Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada Kami
isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang hati (Kami), dan Jadikanlah Kami
imam bagi orang-orang yang bertakwa”.

Ayat ini juga membuktikan bahwa sifat-sifat hamba-hamba Allah yang terpuji itu tidak
hanya terbatas pada upaya menghiasi diri dengan amal-amal shaleh terpuji, tetapi juga
memberikan perhatian kepada keluarga dan anak keturunan, bahkan masyarakat secara umum.
Doa mereka itu tentu saja dibarengi dengan usaha mendidik anak dan keluarga agar menjadi
manusia terhormat, karena anak dan pasangan tidak dapat menjadi penyejuk mata tanpa
keberagamaan yang baik, budi pekerti yang luhur serta pengetahuan yang memadai.

Kepemimpinan merupakan sifat dari pemimpin dalam melaksanakan tugas dan


kewajibannya serta tanggung jawabnya secara moral atas seluruh pelaksanaan wewenangnya
yang telah didelegasikan kepada orang-orang yang dipimpinnya. Jadi, kepemimpinan lebih
bersifat fungsional yang akan dibedakan dengan tipe-tipe tertentu. Kepemimpinan juga
merupakan pelaksanaan dari keterampilan mengelola orang lain sebagai bawahannya,
mengelola sumber daya manusia dan sumber daya organisasi secara umum. Oleh karena itu,
3

setiap pemimpin (imamah) perlu memiliki managerial skill yang sangat berpengaruh pada
kekuasaan yang dimilikinya.

Tugas imamah (pemimpin) didalam pengertian modern adalah membentuk dan


memelihara dilingkungan manusia bekerjasama dalam suatu kelompok yang terorganisir
dengan baik, menyelesaikan tugas mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Seorang imamah
harus efektif dalam melaksanakan tugas-tugas yang diembannya, karena seorang imamah
(pemimpin) yang efektif anggotanya dapat merasakan kebutuhannya, baik kebutuhan bekerja,
motivasi, rekreasi, kesehatan, sandang, pangan, tempat tinggal, maupun kebutuhan lainnya
yang pantas didapatkannya.

Athoillah mengatakan sebagaimana dikutif oleh U. Saefullah bahwa kepemimpinan


dapat diartikan sebagai manifestasi pengaruh yang melekat pada jiwanya. Pengaruh tersebut
ada yang dibentuk oleh pensyaratan formal dan bisa juga pembawaannya jiwanya.
Pembentukan pengaruh kepemimpinan dapat bersifat natural, tidak diciptakan, tetapi
merupakan bakat bawaan yang telah melekat dengan sendirinya. Pemimpin yang formal
ataupun non formal, natural ataupun struktural harus memiliki satu sifat mutlak, yaitu pengaruh
dan terampil memanfaatkan pengaruhnya untuk mengelola organisasi dan mengatur tingkah
laku orang lain agar tujuannya tercapai.

Pengertian Sistem Pemerintahan Imamah

Sesungguhnya imam (khalifah) itu diproyeksi untuk mengambil alih peran kenabian
dalam menjaga agama dan mengatur dunia. Pemberian jabatan imamah (kepemimpinan)
kepada orang yang mampu menjalankan tugas di atas pada umat adalah wajib berdasarkan
ijma’ (konsesus ulama), kendati Al-Asham menyimpang dari ijma’ mereka Jika imamah
(kepemimpinan) telah diketahui sebagai hal yang wajib menurut Syariat, maka status wajibnya
imamah (kepemimpinan) adalah fardhu kifayah seperti jihad dan mencari ilmu. Artinya jika
imamah (kepemimpinan) telah dijalankan oleh orang yang berhak menjalankannya, maka
imamah (kepemimpinan) adalah fardhu kifayah.

Namun, jika tidak ada orang yang menjalankan tugas imamah (kepemimpinan), maka
harus ada dua pihak; 1. Dewan pemilih yang bertugas memilih imam (khalifah) bagi umat. 2.
Dewan imam (khalifah) yang bertugas mengangkat salah seorang dari mereka sebagai imam
(khalifah) Selain dua pihak di atas tidak mempunyai dosa atas keterlambatan pengangkatan
imam (khalifah). Jika kedua pihak di atas mendapatkan keistimewaan untuk mengangkat imam
(khalifah), maka masing-masing dari keduanya wajib memiliki kriteria-kriteria yang legal.
4

Tugas imamah (pemimpin) dalam pengertian modern adalah membentuk dan


memelihara dilingkungan manusia bekerjasama dalam suatu kelompok yang terorganisir
dengan baik, menyelesaikan tugas mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Seorang imamah
harus efektif dalam melaksanakan tugas-tugas yang diembannya, karena seorang imamah
(pemimpin) yang efektif anggotanya dapat merasakan kebutuhannya, baik kebutuhan bekerja,
motivasi, rekreasi, kesehatan, sandang, pangan, tempat tinggal, maupun kebutuhan lainnya
yang pantas didapatkannya. Pemimpin yang memiliki ciri kepemimpinan adalah seseorang
yang memiliki kualitas kualitas diri yang baik tercermin dari sifat-sifat atau watak. Biasanya
sifat/watak yang diharapkan anggota dari pemimpinnya adalah cerdas, bijak, semangat,
tanggungjawab,dan dapat dipercaya.1

Kepemimpinan atau leadership merupakan seni dan keterampilan orang dalam


memanfaatkan kekuasaannya untuk memengaruhi orang lain agar melaksanakan aktivitas
tertentu yang diharapkan pada tujuan yang telah ditetapkan. Memimpin adalah mengerjakan
niat dengan tujuan tertentu, tetapi dilaksanakan orang lain. Orang yang dipimpin adalah orang
yang diperintah, dipengaruhi, dan diatur oleh ketetentuan yang berlaku secara formal dan
formal Kepemimpinan merupakan sifat dari pemimpin dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya serta tanggung jawabnya secara moral atas seluruh pelaksanaan wewenangnya
yang telah didelegasikan kepada orang-orang yang dipimpinnya. Jadi, kepemimpinan lebih
bersifat fungsional yang akan dibedakan dengan tipe-tipe tertentu. Kepemimpinan juga
merupakan pelaksanaan dari keterampilan mengelola orang lain sebagai bawahannya,
mengelola sumber daya manusia dan sumber daya organisasi secara umum.

Oleh karena itu, setiap pemimpin (imamah) perlu memiliki managerial skill yang sangat
berpengaruh pada kekuasaan yang dimilikinya.2Athoillah mengatakan sebagaimana dikutif
oleh U. Saefullah bahwa kepemimpinan dapat diartikan sebagai manifestasi pengaruh yang
melekat pada jiwanya. Pengaruh tersebut ada yang dibentuk oleh pensyaratan formal dan bisa
juga pembawaannya jiwanya. Pembentukan pengaruh kepemimpinan dapat bersifat natural,
tidak diciptakan, tetapi merupakan bakat bawaan yang telah melekat dengan sendirinya.
Pemimpin yang formal ataupun non formal, natural ataupun struktural harus memiliki satu sifat
mutlak, yaitu pengaruh dan terampil memanfaatkan pengaruhnya untuk mengelola organisasi
dan mengatur tingkah laku orang lain agar tujuannya tercapai.3 Dari uraian tersebut dapat

1
H.Engkoswara dkk, Administrasi Pendidikan, (Cet.I; Bandung: Alfabeta, 2010), h.178
2
U.Saefullah, Manajemen Pendidikan Islam (Bandung: UIN Sunan Gunung Djati, 2010), h.139.
3
Ibid.,h. 139
5

dipahami, bahwa seorang imamah (pemimpin) harus mampu membujuk atau mengajak suatu
kelompok untuk bekerjasama mencapai tujuan. Bekerjasama dalam mencapai suatu tujuan
adalah penting, karena bagaimanapun beratnya suatu pekerjaan kalau dikerjakan secara
bersama maka akan mudah untuk mencapainya.

Dalam kamus bahasa Arab Imamah biasa disebut ‫امام‬yang artinya yang diikuti.4 Adapun
kata imam dalam al-Qur'an memiliki beberapa arti antara lain : (a) imam berarti "Nabi", aku
akan menjadikanmu Ibrahim imam bagi seluruh manusia (Q.S Al Baqarah/2: 124), (b) imam
berarti "pedoman", Sebelum Al-Qur'an telah ada kitab Musa sebagai imam dan rahmat (Al
Ahqaf/46: 12), (c) imam berarti "kitab", segala sesuatu telah kami kumpulkan dalam imam
yang nyata (Yasin/36: 12), (d) imam berarti "pemimpin" orang yang berkata: ya Tuhan kami,
anugerahkanlah kepada isteri dan keturunan yang menjadi penyenang hati dan jadikanlah kami
imam bagi mereka yang bertakwa, atau ingatlah suatu hari nanti akan kami panggil tiap umat
dengan pemimpinnya (al Isra/17: 79), (e) Imam berarti "teladan-teladan" dan mereka
senantiasa berkata: Tuhan kami, anugerahkanlah buat kami, dari pasangan-pasangan kami serta
anak keturunan kami, penyejuk-penyejuk mata dan jadikanlah bagi orang-orang bertakwa
teladan-teladan (al Furqan/25: 74).

Berdasarkan uraian tersebut menunjukkan bahwa makna imam adalah luas maka dalam
tulisan ini penulis batasi pada Q.S al Furqan/25: 74 sebagai berikut.

‫َوٱ َّلذِينَ َيقُولُونَ َربَّنَا هَبْ لَنَا مِ ْن أ َ ْز َٰ َو ِجنَا َوذُ ِر َٰيَّ ِتنَا قُ َّرة َ أ َ ْعي ٍُن َوٱ ْج َع ْلنَا ل ِْل ُمتَّقِينَ ِإ َما ًما‬

Terjemahnya: Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada Kami
isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang hati (Kami), dan Jadikanlah Kami
imam bagi orang-orang yang bertakwa.5

Ayat di atas menyatakan: Dan hamba-hamba Allah yang terpuji itu adalah mereka yang
juga senantiasa berkata yakni berdoa setelah berusaha bahwa: wahai Tuhan kami,
anugerahkanlah buat kami, dari pasangan pasangan hidup kami, kiranya mereka semua menjadi
penyejuk-penyejuk mata kami dan orang lain melalui budi pekerti dan karya-karya mereka
yang terpuji, dan jadikanlah kami yakni yang berdoa bersama pasangan dan anak

4
A.W.Munawwir, Kamus Al Munawwir Arab-Indonesia Lengkap (Yogyakarta: Progressif, 1997), h. 40
5
Kementerian Agama RI, Al Qur'an dan Terjemahnya (Jawa Barat: Cipta Bagus Segera,2012), h. 366
6

keturunannya, jadikan kami secara khusus bagi orang-orang yang bertakwa sebagai teladan-
teladan.6

QS. Al-Ahqaf:12

۟ ‫ظلَ ُم‬
َ‫وا َوبُ ْش َر َٰى ل ِْل ُمحْ ِسنِين‬ َ َ‫ع َربِيًّا ِليُنذ َِر ٱلَّذِين‬
َ ‫سانًا‬ َ ‫س َٰ ٰٓى إِ َما ًما َو َر ْح َمةً ۚ َو َٰ َهذَا ِك َٰت َبٌ ُّم‬
ٌ ‫صد‬
َ ‫ِق ِل‬ َ ‫َومِ ن قَ ْب ِلِۦه ِك َٰت َبُ ُمو‬

Artinya: Dan sebelum Al Quran itu telah ada kitab Musa sebagai petunjuk dan rahmat.
Dan ini (Al Quran) adalah kitab yang membenarkannya dalam bahasa Arab untuk memberi
peringatan kepada orang-orang yang zalim dan memberi kabar gembira kepada orang-orang
yang berbuat baik.

Pemerintahan Imamah Dalam Surah Al-Furqan ayat 74

Q.S Al-Furqan Ayat 74

‫َوٱلَّذِينَ يَقُولُونَ َربَّنَا هَبْ لَنَا ِم ْن أَ ْز َٰ َو ِجنَا َوذُ ِر َٰيَّتِنَا قُ َّرةَ أَ ْعي ٍُن َوٱجْ عَ ْلنَا ِل ْل ُمتَّقِينَ إِ َما ًما‬

Artinya: “ Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada Kami isteri-
isteri Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang hati (Kami), dan Jadikanlah Kami imam
bagi orang-orang yang bertakwa.”

Memimpin umat bukanlah sebuah jalan yang mudah, tentu di dalamnya memiliki lika-
liku termasuk hambatan yang akan muncul. Allah SWT menerangkan dalam Al-Quran Surah
Al-Furqan pada ayat 74 yang di dalamnya mengandung penjelasan menyangkut ranah
pendidikan. Dalam lembaga pendidikan tentu terdapat sebuah struktural yang masing-masing
memiliki peran penting dalam mensejahterakan umat manusia yang terlahir dengan karunia
akal supaya mau terus belajar. Mutu atau kualitas yang baik dalam lembaga pendidikan harus
di bangun sedini mungkin yang dapat ditumbuhkan melalui lingkungan keluarga, hal ini di
upayakan untuk dapat terjalin hubungan yang baik antar sesama umat maupun masing-masing
individu dengan individu lain, dalam memimpin sebuah lembaga pendidikan dapat bercermin
pada norma agama yang tidak jauh dengan kutipan dari isi Al-Quran yang salah satunya dari
Q.S Al-Furqan ayat 74.

Terdapat makna yang cukup luas dalam Al-Quran Surah Al-Furqan ayat 74 yang
membahas mengenai mutu pendidikan religiusitas pada setiap diri manusia. Dalam memimpin
lembaga Pendidikan Pemimpin tidak hanya cukup memenuhi dari segi materil saja akan tetapi

6
M.Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al Qur'an (Cet.III; Tangerang: Lentera
Hati, Rabi'ul Awal 1426/Mei 2005), h. 544-545
7

pemenuhan dalam aspek spiritual dapat menjadi sebuah tolak ukur keberhasilan dalam upaya
menciptakan hubungan timbal balik yang harmonis antara sesama makhluk sosial. Relevansi
penjelasan kepemimpinan dalam pendidikan berdasarkan Q.S Al- Furqan 74 yakni secara garis
umum dapat diambil pengertian keilmuan bahwa sebagai manusia yang telah dianugerahi gelar
Khalifah (pemimpin) di muka bumi kita harus dapat memimpin secara bijaksana yang sejalan
dengan misi nabi Muhammad SAW yakni di dasari dengan akhlak yang baik. Karena Ilmu
tanpa di iringi akhlak tidak akan berjalan seimbang. Akhlak dalam memimpin ranah pendidikan
harus di sertai pemahaman Qurani agar tidak salah dalam mengambil keputusan dan
menetapkan sebuah kebijkan. Simpangsiur antara ketidak adilan yang terjadi akibat pemimpin
yang salah langlah dalam menetapkan sebuah kebijkan menimbulkan keretakan dalam lembaga
pendidikan Itu sendiri. Manusia dilahirkan untuk dapat menciptakan proses dialektika yang
baik seusai landasan agama dan tuntunan Rasulullah Saw agar dapat tercipta kedamaian antara
umat manusia. 7

Korelasi tafsir jalalain dengan surat al furqan (25) ayat 74 yang berisi sebagai
berikut:Pelaksanaan kepemimpinan dengan menjalankan seluruh amanah sebagai pemegang
amanah secara adil dan memperhatikan perkara ditengah-tengah masyarakat, menegakkan
hukum secara tepat dan proporsional dalam segala kegiatan yang ada dalam masyarakat. Pada
korelasi ayat al-qur’an dan tafsir jalalain ini terhadap isyarat boleh-boleh saja sorang memohon
kepada Allah agar dijadikan pemimpin ,maka ia harus menjalankannya sesuai dengan tuntunan
al qur’an, yang dilarang meminta kedudukan padahal ia tidak punya kemampuan dalam bidang
itu. Kalau pemimpin suatu negeri bertaqwa, maka insya Allah yang muncul adalah pemimpin
yang bertaqwa pula, telah menjadi kaedah bahwa pemimpin adalah cerminan dari orang –orang
yang dipimpin secara umum. Jadi kalau mau pemimpin yang baik maka perbaiki rakyat dan
masyarakat.8 Ayat 74 dari Surah Al-Furqan dalam konteks

sistem pemerintahan Imamah (kepemimpinan Islam yang berpusat pada pemimpin atau
imam yang dipilih berdasarkan kriteria agama, moral, dan keadilan) dapat memberikan
pandangan penting. Di bawah ini adalah korelasi antara ayat ini dan sistem pemerintahan
Imamah:

1. Kepemimpinan yang Bertakwa

7
Akhmad et al., “Karakteristik Kepemimpinan Pendidikan Sesuai Dengan Ayat-Ayat Al-Qur’an.”
8
Ushansyah, “Kepemimpinan Lembaga Pendidikan Islam.”
8

Ayat ini menekankan pentingnya kepemimpinan yang bertakwa. Dalam sistem


Imamah, pemimpin atau imam dipilih karena ketakwaan dan kepatuhan mereka
terhadap prinsip-prinsip agama. Mereka dianggap sebagai teladan dalam kebaikan
moral dan spiritual.
2. Kesejahteraan dan Perlindungan Masyarakat
Imam dalam sistem Imamah harus peduli terhadap kesejahteraan masyarakat,
termasuk keluarga dan keturunan mereka. Mereka memiliki tanggung jawab untuk
menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan keluarga yang sehat dan
bahagia.
3. Panduan Moral dan Spiritual
Pemimpin Imamah juga harus memberikan panduan moral dan spiritual kepada
umat. Mereka memainkan peran penting dalam mempromosikan nilai-nilai agama,
etika, dan moralitas dalam masyarakat.
4. Tanggung Jawab Sosial Pemimpin
Ayat ini mengingatkan bahwa pemimpin memiliki tanggung jawab sosial yang
besar terhadap masyarakat. Dalam sistem Imamah, pemimpin dipilih untuk memimpin
dan melindungi kepentingan umat secara keseluruhan, termasuk keluarga dan
keturunan mereka.
5. Doa dan keyakinan
Ayat ini juga mencerminkan pentingnya doa dan keyakinan dalam
kepemimpinan. Pemimpin Imamah mengandalkan doa dan keyakinan untuk memandu
mereka dalam pengambilan keputusan yang baik untuk kepentingan umat.
Korelasi ini menunjukkan bahwa ayat ini dapat digunakan untuk mendukung
konsep sistem pemerintahan Imamah dalam Islam. Dalam sistem ini, pemimpin atau
imam dipilih berdasarkan ketakwaan, mempromosikan kesejahteraan masyarakat,
memberikan panduan moral dan spiritual, serta memiliki tanggung jawab sosial yang
besar terhadap umat. Ini menciptakan dasar untuk pemerintahan yang berlandaskan
pada nilai- nilai agama, etika, dan keadilan.

Sistem pemerintahan Imamah Dalam Surah Al-Ahqaf Ayat 12

Q.S Al-Ahqaf ayat 12

َ‫ظلَ ُم ْوا ۖ َوبُ ْش َٰرى ِل ْل ُمحْ ِسنِيْن‬


َ َ‫ع َر ِبيًّا ِليُ ْنذ َِر الَّ ِذيْن‬
َ ‫سانًا‬ َ ‫ب ُم ْوسَٰ ٰٓى اِ َما ًما َّو َرحْ َمةً ۗ َو َٰهذَا ِك َٰتبٌ ُّم‬
ٌ ‫صد‬
َ ‫ِق ِل‬ ُ ‫َو ِم ْن قَ ْب ِل ٖه ِك َٰت‬
9

Artinya : "Dan sebelum (Al-Qur'an) itu telah ada Kitab Musa sebagai petunjuk dan rahmat.
Dan (Al-Qur'an) ini adalah Kitab yang membenarkannya dalam bahasa Arab untuk
memberi peringatan kepada orang-orang yang zhalim dan memberi kabar gembira
kepada orang-orang yang berbuat baik."

Ayat ini menjelaskan secara berulang-ulang mengisyaratkan hubungan antara Al-


Qur'an dengan kitab-kitab sebelumnya, terutama dengan kitab Musa, karena memandang kitab
Isa sebagai penyempurna dan perluasan dari kitab Musa. Taurat tetap merupakan pokok syariah
dan akidah. Karena itu, kitab Musa disebut sebagai "Imam" dan disifati sebagai rahmat. Setiap
risalah langit merupakan rahmat, dengan segala maknanya baik di dunia maupun di akhirat,
bagi bumi dan penghuninya. "... Dan, ini (Al-Qur'an) adalah kitab yang membenarkan dalam
bahasa Arab..." Yakni, membenarkan pangkal utamanya yang menjadi landasan bertumpu bagi
seluruh agama, membenarkan manhaj ilahiah dan ditempuh oleh seluruh agama dan
membenarkan kecenderungan utama yang dituju oleh umat manusia agar dia dapat
berkomunikasi dengan Rabbnya Yang Tunggal lagi Maha Mulia.

Pengaitan Al-Qur'an dengan bahasa Arab bertujuan untuk mengingatkan mereka akan
nikmat yang diberikan kepada bangsa Arab untuk mengingatkan mereka akan kenikmatan yang
diberikan oleh Allah, dan pemilihan mereka sebagai umat yang menerima risalah-Nya dan
pemilihan bahasa mereka guna untuk menyampaikan Al-Qur'an yang Agung ini. Kemudian
dijelaskanlah karakteristik risalah dan fungsinya. Bahasa Arab yakni bahasa yang fasih, terang,
dan jelas. "…Untuk memberi peringatan kepada orang-orang yang zalim dan memberi kabar
gembira kepada orang-orang yang berbuat baik…" yang tentu memiliki tujuan seperti yang ada
pada terjemahan Q.S Al-Ahqaf ayat 12.9

Ayat ini juga menolak tuduhan orang-orang musyrik terhadap Al-Qur’an dan
membuktikan kebenarannya dengan mengatakan :

“Hai orang-orang kafir, kamu semua telah menyaksikan bahwa Allah telah menurunkan Taurat
yang mengandung pokok-pokok agama yang dibawa oleh Nabi Musa dan sebagai rahmat bagi
Bani Israil.”

9
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur'an X, Juz XXVI al-Ahqaf sd Qaaf, Hal. 318
10

Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa mengisyaratkan kedatangan Muhammad


sebagai nabi dan rasul terakhir yang membawa Al-Qur’an yang berbahasa Arab, membenarkan
kitab-kitab terdahulu yang diturunkan Allah agar dengan kitab itu ia memperingatkan semua
manusia, memberi kabar gembira kepada orang-orang yang mengamalkan isinya, dan
memperingatkan bahwa azab serta ancaman Allah akan menimpa orang-orang yang ingkar
kepadanya. Sekalipun kitab Taurat yang ada sekarang telah banyak dinodai oleh tangan
manusia, masih banyak terdapat ayat-ayat yang mengisyaratkan kedatangan Nabi Muhammad
saw sebagai nabi dan rasul terakhir yang paling sempurna.

Konsep "imam" yang di maksud dalam (Q.S Al-Ahqaf/46: 12) adalah sebagai kitab
pedoman sebelum Al-Qur'an telah ada kitab Musa sebagai imam dan rahmat.10 Yang dalam
ayat tersebut menyebutkan kalimat ‫ ومن قبله كتاب موسى إماما‬dimana kata "imam" dalam ayat
tersebut menunjuk kepada kitab yang merupakan kumpulan ketetapan dan petunjuk yang
dijadikan pedoman dan pegangan bagi manusia. Kitab yang dimaksudkan dalam ayat tersebut
adalah Taurat yang disandingkan dengan Al-Qur'an dengan pemahaman bahwa Al-Qur'an
sebagai imam bagi umat Muhammad SAW, sebagaimana Taurat bagi umat Nabi Musa. Dan ini
(Al-Qur’an) adalah kitab yang membenarkan kitab-kitab yang telah mendahuluinya. 11

Korelasi Q.S Al-Ahqaf ayat 12 ini dalam konsep pemerintahan imamah yakni, dalam
konteks islam. Konsep imamah ini mengacu pada kepemimpinan spiritual dalam komunitas
Muslim yang dianggap oleh beberapa kelompok sebagai penerus yang dipilih secara ilahi
sebelum dan sesudah Nabi Muhammad SAW. Konsep ini lebih terkait dengan pandangan Syiah
Islam, mereka memberi predikat "imam" tidak saja terkait dengan aspek politik tetapi juga
mencakup aspek agama secara keseluruhan. Dalam perspektif imamah, ayat ini dihubungkan
dengan konsep imamah yang menunjukkan bahwa Allah telah menunjuk seorang “imam” umat
Muslim setelah Nabi Musa yaitu Nabi Muhammad sebagai Nabi akhir zaman. Hal ini "imam"
dianggap sebagai pemimpin yang diangkat khusus oleh Allah (divinely appointed) dan
memiliki pengetahuan khusus tentang agama dan pedoman untuk umat Muslim. Dan dari
pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa konotasi “imam” mengacu pada pengertian
pemimpin spiritual, kerohanian, atau keagamaan.

10
Alauddin, Konsep Imamah dan Hubungannya, Journal of Islamic Education Management, Vol. 6, No. 2, 202:
171
11
Muhammad Zulkarnain Mubhar, KONSEP IMÂM DALAM AL-QUR’AN, Jurnal al-Mubarak, Vol. 4 Nomor.
1, Hal. 29-34, 2019
11

Dalam konteks ini, ayat ini dianggap sebagai bukti bahwa Allah selalu mengutus
pemimpin (imam) untuk memandu umat-Nya, seperti yang dilakukan oleh Nabi Musa dan
imam-imam setelahnya. Mereka dianggap sebagai sumber rahmat dan petunjuk bagi umat,
serta pemimpin yang membawa pesan Allah dalam bahasa Arab yang dapat dimengerti oleh
umat Muslim.12

KESIMPULAN

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan sifat dari
pemimpin dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya serta tanggung jawabnya secara moral
atas seluruh pelaksanaan wewenangnya yang telah didelegasikan kepada orang-orang yang
dipimpinnya. Jadi, kepemimpinan lebih bersifat fungsional yang akan dibedakan dengan tipe-
tipe tertentu. Kepemimpinan juga merupakan pelaksanaan dari keterampilan mengelola orang
lain sebagai bawahannya, mengelola sumber daya manusia dan sumber daya organisasi secara
umum. Oleh karena itu, setiap pemimpin (imamah) perlu memiliki managerial skill yang sangat
berpengaruh pada kekuasaan yang dimilikinya.

Kepemimpinan merupakan sifat dari pemimpin dalam melaksanakan tugas dan


kewajibannya serta tanggung jawabnya secara moral atas seluruh pelaksanaan wewenangnya
yang telah didelegasikan kepada orang-orang yang dipimpinnya. Jadi, kepemimpinan lebih
bersifat fungsional yang akan dibedakan dengan tipe-tipe tertentu. Kepemimpinan juga
merupakan pelaksanaan dari keterampilan mengelola orang lain sebagai bawahannya,
mengelola sumber daya manusia dan sumber daya organisasi secara umum.

12
Nia kurniawatie, DINAMIKA KEPEMIMPINAN DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN, Vol. III, No. 01, Hal.
98, Januari 2018
12

DAFTAR PUSTAKA

H.Engkoswara dkk, Administrasi Pendidikan, (Cet.I; Bandung: Alfabeta, 2010), h.178

Saefullah.U, Manajemen Pendidikan Islam (Bandung: UIN Sunan Gunung Djati, 2010),

h.139. Ibid.,h. 139

Munawwir A.W. , Kamus Al Munawwir Arab-Indonesia Lengkap (Yogyakarta: Progressif,

1997), h. 40

Kementerian Agama RI, Al Qur'an dan Terjemahnya (Jawa Barat: Cipta Bagus Segera,2012),

h. 366

M.Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al Qur'an (Cet.III;

Tangerang: Lentera Hati, Rabi'ul Awal 1426/Mei 2005), h. 544-545

Akhmad, Fandi, Maulida Nurus Sofia, Gita Dwi Jayanti, Windi Mega Lestari, and Zakki Teguh
Wibawa. “Karakteristik Kepemimpinan Pendidikan Sesuai Dengan Ayat-Ayat Al-
Qur’an.” Masaliq 1, no. 3 (2021): 50–61. https://doi.org/10.58578/masaliq.v1i3.44.

Ushansyah, Ushansyah. “Kepemimpinan Lembaga Pendidikan Islam.” Ittihad 14, no. 26


(2016): 7–9. https://doi.org/10.18592/ittihad.v14i26.872.

Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur'an X, Juz XXVI al-Ahqaf sd Qaaf, Hal. 318

Alauddin, Konsep Imamah dan Hubungannya, Journal of Islamic Education Management,

Vol. 6, No. 2, 202: 171

Muhammad Zulkarnain Mubhar, KONSEP IMÂM DALAM AL-QUR’AN, Jurnal al-

Mubarak, Vol. 4 Nomor. 1, Hal. 29-34, 2019

Nia kurniawatie, DINAMIKA KEPEMIMPINAN DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN,

Vol. III, No. 01, Hal. 98, Januari 2018

Anda mungkin juga menyukai