Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Muh. Fathoni Hasyim, M.Ag.
Disusun Oleh:
Kelompok 6
Cintya Anggi Maulida 05010422006
OKTOBER 2023
1
Shinta Nur Hafifah, Cintya Anggi Maulida, Citra Kharisma, Ameliya Marti Ningsih
Jl. Ahmad Yani No. 117, Jemur Wonosari, Kec. Wonocolo, Surabaya, Jawa Timur 60237
Abstract
Leadership is the characteristic of a leader in carrying out his duties and obligations as well
as his moral responsibility for all the implementation of his authority which has been delegated
to the people he leads. So, leadership is more functional in nature which will be differentiated
into certain types. Leadership is also the implementation of the skills of managing other people
as subordinates, managing human resources and organizational resources in general.
Therefore, every leader (imamah) needs to have managerial skills which greatly influence the
power they have. even though Al-Asham deviated from their ijma'. If imamah (leadership) is
known to be obligatory according to Sharia, then the obligatory status of imamah (leadership)
is fardhu kifayah like jihad and seeking knowledge. This means that if the imamate (leadership)
has been exercised by the person who has the right to exercise it, then the imamate (leadership)
is fardhu kifayah.
Abstrak
Kepemimpinan merupakan sifat dari pemimpin dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya
serta tanggung jawabnya secara moral atas seluruh pelaksanaan wewenangnya yang telah
didelegasikan kepada orang-orang yang dipimpinnya. Jadi, kepemimpinan lebih bersifat
fungsional yang akan dibedakan dengan tipe-tipe tertentu. Kepemimpinan juga merupakan
pelaksanaan dari keterampilan mengelola orang lain sebagai bawahannya, mengelola sumber
2
daya manusia dan sumber daya organisasi secara umum. Oleh karena itu, setiap pemimpin
(imamah) perlu memiliki managerial skill yang sangat berpengaruh pada kekuasaan yang
dimilikinya. kendati Al-Asham menyimpang dari ijma’ mereka Jika imamah (kepemimpinan)
telah diketahui sebagai hal yang wajib menurut Syariat, maka status wajibnya imamah
(kepemimpinan) adalah fardhu kifayah seperti jihad dan mencari ilmu. Artinya jika imamah
(kepemimpinan) telah dijalankan oleh orang yang berhak menjalankannya, maka imamah
(kepemimpinan) adalah fardhu kifayah.
PENDAHULUAN
Dalam kamus bahasa Arab Imamah biasa disebut امامyang artinya kepemimpinan.
Adapun kata imam dalam al-Qur'an memiliki beberapa arti yang terdapat di ( QS. Al Ahqaf/46:
12) dan ( QS. al Furqan/25: 74). Berdasarkan uraian tersebut menunjukkan bahwa makna
imam adalah luas maka dalam tulisan ini penulis batasi pada Q.S al Furqan/25: 74 sebagai
berikut.
Terjemahnya: Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada Kami
isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang hati (Kami), dan Jadikanlah Kami
imam bagi orang-orang yang bertakwa”.
Ayat ini juga membuktikan bahwa sifat-sifat hamba-hamba Allah yang terpuji itu tidak
hanya terbatas pada upaya menghiasi diri dengan amal-amal shaleh terpuji, tetapi juga
memberikan perhatian kepada keluarga dan anak keturunan, bahkan masyarakat secara umum.
Doa mereka itu tentu saja dibarengi dengan usaha mendidik anak dan keluarga agar menjadi
manusia terhormat, karena anak dan pasangan tidak dapat menjadi penyejuk mata tanpa
keberagamaan yang baik, budi pekerti yang luhur serta pengetahuan yang memadai.
setiap pemimpin (imamah) perlu memiliki managerial skill yang sangat berpengaruh pada
kekuasaan yang dimilikinya.
Sesungguhnya imam (khalifah) itu diproyeksi untuk mengambil alih peran kenabian
dalam menjaga agama dan mengatur dunia. Pemberian jabatan imamah (kepemimpinan)
kepada orang yang mampu menjalankan tugas di atas pada umat adalah wajib berdasarkan
ijma’ (konsesus ulama), kendati Al-Asham menyimpang dari ijma’ mereka Jika imamah
(kepemimpinan) telah diketahui sebagai hal yang wajib menurut Syariat, maka status wajibnya
imamah (kepemimpinan) adalah fardhu kifayah seperti jihad dan mencari ilmu. Artinya jika
imamah (kepemimpinan) telah dijalankan oleh orang yang berhak menjalankannya, maka
imamah (kepemimpinan) adalah fardhu kifayah.
Namun, jika tidak ada orang yang menjalankan tugas imamah (kepemimpinan), maka
harus ada dua pihak; 1. Dewan pemilih yang bertugas memilih imam (khalifah) bagi umat. 2.
Dewan imam (khalifah) yang bertugas mengangkat salah seorang dari mereka sebagai imam
(khalifah) Selain dua pihak di atas tidak mempunyai dosa atas keterlambatan pengangkatan
imam (khalifah). Jika kedua pihak di atas mendapatkan keistimewaan untuk mengangkat imam
(khalifah), maka masing-masing dari keduanya wajib memiliki kriteria-kriteria yang legal.
4
Oleh karena itu, setiap pemimpin (imamah) perlu memiliki managerial skill yang sangat
berpengaruh pada kekuasaan yang dimilikinya.2Athoillah mengatakan sebagaimana dikutif
oleh U. Saefullah bahwa kepemimpinan dapat diartikan sebagai manifestasi pengaruh yang
melekat pada jiwanya. Pengaruh tersebut ada yang dibentuk oleh pensyaratan formal dan bisa
juga pembawaannya jiwanya. Pembentukan pengaruh kepemimpinan dapat bersifat natural,
tidak diciptakan, tetapi merupakan bakat bawaan yang telah melekat dengan sendirinya.
Pemimpin yang formal ataupun non formal, natural ataupun struktural harus memiliki satu sifat
mutlak, yaitu pengaruh dan terampil memanfaatkan pengaruhnya untuk mengelola organisasi
dan mengatur tingkah laku orang lain agar tujuannya tercapai.3 Dari uraian tersebut dapat
1
H.Engkoswara dkk, Administrasi Pendidikan, (Cet.I; Bandung: Alfabeta, 2010), h.178
2
U.Saefullah, Manajemen Pendidikan Islam (Bandung: UIN Sunan Gunung Djati, 2010), h.139.
3
Ibid.,h. 139
5
dipahami, bahwa seorang imamah (pemimpin) harus mampu membujuk atau mengajak suatu
kelompok untuk bekerjasama mencapai tujuan. Bekerjasama dalam mencapai suatu tujuan
adalah penting, karena bagaimanapun beratnya suatu pekerjaan kalau dikerjakan secara
bersama maka akan mudah untuk mencapainya.
Dalam kamus bahasa Arab Imamah biasa disebut امامyang artinya yang diikuti.4 Adapun
kata imam dalam al-Qur'an memiliki beberapa arti antara lain : (a) imam berarti "Nabi", aku
akan menjadikanmu Ibrahim imam bagi seluruh manusia (Q.S Al Baqarah/2: 124), (b) imam
berarti "pedoman", Sebelum Al-Qur'an telah ada kitab Musa sebagai imam dan rahmat (Al
Ahqaf/46: 12), (c) imam berarti "kitab", segala sesuatu telah kami kumpulkan dalam imam
yang nyata (Yasin/36: 12), (d) imam berarti "pemimpin" orang yang berkata: ya Tuhan kami,
anugerahkanlah kepada isteri dan keturunan yang menjadi penyenang hati dan jadikanlah kami
imam bagi mereka yang bertakwa, atau ingatlah suatu hari nanti akan kami panggil tiap umat
dengan pemimpinnya (al Isra/17: 79), (e) Imam berarti "teladan-teladan" dan mereka
senantiasa berkata: Tuhan kami, anugerahkanlah buat kami, dari pasangan-pasangan kami serta
anak keturunan kami, penyejuk-penyejuk mata dan jadikanlah bagi orang-orang bertakwa
teladan-teladan (al Furqan/25: 74).
Berdasarkan uraian tersebut menunjukkan bahwa makna imam adalah luas maka dalam
tulisan ini penulis batasi pada Q.S al Furqan/25: 74 sebagai berikut.
َوٱ َّلذِينَ َيقُولُونَ َربَّنَا هَبْ لَنَا مِ ْن أ َ ْز َٰ َو ِجنَا َوذُ ِر َٰيَّ ِتنَا قُ َّرة َ أ َ ْعي ٍُن َوٱ ْج َع ْلنَا ل ِْل ُمتَّقِينَ ِإ َما ًما
Terjemahnya: Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada Kami
isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang hati (Kami), dan Jadikanlah Kami
imam bagi orang-orang yang bertakwa.5
Ayat di atas menyatakan: Dan hamba-hamba Allah yang terpuji itu adalah mereka yang
juga senantiasa berkata yakni berdoa setelah berusaha bahwa: wahai Tuhan kami,
anugerahkanlah buat kami, dari pasangan pasangan hidup kami, kiranya mereka semua menjadi
penyejuk-penyejuk mata kami dan orang lain melalui budi pekerti dan karya-karya mereka
yang terpuji, dan jadikanlah kami yakni yang berdoa bersama pasangan dan anak
4
A.W.Munawwir, Kamus Al Munawwir Arab-Indonesia Lengkap (Yogyakarta: Progressif, 1997), h. 40
5
Kementerian Agama RI, Al Qur'an dan Terjemahnya (Jawa Barat: Cipta Bagus Segera,2012), h. 366
6
keturunannya, jadikan kami secara khusus bagi orang-orang yang bertakwa sebagai teladan-
teladan.6
QS. Al-Ahqaf:12
۟ ظلَ ُم
َوا َوبُ ْش َر َٰى ل ِْل ُمحْ ِسنِين َ َع َربِيًّا ِليُنذ َِر ٱلَّذِين
َ سانًا َ س َٰ ٰٓى إِ َما ًما َو َر ْح َمةً ۚ َو َٰ َهذَا ِك َٰت َبٌ ُّم
ٌ صد
َ ِق ِل َ َومِ ن قَ ْب ِلِۦه ِك َٰت َبُ ُمو
Artinya: Dan sebelum Al Quran itu telah ada kitab Musa sebagai petunjuk dan rahmat.
Dan ini (Al Quran) adalah kitab yang membenarkannya dalam bahasa Arab untuk memberi
peringatan kepada orang-orang yang zalim dan memberi kabar gembira kepada orang-orang
yang berbuat baik.
َوٱلَّذِينَ يَقُولُونَ َربَّنَا هَبْ لَنَا ِم ْن أَ ْز َٰ َو ِجنَا َوذُ ِر َٰيَّتِنَا قُ َّرةَ أَ ْعي ٍُن َوٱجْ عَ ْلنَا ِل ْل ُمتَّقِينَ إِ َما ًما
Artinya: “ Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada Kami isteri-
isteri Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang hati (Kami), dan Jadikanlah Kami imam
bagi orang-orang yang bertakwa.”
Memimpin umat bukanlah sebuah jalan yang mudah, tentu di dalamnya memiliki lika-
liku termasuk hambatan yang akan muncul. Allah SWT menerangkan dalam Al-Quran Surah
Al-Furqan pada ayat 74 yang di dalamnya mengandung penjelasan menyangkut ranah
pendidikan. Dalam lembaga pendidikan tentu terdapat sebuah struktural yang masing-masing
memiliki peran penting dalam mensejahterakan umat manusia yang terlahir dengan karunia
akal supaya mau terus belajar. Mutu atau kualitas yang baik dalam lembaga pendidikan harus
di bangun sedini mungkin yang dapat ditumbuhkan melalui lingkungan keluarga, hal ini di
upayakan untuk dapat terjalin hubungan yang baik antar sesama umat maupun masing-masing
individu dengan individu lain, dalam memimpin sebuah lembaga pendidikan dapat bercermin
pada norma agama yang tidak jauh dengan kutipan dari isi Al-Quran yang salah satunya dari
Q.S Al-Furqan ayat 74.
Terdapat makna yang cukup luas dalam Al-Quran Surah Al-Furqan ayat 74 yang
membahas mengenai mutu pendidikan religiusitas pada setiap diri manusia. Dalam memimpin
lembaga Pendidikan Pemimpin tidak hanya cukup memenuhi dari segi materil saja akan tetapi
6
M.Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al Qur'an (Cet.III; Tangerang: Lentera
Hati, Rabi'ul Awal 1426/Mei 2005), h. 544-545
7
pemenuhan dalam aspek spiritual dapat menjadi sebuah tolak ukur keberhasilan dalam upaya
menciptakan hubungan timbal balik yang harmonis antara sesama makhluk sosial. Relevansi
penjelasan kepemimpinan dalam pendidikan berdasarkan Q.S Al- Furqan 74 yakni secara garis
umum dapat diambil pengertian keilmuan bahwa sebagai manusia yang telah dianugerahi gelar
Khalifah (pemimpin) di muka bumi kita harus dapat memimpin secara bijaksana yang sejalan
dengan misi nabi Muhammad SAW yakni di dasari dengan akhlak yang baik. Karena Ilmu
tanpa di iringi akhlak tidak akan berjalan seimbang. Akhlak dalam memimpin ranah pendidikan
harus di sertai pemahaman Qurani agar tidak salah dalam mengambil keputusan dan
menetapkan sebuah kebijkan. Simpangsiur antara ketidak adilan yang terjadi akibat pemimpin
yang salah langlah dalam menetapkan sebuah kebijkan menimbulkan keretakan dalam lembaga
pendidikan Itu sendiri. Manusia dilahirkan untuk dapat menciptakan proses dialektika yang
baik seusai landasan agama dan tuntunan Rasulullah Saw agar dapat tercipta kedamaian antara
umat manusia. 7
Korelasi tafsir jalalain dengan surat al furqan (25) ayat 74 yang berisi sebagai
berikut:Pelaksanaan kepemimpinan dengan menjalankan seluruh amanah sebagai pemegang
amanah secara adil dan memperhatikan perkara ditengah-tengah masyarakat, menegakkan
hukum secara tepat dan proporsional dalam segala kegiatan yang ada dalam masyarakat. Pada
korelasi ayat al-qur’an dan tafsir jalalain ini terhadap isyarat boleh-boleh saja sorang memohon
kepada Allah agar dijadikan pemimpin ,maka ia harus menjalankannya sesuai dengan tuntunan
al qur’an, yang dilarang meminta kedudukan padahal ia tidak punya kemampuan dalam bidang
itu. Kalau pemimpin suatu negeri bertaqwa, maka insya Allah yang muncul adalah pemimpin
yang bertaqwa pula, telah menjadi kaedah bahwa pemimpin adalah cerminan dari orang –orang
yang dipimpin secara umum. Jadi kalau mau pemimpin yang baik maka perbaiki rakyat dan
masyarakat.8 Ayat 74 dari Surah Al-Furqan dalam konteks
sistem pemerintahan Imamah (kepemimpinan Islam yang berpusat pada pemimpin atau
imam yang dipilih berdasarkan kriteria agama, moral, dan keadilan) dapat memberikan
pandangan penting. Di bawah ini adalah korelasi antara ayat ini dan sistem pemerintahan
Imamah:
7
Akhmad et al., “Karakteristik Kepemimpinan Pendidikan Sesuai Dengan Ayat-Ayat Al-Qur’an.”
8
Ushansyah, “Kepemimpinan Lembaga Pendidikan Islam.”
8
Artinya : "Dan sebelum (Al-Qur'an) itu telah ada Kitab Musa sebagai petunjuk dan rahmat.
Dan (Al-Qur'an) ini adalah Kitab yang membenarkannya dalam bahasa Arab untuk
memberi peringatan kepada orang-orang yang zhalim dan memberi kabar gembira
kepada orang-orang yang berbuat baik."
Pengaitan Al-Qur'an dengan bahasa Arab bertujuan untuk mengingatkan mereka akan
nikmat yang diberikan kepada bangsa Arab untuk mengingatkan mereka akan kenikmatan yang
diberikan oleh Allah, dan pemilihan mereka sebagai umat yang menerima risalah-Nya dan
pemilihan bahasa mereka guna untuk menyampaikan Al-Qur'an yang Agung ini. Kemudian
dijelaskanlah karakteristik risalah dan fungsinya. Bahasa Arab yakni bahasa yang fasih, terang,
dan jelas. "…Untuk memberi peringatan kepada orang-orang yang zalim dan memberi kabar
gembira kepada orang-orang yang berbuat baik…" yang tentu memiliki tujuan seperti yang ada
pada terjemahan Q.S Al-Ahqaf ayat 12.9
Ayat ini juga menolak tuduhan orang-orang musyrik terhadap Al-Qur’an dan
membuktikan kebenarannya dengan mengatakan :
“Hai orang-orang kafir, kamu semua telah menyaksikan bahwa Allah telah menurunkan Taurat
yang mengandung pokok-pokok agama yang dibawa oleh Nabi Musa dan sebagai rahmat bagi
Bani Israil.”
9
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur'an X, Juz XXVI al-Ahqaf sd Qaaf, Hal. 318
10
Konsep "imam" yang di maksud dalam (Q.S Al-Ahqaf/46: 12) adalah sebagai kitab
pedoman sebelum Al-Qur'an telah ada kitab Musa sebagai imam dan rahmat.10 Yang dalam
ayat tersebut menyebutkan kalimat ومن قبله كتاب موسى إماماdimana kata "imam" dalam ayat
tersebut menunjuk kepada kitab yang merupakan kumpulan ketetapan dan petunjuk yang
dijadikan pedoman dan pegangan bagi manusia. Kitab yang dimaksudkan dalam ayat tersebut
adalah Taurat yang disandingkan dengan Al-Qur'an dengan pemahaman bahwa Al-Qur'an
sebagai imam bagi umat Muhammad SAW, sebagaimana Taurat bagi umat Nabi Musa. Dan ini
(Al-Qur’an) adalah kitab yang membenarkan kitab-kitab yang telah mendahuluinya. 11
Korelasi Q.S Al-Ahqaf ayat 12 ini dalam konsep pemerintahan imamah yakni, dalam
konteks islam. Konsep imamah ini mengacu pada kepemimpinan spiritual dalam komunitas
Muslim yang dianggap oleh beberapa kelompok sebagai penerus yang dipilih secara ilahi
sebelum dan sesudah Nabi Muhammad SAW. Konsep ini lebih terkait dengan pandangan Syiah
Islam, mereka memberi predikat "imam" tidak saja terkait dengan aspek politik tetapi juga
mencakup aspek agama secara keseluruhan. Dalam perspektif imamah, ayat ini dihubungkan
dengan konsep imamah yang menunjukkan bahwa Allah telah menunjuk seorang “imam” umat
Muslim setelah Nabi Musa yaitu Nabi Muhammad sebagai Nabi akhir zaman. Hal ini "imam"
dianggap sebagai pemimpin yang diangkat khusus oleh Allah (divinely appointed) dan
memiliki pengetahuan khusus tentang agama dan pedoman untuk umat Muslim. Dan dari
pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa konotasi “imam” mengacu pada pengertian
pemimpin spiritual, kerohanian, atau keagamaan.
10
Alauddin, Konsep Imamah dan Hubungannya, Journal of Islamic Education Management, Vol. 6, No. 2, 202:
171
11
Muhammad Zulkarnain Mubhar, KONSEP IMÂM DALAM AL-QUR’AN, Jurnal al-Mubarak, Vol. 4 Nomor.
1, Hal. 29-34, 2019
11
Dalam konteks ini, ayat ini dianggap sebagai bukti bahwa Allah selalu mengutus
pemimpin (imam) untuk memandu umat-Nya, seperti yang dilakukan oleh Nabi Musa dan
imam-imam setelahnya. Mereka dianggap sebagai sumber rahmat dan petunjuk bagi umat,
serta pemimpin yang membawa pesan Allah dalam bahasa Arab yang dapat dimengerti oleh
umat Muslim.12
KESIMPULAN
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan sifat dari
pemimpin dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya serta tanggung jawabnya secara moral
atas seluruh pelaksanaan wewenangnya yang telah didelegasikan kepada orang-orang yang
dipimpinnya. Jadi, kepemimpinan lebih bersifat fungsional yang akan dibedakan dengan tipe-
tipe tertentu. Kepemimpinan juga merupakan pelaksanaan dari keterampilan mengelola orang
lain sebagai bawahannya, mengelola sumber daya manusia dan sumber daya organisasi secara
umum. Oleh karena itu, setiap pemimpin (imamah) perlu memiliki managerial skill yang sangat
berpengaruh pada kekuasaan yang dimilikinya.
12
Nia kurniawatie, DINAMIKA KEPEMIMPINAN DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN, Vol. III, No. 01, Hal.
98, Januari 2018
12
DAFTAR PUSTAKA
Saefullah.U, Manajemen Pendidikan Islam (Bandung: UIN Sunan Gunung Djati, 2010),
1997), h. 40
Kementerian Agama RI, Al Qur'an dan Terjemahnya (Jawa Barat: Cipta Bagus Segera,2012),
h. 366
M.Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al Qur'an (Cet.III;
Akhmad, Fandi, Maulida Nurus Sofia, Gita Dwi Jayanti, Windi Mega Lestari, and Zakki Teguh
Wibawa. “Karakteristik Kepemimpinan Pendidikan Sesuai Dengan Ayat-Ayat Al-
Qur’an.” Masaliq 1, no. 3 (2021): 50–61. https://doi.org/10.58578/masaliq.v1i3.44.
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur'an X, Juz XXVI al-Ahqaf sd Qaaf, Hal. 318