Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Nasional Teknik Elektro dan Teknologi Informasi | Vol. 11, No.

4, November 2022 ID-281

Estimasi Deviasi Parameter pada Motor DC Menggunakan


Sliding-Mode Observer dan Algoritme Least-Square
Dzuhri Radityo Utomo1, Muhammad Faris2

Intisari—Pemeliharaan suatu plant menjadi hal yang penting berakibat pada berhentinya proses produksi, sehingga
untuk menghindari terjadinya kegagalan pada operasi plant menimbulkan kerugian yang cukup besar, baik dari segi biaya
tersebut. Salah satu cara untuk mendeteksi adanya kegagalan maupun waktu, bagi industri tersebut. Selain itu, proses
pada plant adalah dengan melakukan estimasi parameter dari perbaikan yang dilakukan ketika suatu plant sudah berada
plant tersebut. Penyimpangan nilai parameter plant yang terlalu
jauh dari nilai nominalnya dapat meningkatkan potensi
dalam tingkat kerusakan yang cukup parah juga memerlukan
terjadinya kegagalan pada plant. Dalam makalah ini, diusulkan biaya yang cukup tinggi, sehingga akan memperparah kerugian
suatu metode estimasi deviasi parameter sebuah sistem linear finansial yang dialami oleh industri tersebut.
sebagai pengembangan dari metode estimasi deviasi parameter Proses pemeliharaan yang dilakukan setelah terjadinya
yang telah diusulkan sebelumnya. Komponen utama dalam sistem kerusakan pada plant biasanya disebut sebagai reactive
estimasi deviasi parameter ini adalah sebuah blok observer yang maintenance [1]. Ada pula jenis pemeliharaan yang dilakukan
mengadopsi metode sliding-mode observer dan dikombinasikan melalui pemantuan secara berkala (periodis). Akan tetapi, bagi
dengan sebuah blok tapis adaptif. Blok tapis adaptif yang suatu plant dengan beban kerja yang tinggi, keterlambatan
digunakan dalam metode estimasi deviasi parameter yang
dalam proses pemeliharaan sering terjadi karena komponen-
diusulkan ini mengadopsi algoritme least-square, alih-alih
menggunakan algoritme gradient-descent yang diusulkan pada komponen pada plant tersebut mengalami degradasi yang lebih
metode estimasi sebelumnya. Metode estimasi deviasi parameter cepat dari yang diperkirakan sebelumnya. Sebagai akibatnya,
yang diusulkan ini kemudian diujikan untuk melakukan proses plant tersebut akan terlanjur mengalami kegagalan tanpa
estimasi deviasi parameter pada kasus plant sebuah motor DC. terdeteksi sebelumnya. Untuk mengatasi hal tersebut,
Hasil simulasi menunjukkan bahwa metode ini mempunyai diperlukan suatu proses monitoring yang kontinu sehingga
akurasi yang baik dalam proses estimasi deviasi nilai parameter munculnya potensi kegagalan pada suatu plant dapat terdeteksi
motor DC dengan galat maksimal hasil estimasi kurang dari 4%. secara dini dan tindakan antisipasi dapat dilakukan sebelum
Metode estimasi deviasi parameter yang diusulkan ini mampu plant tersebut mengalami kerusakan yang lebih parah.
mengestimasi deviasi nilai parameter motor DC, baik nilai deviasi
yang bernilai konstan maupun nilai deviasi yang semakin besar
Pemeliharaan suatu plant banyak menggunakan data statistis
seiring dengan berjalannya waktu. Selain itu, proses estimasi sebagai dasarnya [2]-[4]. Akan tetapi, pada perkembangan
deviasi parameter menggunakan metode ini juga menghasilkan selanjutnya, pemeliharaan berbasis model menjadi metode
tingkat akurasi yang baik walaupun menggunakan isyarat pemeliharaan yang lebih populer untuk digunakan [5]-[12].
masukan dengan frekuensi yang tidak terlalu tinggi. Metode Dengan berbasis pada model matematis dari plant tersebut,
estimasi deviasi parameter yang diusulkan ini cocok diadopsi cakupan penyelesaian masalah yang ditawarkan menjadi lebih
dalam proses monitoring parameter sebuah sistem linear sehingga luas. Metode pemeliharaan berbasis model ini juga dapat
fault pada plant dapat dideteksi dan ditangani sebelum terjadinya digunakan untuk melakukan proses identifikasi lokasi
kegagalan pada plant.
kesalahan yang terjadi pada plant tersebut. Sebagai contoh,
metode deteksi kesalahan yang berhubungan dengan masukan
Kata Kunci—Sliding-Mode Observer, Deviasi Parameter, sebuah plant (actuator fault signal detection) telah diusulkan
Algoritme Least-Square, Sistem Linear, Motor DC.
pada [13]-[16], sedangkan metode deteksi kesalahan yang
I. PENDAHULUAN berhubungan dengan keluaran sebuah plant (sensor fault signal
detection) telah diusulkan pada [17]-[20]. Selain adanya
Pemeliharaan (maintenance) suatu plant merupakan bagian
kesalahan pada aktuator (masukan) maupun sensor (keluaran),
yang sangat penting dalam kelancaran operasi plant tersebut.
kesalahan yang mungkin terjadi pada sebuah plant adalah
Adanya kerusakan yang terjadi pada suatu plant akan
akibat adanya deviasi nilai parameter-parameter pada plant
menyebabkan terhambatnya operasi plant tersebut. Kerusakan
tersebut dari nilai normalnya. Deviasi nilai parameter tersebut
dengan tingkat yang cukup parah dapat berakibat pada
dapat terjadi karena proses pengoperasian plant secara terus-
berhentinya operasi dari plant tersebut. Hal ini tentu saja
menerus, sehingga muncul perubahan pada nilai parameter-
bukanlah suatu hal yang baik, apalagi bagi plant yang berada
parameter tersebut. Proses perubahan nilai parameter tersebut
dalam suatu industri. Kerusakan fatal pada plant tersebut dapat
biasanya terjadi secara perlahan. Akan tetapi, dalam waktu
yang lama, deviasi nilai parameter dari plant tersebut dapat
1 Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi,
menjadi cukup besar dan berada di luar ambang batas
Universitas Gadjah Mada, Jl. Grafika No. 2 Kampus UGM, normalnya, sehingga meningkatkan potensi terjadinya
Yogyakarta 55281 INDONESIA (tlp: 0274-552305; fax: 0274- kerusakan fatal pada plant. Oleh karena itu, diperlukan suatu
547506; email: dzuhri.r.u@ugm.ac.id)
2 Department of Electrical Engineering, Chalmers University of metode estimasi deviasi nilai parameter sebuah plant. Dengan
Technology, SE-412 96 Gothenburg SWEDIA (tlp: +46 (0)31-772 10 adanya metode estimasi tersebut, diharapkan proses
00; email: farism@chalmers.se) pendeteksian kesalahan yang terjadi pada suatu plant dapat

Dzuhri Radityo Utomo: Estimasi Deviasi Parameter pada ... p-ISSN 2301 – 4156 | e-ISSN 2460 – 5719
ID-282 Jurnal Nasional Teknik Elektro dan Teknologi Informasi | Vol. 11, No. 4, November 2022

dilakukan secara dini, sebelum terjadinya kerusakan fatal pada 𝑥̇̂ (𝑡) = 𝐴𝑥̂(𝑡) + 𝐵𝑢(𝑡) + 𝐹[𝑦(𝑡) − 𝐶𝑥̂(𝑡)] (5)
plant tersebut.
Tujuan penelitian yang dipaparkan dalam makalah ini adalah untuk mereplikasi dinamika dari plant yang hendak diestimasi,
untuk melakukan estimasi deviasi nilai parameter suatu plant. dengan 𝐹 ∈ ℝ𝑛×𝑝 didefinisikan sebagai matriks gain dari
Proses estimasi ini dilakukan dengan menggabungkan metode sistem observer ini. Sistem observer seperti ini biasa disebut
rekonstruksi sinyal kesalahan aktuator menggunakan sliding- sebagai observer Luenberger [22]. Didefinisikan sebuah
mode observer (SMO) dengan metode estimasi menggunakan variabel 𝑒(𝑡) dengan nilai sebagai berikut.
algoritme least-square untuk melakukan estimasi deviasi nilai 𝑒(𝑡) = 𝑥(𝑡) − 𝑥̂(𝑡). (6)
parameter suatu plant berdasarkan hasil rekonstruksi sinyal
kesalahan aktuator yang telah didapat sebelumnya. Metode Variabel ini disebut sebagai state estimation error, yang
yang diusulkan pada makalah ini merupakan pengembangan merepresentasikan perbedaan nilai antara vektor keadaan 𝑥̂(𝑡)
dari metode yang diusulkan pada [21]. Perbedaan utamanya hasil estimasi observer dengan nilai vektor keadaan 𝑥(𝑡) yang
terletak pada penggunaan algoritme least-square, alih-alih sebenarnya. Dari (3)-(6), didapatkan dinamika dari 𝑒(𝑡)
menggunakan algoritme gradient descent [21]. Penggunaan tersebut seperti ditunjukkan (7).
algoritme least-square ini diharapkan mampu meningkatkan 𝑒̇ (𝑡) = (𝐴 − 𝐹𝐶)𝑒(𝑡) + 𝜇(𝑡). (7)
akurasi hasil estimasi parameter plant yang baik walaupun
hanya menggunakan sinyal dengan frekuensi rendah. Jika diasumsikan bahwa sistem tersebut tidak mengalami
Makalah ini ditulis dengan susunan sebagai berikut. gangguan pada aktuator (𝜇 = 0), maka 𝑒 → 0 ketika 𝑡 → ∞
Pertama-tama, Bagian II menjelaskan beberapa tinjauan dengan syarat semua eigenvalue dari matriks (𝐴 − 𝐹𝐶) bernilai
pustaka mengenai model matematis sebuah plant dengan stabil. Akibatnya, nilai vektor keadaan 𝑥̂(𝑡) dari sistem
kesalahan aktuator, rekonstruksi sinyal kesalahan aktuator observer tersebut akan sama dengan nilai vektor keadaan 𝑥(𝑡)
menggunakan SMO, dan metode estimasi deviasi parameter dari plant yang sebenarnya.
sebuah plant yang telah diusulkan pada [21]. Selanjutnya, Akan tetapi, hal ini tidak terjadi ketika plant tersebut
Bagian III menjelaskan mengenai model matematis sebuah mengalami kesalahan aktuator. Seperti yang terlihat pada (7),
motor DC yang dilanjutkan dengan penjelasan mengenai akibat adanya sinyal kesalahan aktuator 𝜇(𝑡), nilai dari 𝑒(𝑡)
metode estimasi deviasi parameter motor DC yang diusulkan tidak akan mencapai nilai nol, sehingga sistem observer
pada makalah ini. Sebagai verifikasi dari efektivitas metode tersebut tidak mampu melakukan estimasi nilai vektor keadaan
yang diusulkan, beberapa hasil simulasi dan pembahasannya dengan baik. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah sistem
dijelaskan pada Bagian IV. Terakhir, makalah ini ditutup observer yang mampu meredam efek adanya sinyal kesalahan
dengan pemberian beberapa kesimpulan pada Bagian V. aktuator tersebut dan juga mampu melakukan proses
rekonstruksi dari sinyal tersebut, yang selanjutnya dapat
II. KESALAHAN AKTUATOR DAN ESTIMASI DEVIASI digunakan untuk memperbaiki kinerja plant.
PARAMETER
B. Rekonstruksi Sinyal Kesalahan Aktuator Menggunakan
A. Model Matematis Plant dengan Kesalahan Aktuator Sliding-mode Observer (SMO)
Sebuah sistem linear time-invariant (LTI) dapat dimodelkan Sliding-mode adalah metode pengendalian suatu sistem
dengan sebuah persamaan keadaan (state equation) seperti dengan menggunakan switched control law untuk membawa
ditunjukkan oleh persamaan berikut. dan mempertahankan keadaan suatu sistem agar berada pada
𝑥̇ (𝑡) = 𝐴𝑥(𝑡) + 𝐵𝑢(𝑡) (1) keadaan tertentu yang sudah didefinisikan sebelumnya [20].
Metode ini juga dapat diadopsi ke dalam sebuah sistem
𝑦(𝑡) = 𝐶𝑥(𝑡) (2) observer untuk mempertahankan nilai state estimation error
dengan 𝑥 ∈ ℝ𝑛 , 𝑢 ∈ ℝ𝑚 , dan 𝑦 ∈ ℝ𝑝 adalah vektor keadaan, agar selalu bernilai nol. Oleh karena itu, tipe observer seperti
vektor masukan, dan vektor keluaran dari plant tersebut, serta ini disebut sebagai SMO.
𝑛, 𝑚, dan 𝑝 adalah jumlah keadaan, masukan, dan keluaran dari Persamaan dinamis dari sebuah SMO ditunjukkan oleh
plant tersebut. Nilai dari matriks 𝐴 ∈ ℝ𝑛×𝑛 , 𝐵 ∈ ℝ𝑛×𝑚 , dan persamaan berikut.
𝐶 ∈ ℝ𝑝×𝑛 akan menentukan karakteristik plant tersebut.
𝑥̇̂ (𝑡) = 𝐴𝑥̂(𝑡) + 𝐵𝑢(𝑡) + 𝐺𝜈 (𝑒𝑦 (𝑡)) (8)
Apabila muncul sebuah gangguan pada aktuator dari plant,
plant tersebut dapat dimodelkan menggunakan persamaan dengan
matematis berikut.
𝑒𝑦 (𝑡) = 𝑦(𝑡) − 𝐶𝑥̂(𝑡) (9)
𝑥̇ (𝑡) = 𝐴𝑥(𝑡) + 𝐵𝑢(𝑡) + 𝜇(𝑡) (3)
didefinisikan sebagai output estimation error, 𝜈 ∈ ℝ𝑝
𝑦(𝑡) = 𝐶𝑥(𝑡) (4)
merupakan sinyal pengendali yang nilainya bergantung pada
dengan 𝜇 ∈ ℝ𝑛 adalah disturbance vector yang muncul akibat nilai vektor keluaran dari plant 𝑦(𝑡) dan nilai estimasi vektor
adanya gangguan pada aktuator dari plant tersebut [14], [15]. keadaan 𝑥̂(𝑡), dan 𝐺 ∈ ℝ𝑛×𝑝 didefinisikan sebagai matriks
Proses estimasi nilai vektor keadaan 𝑥(𝑡) dari plant tersebut gain dari sistem SMO ini. Untuk selanjutnya, akan ditinjau
dapat dilakukan dengan menggunakan sebuah sistem observer sebuah plant khusus yang mempunyai karakteristik sebagai
dengan persamaan dinamis berikut, berikut.

p-ISSN 2301 – 4156 | e-ISSN 2460 – 5719 Dzuhri Radityo Utomo: Estimasi Deviasi Parameter pada ...
Jurnal Nasional Teknik Elektro dan Teknologi Informasi | Vol. 11, No. 4, November 2022 ID-283

𝑛=𝑝 (10) dengan 𝐴𝑜 , 𝐵𝑜 merupakan nilai awal kedua matriks tersebut,


sedangkan Δ𝐴, Δ𝐵 merupakan nilai deviasinya seiring dengan
𝐶 = 𝐺 = 𝐼𝑛 (11)
berjalannya waktu. Akibatnya, persamaan keadaan dari plant
dengan 𝐼𝑛 didefinisikan sebagai matriks identitas dengan tersebut dapat dituliskan sebagai
ukuran 𝑛 × 𝑛. Persamaan (10) mengindikasikan bahwa jumlah
𝑥̇ (𝑡) = 𝐴𝑜 𝑥(𝑡) + 𝐵𝑜 𝑢(𝑡) + 𝜇Δ (𝑡) (18)
keluaran dari plant tersebut (𝑝) sama dengan jumlah keadaan
dari plant tersebut (𝑛), sedangkan (11) mengindikasikan bahwa dengan
semua keadaan dari plant tersebut dapat diukur dan menjadi 𝜇Δ (𝑡) = Δ𝐴𝑥(𝑡) + Δ𝐵𝑢(𝑡) = 𝑊𝑧(𝑡) (19)
keluaran dari plant tersebut.
Dengan menggunakan informasi ini, (8) dapat dituliskan adalah sinyal kesalahan akibat adanya deviasi dari parameter-
menjadi parameter plant tersebut, dengan

𝑥̇̂ (𝑡) = 𝐴𝑥̂(𝑡) + 𝐵𝑢(𝑡) + 𝜈(𝑒(𝑡)) (12) 𝑥(𝑡)


𝑊 = [Δ𝐴 Δ𝐵] ; 𝑧(𝑡) = [ ]. (20)
𝑢(𝑡)
dengan mengasumsikan bahwa 𝐺 = 𝐼𝑛 . Dari (3), (6), dan (12),
didapatkan dinamika dari state estimation error dari observer Sistem observer yang digunakan adalah sebuah sistem SMO
tersebut, seperti ditunjukkan oleh (13). dengan persamaan dinamika sebagai berikut.

𝑒̇ (𝑡) = 𝐴𝑒(𝑡) + 𝜇(𝑡) − 𝜈(𝑒(𝑡)). (13) 𝑥̇̂ (𝑡) = (𝐴𝑜 + Δ𝐴̂)𝑥̂(𝑡) + (𝐵𝑜 + Δ𝐵̂)𝑢(𝑡) +

Ide utama dari sebuah SMO adalah mengatur nilai sinyal (𝐴𝑜𝑏𝑠 − 𝐴𝑜 )𝑒(𝑡) + 𝜈(𝑒(𝑡)) (21)
pengendali 𝜈 berdasarkan nilai 𝑒(𝑡) sebagai berikut. sehingga didapatkan persamaan dinamika state estimation
𝑒(𝑡) error sebagai berikut.
𝜈(𝑡) = −𝜌 |𝑒(𝑡)| = −𝜌 𝑠𝑖𝑔𝑛(𝑒(𝑡)) (14)
𝑒̇ (𝑡) = (𝐴𝑜𝑏𝑠 + Δ𝐴)𝑒(𝑡) + 𝑒𝑊 𝑧̂ (𝑡) − 𝜈(𝑒(𝑡)) (22)
dengan 𝜌 merupakan amplitudo sinyal pengendali 𝜈 ini.
Pengaturan sinyal pengendali menggunakan (14) ini akan dengan
membawa dan mempertahankan nilai 𝑒(𝑡) agar selalu bernilai 𝑒𝑊 = [(Δ𝐴 − Δ𝐴̂ ) (Δ𝐵 − Δ𝐵̂ )] = 𝑊 − 𝑊
̂ (23)
nol. Akibatnya, karena nilai 𝑒(𝑡) dipaksa bernilai konstan (nol),
maka 𝑒̇ (𝑡) = 0. Dengan memanfaatkan kedua informasi 𝑥̂(𝑡)
𝑧̂ (𝑡) = [ ] (24)
tersebut, dapat dibuktikan dari (13) bahwa 𝑢(𝑡)
𝑣(𝑡) = 𝜇(𝑡) (15) dan Δ𝐴̂, Δ𝐵̂ merupakan hasil estimasi deviasi parameter plant
tersebut. Matriks 𝐴𝑜𝑏𝑠 dipilih untuk mengatur posisi pole dari
yang mengindikasikan bahwa sinyal pengendali 𝑣(𝑡) pada persamaan dinamika state estimation error tersebut. Dari (22),
SMO akan selalu berusaha untuk menghilangkan efek dari dapat dilihat bahwa dalam keadaan steady-state,
sinyal kesalahan aktuator 𝜇(𝑡), sehingga nilai 𝑒(𝑡) dapat selalu
dipertahankan agar bernilai nol. Selain itu, (15) juga 𝑣(𝑡) = 𝑒𝑊 𝑧̂ (𝑡), (25)
mengindikasikan bahwa sinyal kesalahan aktuator 𝜇(𝑡) yang mengindikasikan bahwa sinyal pengendali 𝜈(𝑡)
tersebut dapat direkonstruksi dengan cara melihat bentuk sinyal mengandung informasi mengenai galat estimasi deviasi
pengendali 𝜈(𝑡). Selanjutnya, informasi ini dapat digunakan parameter Δ𝐴 dan Δ𝐵. Kemudian, sinyal ini dapat
untuk melakukan proses identifikasi dan isolasi kesalahan pada dimanfaatkan untuk melakukan estimasi nilai deviasi kedua
aktuator. Informasi ini juga dapat digunakan untuk melakukan parameter tersebut [21].
estimasi deviasi parameter dari plant tersebut seperti yang akan Proses estimasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan
dijelaskan pada Bagian II.C. sebuah sistem yang ditunjukkan oleh Gbr. 1. Informasi
mengenai nilai vektor keadaan, vektor masukan, dan juga
C. Metode Estimasi Deviasi Parameter Sebuah Plant rekonstruksi sinyal kesalahan lalu diolah oleh sebuah tapis
Parameter sebuah plant dapat berubah seiring dengan adaptif (adaptive filter) untuk proses estimasi nilai deviasi
berjalannya waktu. Faktor lingkungan, suhu, maupun kondisi parameter Δ𝐴 dan Δ𝐵. Pada [21], proses estimasi tersebut
tempat plant tersebut berada dapat menyebabkan perubahan dilakukan dengan menggunakan algoritme gradient descent
nilai parameter-parameter plant tersebut. Sebagai akibatnya, melalui (26).
nilai matriks keadaan A dan matriks masukan B dari model
̂𝑘 = 𝑊
𝑊 ̂𝑘−1 + 𝛬𝑧̂𝑘 𝑣𝑘𝑇 (26)
persamaan keadaan plant tersebut seperti ditunjukkan oleh (1)
juga mengalami perubahan. dengan 𝑊 ̂𝑘 merupakan hasil estimasi deviasi parameter pada
Didefinisikan bahwa nilai matriks A dan B dari persamaan indeks waktu k, 𝑧̂𝑘 = 𝑧̂ (𝑘𝑇𝑠 ), 𝑣𝑘 = 𝑣(𝑘𝑇𝑠 ), 𝛬 ∈ ℝ𝑛 merupakan
keadaan sebuah plant adalah sebagai berikut. step-size matrix, dan 𝑇𝑠 adalah interval waktu dari proses
𝐴 = 𝐴𝑜 + Δ𝐴 (16) estimasi tersebut.
Algoritme ini berhasil melakukan proses estimasi deviasi
𝐵 = 𝐵𝑜 + Δ𝐵 (17) parameter dengan akurasi yang cukup baik. Akan tetapi,

Dzuhri Radityo Utomo: Estimasi Deviasi Parameter pada ... p-ISSN 2301 – 4156 | e-ISSN 2460 – 5719
ID-284 Jurnal Nasional Teknik Elektro dan Teknologi Informasi | Vol. 11, No. 4, November 2022

1
𝐿= (30)
𝑏21
𝑎22
𝑅 = −𝑎22 𝐿 = − (31)
𝑏21
𝑎21
𝐾 = −𝑎21 𝐿 = − (32)
𝑏21
𝐾 𝑎21
𝐽= =− (33)
𝑎12 𝑎12 𝑏21

Gbr. 1 Sistem estimasi deviasi parameter dengan menggunakan algoritme 𝑎11 𝑎21
𝐵𝑣 = −𝑎11 𝐽 = (34)
gradient-descent. 𝑎12 𝑏21

akurasi hasil estimasi tersebut sangat bergantung pada sinyal dengan 𝑎𝑖𝑗 dan 𝑏𝑖𝑗 merupakan komponen baris ke-i kolom ke-j
masukan yang diberikan kepada plant tersebut. Sistem ini dari matriks 𝐴 dan 𝐵. Dari (30)-(34), dapat dilihat bahwa nilai
mampu memberikan hasil estimasi yang akurat ketika plant parameter-parameter dari sebuah motor DC dapat diestimasi
tersebut diberikan sinyal masukan dengan frekuensi di atas menggunakan hasil estimasi keadaan dan matriks masukan dari
frekuensi cut-off dari plant tersebut. Tentu saja hal ini tidak plant motor DC tersebut. Konsep inilah yang menjadi dasar dari
selalu dapat dilakukan karena dapat menyebabkan kerusakan metode estimasi deviasi parameter motor DC yang diusulkan
pada beberapa plant tertentu. Oleh karena itu, diperlukan pada Bagian III.B.
sebuah algoritme estimasi yang lebih baik sehingga proses
estimasi dapat memberikan hasil yang akurat walaupun hanya B. Metode Estimasi yang Diusulkan
diberikan sinyal masukan dengan frekuensi yang tidak terlalu Secara umum, deviasi parameter pada sebuah plant bukanlah
tinggi. suatu perubahan yang cepat, tetapi berlangsung secara
perlahan-lahan. Oleh karena itu, proses estimasi deviasi
III. PROSES ESTIMASI DEVIASI PARAMETER MOTOR DC parameter tersebut tidak harus dilakukan secara terus-menerus,
A. Model Matematis Plant Motor DC tetapi dilakukan secara berkala dengan interval waktu yang
tidak terlalu cepat. Misalnya, estimasi dilakukan per menit, per
Sebuah motor DC dapat dimodelkan dengan menggunakan
jam, atau bahkan per hari. Interval waktu tersebut dapat
model sistem LTI. Terdapat dua macam persamaan diferensial
ditentukan bergantung pada besarnya efek deviasi parameter
yang digunakan untuk memodelkan karakteristik sebuah motor
tersebut dalam kinerja sebuah plant. Akan tetapi, akurasi dari
DC [23]. Persamaan pertama merepresentasikan dinamika arus
proses estimasi tersebut menjadi suatu hal yang penting,
Ia yang mengalir pada armature motor DC tersebut. Dengan
sehingga diharapkan akan didapatkan informasi yang akurat
menggunakan hukum Kirchhoff, didapatkan persamaan
mengenai kondisi plant tersebut.
berikut.
Penggunaan algoritme gradient descent pada [21]
𝐾 𝑅 1 mempunyai kelebihan, yaitu proses estimasinya dapat
𝐼𝑎̇ (𝑡) = − ( 𝑏) 𝜔(𝑡) − ( ) 𝐼𝑎 (𝑡) + ( ) 𝑒𝑎 (𝑡) (27)
𝐿 𝐿 𝐿 berlangsung secara terus-menerus dengan beban komputasi
dengan 𝐿, 𝑅, dan 𝑒𝑎 merupakan induktansi, resistansi, dan yang rendah. Namun, akurasi hasil estimasi algoritme tersebut
tegangan masukan dari armature, sedangkan 𝐾𝑏 dan 𝜔 tidaklah terlalu baik. Oleh kerena itu, pada makalah ini,
merupakan konstanta back-emf dan kecepatan sudut motor. algoritme least-square diusulkan sebagai pengganti algoritme
Persamaan kedua merepresentasikan dinamika kecepatan sudut gradient descent. Proses estimasi menggunakan algoritme
rotor 𝜔 berdasarkan hukum Newton, seperti yang ditunjukkan least-square ini dilakukan menggunakan persamaan berikut.
oleh persamaan berikut.
𝑊 ̂𝑘−1 + (𝑍̂𝑘 𝑍̂𝑘𝑇 )−1 (𝑍̂𝑘 𝑉𝑘𝑇 )
̂𝑘 = 𝑊 (35)
𝐵𝑣 𝐾𝑡
𝜔̇ (𝑡) = − ( ) 𝜔(𝑡) + ( ) 𝐼𝑎 (𝑡) (28)
𝐽 𝐽 dengan
dengan mengasumsikan bahwa tidak ada torsi luar yang bekerja 𝑍̂𝑘 = [𝑧̂𝑘,(𝑁−1) 𝑧̂𝑘,(𝑁−2) … 𝑧̂𝑘,1 𝑧̂𝑘,0 ] (36)
pada motor. Pada (28), 𝐵𝑣 , 𝐽, dan 𝐾𝑡 merupakan koefisien
gesekan, momen inersia, dan konstanta torsi motor tersebut. 𝑉𝑘 = [𝑣𝑘,(𝑁−1) 𝑣𝑘,(𝑁−2) … 𝑣𝑘,1 𝑣𝑘,0 ] (37)
Dari (27) dan (28), sebuah motor DC dapat dimodelkan
dengan menggunakan persamaan keadaan seperti ditunjukkan 𝑧̂𝑘,𝑠 = 𝑧̂ (𝑘𝑇𝑠 − 𝑠𝑇𝑑 ) ; 𝑣𝑘,𝑠 = 𝑣(𝑘𝑇𝑠 − 𝑠𝑇𝑑 ). (38)
oleh (1), dengan 𝑥(𝑡), 𝐴, dan 𝐵 didefinisikan sebagai berikut. Pada (36)-(38), 𝑁 merupakan panjang data yang hendak
𝐵𝑣 𝐾 dimasukkan ke dalam proses estimasi, sedangkan 𝑇𝑑
𝜔(𝑡) − 0
𝑥(𝑡) = [ ] ; 𝐴=[ 𝐾
𝐽 𝐽
] ; 𝐵 = [1] (29) merupakan periode pencuplikan data. Diagram blok sistem
𝐼𝑎 (𝑡) − −
𝑅
𝐿 estimasi deviasi parameter menggunakan algoritme least-
𝐿 𝐿
square ini ditunjukkan pada Gbr. 2.
dengan mengasumsikan bahwa 𝐾𝑖 = 𝐾𝑡 = 𝐾. Dari (29), Algoritme least-square mempunyai beban komputasi yang
apabila telah diketahui nilai dari matriks keadaan 𝐴 dan matriks lebih tinggi jika dibandingkan dengan algoritme gradient
masukan 𝐵 tersebut, dapat diketahui pula nilai parameter- descent karena melibatkan perhitungan nilai inverse sebuah
parameter motor DC tersebut sebagai berikut. matriks. Akan tetapi, algoritme ini mempunyai akurasi hasil

p-ISSN 2301 – 4156 | e-ISSN 2460 – 5719 Dzuhri Radityo Utomo: Estimasi Deviasi Parameter pada ...
Jurnal Nasional Teknik Elektro dan Teknologi Informasi | Vol. 11, No. 4, November 2022 ID-285

TABEL II
NILAI PARAMETER MOTOR DC YANG DIPILIH UNTUK SIMULASI

Simbol Parameter Nilai Satuan


Bv Koefisien gesekan 75,8 N.m/(rad/detik)
Kt Konstanta torsi 4,94 N.m/A
Kb Konstanta back-emf 4,97 V/(rad/detik)
L Induktasi armature 0,25 mH
R Resistansi armature 19 mΩ
J Momen inersia 28,3 kg.m2

−2,68 0,175 0
𝐴=[ ] ; 𝐵=[ ] (43)
−1,98 × 104 −76,0 4000
Gbr. 2 Sistem estimasi deviasi parameter yang diusulkan dengan
menggunakan algoritme least-square. B. Simulasi Proses Estimasi Parameter Motor DC
TABEL I Pada bagian ini, dilakukan simulasi proses estimasi
DATASHEET MOTOR DC YANG DIPILIH UNTUK SIMULASI
parameter motor DC menggunakan metode estimasi yang
Simbol Parameter Nilai Satuan diusulkan. Simulasi ini diawali dengan melakukan inisialisasi
P Daya mekanis 579 kW nilai matriks 𝐴 dan 𝐵 (𝐴𝑜 dan 𝐵𝑜 ) sebagai berikut
U Tegangan masukan 460 V
0 0 0
I Arus armature 1.340 A 𝐴𝑜 = [ ] ; 𝐵𝑜 = [ ] (44)
nrpm Kecepatan putaran rotor 835 rpm 0 0 0
L Induktasi armature 0,25 mH dan pada akhir simulasi diharapkan diperoleh hasil deviasi
R Resistansi armature 19 mΩ parameter Δ𝐴 dan Δ𝐵 sebagai berikut.
τ Torsi 6.625 N.m
J Momen inersia 28,3 kg.m2 −2,68 0,175 0
Δ𝐴 = [ ] ; Δ𝐵 = [ ] (45)
−1,98 × 104 −76,0 4000
estimasi yang lebih baik. Oleh karena itu, algoritme least-
yaitu sama dengan nilai matriks 𝐴 dan 𝐵 yang ditunjukkan pada
square ini sangat cocok diterapkan untuk proses estimasi
(43).
deviasi parameter sebuah plant dengan proses perubahan yang
Simulasi dilakukan dengan menggunakan metode ODE
lambat, tetapi membutuhkan tingkat akurasi yang tinggi.
solver RK4 (4th Order Runge-Kutta). Posisi pole dari plant ini
IV. HASIL SIMULASI DAN PEMBAHASAN adalah pada 𝑠 = −39,3 ± 𝑗46,1 rad/s, sehingga |𝑠| = 60,6
rad/s. Karena plant motor DC ini bersifat kontinu, agar tidak
A. Pemilihan Parameter Motor DC hilang karakteristik kontinuitasnya, periode sampling 𝑇𝑠𝑎𝑚𝑝
Sebagai proses verifikasi dari efektivitas metode estimasi dari simulasi ini ditentukan agar bernilai 𝑇𝑠𝑎𝑚𝑝 < 1/(100|𝑠|).
yang diusulkan pada Bagian III.B, dilakukan simulasi estimasi Makin kecil nilai 𝑇𝑠𝑎𝑚𝑝 , makin akurat hasil simulasinya
parameter dengan menggunakan plant motor DC. Nilai (mendekati karakteristik dari plant yang sebenarnya). Akan
parameter motor DC yang digunakan dalam simulasi ini tetapi, proses komputasi yang harus dilakukan juga akan
diambil dari datasheet sebuah motor DC dengan kapasitas daya semakin berat. Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut,
lebih dari 570 kW [24]. proses simulasi pada makalah ini menggunakan periode
Dari datasheet yang ditunjukkan pada Tabel I, nilai sampling 𝑇𝑠𝑎𝑚𝑝 = 50 µs.
parameter 𝐿, 𝑅, dan 𝐽 dari motor DC tersebut dapat langsung Gbr. 3 menunjukkan grafik estimasi nilai deviasi Δ𝐴̂ dan Δ𝐵̂
diketahui. Sementara itu, nilai parameter 𝐵𝑣 , 𝐾𝑡 , dan 𝐾𝑏 dapat sebagai fungsi waktu ketika sistem motor DC diberi masukan
dihitung menggunakan persamaan-persamaan berikut. berupa isyarat sinusoidal dengan frekuensi 10 Hz, tanpa dan
𝜏
𝐵𝑣 = (39) dengan tambahan derau. Dari Gbr. 3 terlihat bahwa nilai deviasi
𝜔𝑚
Δ𝐴 dan Δ𝐵 berhasil diestimasi menggunakan metode estimasi
𝜏
𝐾𝑡 = (40) yang diusulkan. Selain itu, ketika sistem terkontaminasi derau,
𝐼
proses estimasi nilai deviasi Δ𝐴 dan Δ𝐵 masih dapat dilakukan
𝑈−𝐼𝑅
𝐾𝑏 = (41) dengan baik. Investigasi lebih lanjut masih perlu dilakukan
𝜔𝑚
untuk mempelajari kemampuan metode ini melakukan proses
dengan estimasi ketika sistem motor DC terkena derau yang lebih
𝑛𝑟𝑝𝑚 besar.
𝜔𝑚 = 2𝜋 ( ). (42) Selain itu, metode estimasi ini juga mampu melakukan
60

Dengan menggunakan (39)-(42), nilai parameter motor DC proses estimasi dengan nilai awal 𝐴𝑜 dan 𝐵𝑜 selain yang
tersebut dapat dihitung dan hasilnya disajikan pada Tabel II. ditunjukkan pada (44). Gbr. 4 menunjukkan grafik estimasi
Dengan menggunakan nilai parameter motor DC seperti nilai matriks 𝐴 dan 𝐵 (𝐴̂ dan 𝐵̂) sebagai fungsi waktu untuk
yang ditunjukkan oleh Tabel II, nilai matriks 𝐴 dan 𝐵 pada berbagai macam nilai awal 𝐴𝑜 dan 𝐵𝑜 . Dari Gbr. 4 terlihat
simulasi ini adalah sebagai berikut. bahwa hasil estimasi semua elemen matriks 𝐴 dan 𝐵 berhasil

Dzuhri Radityo Utomo: Estimasi Deviasi Parameter pada ... p-ISSN 2301 – 4156 | e-ISSN 2460 – 5719
ID-286 Jurnal Nasional Teknik Elektro dan Teknologi Informasi | Vol. 11, No. 4, November 2022

Gbr. 3 Grafik estimasi nilai deviasi Δ𝐴̂ dan Δ𝐵̂ sebagai fungsi waktu dengan Gbr. 4 Grafik estimasi nilai matriks 𝐴 dan 𝐵 (𝐴̂ dan 𝐵̂) sebagai fungsi waktu
masukan sinusoidal dengan frekuensi 10 Hz, tanpa (lingkaran-biru) untuk berbagai macam nilai awal 𝐴𝑜 dan 𝐵𝑜 .
dan dengan tambahan derau (kotak-merah).
TABEL IV
TABEL III SKENARIO PENGUJIAN ESTIMASI DEVIASI PARAMETER MOTOR DC
PERBANDINGAN HASIL ESTIMASI NILAI PARAMETER MOTOR DC
Skenario Kondisi Deskripsi
Nilai Nilai I 𝑅↑ Peningkatan nilai resistansi armature.
Simbol Satuan Galat (%)
Estimasi Asli II 𝐵𝑣 ↑ Peningkatan nilai koefisien gesek.
𝐵̂𝑣 78,4 75,8 N.m/(rad/detik) 3,43 𝐵𝑣 ↑ dan Peningkatan nilai koefisien gesek dan
̂
𝐾𝑡 = 𝐾 ̂ 4,96 4,94 N.m/A 0,31 III
𝐽↑ total momen inersia rotor dan beban.
̂
𝐾𝑏 = 𝐾 ̂ 4,96 4,97 V/(rad/detik) 0,20
𝐿̂ 24,9 0,25 mH 0,25 dapat menghasilkan akurasi yang sangat baik. Hal ini
𝑅̂ 19,2 19 mΩ 1,32 menunjukkan bahwa dengan mengadopsi algoritme least-
𝐽̂ 28,4 28,3 kg.m2 0,28 square, proses estimasi parameter masih mampu menghasilkan
akurasi yang baik walaupun dengan frekuensi isyarat masukan
konvergen mendekati nilai yang sebenarnya untuk semua nilai yang tidak terlalu tinggi.
awal 𝐴𝑜 dan 𝐵𝑜 .
Tabel III menunjukkan hasil estimasi parameter motor DC C. Simulasi Proses Estimasi Deviasi Parameter Motor DC
yang diperoleh dari hasil estimasi nilai matriks 𝐴 dan 𝐵 (𝐴̂ dan Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, seiring dengan
𝐵̂). Dari perbandingan antara nilai asli dengan nilai estimasi berjalannya waktu, nilai parameter motor DC akan mengalami
parameter motor DC pada Tabel III, dapat dilihat bahwa proses deviasi. Deviasi nilai ini umumnya mempunyai karakteristik
estimasi parameter motor DC ini dapat dilakukan dengan cukup yang cukup lambat. Metode estimasi yang diusulkan dalam
baik menggunakan metode yang diajukan. Hal ini ditunjukkan makalah ini juga diharapkan memiliki kemampuan untuk
dengan cukup dekatnya nilai hasil estimasi dengan nilai asli melakukan proses estimasi deviasi nilai parameter motor DC
parameter motor DC dengan galat estimasi sebagian besar ini. Berdasarkan estimasi nilai deviasi parameter ini, proses
parameter kurang dari 0,5% dan galat maksimal kurang dari pemeliharaan dapat dilakukan sebelum terjadinya kerusakan
3,5%. fatal pada plant motor DC.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, posisi pole sistem Dalam pengujian ini, digunakan tiga macam skenario seperti
motor DC pada kasus ini adalah pada |𝑠| = 60,6 rad/s ≈ 10 Hz, yang ditunjukkan pada Tabel IV. Pada Skenario I,
yang menunjukkan bahwa frekuensi cut-off sistem ini berada disimulasikan keadaan ketika terjadi peningkatan nilai
pada kisaran 10 Hz. Seluruh simulasi yang telah dilakukan juga resistansi armature 𝑅 yang dapat terjadi, salah satunya, akibat
menggunakan isyarat sinusoidal dengan frekuensi 10 Hz. Akan kenaikan suhu armature. Kemudian, pada Skenario II
tetapi, dapat dilihat bahwa proses estimasi parameter motor DC disimulasikan keadaan ketika terjadi peningkatan nilai
dengan menggunakan metode yang diusulkan tersebut masih koefisien gesek 𝐵𝑣 . Terakhir, pada Skenario III disimulasikan

p-ISSN 2301 – 4156 | e-ISSN 2460 – 5719 Dzuhri Radityo Utomo: Estimasi Deviasi Parameter pada ...
Jurnal Nasional Teknik Elektro dan Teknologi Informasi | Vol. 11, No. 4, November 2022 ID-287

Gbr. 5 Grafik estimasi deviasi parameter motor DC untuk Skenario I. Gbr. 7 Grafik estimasi deviasi parameter motor DC untuk Skenario III.
TABEL V
GALAT MAKSIMAL HASIL ESTIMASI PARAMETER MOTOR DC

Galat Maksimal (%)


Skenario
𝑩𝒗 𝑲𝒕 𝑲𝒃 𝑳 𝑹 𝑱
I 1,75 0,28 0,27 0,42 0,33 0,18
II 1,76 0,27 0,29 0,58 0,54 0,15
III 3,72 0,28 0,29 0,54 0,57 0,27
tersebut. Untuk Skenario I, dapat dilihat pada Gbr. 5 bahwa
peningkatan nilai parameter 𝑅 dapat diestimasi dengan baik
menggunakan metode estimasi yang diajukan. Pada Gbr. 6,
terlihat bahwa peningkatan nilai parameter 𝐵𝑣 juga dapat
diestimasi dengan baik. Walaupun akurasinya tidak sebaik hasil
estimasi parameter 𝑅 pada Skenario I, metode estimasi yang
diajukan masih mampu mengikuti tren perubahan nilai
parameter 𝐵𝑣 . Terakhir, untuk Skenario III, peningkatan nilai
parameter 𝐵𝑣 dan 𝐽 juga dapat diestimasi dengan baik, seperti
ditunjukkan oleh Gbr. 7.
Dari grafik yang ditunjukkan oleh Gbr. 5 sampai Gbr 7,
dapat dilihat juga bahwa hasil estimasi nilai parameter-
parameter lain yang tidak mengalami deviasi masih tetap
konstan. Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan
metode yang diusulkan, adanya deviasi pada suatu parameter
tidak memberikan pengaruh pada hasil estimasi parameter
Gbr. 6 Grafik estimasi deviasi parameter motor DC untuk Skenario II. lainnya.
Tabel V menunjukkan galat maksimal hasil estimasi
keadaan ketika terjadi peningkatan nilai koefisien gesek 𝐵𝑣
yang secara bersamaan juga terjadi peningkatan nilai momen parameter motor DC untuk Skenario I, II, dan III. Dari hasil
inersia 𝐽, yang dapat terjadi ketika ada penambahan beban yang simulasi tersebut, terlihat bahwa akurasi hasil estimasi
terhubung pada rotor. parameter motor DC yang didapatkan menggunakan metode
Gbr. 5 sampai Gbr. 7 menunjukkan hasil simulasi proses yang diajukan tersebut sangatlah baik, dengan galat maksimal
estimasi deviasi parameter motor DC untuk ketiga skenario hasil estimasi di bawah 3,8 %.

Dzuhri Radityo Utomo: Estimasi Deviasi Parameter pada ... p-ISSN 2301 – 4156 | e-ISSN 2460 – 5719
ID-288 Jurnal Nasional Teknik Elektro dan Teknologi Informasi | Vol. 11, No. 4, November 2022

V. KESIMPULAN 2018 Progn., Syst. Health Manage. Conf. (PHM-Chongqing), 2018, hal.
860-865.
Dalam makalah ini, telah diusulkan suatu metode estimasi [8] B.H. Dang, “Applications of Supervised-Learning Approaches for Air
deviasi parameter sebuah sistem linear sebagai pengembangan Conditioning Plants Condition-Based Maintenance,” 2021 IEEE Conf.
metode yang telah diusulkan sebelumnya. Metode ini Technol. Sustain. (SusTech), 2021, hal. 1-7.
menggunakan algoritme least-square sebagai algoritme [9] S. Heo dan J.H. Lee, “Fault Detection and Classification Using Artificial
Neural Networks,” IFAC-PapersOnLine, Vol. 51, No. 18, 470-475, 2018.
estimasi deviasi parameter yang diimplementasikan pada blok
[10] S. Alaswad dan Y. Xiang, “A Review on Condition-Based Maintenance
tapis adaptif. Sebagai verifikasi dari efektivitas metode yang Optimization Models for Stochastically Deteriorating System”, Rel. Eng.,
diusulkan, metode ini disimulasikan untuk mengestimasi Syst. Safety, Vol. 157, hal. 54-63, Jan. 2017.
deviasi parameter motor DC. Dari hasil simulasi yang [11] R.d.P. Monteiro, dkk., “A Hybrid Prototype Selection-Based Deep
dilakukan, metode ini mampu melakukan estimasi deviasi Learning Approach for Anomaly Detection in Industrial Machines,”
parameter motor DC dengan galat maksimal hasil estimasi Expert Syst. Appl., Vol. 204, hal. 1-10, Okt. 2022.
[12] Y. Zhao dan C. Smidts, “Reinforcement Learning for Adaptive
kurang dari 4%. Metode ini mampu mengestimasi deviasi nilai Maintenance Policy Optimization under Imperfect Knowledge of the
parameter motor DC, baik nilai deviasi yang bernilai konstan System Degradation Model and Partial Observability of System States,”
maupun nilai deviasi yang makin besar seiring dengan Rel. Eng., Syst. Safety, Vol. 224, hal. 1-13, Agu. 2022.
berjalannya waktu. Selain itu, proses estimasi deviasi [13] S. Herdjunanto, A. Susanto, dan O. Wahyunggoro, “Robust Residual
parameter menggunakan metode ini juga menghasilkan tingkat Generation for Actuator Fault Isolation,” The 5th Int. Conf. Inf. Technol.,
Elect. Eng. (ICITEE), 2013, hal. 486-491.
akurasi yang baik, walaupun menggunakan isyarat masukan
[14] N. Meskin dan K. Khorasani, “Actuator Fault Detection and Isolation for
dengan frekuensi yang tidak terlalu tinggi. Metode ini cocok a Network of Unmanned Vehicles,” IEEE Trans. Automat. Control, Vol.
diadopsi dalam proses monitoring parameter sebuah sistem 54, No. 4, hal. 835–840, Apr. 2009.
linear sehingga fault pada plant dapat dideteksi dan ditangani [15] S. Herdjunanto, “Pembangkitan Decoupled Residual untuk Isolasi
sebelum terjadinya kegagalan pada plant. Kesalahan Aktuator Pesawat Terbang Bergerak Lateral,” J. Nas. Tek.
Elekt., Teknol. Inf. (JNTETI), Vol. 5, No. 3, hal. 239-243, Agu. 2016.
KONFLIK KEPENTINGAN [16] A. Herdjunanto, A. Cahyadi, dan B.R. Dewangga, “Actuator Fault
Decoupled Residual Generation on Lateral Moving Aircraft,”
Penulis menyatakan bahwa tidak ada konflik kepentingan Telkomnika, Vol. 16, No. 4, hal. 1886-1893, Agu. 2018.
dalam penelitian dan penyusunan makalah ini. [17] S. Herdjunanto, A. Susanto, dan O. Wahyunggoro, “Robust Residual
Generation for Sensor Fault Isolation in Systems with Structured
REFERENSI Uncertainty: A Case Study: MIMO Web Winding System,” The 6th Int.
Conf. Inf. Technol., Elect. Eng. (ICITEE), 2014, hal. 405–410.
[1] K.M. Sirvio, “Intelligent Systems in Maintenance Planning and
Management,” dalam Intelligent Techniques in Engineering [18] V. Reppa, M.M. Polycarpou, dan C.G. Panayiotou, “Adaptive
Management. Intelligent Systems Reference Library, C. Kahraman dan Approximation for Multiple Sensor Fault Detection and Isolation of
S.Ç. Onar, Eds., Cham, Swiss: Springer, 2015, Vol. 87, hal. 221–245. Nonlinear Uncertain Systems,” IEEE Trans. Neural Netw. Learn. Syst.,
Vol. 25, No. 1, hal. 137–153, Jan. 2014.
[2] V.M. Kalra, T. Thakur, dan B.S. Pabla, “Condition Based Maintenance
Management System for Improvement in Key Performance Indicators of [19] X. Zhang, “Sensor Bias Fault Detection and Isolation in a Class of
Mining Haul Trucks-A Case Study,” 2018 IEEE Int. Conf. Innov. Res., Nonlinear Uncertain Systems Using Adaptive Estimation,” IEEE Trans.
Develop. (ICIRD), 2018, hal. 1-6. Autom. Control, Vol. 56, No. 5, hal. 1220–1226, Mei 2011.
[3] C. Chuang, L. Ningyun, J. Bin, dan X. Yin, “Condition-Based [20] L. Chen, C. Edwards, dan H. Alwi, “Sensor Fault Estimation Using LPV
Maintenance Optimization for Continuously Monitored Degrading Sliding Mode Observers with Erroneous Scheduling Parameters,”
Systems under Imperfect Maintenance Actions,” J. Syst. Eng., Electron., Automatica, Vol. 101, hal. 66-77, Mar. 2019.
Vol. 31, No. 4, hal. 841-851, Agu. 2020. [21] D.R. Utomo, S. Herdjunanto, dan P. Nugroho, “Estimation of Parameter
[4] Y. Chen, W. Gong, D. Xu, dan R. Kang, “Imperfect Maintenance Policy Deviation in Model Based Electronic Circuits using Sliding Mode
Considering Positive and Negative Effects for Deteriorating Systems with Observer,” Skripsi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia,
Variation of Operating Conditions,” IEEE Trans. Automat. Sci., Eng., 2013.
Vol. 15, No. 2, hal. 872-878, Apr. 2018. [22] D.G. Luenberger, “Observing the State of a Linear System,” IEEE Trans.
[5] S. Ambani, L. Li, dan J. Ni, “Condition-Based Maintenance Decision Mil. Electron., Vol. 8, No. 2, hal. 74-80, Apr. 1964.
Making for Multiple Machines Systems”, J. Manuf. Sci. Eng., Vol. 131, [23] S. Herdjunanto, “Unknown Input Observer untuk Robust Detection
No. 3, hal. 031009-1-031009-9, Jun. 2009. Sinyal Kesalahan terhadap Disturbance Menggunakan LMI,” J. Nas. Tek.
[6] D. Wang, dkk., “A Research on the Monte Carlo Simulation Based On- Elek., Teknol. Inf. (JNTETI), Vol. 7, No. 2, hal. 197-203, Mei 2018.
Condition Maintenance Strategy for Wind Turbines,” 2020 Chin. [24] “LSK D.C. Motors2 to 750 kW” Leroy-Somer, Charente, France..
Control, Decis. Conf. (CCDC), 2020, hal. 4016-4020.
[7] B. Yan, Y. Zhou, dan L. Liu, “Condition Based Maintenance of the Yaw
Motor in a Wind Turbine Using an Indirect Indicator: A Case Study,”

p-ISSN 2301 – 4156 | e-ISSN 2460 – 5719 Dzuhri Radityo Utomo: Estimasi Deviasi Parameter pada ...

Anda mungkin juga menyukai