Anda di halaman 1dari 14

Laporan Praktikum Elektronika

Praktikum Elektronika Analog


Materi: Penguat Sinyal
Dinda Tri Ariyani (220210102044), Seka Arum Ferlita (220210102045), Ainun Fitriya Nurhasanah
(220210102046) , Probo Anggara (220210102047)

Abstrak
Elektronika analog adalah cabang ilmu elektronika yang berfokus pada perancangan, analisis, dan
penggunaan rangkaian elektronika yang beroperasi dengan sinyal kontinu. Salah satu topik penting
dalam elektronika analog adalah penguat sinyal. Metode yang digunakan pada artikel ini yaitu metode
percobaan praktimum. Hasil eksperimen menunjukan ketika terminal 5 dihubungkan ke ground dalam
percobaan tersebut, terjadi penghubungan langsung antara terminal 5 dan titik referensi ground dalam
rangkaian. Ini berarti bahwa potensial atau tegangan pada terminal 5 menjadi sama dengan potensial
ground.

I. PENDAHULUAN
Sejalan dengan perkembangan teknologi, peran penguat daya dan penguat sinyal semakin
menjadi kunci dalam memenuhi tuntutan masyarakat akan kinerja elektronika yang semakin tinggi.
Untuk memahami peran masing-masing komponen ini, mari kita telusuri lebih dalam fungsi dan
karakteristiknya. Penguat daya dan penguat sinyal adalah komponen krusial dalam dunia elektronika
yang berperan penting dalam mengolah, memperkuat, dan mentransmisikan sinyal listrik. Keduanya
memiliki fungsi mendasar yang saling melengkapi, membentuk dasar bagi sebagian besar perangkat
elektronik modern.
Penguat sinyal, atau amplifier, berperan utama dalam meningkatkan amplitudo sinyal input
tanpa merusak informasi yang terkandung dalam sinyal tersebut. Dalam berbagai aplikasi, seperti
pemrosesan audio, video, dan komunikasi, penguat sinyal menjadi tulang punggung yang
memastikan bahwa informasi dapat dihantarkan dengan kejernihan dan ketepatan yang dibutuhkan.
Kemampuannya untuk memperkuat sinyal dari berbagai sumber membuatnya menjadi komponen
vital dalam konstruksi perangkat elektronika modern.
Penguat daya, di sisi lain, memiliki fokus pada peningkatan daya sinyal, yang dapat diukur
sebagai perkalian dari tegangan dan arus listrik. Penguat daya menjadi kunci dalam memastikan
bahwa sinyal yang telah diperkuat oleh penguat sinyal memiliki kekuatan yang cukup untuk
mencapai tujuan akhirnya. Dalam konteks ini, penguat daya seringkali menjadi unsur kritis dalam
sistem audio, transmisi data jarak jauh, dan berbagai aplikasi lainnya di mana daya sinyal memegang
peranan sentral.
Sebagai dua komponen yang saling melengkapi, penguat daya dan penguat sinyal menciptakan
fondasi yang kuat untuk berbagai perangkat elektronika. Perkembangan terus-menerus dalam desain
dan teknologi keduanya memberikan kontribusi signifikan terhadap efisiensi, kualitas, dan
keterjangkauan perangkat elektronika modern. Dengan demikian, pemahaman yang mendalam
terhadap penguat daya dan penguat sinyal menjadi kunci untuk meretas potensi inovasi yang tak
terbatas dalam dunia teknologi.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Penguat atau yang sering disebut sebagai filter sinyal atau penguat oleh sebagian orang,
merupakan perangkat yang mungkin pernah kita dengar atau mungkin sesekali kita lihat dalam
kehidupan kita sehari-hari. Karena hubungannya dengan elektronik dan peralatan, yang terus-
menerus kita hubungi, hal ini memiliki kaitan erat dengan kehidupan kita sehari-hari. Kita juga
menggunakan peralatan, baik peralatan itu sendiri maupun komponen pendukungnya, untuk
membantu aktivitas manusia. Salah satu contohnya adalah peralatan elektronik, yang digunakan
untuk mengukur transduser keluaran seperti jembatan Wheatstone, termokopel, dan pengukur
regangan, serta untuk memperoleh data dari transduser keluaran daya kecil seperti termokopel.
Seperangkat komponen elektronik yang disebut power amplifier digunakan untuk
meningkatkan daya, atau energi secara umum. Penguat daya sering kali merupakan tingkat terakhir
dalam sistem penguat yang memiliki banyak tingkat. Tujuan penguat daya adalah untuk memberikan
daya sebesar mungkin kepada beban-yang mungkin berupa loudspeaker, motor, koil, atau komponen
daya lainnya. Sinyal sederhana dikirim ke dalam sistem penguat sebagai inputnya, diperkuat oleh
banyak penguat tegangan, dan kemudian dimasukkan ke dalam penguat daya untuk memberikan
daya yang diinginkan.
Salah satu bagian penting dari sistem komunikasi adalah penguat daya. Untuk menjalankan
sebuah perangkat dan memaksimalkan jumlah daya yang ditransmisikan yang diterima oleh
penerima di sisi lain, penguat daya pertama-tama menerima daya input dan memperkuatnya. Elemen
fungsional yang digunakan Microwave Integrated Circuit (MIC) adalah komponen aktif yang
digunakan dalam proyek akhir ini. MIC lebih terjangkau, lebih kecil, lebih ringan, dan membutuhkan
daya yang lebih kecil daripada opsi lainnya. Bersama dengan komponen aktif seperti dioda dan
transistor, MIC ini juga mencakup saluran transmisi, resistor, kapasitor, dan induktor. Sirkuit
Terpadu Gelombang Mikro (Microwave Integrated Circuit/MIC): MIC monolitik digunakan dalam
desain proyek akhir ini.
Rangkaian listrik yang dikenal sebagai amplifier memperkuat frekuensi di seluruh sistemnya.
Setiap amplifier memiliki rentang daya dan tegangan yang berbeda. Penguat daya adalah tahap akhir
dari rantai transmisi (tahap output), dan sering kali merupakan titik penguat di mana efisiensi daya
perlu dipertimbangkan secara hati-hati. Berbagai jenis penguat daya yang berbeda berdasarkan
biasing transistor output dikembangkan sebagai hasil dari masalah efisiensi. Tahap output rangkaian
penguat daya dikategorikan ke dalam kelas D dan E untuk desain digital dan kelas A, B, AB, dan C
untuk desain analog. Klasifikasi ini didasarkan pada sudut konduksi, atau sudut aliran dari sinyal
input yang melewati output perangkat penguat, yang merupakan bagian dari siklus sinyal input yang
dilakukan oleh perangkat penguat. Efisiensi daya amplifier secara langsung berkorelasi dengan
sudut aliran.
Amplifier konvensional biasanya memiliki saluran audio yang dihubungkan ke kabel arde dari
sumber daya. sehingga noise IHM (Interval Hum Modulation) akan muncul dengan sendirinya
selama pemrosesan sinyal audio. Sumber utama kebisingan dengung ini adalah catu daya, yaitu sisa
riak tegangan jala-jala 50Hz yang mencapai saluran arde dan kemudian kembali ke input amplifier.
Selain itu, gerakan kerucut speaker yang menghasilkan GGL induksi yang berlawanan pada saluran
arde juga dapat menghasilkan IHM.
Karena penguat daya Kelas A, B, AB, dan C masih terbuat dari rangkaian transistor, sejumlah
besar daya dapat hilang sebagai panas (disipasi daya), sehingga menghasilkan efisiensi yang relatif
buruk (kurang dari 70%), dibandingkan dengan lebih dari 90% untuk rangkaian Kelas D. Pandangan
ini didukung oleh penelitian sebelumnya oleh Santoso (2013), yang mengklaim bahwa amplifier
audio kelas D memiliki efisiensi 90% hingga 95% jika dibandingkan dengan kelas lainnya. Hal ini
dikarenakan penguat akhir kelas D yang menggunakan MOSFET mampu menghasilkan panas yang
lebih sedikit dibandingkan dengan penguat yang menggunakan transistor, sehingga menghasilkan
lebih sedikit daya yang terbuang. Transistor adalah bagian fundamental dari penguat daya.
Penguat daya dibagi menjadi beberapa kelas antara lain penguat kelas A, B, AB dan D
(Murtianta dan Susilo, 2022). Kelas penguat daya (Class A, B, AB, D) mengacu pada cara transistor
dalam penguat daya mengoperasikan siklus sinyal input. Pilihan antara kelas-kelas ini tergantung
pada kebutuhan spesifik aplikasi. Misalnya, penguat daya kelas A sering digunakan di sistem audio
hi-fi karena kualitas audio yang tinggi, sementara penguat daya kelas D sering digunakan di sistem
audio mobil karena efisiensinya yang tinggi. Keseimbangan antara efisiensi energi dan kualitas suara
menjadi faktor penentu dalam pemilihan kelas penguat daya.
Penguat daya kelas A bekerja dalam mode operasi seutuhnya, artinya transistor selalu aktif dan
menghantarkan arus sepanjang siklus gelombang input. Hal ini mengurangi distorsi crossover yang
mungkin terjadi pada penguat daya kelas B atau AB. Penguat kelas A mempunyai efisiensi daya
maksimal sebesar 25% (Subhan et all., 2019). Penguat daya kelas A menghasilkan distorsi harmonik
yang rendah, karena transistor selalu menghantarkan arus penuh bahkan saat sinyal input rendah.
Salah satu kekurangan dari penguat daya kelas A adalah efisiensinya yang rendah. Hal ini karena
transistor selalu menghantarkan arus, bahkan saat tidak ada sinyal input, sehingga banyak energi
yang terbuang dalam bentuk panas. Desain penguat daya kelas A relatif sederhana, tetapi keefisienan
rendah membuatnya kurang cocok untuk aplikasi dimana efisiensi daya sangat penting.
Penguat kelas B dibuat sebagai bentuk pengembangan untuk mengatasi masalah efisiensi dan
panas yang terjadi pada penguat daya kelas A (Maulana dan Ramdan, 2022). Pada penguat daya keas
B transistor menghantarkan arus hanya pada setengah siklus gelombang input. Penguat daya keas B
lebih efisien daripada kelas A, tetapi mungkin menghasilkan distorsi crossover. Digunakan di
aplikasi di mana efisiensi daya lebih penting daripada distorsi audio.
Penguat Daya Kelas AB merupakan Kombinasi dari kelas A dan B. Pada penguat daya kelas
ini transistor menghantarkan arus sebagian besar siklus gelombang input. Penguat daya kelas AB
lebih efisien daripada kelas A, dengan distorsi lebih rendah dibandingkan kelas B.Penguat daya kelas
AB sering digunakan dalam penguat audio. Penguat Daya Kelas D menggunakan modulasi lebar
pulsa (PWM) untuk menghasilkan sinyal keluaran. Efisiensi tinggi karena transistor bekerja dalam
mode saklar (on/off), menghasilkan sedikit panas. Penguat kelas D mempunyai prinsip kerja penguat
daya seperti transistor atau MOSFET sebagai pensaklar hanya mengenal kondisi menghantar dan
tidak menghantar Digunakan dalam aplikasi di mana efisiensi daya sangat penting.

III. METODE PRAKTIKUM


A. Percobaan Pertama
Merakit rangkaian penguat transistor satu tingkat seperti pada gambar 1 dengan benar.
Menghidupkan power suplai dc dan atur tegangan keluarannya sebesar 12 Volt.
Menghubungkan terminal keluaran power suplai dengan penguat transistor satu tingkat.
Mengukur tegangan pada setiap tahanan R1, R2, R3 dan R4 dengan multimeter silih berganti.
Mencatat hasil pengukuran tersebut ke dalam tabel 1.

Gambar 1. Mengukur tegangan statis penguat transistor satu tingkat

B. Percobaan Kedua
Merakit rangkaian penguat transistor satu tingkat seperti pada gambar 2 dengan benar.
Menghidupkan osiloskop dan kalibrasi kedua masukannya. Menghidupkan AFG. Mengatur
keluarannya (gelombang sinusoidal) sebesar 0,5 Vpp pada frekuensi 1000 Hz. Menghubungkan
keluaran AFG pada masukan penguat di terminal 1-2. Menghubungkan probe 1 pada terminal
3 dan probe 2 pada keluaran penguat di terminal 4. Menggambarkan pada kertas grafik bentuk
tegangannya. Menghubungkat terminal 5 ke negatif (ground), menggambar pada kertas grafik
bentuk tegangannya pada terminal 4. Probe 1 tetap pada terminal 3, memindahkan probe 2 pada
terminal 5. Menggambarkan pada kertas grafik bentuk tegangannya.

Gambar 2. Mengukur penguatan penguat transistor satu tingkat konfigurasi CE

C. Percobaan Ketiga
Merakit rangkaian penguat transistor satu tingkat seperti pada gambar 3 dengan benar. Gantilah
nilai tahanan R2 sebesar 100 k𝛺 dan tahanan R3 dihubung singkat. Ini adalah konfigurasi
kolektor bersama (CC) dari penguat transistor satu tingkat. Hidupkan AFG. Aturlah
keluarannya (gelombang sinusoidal) sebesar 0,5 Vpp pada frekuensi 1000 Hz. Hubungkan
keluaran AFG pada masukan penguat di terminal 1-2. Hubungkan probe 1 pada terminal 3 dan
probe 2 pada keluaran penguat di terminal 5. Gambarkan pada kertas grafik bentuk
tegangannya.

Gambar 3. Mengukur penguatan penguat transistor satu tingkat konfigurasi CC.

D. Percobaan Keempat
Rakitlah rangkaian penguat transistor satu tingkat seperti pada gambar 4 dengan benar. Pasang
kembali nilai tahanan R2 sebesar 15 k𝛺 dan nilai tahanan R3 sebesar 5k. Hubungsingkatlah
terminal 1-2 untuk membentuk konfigurasi basis bersama (CB) dari penguat transistor satu
tingkat. Hidupkan AFG. Aturlah keluarannya (gelombang sinusoidal) sebesar 0,5 Vpp pada
frekuensi 1000 Hz. Hubungkan keluaran AFG pada masukan penguat di terminal 5. Hubungkan
probe 1 pada terminal 3 dan probe 2 pada keluaran penguat di terminal 4. Gambarkan pada
kertas grafik bentuk tegangannya.

Gambar 4. Mengukur penguatan penguat transistor satu tingkat konfigurasi CB.

IV. HASIL DAN ANALISIS


1. Percobaan Pertama
a. Pengukuran tegangan VR1

b. Pengukuran tegangan VR2


c. Pengukuran tegangan VR3

d. Pengukuran tegangan VR4


2. Percobaan Kedua

3. Percobaan Ketiga
4. Percobaan Keempat
Tegangan pada VBE dan VCE sebesar 1,56 V dan 11,14 V. VBE mengacu pada tegangan antara
basis (B) dan emitter (E), sedangkan VCE mengacu pada tegangan antara kolektor (C) dan emitter
(E). Dalam transistor bipolar, VBE adalah tegangan yang diterapkan pada junction basis-emitter.
Ini penting karena menentukan arus basis dan, akibatnya, arus kolektor. VBE yang lebih tinggi akan
menghasilkan arus basis yang lebih besar dan, oleh karena itu, arus kolektor yang lebih besar. VCE
adalah tegangan yang diterapkan pada junction kolektor-emitter. Ini menentukan tegangan
keluaran transistor dan juga berhubungan dengan daya yang dikonsumsi oleh transistor. VCE yang
lebih tinggi akan menghasilkan daya yang lebih tinggi yang dikonsumsi oleh transistor. Berikut
perhitungannya :

• Tegangan base

𝑅2
𝑉𝐵 = [ ] ∙ 𝑉𝐸𝐶
𝑅1 + 𝑅3

15𝑘𝛺
𝑉𝐵 = [ ] ∙ 12 𝑉
100𝑘𝛺 + 15𝑘𝛺

𝑉𝐵 = 0,130 ∙ 12 𝑉

𝑉𝐵 = 1,56 𝑉

• Tegangan emiter
𝑉𝐸 = 𝑉𝐵 − 𝑉𝐵𝐸
𝑉𝐵𝐸 = 𝑉𝐵 + 𝑉𝐸
𝑉𝐵𝐸 = 0,86 + 0,7
𝑉𝐵𝐸 = 1,56 𝑉

• Arus emitter
𝑉𝐸
𝐼𝐸 =
𝑅𝐸
0,86
𝐼𝐸 =
1
𝐼𝐸 = 0,86 𝑚𝐴

Karena𝐼𝑐 ≅ 𝐼𝐸 , maka
𝑉𝐶 = 𝑉𝐶𝐸 − 𝐼𝐶 ∙ 𝑅𝐶
𝑉𝐶 = 12 − 0,86
𝑉𝐶 = 11,14

Sehingga
𝑉𝐶𝐸 = 𝑉𝐶 − 𝑉𝐸
𝑉𝐶𝐸 = 11,14 − 0,86
𝑉𝐶𝐸 = 10,28 𝑉

• Nilai 𝐼𝑅1
𝑉𝑅1
𝐼𝑅1 =
𝑅1
10,47 𝑉
𝐼𝑅1 =
100𝑘𝛺
𝐼𝑅1 = 0,104 𝐴

• Nilai 𝐼𝑅2
𝑉𝑅2
𝐼𝑅2 =
𝑅2
1,53 𝑉
𝐼𝑅2 =
15𝑘𝛺
𝐼𝑅2 = 0,102 𝐴

• Nilai 𝐼𝑅3
𝑉𝑅3
𝐼𝑅3 =
𝑅3
5,06 𝑉
𝐼𝑅3 =
1𝑘𝛺
𝐼𝑅3 = 5,06 𝐴

• Nilai 𝐼𝑅4
𝑉𝑅4
𝐼𝑅4 =
𝑅4
0,91 𝑉
𝐼𝑅1 =
5,6𝑘𝛺
𝐼𝑅1 = 0,163 𝐴

Penguat arus yang digunakan sebagai penguat yaitu sebesar 0,86 𝑚𝐴. Menggunakan arus
kolektor yang lebih rendah dapat membantu meningkatkan efisiensi daya sirkuit. Dengan
mengurangi arus kolektor, daya yang dikonsumsi oleh transistor dapat dikurangi, yang dapat
mengurangi panas yang dihasilkan dan meningkatkan efisiensi keseluruhan sirkuit. Setiap
transistor memiliki batasan arus maksimum yang diizinkan (𝐼𝐶 𝑚𝑎𝑥). Mungkin saja arus kolektor
sebesar 0,86 𝑚𝐴 dipilih agar tetap berada di bawah batas maksimum yang diizinkan oleh transistor
yang digunakan. Untuk transistor bipolar jenis NPN atau PNP yang umum digunakan sebagai
penguat, nilai β biasanya berkisar dari puluhan hingga ratusan. Sebagai contoh, transistor biasa
seperti 2N3904 atau BC547 sering memiliki β sekitar 100 hingga 300. Artinya, arus kolektor (Ic)
adalah β kali arus basis (Ib). Secara matematis, ini dapat dinyatakan sebagai: 𝐼𝑐 = 𝛽 × 𝑖.
Pada tabel percobaan 1 memperoleh hasil Vs sebesar 10 Volt dan VR1 sebesar 10. 474, VR2
sebesar 1. 526, VR3 sebesar 5. 061 dan VR4 sebesar 0. 91. Pada tabel percobaan 2 memperoleh
hasil VS sebsar 12 Volt, Vin sebesar 0.2 Volt, VE sebesar 0.19 Volt dan VC sebesar 2.6 Volt. Pada
percobaan 3 memperoleh hasil VS sebesar 12 Volt, Vin sebesar 0.18 Volt, dan VE sebesar 0.17
Volt. Pada percobaan 4 memperoleh hasil VS 12 Volt, Vin sebear 0.35 Volt dan VE sebesar 1.2
Volt.
Ketika terminal 5 dihubungkan ke ground dalam percobaan tersebut, terjadi penghubungan
langsung antara terminal 5 dan titik referensi ground dalam rangkaian. Ini berarti bahwa potensial
atau tegangan pada terminal 5 menjadi sama dengan potensial ground. Alasan mengapa hal ini
terjadi adalah karena ground dalam konteks elektronika adalah titik referensi nol volt atau titik
referensi tegangan dalam suatu rangkaian. Ketika terminal 5 dihubungkan ke ground, tegangan
pada terminal 5 menjadi nol volt atau sama dengan tegangan ground.

Dalam banyak rangkaian elektronik, ground digunakan sebagai referensi nol volt untuk
mengukur tegangan dan mengacu pada titik referensi yang stabil. Dengan menghubungkan
terminal 5 ke ground, kita mengaitkan terminal tersebut dengan titik referensi yang sama, sehingga
tegangan pada terminal 5 menjadi nol volt. Penghubungan terminal 5 ke ground juga dapat
memiliki efek lain tergantung pada desain dan fungsi sirkuit yang lebih luas. Misalnya, dalam
beberapa kasus, menghubungkan terminal 5 ke ground dapat mempengaruhi kinerja atau
karakteristik sirkuit lainnya, seperti mengubah titik kerja transistor atau mengubah jalur arus dalam
rangkaian.

V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan seperangkat komponen elektronik yang disebut
power amplifier digunakan untuk meningkatkan daya, atau energi secara umum. Penguat daya sering
kali merupakan tingkat terakhir dalam sistem penguat yang memiliki banyak tingkat. Salah satu
bagian penting dari sistem komunikasi adalah penguat daya. Ketika terminal 5 dihubungkan ke
ground dalam percobaan tersebut, terjadi penghubungan langsung antara terminal 5 dan titik
referensi ground dalam rangkaian. Ini berarti bahwa potensial atau tegangan pada terminal 5 menjadi
sama dengan potensial ground.
DAFTAR PUSTAKA

Amin, M., N. Mulyani, dan U. Hasanah. 2018. Pelatihan perancangan amplifier 12 volt pada SMK
Negeri 5 Koa Tanjungbalai. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. 1 (2): 57-62

Jamil, S., H. Putri, A. Novianti. 2018. Perancangan modul pembelajaran interaktif penguat daya dan
osilator pada mata kuliah elektronika telekomunikasi. E-Proceeding of Applied Science. 4 (3):
2716-2725.

Maulana, M. S., dan S. D. Ramdan. 2022. penerapan perancangan tune control dan power amplifier
class AB. Repoteknologi. 2 (2): 1-10

Murtianta, B. 2022. Penguat kelas tanpa tapis untuk subwoofer. Techne Jurnal Ilmiah Elektronika. 21
(2): 253-266.

Murtianta, B., dan D. Susilo. 2022. Penguat kelas D frekuensi tetap orde 2. Jurnal Edukasi Elektro. 6
(1): 24-31.

Subhan, M. U., P. Siwindarto, dan B. Siswojo. 2019. Penurunan total Harmonic Distortion (THD) pada
penguat audio kelas D menggunakan MQPSO. Journal of Information Technology and Computer
Science. 4 (3): 103-110.

Anda mungkin juga menyukai