Anda di halaman 1dari 4

NAMA : JANE SEMBAJANG

NIM. : 19330208017

JUDUL SKRIPSI

IMPLEMENTASI GAYA MENGAJAR DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN


KETRAMPILAN PERMAINAN SEPAK BOLA PADA SISWA SEKOLAH DASAR :
PENELITIAN TINDAKAN KELAS PADA SISWA KELAS IV SD GMIM 27 MANADO
SUMMARY

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis
maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya
rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan,
yang dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang ini
(Pasal 1 angka 1 UU No.35 Tahun 2009 Tentang Narkotika). Di Indonesia kasus penyalahgunaan
narkotika begitu merajalela, tidak hanya menyebar dalam daerah perkotaan melainkan sampai ke
desa-desa kecil. Pada awal tahun 2020 Pandemi Covid-19 atau biasa disebut dengan virus corona
memasuki wilayah Indonesia, menyebabkan seluruh akses melalui darat,laut maupun udara di
tutup agar tidak meluasnya jangkauan virus tersebut. Namun, hal itu tidak mempengaruhi tingkat
peredaran narkotika di Indonesia. Polisi Republik Indonesia (Polri) tercatat telah menuntaskan
33.860 kasus narkoba dari 38.292 kasus pada tahun 2020 atau sebesar 88% penyelesaian perkara
(di ungkap pada 22 Desember 2020). Marak nya kasus narkotika ini tidak hanya bagi para orang
dewasa melainkan juga bagi anak muda yang menjadi generasi penerus bangsa. Dikarenakan
meluasnya jangkauan peredaran narkotika bagi golongan orang dewasa maupun anak-anak, tidak
sedikit dari mereka yang ketergantungan bahkan menjadikan diri mereka sebagai pelaku penyalah
guna. Penyalah guna adalah orang yang menggunakan narkotika tanpa hak atau melawan hukum
(Pasal 1 angka 15 UU No.35 Tahun 2009 Tentang Narkotika). Banyak cara yang sudah dilakukan
oleh Pemerintah Indonesia dalam pencegahan, menanggulagi bahkan hukum sudah ditegakan
untuk memberantas tindak pidana narkotika di Indonesia, namun sampai saat ini Indonesia
masih tercatat sebagai
negara yang memiliki kasus narkotika tertinggi.
RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana penegakkan hukum terhadap pelaku penyalahgunaan narkotika bagi diri


sendiri?
2. Bagaimana dampak(akibat) dari penyalahgunaan narkotika bagi pelaku maupun
lingkungan masyarakat sekitar?

Persetujuan Dosen Pembimbing Mahasiswa

Dr. Flora Pricila Kalalo, S.H.,M. Jane Sembajang


NIP. 196710191992032002 NIM. 19330208017
JUDUL SKRIPSI

IMPLEMENTASI LEGISLASI HAK-HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

SUMARRY

Hak asasi manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang
demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Hak yang melekat pada diri
seseorang sebagai makhluk Tuhan merupakan hak yang mutlak dan harus dilindungi oleh negara
sebagaimana diamanatkan dalam konstitusi terutama hak untuk hidup dan hak untuk
kehidupannya. Hal ini terlihat dalam Pasal 28A UUD 1945 hasil perubahan kedua, menyatakan :
“Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya”.
Selanjutnya, dalam perkembangan hasil turunannya antara lain Pasal 28A UUD 1945 diatas
lahirlah Undang-undang No.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM), yang
selanjutnya melahirkan Undang- undang No.26 Tahun 2000 tentang Peradilan HAM. Undang-
undang No.26 Tahun 2000 tentang Peradilan HAM merupakan salah satu bentuk apresiasi yang
berupa perlindungan HAM berat dari pemerintah Republik Indonesia. Undang-undang No.26
Tahun 2000 tentang Peradilan HAM itu sendiri mengatur tentang bentuk-bentuk pelanggaran
HAM berat berupa kejahatan terhadap Genocide dan kejahatan kemanusiaan. Pendekatan dan
proses penanganan berbagai kasus pelanggaran HAM berat selama ini hanya berkutat pada
penuntutan terhadap pelaku. Hal ini tentu bukan sesuatu yang ditentang. Namun hal yang sering
luput disamping penuntutan terhadap pelaku adalah mengenai pemenuhan hak korban. Seringkali
pemenuhan hak korban ini dipahami sebagai sesuatu yang akan terjadi setelah proses hukum
final. Meskipun pemerintah sudah mengesahkan undang-undang mengenai kompensasi, restitusi
dan rehabilitasi bagi korban pelanggaran HAM. Namun, tetap saja proses untuk mendapatkan
reparasi sendiri mengalami berbagai hambatan. Hal ini, semakin memperlihatkan bahwa
pemerintah tidak serius untuk menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran HAM yang telah terjadi.
Sejumlah perangkat peraturan antara lain Undang-undang No.39 Tahun 1999 tentang HAM,
Undang- undang No.26 Tahun 2000 tentang Peradilan HAM serta Komnas HAM sebagai upaya
perlindungan HAM, namun dalam implementasinya masih ada hak-hak korban yang seharusnya
didapatkan oleh korban belum terimplementasi, seperti saat ini belum ada satupun korban
maupun keluarga pelanggaran HAM yang mendapatkan hak reparasinya yang sudah diatur dalam
Undang-undang No.26 Tahun 2000 tentang Peradilan HAM.
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana implementasi legislasi hak-hak asasi manusia di Indonesia?
2. Bagaimana penegakan hukum bagi pelaku pelanggaran hak-hak asasi manusia di
Indonesia?

Persetujuan Dekan Mahasiswa

Dr. Flora Pricila Kalalo, S.H.,M.H Resa Feran


NIP. 196710191992032002 NIM. 18071101140
JUDUL SKRIPSI

ANALISIS YURIDIS KEDUDUKAN ANAK ANGKAT TERHADAP HARTA WARISAN


BERDASARKAN HUKUM WARIS DI INDONESIA.

SUMARRY
Pengangkatan anak (adopsi) bukan merupakan hal yang baru di Indonesia karena hal ini sudah
lazim dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Pengangkatan anak berdasarkan peraturan
perundang- undangan dilakukan melalui penetapan pengadilan. Orang tua angkat berkewajiban
mengusahakan agar setelah ia meninggal dunia, anak angkatnya tersebut tidak ditelantarkan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2007 Tentang
Pengangkatan Anak yaitu bertujuan untuk kepentingan terbaik anak dalam rangka mewujjudkan
kesejahteraan dan perlindungan anak, yang dilaksanakan berdasarkan adat kebiasaan setempat
dan ketentuan peraturan perundang-undangan. Di dalam perbuatan pengangkatan anak
mengandung konsekuensi-konsekuensi yuridis bahwa anak angkat itu mempunyai kedudukan
hukum terhadap yang mengangkatnya. Kedudukan anak angkat terhadap harta warisan
berdasarkan hukum waris di Indonesia diatur berbeda berdasarkan hukum adat, hukum islam, dan
hukum perdata (Burgerlijk Wetboek) sehingga menimbulkan pertanyaan mengenai kedudukan
anak angkat di ketiga sistem hukum waris tersebut. Dasar hukum yang dijadikan pedoman adalah
Yurisprudensi dari putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia (MARI) Nomor.621
K/SIP/1970 tanggal 08 Mei 1971 menyimpulkan bahwa: 1) Anak angkat berhak mewarisi harta
gono gini (harta bersama); 2) Anak angkat tidak berhak mewaris terhadap harta pusaka (asli); 3)
Anak angkat bisa menutup hak mewaris ahli waris asal. Sedangkan dalam hukum islam
pengangkatan anak tidak menjadi ahli waris dari orang tua angkatnya namun anak angkat bisa
mendapatkan wasiat wajibah. Dan menurut hukum perdata berdasarkan BW (Burgerlijk
Wetboek) tidak mengantur tentang hak waris atas anak angkat namun tidak bisa di pungkiri
bahwa anak angkat bisa memperoleh hak waris melalui hibah.

RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah pengaturan hukum tentang waris yang berlaku di Indonesia?


2. Bagaimanakah kedudukan anak angkat terhadap harta warisan berdasarkan hukum waris
di Indonesia?

Persetujuan Dekan Mahasiswa

Dr. Flora Pricila Kalalo, S.H.,M.H Resa Feran


NIP. 196710191992032002 NIM. 18071101140

Anda mungkin juga menyukai