Anda di halaman 1dari 73

RINGKASAN MATERI UP PPG DALJAB 2020

Bismillahirrohmanirrohim

Kepribadian

1. Indikator 1-8 sikap cinta tanah air meliputi : sikap nasionalisme, sikap patriotism, sikap
menghargai perbedaan, sikap mengutamakan kepentingan bersama, sikap mempertahankan
kekayaan alam Indonesia, mengapresiasi kekayaan budaya bangsa lain sehingga
memperkuat jati diri bangsa Indonesia.
2. Indikator 9-15 sikap berwibawa, tegas, disiplin, penuh panggilan jiwa, dan samapata.
3. Indikator 16-20 sikap kesepenuhhatian dan kemurahhatian.

Pedagogik

Indikator

21. Disajikan narasi tentang teori perkembangan peserta didik yang diterapkan dalam PBM,
peserta dapat menentukan teori perkembangan apa yang sesuai.
22. Disajikan narasi tentang teori perkembangan peserta didik yang diterapkan dalam PBM,
peserta dapat menganalisis teori perkembangan apa yang sesuai.

Materi

Teori Perkembangan Peserta Didik

Sub Materi
Teori Psikoanalitis, Teori Kognitif, Teori Perilaku dan Belajar Sosial, Teori Etologis, dan Teori
Ekologis.
1. Teori Psikoanalitis
Teori ini menjelaskan mengenai hakikat serta perkembangan kepribadian seseorang.
Unsur-unsur penting yang dijelaskan dalam teori ini adalah emosi, motivasi, serta faktor-
faktor lainnya. Di dalam teori ini juga dijelaskan jika perkembangan kepribadian akan
disebabkan oleh konflik-konflik yang umumnya terjadi pada masa kanak-kanak. Para
pencetus teori ini juga percaya jika perkembangan merupakan proses yang dinamis dan aktif
yang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor individual yang ada sejak lahir serta pengalaman
emosional dan sosial. Teori psikoanalitis yang cukup terkenal yaitu dicetuskan
oleh Sigmund Freud dan Erik Erikson.
Dalam menguraikan teorinya, Freud mengembangkan satu penjelasan tentang struktur
dasar dari kepribadian. Teorinya menyatakan bahwa kepribadian tersusun dari tiga
komponen: id, ego dan superego. Id ada sejak lahir dan terdiri dari instink dan dorongan
mendasar yang mencari kepuasan langsung, tanpa menghiraukan konsekuensinya. Jika tidak
dikendalikan, id akan menempatkan individu dalam konflik mendalam dengan orang lain
dan masyarakat. Unsur kedua dari struktur kepribadian adalah ego, yang mulai berkembang
selama tahun pertama kehidupan. Ego terdiri dari proses mental, daya penalaran dan pikiran
sehat, yang berusaha membantu id menemukan ekspresi tanpa mengalami masalah. Ego
bekerja menurut prinsip realitas. Unsur ketiga dari struktur kepribadian adalah superego,
yang berkembang dari puncak kedewasaan, identifikasi dan model orang tua, serta dari
masyarakat. Superego mewakili nilai-nilai sosial yang tergabung dalam struktur kepribadian
dari individu. Ini menjadi kata hati yang berusaha mempengaruhi perilaku untuk
menyesuaikan diri dengan harapan-harapan sosial. Id dan superego sering bertentangan,
menyebabkan kesalahan, kegelisahan, dan gangguan.
Sedangkan teori psikososial yang dikembangkan oleh Erikson, beliau lebih teliti
dalam menguraikan serta memperluas dari struktur psikoaanalisis yang sebelumnya sudah
dijelaskan oleh Freud dan merumuskannya kembali yang di sesuaikan dengan dunia modern.
Menurut Erikson, kepribadian seseorang terbentuk melalui seluruh tahapan psikososial yang
dialaminya sepanjang hidupnya. Masing-masing tahap tentunya terdapat perkembangan
yang khas dan mengharuskan seseorang tersebut untuk menghadapinya.
Delapan tahap perkembangan psikososial:
1) Trust vs Mistrust ( Percaya & Tidak Percaya, 0-18 bulan)
Karena ketergantungannya, hal pertama yang akan dipelajari seorang anak atau bayi
dari lingkungannya adalah rasa percaya pada orang di sekitarnya, terutama pada ibu atau
pengasuhnya yang selalu bersama setiap hari. Jika kebutuhan anak cukup dipenuhi oleh
sang ibu atau pengasuh seperti makanan dan kasih sayang maka anak akan merasakan
keamanan dan kepercayaan.
2) Otonomi vs Malu dan Ragu – ragu (Autonomy vs Shame and Doubt, 18 bulan – 3
tahun)
Kemampuan anak untuk melakukan beberapa hal pada tahap ini sudah mulai
berkembang, seperti makan sendiri, berjalan, dan berbicara. Kepercayaan yang diberikan
orang tua untuk memberikannya kesempatan bereksplorasi sendiri dengan dibawah
bimbingan akan dapat membentuk anak menjadi pribadi yang mandiri serta percaya diri.
3) Initiative vs Guilt (Inisiatif vs Rasa Bersalah, 3 – 6 tahun)
Anak usia prasekolah sudah mulai mematangkan beberapa kemampuannya yang
lain seperti motorik dan kemampuan berbahasa, mampu mengeksplorasi lingkungannya
secara fisik maupun sosial dan mengembangkan inisiatif untuk mulai bertindak.
Apabila orang tua selalu memberikan hukuman untuk dorongan inisiatif anak,
akibatnya anak dapat selalu merasa bersalah tentang dorongan alaminya untuk
mengambil tindakan.
4) Industry vs Inferiority ( Tekun vs Rasa Rendah Diri, 6-12 tahun)
Anak yang sudah terlibat aktif dalam interaksi sosial akan mulai mengembangkan
suatu perasaan bangga terhadap identitasnya. Kemampuan akademik anak yang sudah
memasuki usia sekolah akan mulai berkembang dan juga kemampuan sosialnya untuk
berinteraksi di luar keluarga.
Dukungan dari orang tua dan gurunya akan membangun perasaan kompeten serta
percaya diri, dan pencapaian sebelumnya akan memotivasi anak untuk mencapai
pengalaman baru. Sebaliknya kegagalan untuk memperoleh prestasi penting dan
kurangnya dukungan dari guru dan orang tua dapat membuat anak menjadi rendah diri,
merasa tidak kompeten dan tidak produktif.
5) Identity vs Role Confusion ( Identitas vs Kebingungan Peran, 12-18 tahun)
Pada tahap ini seorang anak remaja akan mencoba banyak hal untuk mengetahui jati
diri mereka sebenarnya, dan biasanya anak akan mencari teman yang memiliki kesamaan
dengan dirinya untuk melewati hal tersebut. Jika anak dapat menjalani berbagai peran
baru dengan positif dan dukungan orang tua, maka identitas yang positif juga akan
tercapai.
6) Intimacy vs Isolation ( Keintiman vs Isolasi, 18-35 tahun)
Tahap pertama dalam perkembangan kedewasaan ini biasanya terjadi pada masa
dewasa muda, yaitu merupakan tahap ketika seseorang merasa siap membangun
hubungan yang dekat dan intim dengan orang lain. Jika sukses membangun hubungan
yang erat, seseorang akan mampu merasakan cinta serta kasih sayang.
Pribadi yang memiliki identitas personal kuat sangat penting untuk dapat
menembangkan hubungan yang sehat. Sementara kegagalan menjalin hubungan bisa
membuat seseorang merasakan jarak dan terasing dari orang lain.
7) Generativity vs Stagnation ( Bangkit vs Stagnan, 35-64 tahun)
Ini adalah tahap kedua perkembangan kedewasaan. Normalnya seseorang sudah
mapan dalam kehidupannya. Kemajuan karir atau rumah tangga yang telah dicapai
memberikan seseorang perasaan untuk memiliki suatu tujuan. Namun jika seseorang
merasa tidak nyaman dengan alur kehidupannya, maka biasanya akan muncul penyesalan
akan apa yang telah dilakukan di masa lalu dan merasa hidupnya mengalami stagnasi.
8) /Integrity vs Despair (Integritas vs Keputusasaan, 65 tahun keatas)
Pada fase ini seseorang akan mengalami penglihatan kembali atau flash back tentang
alur kehidupannya yang telah dijalani. Juga berusaha untuk mengatasi berbagai
permasalahan yang sebelumnya tidak terselesaikan. Jika berhasil melewati tahap ini,
maka seseorang akan mendapatkan kebijaksanaan, namun jika gagal mereka bisa menjadi
putus asa.
2. Teori Kognitif
Ada sebuah teori perkembangan kognitif yang dikembangkan oleh seorang psikolog
Swiss, Jean Piaget, yang dikenal dengan nama Teori Piaget. Pertama kali diterbitkan pada
1952, Piaget berpendapat bahwa kemampuan kognitif adalah sebuah proses genetik yang
didasarkan pada mekanisme biologis perkembangan sistem saraf. Semakin usia bertambah,
maka susunan sel sarafnya semakin kompleks sehingga kemampuannya pun turut
meningkat.
Saat seseorang tumbuh, ia akan beradaptasi secara biologis terhadap lingkungannya.
Hal tersebut menyebabkan terjadinya beberapa perubahan kualitatif di dalam struktur
kognitifnya. Piaget menyimpulkan bahwa kemampuan berpikir dan kekuatan mental anak
yang usianya berbeda, maka kualitatifnya pun akan berbeda.
Piaget mengajarkan bahwa perkembangan kognitif adalah hasil gabungan dari
kedewasaan otak dan sistem saraf dan adaptasi pada lingkungan kita.
Adaptasi adalah proses dengan mana anak-anak menyesuaikan pemikirannya untuk
memasukkan informasi baru yang selanjutnya mereka mengerti. Piaget (dalam Rice, 2002)
mengatakan bahwa anak-anak menyesuaikan diri dengan dua cara, yaitu asimilasi dan
akomodasi. Asimilasi berarti memperoleh informasi baru dan memasukkannya ke dalam
skema sekarang dalam respon terhadap stimulus lingkungan yang baru. Akomodasi meliputi
penyesuaian pada informasi baru dengan menciptakan skema yang baru ketika skema lama
tidak berhasil. Anak-anak mungkin melihat anjing untuk pertama kalinya (asimilasi), tapi
kemudian belajar bahwa beberapa anjing aman untuk dipiara dan anjing lainnya tidak
(akomodasi). Ketika anak-anak memperoleh semakin banyak informasi, mereka menyusun
pemahamannya tentang dunia secara berbeda.
Piaget membagi tahapan perkembangan kemampuan kognitif anak menjadi empat,
yaitu:
1) Tahap Sensorimotor (0 - 24 Bulan)
Pertama ada tahap sensorimotor yang dialami oleh bayi baru lahir (0 bulan) hingga usia
24 bulan atau 2 tahun. Di tahap awal kehidupan, si Kecil masih sangat terbatas dari segi
kemampuan. Namun, setiap anak terlahir dengan bawaan berupa refleks dan rangsangan
untuk mencari tahu dunianya.
Perkembangannya berdasarkan pada tindakan yang dilakukan secara bertahap. Ia juga
belum mampu mempertimbangkan apa saja keinginan, kepentingan, dan kebutuhan orang
lain yang membuatnya dianggap egosentris. Beberapa kemampuan yang dimiliki oleh si
Kecil di tahap usia ini antara lain:
o Suka memperhatikan sesuatu dengan waktu lama.
o Memperhatikan suatu objek sebagai hal yang tetap dan ingin merubah letaknya.
o Melihat dirinya sendiri sebagai makhluk yang berbeda dari objek di sekelilingnya.
o Mencari rangsangan melalui suara dan sinar lampu.
o Mengartikan sesuatu dengan cara memanipulasinya.
2) Tahap Pra-Operasional (2 - 7 Tahun)
Ciri utama perkembangan kemampuan kognitif si Kecil di tahap ini adalah mulai
berkembangnya konsep intuitif dan penggunaan simbol. Tahap pra-operasional ini terbagi
menjadi dua, yaitu:
o Pre-operasional (2 - 4 tahun): si Kecil sudah mampu mengembangkan
konsepnya menggunakan bahasa sederhana yang sering mengalami kesalahan
dalam memahami suatu objek. Ciri-cirinya antara lain:
1. Mampu mengelompokkan objek secara tunggal dan mencolok.
2. Mampu mengumpulkan benda-benda berdasarkan kriteria.
3. Mampu menyusun beberapa benda secara berderet.
4. Self counter yang sangat menonjol.
o Intuitif (4 - 7 tahun): pengetahuan yang diperoleh si Kecil didasarkan pada kesan
yang agak abstrak. Ia dapat menyimpulkan, tapi belum mampu
mengungkapkannya dengan kata-kata. Untuk itu si Kecil di kategori usia ini
sudah mampu mengutarakan isi hatinya, khususnya bagi anak yang mempunyai
banyak pengalaman. Ciri-ciri si Kecil di tahap ini antara lain:
1. Sudah mulai mengenali hubungan secara logis atas hal-hal yang lebih
rumit.
2. Meski kurang menyadari, tapi si Kecil sudah dapat mengkategorikan
objek.
3. Dapat mewujudkan ide yang ada di pikirannya.
3) Tahap Operasional Konkret (7-11 Tahun)
Tahap ketiga perkembangan kemampuan kognitif anak adalah operasional konkret yang
dimiliki oleh anak di kategori usia 7-11 tahun. Berikut adalah ciri-ciri perkembangan di
tahapan ini:
o Sudah mampu mengelompokkan objek atau situasi tertentu dan mengurutkan
sesuatu.
o Kemampuannya dalam mengingat dan berpikir logis juga semakin meningkat.
o Memahami konsep sebab-akibat secara rasional dan sistematis.
o Mulai dapat belajar membaca dan matematika.
o Sikap egosentrisnya semakin berkurang secara perlahan.
4) Tahap Operasional Formal (Mulai 11 Tahun)
Memasuki usia pra-remaja, anak pada tahapan operasional formal memiliki beberapa ciri
sebagai berikut:
o Sudah menguasai penalaran dan berpikir secara abstrak.
o Mampu menarik kesimpulan dari informasi yang ia dapat.
o Memahami konsep yang bersifat abstrak, seperti nilai dan cinta.
o Sudah dapat melihat realitas yang terkadang bisa abu-abu, tidak melulu hitam dan
putih. Kemampuan ini sangat penting karena akan membantu ia melewati masa
peralihan dari fase remaja menuju fase dewasa.
3. Teori Prilaku (behavior) dan Belajar Sosial
a. Behaviorisme
Belajar adalah perubahan tingkah laku. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu
jika ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Misalnya: seorang siswa belum
dapat membaca. Maka, betapapun ia keras belajar, betapapun gurunya beusaha sebaik
mengajar, atau bahkan ia sudah hafal huruf A sampai Z di luar kepala, namun bila ia
gagal mendemonstrasikan kemampuanya dalam membaca, maka siswa itu belum di
anggap belajar. Ia di anggap telah belajar jika ia telah menunjukkan suatu perubahan
dalam tingkah laku (dari tidak bisa membaca menjadi bisa membaca).
Menurut teori ini, yang terpenting adalah masukan/input yang berupa stimulus dan
keluaran/output yang berupa respons. Sedangkan apa yang terjadi di antara stimulus dan
respons itu dianggap tak penting diperhatikan sebab tidak bisa diamati. Yang dapat
diamati hanyalah stimulus dan respons. Menurut teori Behaviorisme, apa saja yang
diberikan guru (stimulus), dan apa saja yang dihasilkan siswa (respons), semuanya harus
bisa diamati, diukur, dan tidak oleh hanya tersirat (implicit).
Faktor lain yang juga penting adalah factor penguatan (reinforcement). Penguatan
hal yang memperkuat respon. Apabila responya positif maka respon akan semakin kluat,
apabila responya negative maka dikurangi supaya tetap menguatkan respon. Pelopor teori
Behaviorisme ini adalah Pavlov, Watson, Skinner, Hull, dan Gutrie.
b. Teori Belajar Sosial
Tokoh dari teori ini adalah Albert Bandura. Teori ini menekankan perilaku,
lingkungan, dan faktor kognisi sebagai faktor kunci dalam perkembangan individu.
Secara umum, teori ini mengatakan bahwa manusia bukanlah seperti robot yang tidak
mempunyai pikiran dan menurut saja sesuai dengan kehendak pembuatnya. Namun,
manusia mempunyai otak yang dapat berpikir, menalar, menilai, ataupun
membandingkan sesuatu sehingga dapat memilih arah bagi dirinya. Lebih lanjut Bandura
memperjelas teorinya lebih mendalam dengan menamakan teori belajar sosial kognitif.
Bandura sangat yakin bahwa perilaku seseorang itu merupakan hasil dari mengamati
perilaku orang lain, dengan kata lain secara kognitif, perilaku individu itu mengadopsi
dari perilaku orang lain. Proses ini disebut proses modeling atau imitasi.
c. Peran terhadap Perkembangan
Behaviorisme menekankan peran dari pengaruh lingkungan dalam memberikan
contoh perilaku. Perilaku menjadi jumlah total dari respon yang dipelajari atau yang
terkondisi pada stimulus, suatu pandangan yang agak mekanistik. Menurut behavioris,
pembelajaran terjadi melalui pengkondisian. Pertama, pembelajaran melalui asosiasi
(klasik), dan pembelajaran dari konsekuensi perilaku (operan). Adanya penekanan yang
menjadi perhatian orangtua dan pendidik bahwa anak-anak belajar dengan mengamati
perilaku orang lain dan dengan meniru perilaku mereka.

4. Teori Etologis
Konrad Lorenz (1903-1989) menekankan sangat dipengaruhi oleh biologi, terkait dengan
evolusi, dan ditandai oleh periode yang penting atau peka. Melalui penelitian yg sebagian
besar dilakukan dengan angsa abu-abu, Lorenz (1965) mempelajari suatu pola perilaku yang
dianggap diprogramkan di dalam gen burung. Seekor anak angsa yang baru ditetaskan
tampaknya dilahirkan dengan naluri mengikuti induknya. Menurut Lorenz konsep etologis
untuk belajar dengan cepat dan alamiah dalam suatu periode waktu yang kritis yang
melibatkan kedekatan dengan obyek yang dilihat bergerak pertama kali.
Ethology menekankan bahwa perilaku adalah produk dari evolusi dan ditentukan secara
biologis. Tiap spesies mempelajari adaptasi apa yang penting untuk bertahan hidup, dan
melalui proses seleksi alam, yang paling baiklah yang mampu hidup untuk mewariskan sifat-
sifatnya kepada keturunannya. Teori ini menekankan bahwa perilaku individu adalah produk
dari evolusi dan ditentukan secara biologis. Teori ini juga tetap menghargai adanya peran
lingkungan dalam memenuhi berbagai kebutuhan individu, sehingga pengalaman individu
pada awal kehidupan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi kehidupan individu
tersebut di masa selanjutnya.

5. Teori Ekologi
Urie Bronfenbrenner (dalam Santrock, 1995) merupakan ahli yang mengemukakan teori
sistem mengenai ekologi yang menjelaskan perkembangan individu dalam interaksinya
dengan lingkungan di luar dirinya yang terus menerus mempengaruhi segala aspek
perkembangannya. Teori ekologi ini ialah pandangan sosiokultural Bronfenbrenner tentang
perkembangan yang terdiri dari lima sistem lingkungan, mulai dari pengaruh interaksi
langsung pada individu hingga pengaruh kebudayaan yang berbasis luas. Kelima sistem
ekologi tersebut adalah mikrosistem, mesosistem, ekosistem, makrosistem, dan kronosistem
(Santrock, 1995) Dari perspektif teori ekologi, individu berkembang dalam jaringan yang
kompleks dari sistem yang saling berhubungan Oleh karena itu banyak sumber berperan
dalam perkembangan tingkah laku. Selain faktor individual, faktor lingkungan seperti
aktivitas pengasuhan dianggap sebagai salah satu determinan dari permasalahan tingkah laku
bermasalah. Teori ini menekankan bahwa manusia tidak berkembang dalam isolasi, namun
merupakan rangkaian interaksi di dalam keluarga, sekolah, masyarakat atau komunitasnya.
Setiap lapisan lingkungan selalu bersifat dinamis mempengaruhi mempengaruhi
perkembangan individu.

Indikator
23. Disajikan narasi PBM dengan kegiatan pembelajaran yang terkait dengan teori belajar,
peserta dapat menganalisis teori belajar apa yang sesuai.
Materi
Teori belajar dan aplikasinya dalam pembelajaran di SD
Sub Materi
Teori belajar Behavioristik Konstruktivistik, Sosial dan Teori Belajar Kognitif
1. Teori Belajar Behavioristik
Teori belajar behavioristik menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku.
Seseorang dianggap belajar jika ia telah mampu menunjukkan perubahan tingkah laku.
Pentingnya masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa
respons. Stimulus adalah sesuatu apa saja yang diberikan oleh guru kepada peserta didik, dan
respon berupa rekasi atau tanggapan yang dihasilkan oleh peserta didik terhadap stimulus
yang diberikan oleh guru. Penguatan (reinforcement) adalah faktor penting dalam belajar.
Penguatan adalah apa saja yang dapar memperkuat timbulnya respons. Bila penguatan
ditambahkan (positive reinforcement) maka respons akan semakin kuat. Demikian juga jika
penguatan dikurangi (negative reinforcement) maka respons juga akan menguat.
Aplikasi teori ini dalam pembelajaran, bahwa kegiatan belajar ditekankan sebagai
aktifitas “mimetic” yang menuntut peserta didik untuk mengungkapkan kembali pengetahuan
yang sudah dipelajari. Penyajian materi pelajaran mengikuti urutan dari bagian-bagian ke
keseluruhan. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil, dan evaluasi menuntut satu
jawaban benar. Jawaban yang benar menunjukkan bahwa peserta didik telah menyelesaikan
tugas belajarnya.
2. Teori Belajar Kontrutivistik
Pandangan konstruktivistik yang mengemukakan bahwa belajar merupakan usaha
pemberian makna oleh peserta didik kepada pengalamannya melalui asimilasi dan akomodasi
yang menuju pada pembentukan struktur kognitifnya, memungkinkan mengarah kepada
tujuan tersebut. Oleh karena itu pembelajaran diusahakan agar dapat memberikan kondisi
terjadinya proses pembentukan tersebut secara optimal pada diri peserta didik. Peserta didik
diberikan kesempatan untuk mengembangkan ide-idenya secara luas.
Sementara peranan guru dalam belajar konstruktivistik adalah membantu agar proses
pengkonstruksian pengetahuan oleh peserta didik berjalan lancar. Guru tidak mentransfer
pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan membantu peserta didik untuk membentuk
pengetahuannya sendiri dan dituntut untuk lebih memahami jalan pikiran atau cara pandang
peserta didik dalam belajar.
3. Teori Belajar Kognitif
Pengertian belajar menurut teori belajar kognitif adalah perubahan persepsi dan
pemahaman, yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan dapat diukur.
Asumsi teori ini adalah bahwa setiap orang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang telah
tertata dalam bentuk struktur kognitif yang dimilikinya. Proses belajar akan berjalan dengan
baik jika materi pelajaran atau informasi baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah
dimiliki seseorang. Menurut teori kognitif, ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang
melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak
terpatah-pata, terpisah-pisah, tapi melalui proses yang mengalir, bersambung-sambung, dan
menyeluruh.
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, keterlibatan peserta didik secara aktif amat
dipentingkan. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan
pengetahuan baru dengan setruktur kognitif yang telah dimiliki peserta didik. Materi pelajaran
disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks.
Perbedaan individual pada diri peserta didik perlu diperhatikan, karena faktor ini sangat
mempengaruhi keberhasilan belajar peserta didik.

Indikator
24. Disajikan narasi tentang kompetensi dasar Penilaian dan analisis hasil belajar, peserta dapat
menentukan alat penilaian serta analisis hasil belajar untuk membantu peserta didik
menguasai kompetensi tersebut.
Materi
Penilaian dan analisis hasil belajar dengan menerapkan penilaian otentik
Sub Materi
Penilaian Otentik, Penilaian Sikap, Penilaian Pengetahuan dan Penilaian Keterampilan
1. Pengertian Penilaian Autentik
Penilaian Autentik adalah pengukuran atas proses dan hasil belajar peserta didik
untuk ranah sikap (afektif), keterampilan (psikomotor), dan Pengetahuan (kognitif).
Penilaian autentik adalah istilah yang diciptakan untuk menjelaskan berbagai metode
penilaian alternatif yang memungkinkan siswa dapat mendemonstrasikan kemampuannya
dalam menyelesaikan tugas-tugas dan menyelesaikan masalah. Sekaligus, mengekspresikan
pengetahuan dan keterampilannya dengan cara mensimulasikan situasi yang dapat ditemui di
dalam dunia nyata di luar lingkungan sekolah. Ketika menerapkan penilaian Autentik untuk
mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan
dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar
sekolah.

2. Penilaian Sikap
Pendidik melakukan penilaian sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian teman
sejawat (peer evaluation) oleh peserta didik.
a. Observasi
Merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan
menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengn menggunakan
pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati.
b. Penilaian diri
Merupakan teknik menilaian dengan cara meminta peserta didik untuk
mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi.
Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri.
c. Penilaian antar peserta didik atau teman
Merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling
menilai terkait dengan pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar
penilaian antar peserta didik.
d. Jurnal atau catatan guru
Merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil
pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap
dan perilaku.
3. Penilaian Pengetahuan
a. Instrumen tes tertulis
Berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan, dan
uraian. Instrumen uraian dilengkapi pedoman penskoran.
b. Instrumen tes lisan
Berupa daftar pertanyaan yang diberikan oleh guru secara ucap atau lisan, sehungga
peserta didik merespon pertanyaan tersebut, sehingga menimbulkan keberanian dari siswa.
Jawaban dapat berupa kata, frase, kalimat atau paragraf yang di ucapkan.
c. Instrumen penugasan
Berupa pekerjaan rumah atau projek yang dikerjakan secara individu atau
kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.
4. Penilaian Keterampilan
Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian
yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan
menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian porto polio. Instrumen yang digunakan
merupakan daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik.
a. Tes praktik atau kinerja atau performance
Yaitu penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan melakukan suatu
aktifitas atau perilaku sesuatu tuntutan kompetensi.
b. Penilaian projek
Yaitu tugas-tugas belajar (learning task) yang meliputi kegiatan perancangan,
pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu.

c. Penilaian porto polio


Yaitu penilaian yang dilakukan dengan cara penilai kumpulan seluruh karya peserta
didik dalam bidang tertentu yang bersifat reflektif integratif untuk mengetahui minat,
perkembangan, prestasi, dan kreatifitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu. karya
tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang mencerminkan kepedulian peserta didik
terhadap lingkungannya.
5. Karakteristik Penilaian Autentik
Suatu penilaian dikatakan autentik apabila sangat mendekati hasil pendidikan sains
yang diinginkan, melibatkan siswa pada tugas-tugas yang bermanfaat, penting dan bermakna,
mampu menantang siswa menerapkan informasi atau ketrampilan akademik baru pada situasi
reel untuk maksud yang jelas, serta mampu mengukur perbuatan atau menampilkan yang
sebenarnya pada suatu mata pelajaran, pengukuran penguasaan siswa terhadap suatu mata
pelajaran dengan cara yang dibanding regulasi sederhana dari pengetahuan. Karakteristik
penilaian nyata (authentic assessment) sebagai berikut:
a. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung
b. Bisa digunakan untuk formatif atau sumatif
c. Yang diukur ketrampilan dan performance bukan mengingat fakta
d. Berkesinambungan
e. Terintegrasi, dan dapat digunakan sebagai feedback.

Indikator
25. Disajikan narasi tentang kompetensi Pedagogik profesi guru, peserta dapat menganalisis
teori belajar serta prinsip pembelajaran yang mendidik untuk membantu menguasai
kompetensi tersebut
Materi
Kompetensi Pedagogik profesi guru dan aplikasinya dalam pembelajaran di SD
Sub Materi
Penguasaan Karakteristik Peserta didik, Penguasaan teori belajar dan prinsip pembelajaran yang
mendidik
1. Penguasaan Karakteristik Peserta didik
Peserta didik dalam suatu kelas atau sekolah memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
Perbedaan-perbedaan yang ada perlu dikelola secara baik. Namun jika perbedaan tersebut
tidak dikelola secara baik, maka akan menimbulkan permasalahan-permasalahan dalam
pembelajaran. Karakteristik peserta didik banyak ragam yaitu: etnik, kultural, status sosial,
minat, perkembangan kognitif, kemampuan awal, gaya belajar, motivasi, perkembangan
emosi, perkembangan sosial dan perkembangan moral dan spiritual, dan perkembangan
motorik.
2. Penguasaan teori belajar dan prinsip pembelajaran yang mendidik
Guru mampu menetapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik
pembelajaran yang mendidik secara kreatif sesuai dengan standar kompetensi guru. Guru
mampu menyesuaikan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik
dan memotivasi mereka untuk belajar.
Untuk mewujudkan semuanya, terdapat beberapa hal yang harus menjadi perhatian
guru:
a. Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menguasai materi
pembelajaran sesuai usia dan kemampuan belajarnya melalui pengaturan proses
pembelajaran dan aktivitas yang bervariasi,
b. Guru selalu memastikan tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi
pembelajaran tertentu dan menyesuaikan aktivitas pembelajaran berikutnya
berdasarkan tingkat pemahaman tersebut,
c. Guru dapat menjelaskan alasan pelaksanaan kegiatan/aktivitas yang dilakukannya,
baik yang sesuai maupun yang berbeda dengan rencana, terkait keberhasilan
pembelajaran,
d. Guru menggunakan berbagai teknik untuk memotiviasi kemauan belajar peserta didik,
e. Guru merencanakan kegiatan pembelajaran yang saling terkait satu sama lain, dengan
memperhatikan tujuan pembelajaran maupun proses belajar peserta didik,
f. Guru memperhatikan respon peserta didik yang belum/kurang memahami materi
pembelajaran yang diajarkan dan menggunakannya untuk memperbaiki rancangan
pembelajaran berikutnya.
Beberapa prinsip pembelajaran yang harus dikuasai antara lain.
a. Prinsip perhatian dan motivasi e. Prinsip pengulangan
b. Prinsip transper dan retensi f. Prinsip tantangan
c. Prinsip keaktifan g. Prinsip balikan dan penguatan
d. Prinsip keterlibatan langsung h. Prinsip perbedaan individual

Indikator
26. Disajikan narasi tentang Karakteristik pembelajaran abad 21, peserta dapat menganalisis
karakteristik guru dan siswa abad 21 untuk membantu menguasai kompetensi tersebut
Materi
Karakteristik Pembelajaran Abad 21
Sub Materi
Karakteristik guru dan siswa abad 21/Peran teknologi dan media dalam pembelajaran abad 21

Karakteristik Pembelajaran Abad 21


Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi membawa banyak konsekwensi bagi
dunia pendidikan, salah satunya perubahan paradigma guru. Perubahan karakteristik peserta
didik, format materi pembelajaran, pola interaksi pembelajaran, dan orientasi baru abad 21
memerlukan ruang-ruang kelas lebih interaktif. Kelas-kelas akan semakin banyak yang
terkoneksi jaringan internet berkecepatan tinggi yang mudah mengakses “big data”.
Berkembangnya massive open online course (MOOC) memungkinkan orang belajar tanpa batas
dan dapat diakses melalui perangkat pribadi seperti handphone, tablet, laptop, PDA, maupun
perangkat bergerak lainnya. Tanda-tanda era disrupsi sudah nyata yang dicirikan; (1) belajar
tidak lagi terbatas pada paket-paket pengetahuan, (2) pola belajar lebih informal, (3) orientasi
belajar mandiri (self motivated learning) dan (4) banyak cara untuk belajar dengan banyak
sumber. SDM dengan daya inovasi, daya belajar dan kreatifitas tinggi menjadi incaran banyak
organisasi. Jenis keterampilan yang dibutuhkan adalah terwadahi dalam 4C (Creativity,
Collaboration, Critical Thingking, dan Communication).
Pada sisi peserta didik terjadi pergeseran karakteristik. Generasi z menghendaki
kebebasan belajar, menyukai hal baru yang praktis, selalu terkoneksi internet, lebih menyukai
visual daripada verbal, rentang perhatian pendek, suka berinteraksi dengan banyak media, suka
berkolaborasi dan berbagi namun tetap terjaga privasinya. Guru harus merubah paradigma yang
tidak hanya berfokus kepada konten namun berfokus pula pada pengembangan kreatifitas dan
keterampilan belajar mandiri. Peran guru lebih sebagai mentor, fasilitator, kolaborator sumber
daya dan mitra belajar. Guru harus menjemput penerapan model-model pembelajaran yang
sesuai seperti belajar penemuan (discovery learning), pembelajaran berbasis proyek,
pembelajaran berbasis masalah dan penyelidikan, belajar berdasarkan pengalaman sendiri,
pembelajaran kontekstual, bermain peran dan simulasi, pembelajaran kooperatif, pembelajaran
kolaboratif, maupun diskusi kelompok kecil. Peserta didik harus dikembalikan haknya sebagai
subyek pembelajaran yang aktif. Guru harus mau memulai untuk dapat mengintegrasikan
teknologi dengan kerangka integrasi yang melibatkan pengetahuan pedagogi), penguasaan
materi, dan teknologi yang dikenal dengan TPACK. Penerapan praktis TPACK mencakup 8
domain yaitu; (1) menilai peserta didik, (2) memahamkan materi, (3) memahami peserta didik,
(4) merancang kurikulum, (5) merepresentasikan data, (6) mengelola pembelajaran, (7)
mendukung strategi pembelajaran, (8) pengelolaan pembelajaran dan integrasi dalam konteks
mengajar secara lebih luas.

Indikator
27. Disajikan narasi tentang kasus tentang pembelajaran di kelas, peserta dapat mengidentifikasi
nilai karakter yang tersirat dalam kegiatan pembelajaran
Materi
Penguatan Pendidikan karakter
Sub Materi
Nilai Utama (Religiositas, Nasionalisme,Kemandirian,Gotong Royong, dan Integritas)

Penguatan Pendidikan karakter


PPK yang berarti Penguatan Pendidikan Karakter adalah aktivitas pendidikan di sekolah
yang bertujuan untuk membina karakter siswa dengan cara penyelarasan pada segi kinestetik
(gerakan), estetis (hati), etik (adab) dan literasi (pola pikir). Aktivitas PPK ini juga menuntut
keikutsertaan dan kerjasama pada keluarga, sekolah dan masyarakat.
Nilai Utama (Religiositas, Nasionalisme,Kemandirian,Gotong Royong, dan Integritas)
a. Religius mewujudkan diri perilaku dan perkataan dalam mempercayai keyakinan kepada
Tuhan YME.
b. Nasionalis bisa lebih memprioritaskan kepentingan bangsa daripada kepentingan lain.
c. Gotong Royong melakukan langkah yang menjunjung tinggi pada kerjasama dan tolong
menolong dalam menanggulangi masalah kelompok.
d. Integritas Usaha untuk membuat diri bisa dengan konsisten dipercaya oleh sesama manusia
dari segi perilaku dan perkataan.
e. Mandiri yaitu selalu percaya dengan kemampuan diri mulai dari kekuatan, pikiran dan
perilaku untuk mewujudkan aspirasi diri sendiri tanpa bergantung pada orang lain.

Indikator
28. Disajikan narasi tentang kasus tentang kompetensi guru SD yang profesional, peserta dapat
menganalisis persyaratan, kualifikasi, dan kompetensi guru SD yang profesional
Materi
Persyaratan, Kualifikasi, dan kompetensi guru SD yang professional
Sub Materi
Persyaratan, kualifikasi dan kompetensi guru Profesional

Persyaratan, kualifikasi dan kompetensi guru Profesional


Pasal 42 UU No 20/2003 dan PP 19 tahun 2005 menyatakan bahwa Pendidik harus
memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar,
sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional. Kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dimiliki guru
sebelum melaksanakan tugas sebagai pendidik profesional dan sebagai persyaratan untuk
mengikuti uji kompetensi dalam memperoleh sertifikat pendidik profesional. Kualifikasi
akademik guru yang dipersyaratkan dalam PP tersebut, meliputi:
Pendidik untuk anak usia dini minimum D-IV Atau S1 bidang anak usia dini, kependidikan lain,
atau psikologi, dan sertifikat profesi guru untuk PAUD.
1) Pendidik pada SD/MI minimum D-IV Atau S1 bidang pendidikan SD/MI, kependidikan lain
atau psikologi dan sertifikat profesi guru untuk SD/MI
2) Pendidik pada SMP/MTs minimum D-IV atau S1 kependidikan sesuai mata pelajaran yang
diajarkan dan sertifikat profesi guru untuk SMP/MTs
3) Pendidik pada SMA/MA dan SMK/MAK minimum D-IV Atau S1 kependidikan sesuai mata
pelajaran yang diajarkan dan sertifikat guru untuk SMA/MA.
4) Pendidik pada SDLB/SMPLB/SMALB minimum D-IV Atau S1 program pendidikan khusus
atau sarjana yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan dan sertifikat guru untuk
SDLB/SMPLB/SMALB.
Kompetensi guru pada jenjang pendidikan dasar dan menengah berdasarkan PP no 19 tahun
2005 meliputi:
1) kompetensi pedagogik;
2) kompetensi kepribadian;
3) kompetensi profesional;
4) kompetensi sosial.

Indikator
29. Disajikan materi tentang regulasi profesi guru, peserta dapat melakukan analisis terhadap
kebijakan nasional dan regulasi mengenai guru sebagai jabatan profesional
Materi
Regulasi terkait dengan profesi guru
Sub Materi
Regulasi terkait Profesi Guru

Regulasi terkait Profesi Guru


Berbagai Kebijakan Nasional dan Regulasi Guru sebagai Jabatan Profesional :
a. Berupa UU Dasar 1945
Bersumber dari
1) UUD 1945 yaitu pasal 28 huruf c, e; dan pasal 31. Bunyi pasal 28 huruf c adalah sebagai
berikut : “Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan
dan teknologi, seni dan budaya, demi m,eningkatkan kualitas hidupnya dan demi
kesejahteraan umat manusia”.
2) UUD 1945 pasal 28 huruf e disebutkan sebagai berikut : “Setiap orang bebas memeluk
agama, dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih
pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan
meninggalkannya, serta berhak kembali”.
3) UUD 1945 pasal 31 dikatakan sebagai berikut :
a) Setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan.
b) Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya.
c) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional.
d) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-jkurangnya 20% dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah.
e) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi
nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta
kesejahteraan manusia.
b. Berupa UU / Peraturan Pemerintah Pengganti UU
1) UU RI No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2) UU RI No.14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.
3) UU RI No.9 Tahun 2009 Tentang Badan Hukum Pendidikan.
c. Berupa PP (Peraturan Pemerintah)
1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar
Nasional Pendidikan.
2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2005 Tentang Pengangkatan
Tenaga Honorer Menjadi Calon Pengawai Negeri Sipil.
3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru
d. Berupa Perpres (Peraturan Presiden)
1) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomo 110 Tahun 2006 Tentang Honorarium Bagi
Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Badan Nasional Sertifikasi Profesi.
f. Berupa Keppres (Keputusan Preseiden)
1) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 1999 Tentang Rumpun Jabatan
Fungsional Pegawai Negeri Sipil.
f. Peraturan-peraturan Pelaksanaannya
1) Inpres (Instruksi Presiden)
2) Permen (Peraturan Menteri)
Analisis terhadap kebijakan nasional dan regulasi mengenai guru sebagai jabatan
profesional
Secara umum hasil analisis Berbagai kebijakan dan regulasi di atas dimaksudkan menjadi
pedoman yang lebih rinci bagi pejabat yang berkepentingan agar ada kesamaan dan kesatuan visi
dan pengertian dalam melaksanaan jabatan fungsional guru yang meliputi tugas pokok dan
pembagian tugas guru, pengangkatan, penilaian dan penetapan angka kredit, kenaikan pengkat,
pembebasan sementara, pengangkatan kembali, dan pemberhentian dari jabatan guru.
Proses pendidikan bertujuan untuk mendapatkan mutu sumber daya manusia sesuai
dengan tuntutan kebutuhan pembangunan. Pendukung utama bagi terlaksananya sasaran tersebut
ialah melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu dibawah bimbingan dan pembinaan
tenaga kependidikan yang professional serta implementasi seluruh komponen manjemen mutu
secara terpadu.
Indikator
30. Disajikan sebuah kasus etika profesi guru, peserta dapat mengenali sanksi pelanggaran kode
etik guru
Materi
Etika Profesi Guru
Sub Materi
Etika Profesi Guru

Kode Etik Guru


Sebagai seorang guru tentunya mempunyai kode etik yang harus dipatuhi, yaitu :
1. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia pembangunan
yang ber-Pancasila.
2. Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan
anak didik masing-masing.
3. Guru mengadakan komunikasi terutama dalam memperoleh informasi tentang anak didik,
tetapi menghindari diri dari segala bentuk penyalahgunaan.
4. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan orang tua
murid sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar sekolahnya maupun
masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan.
6. Guru secara sendiri-sendiri dan atau bersama-sama berusaha mengembangkan dan
meningkatkan mutu profesinya.
7. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru baik berdasarkan
lingkungan kerja maupun di dalam hubungan keseluruhan.
8. Guru secara bersama-sama memelihara, membina dan meningkatkan mutu organisasi guru
profesional sebagai sarana pengabdiannya.
9. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijakan pemerintah dalam bidang
pendidikan.

Sanksi Kode Etik


1. Teguran
2. Peringatan tertulis
3. Penundaan pemberian hak guru
4. Penurunan Pangkat
5. Pemberhentian dengan hormat
6. Pemberhentian tidak dengan hormat

Indikator
31. Disajikan beberapa ragam teks peserta dapat menganalisis jenis teks yang disajikan
Materi
Ragam Teks
Sub Materi
Teks Faktual, Teks Tanggapan, Teks Cerita, dan Teks Normatif

Ragam Teks
1. Teks Faktual
Teks faktual adalah teks yang berisi suatu kejadian yang bersifat nyata, benar-benar terjadi,
tetapi tidak terikat dengan waktu. Dengan kata lain, suatu kejadian yang faktual bisa terjadi di
masa lalu ataupun masa sekarang. Teks faktual dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu teks
deskripsi dan teks prosedur/arahan.
a. Teks deskripsi
Teks deskripsi adalah sebuah teks/wacana yang disampaikan dengan cara meggambarkan
secara jelas objek, tempat atau peristiwa yang sedang menjadi topik kepada pembaca,
sehingga pembaca seolaholah merasakan langsung apa yang sedang diungkapkan dalam
teks tersebut.
b. Teks prosedur/arahan
Menurut Mahsun (2018), “Tujuan sosial teks ini adalah mengarahkan atau mengajarkan
tentang langkah-langkah yang telah di tentukan.” Jenis teks ini lebih menekankan pada
aspek bagaimana melakukan sesuatu, yang dapat berupa salah satunya percobaan atau
pengamatan.

2. Teks Tanggapan
Teks tanggapan adalah teks yang berisi sambutan terhadap ucapan (kritik, komentar, dan
sebagainya) dan apa yang diterima oleh pancaindra, bayangan dalam angan-angan. Teks
tanggapan dibedakan menjadi dua buah teks, yaitu teks eksposisi dan teks ekplanasi.
a. Teks eksposisi
Teks ini berisi paparan gagasan atau usulan sesuatu yang bersifat pribadi. Itu sebabnya,
teks ini sering juga disebut sebagai teks argumentasi satu sisi (Wiratno, 2014). Struktur
berpikir yang menjadi muatan teks ekposisi adalah: tesis/pernyataan pendapat dan
alasan/argumentasi, serta pernyataan ulang pendapat.
b. Teks eksplanasi
Teks eksplanasi adalah teks yang berisi penjelasan tentang proses terjadinya fenomena
alam, sosial, ilmu pengetahuan dan budaya (Priyatni, 2014). Teks eksplanasi memiliki
fungsi sosial menjelaskan atau menganalisis proses muncul atau terjadinya sesuatu.
Tujuan dari teks ini adalah memaparkan sesuatu agar bertambah pengetahuan.
3. Teks Cerita
Teks cerita adalah teks yang menuturkan bagaimana terjadinya suatu hal, peristiwa, kejadian,
perbuatan, pengalaman, dan sebagainya.
a. Teks cerita ulang
Teks ini memiliki tujuan sosial menceritakan kembali peristiwa pada masa lalu agar
tercipta semacam hiburan atau pembelajaran berdasarkan pengalaman masa lalu bagi
pembaca atau pendengarnya.
b. Teks anekdot
Anekdot dapat diartikan sebagai cerita rekaan yang tidak harus didasarkan pada kenyataan
yang terjadi di masyarakat (Oktarisa, 2014). Teks anekdot memiliki tujuan sosial yang
sama dengan teks cerita ulang (Mahsun, 2018). Hanya saja, peristiwa yang ditampilkan
membuat pasrtisipan yang mengalaminya merasa jengkel atau konyol (Wiratno, 2014).
Pada teks cerita ulang berakhir dengan kejadian tanpa ditampakkan reaksi pelaku terhadap
peristiwa yang dialaminya, sedangkan pada teks anekdot reaksi pelaku atas peristiwa yang
dialaminya ditampakan secara eksplisit.
c. Teks eksemplum
Pendapat Mahsun (2018), “Teks ini memiliki tujuan sosial menilai perilaku atau karakter
dalam cerita.
Struktur akhir teks itu adalah interpretasi penulis terhadap kejadian yang dialami pelaku,
dan diharapkan dapat menjadi bahan renungan moralitas bagi partisipan.
d. Teks Naratif
Menurut Mahsum (2018), “Teks naratif model penceritaan pada teks tipe ini, antara
masalah dengan pemecahan masalah tidak menyatu dalam satu struktur teks seperti pada
teks penceritaan ulang, anekdot, dan eksemplum.” Ia terpisah dalam struktur teks yang
berbeda. Itu sebabnya, teks tipe ini memiliki struktur berpikir: judul, pengenalan/orientasi,
masalah/komplikasi, dan pemecahan masalah.
Perbedaan mendasar teks cerita ulang dengan teks naratif, anekdot, dan eksemplum,
terletak pada sudut pSaudarang dalam melihat peristiwa yang diceritakan. Teks cerita
ulang memSaudarang peristiwa sebagai sesuatu yang wajar atau lazim terjadi, sedangkan
teks naratif, anekdot, dan eksemplum memSaudarang peristiwa sebagai sesuatu yang tidak
lazim.
4. Teks Normatif
Teks normatif adalah teks yang isinya ditulis berdasarkan sebuah peraturan, norma-norma
atau peraturan yang berlaku, baik di lingkungan masyarakat maupun dalam lingkungan
kenegaraan yang berkaitan dengan hukum atau undang-undang. Teks normatif biasanya
memiliki unsur tentang agama atau nilai kebaikan.

Indikator
32. Disajikan teks satuan bahasa tertentu, peserta mampu menganalisis paragraf yang memenuhi
persyaratan paragraf yang baik.
33. Disajikan teks satuan bahasa tertentu, peserta dapat menganalisis satuan bahasa yang tepat.
34. Disajikan teks satuan bahasa tertentu, peserta mampu menganalisis struktur kalimat yang
efektif.
Materi
Satuan Bahasa
Sub Materi
Kata, Kalimat, Paragraf,

Satuan Bahasa
Satuan bahasa pembentuk teks terdiri atas kata, frasa, klausa, kalimat dan paragraf.
 Kata adalah satuan bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri.
 Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif.
 Klausa adalah satuan gramatikal yang berupa kelompok kata, sekurang-kurangnya terdiri atas
subjek dan predikat dan berpotensi menjadi kalimat.
 Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi
final, dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa.
1) Kalimat
Kalimat adalah satuan gramatikal yang disusun oleh konstituen dasar dan intonasi final.
Konstituen dasar itu dapat berupa klausa, frase, maupun kata (Keraf, 2000).
Contohnya: a. Aldo membeli buku (klausa) b. Buku baru! (frase) c. Buku! (kata)
a) Klasifikasi kalimat
Berdasarkan jumlah klausanya, kalimat dibedakan menjadi kalimat tunggal, kalimat
bersusun, dan kalimat majemuk.
(1) Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari satu klausa bebas.
Contoh: (a) Dia datang dari Bandung. (b) Nenekku masih sehat.

(2) Kalimat bersusun


Kalimat bersusun adalah kalimat yang terjadi dari satu klausa bebas dan sekurang-
kurangnya satu kalimat terikat.Ada beberapa sebutan untuk sebutan kaliat bersusun,
misalnya kalimat majemuk bertingkat, atau kalimat majemuk subordinatif.
Contoh:
(a) Kalau Alya menangis, Aldo pun ikut menangis.
(b) Aldo tidak pergi ke sekolah karena sedang sakit.
(c) Karena ada banyak siswa yang tidak siap, ujian dibatalkan.
(3) Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang terjadi dari beberapa klausa bebas yang disebut
juga sebagai kalimat setara.
Contoh:
(a) Alya membuka jendela kaar lalu membersihkan tempat tidur.
(b) Aldo hobi bermain bola dan sering menciptakan gol.
Berdasarkan struktur klausanya, kalimat dibedakan menjadi:
(1) Kalimat Lengkap Kalimat lengkap adalah kalimat yang mengandung klausa lengkap.
Sekurang-kurangnya terdapat unsur objek dan predikat.
Contoh: (a) Ibu guru mengajar bahasa Indonesia di depan kelas. (b) Adik bermain
sepeda di halaman rumah.
(2) Kalimat Tidak Lengkap Kalimat tidak lengkap adalah kalimat yang hanya terdiri dari
subjek saja, predikat saja, objek saja, atau keterangan saja.
Contoh: (a) Selamat Pagi! (b) Silakan antre! (c) Alya!
Berdasarkan amanat wacana, kalimat dibedakan menjadi:
(1) Kalimat deklaratif
Kalimat deklaratif adalah kalimat yang mengandung intonasi deklaratif yang dalam
ragam tulis diberi tanda titik.
Contoh: (a) Gaji guru honor tidak dinaikan.
(2) Kalimat introgatif Kalimat introgatif adalah kalimat yang mengandung intonasi
introgatif, yang dalam ragam tulis biasanya diberi tanda Tanya.
(a) Apakah Saudara seorang guru?
(3) Kalimat imperatif
Kalimat imperatif adalah kalimat kalimat yang mengandung intonasi imperatif yang
dalam ragam tulis biasanya diberi tanda seru.
(a) Berikan hadiah ini kepada temanmu!

Ciri-ciri Paragraf yang Baik


1. Kepaduan paragraf
Kepaduan paragraf adalah keeratan ataupun kekompakan hubungan antar unsur-unsur
paragraf, baik itu antar kalimat utama dengan kalimat penjelasnya ataupun antar kalimat
penjelas itu sendiri. Kepaduan itu harus tampak dalam isi serta dalam bentuknya.

a. Kepaduan isi
Kepaduan isi atau koheren adalah kekompakan sebuah paragraf yang dinyatakan oleh
kekompakan kalimat-kalimat di dalam mendukung satu gagasan pokok. Sebuah paragraf
memenuhi syarat kepaduan isi apabila kalimat-kalimat dalam paragraf tersebut tidak
melenceng dari gagasan pokoknya.
b. Kepaduan bentuk
Kepaduan bentuk dalam suatu paragraf dapat dilakukan dengan cara-cara berikut.
2) Penggunaan konjungsi
a. biarpun begitu, namun untuk menyatakan hubungan pertentangan dengan kalimat
sebelumnya;
b. sesudah itu atau kemudian untuk menyatakan hubungan kelanjutan dari peristiwa
sebelumnya;
c. selain itu untuk menyatakan hal lain di luar yang telah dinyatakan sebelumnya;
d. sebaliknya untuk menyatakan kebalikan dari yang dinyatakan sebelumnya;
e. sesungguhnya untuk menyatakan keadaan yang sebenarnya.
3) Pengulangan kata atau frase
4) Pemakaian kata ganti atau kata yang sama maknanya
5) Pemakaian kata yang berhiponimi, yakni kata yang merupakan bagian dari kata
lainnya.
2. Kesatuan Paragraf
Kesatuan paragraf adalah bagian karangan yang terdiri dari beberapa kalimat yang berkaitan
secara utuh, padu, dan membentuk satu kesatuan pikiran.
3. Kelengkapan
Paragraf yang baik harus memiliki unsur-unsur paragraf yang lengkap seperti gagasan pokok,
kalimat utama, dan kalimat penjelas.
4. Ketepatan pemilihan kata
Pemilihan kata harus sesuai dengan situasi dan kondisi pemakainya.Pemakaian kata dia,
misalnya, tidak tepat digunakan untuk orang yang usianya lebih tua, yang tepat adalah kata
beliau.Demikian pula halnya dengan kata menonton, kata ini tidak tepat bila digunakan dalam
paragraf yang menyatakan maksud melihat orang sakit.Dalam hal ini kata yang harus
digunakan adalah mengunjungi, menjenguk, atau menengok. (Kosasih & Hermawan, 2012)

Ciri-Ciri Dan Syarat Kalimat Efektif


Ciri-Ciri Kalimat Efektif
1. Kesepadanan Struktur
2. Keparalelan Bentuk
3. Ketegasan Makna
4. Kecermatan Penalaran
5. Kepaduan Gagasan
6. Kelogisan Bahasa

Sedangkan syarat-syaratnya adalah:


1. Memiliki Struktur yang Baik
2. Tidak Ambigu
3. Logis atau Sesuai Nalar
4. Menghemat Kata
5. Sistematis

Indikator
45. Disajikan teks fiksi peserta dapat menggunakan struktur, jenis, dan kaidah pada teks fiksi
Materi
Teks Fiksi
Sub Materi
Struktur, Fungsi, dan Kaidah Kebahasaan
Teks Fiksi
Teks fiksi adalah teks yang berisi kisahan atau cerita yang dibuat berdasarkan imajinasi
pengarang (Kosasih dan Kurniawan, 2019).
Unsur-unsur
1) Tema
2) Perwatakan
3) Alur
4) Latar
5) Amanat
Struktur, Fungsi dan Kaidah Kebahasaan Teks Fiksi
Teks fiksi memiliki struktur sebagai berikut:
1) Orientasi, berisi pengenalan tema, tokoh, dan latar.
2) Komplikasi, berisi cerita tentang masalah yang dialami tokoh utama. Pada bagian ini
peristiwa-peristiwa di luar nalar ini biasanya terjadi.
3) Resolusi, merupakan bagian penyelesaian dari masalah yang dialami tokoh.
Menurut Kosasih (2019), teks fiksi terdiri atas cerita rakyat, cerita fantasi, cerita pendek, cerita
inspiratif, puisi rakyat, puisi baru, dan drama.
a. Cerita rakyat
Cerita rakyat merupakan cerita yang berkembang di tengah-tengah kehidupan masyarakat dan
disampaikan secara turun-temurun. Selain sebagai media hiburan, cerita rakyat berfungsi
sebagai sarana pendidikan, menyampaikan pesan-pesan moral.
Struktur : orientasi, komplikasi, resolusi, evaluasi dan koda (pesan moral)
b. Cerita fantasi
Cerita fantasi merupakan cerita yang sepenuhnya dikembangkan berdasarkan khayalan,
imajinasi, atau fantasi (Kosasih, 2019). Cerita fantasi tidak mungkin terjadi di alam nyata.
Misalnya, binatang yang berperilaku seperti manusia, seseorang yang bisa terbang atau
menghilang.
Struktur : orientasi, komplikasi dan resolusi
c. Cerita pendek
Cerita pendek (cerpen) adalah cerita rekaan yang menurut wujud fiksinya berbentuk pendek
(Kosasih, 2019).
Struktur : orientasi, komplikasi dan resolusi
d. Cerita inspiratif
Cerita inspiratif merupakan jenis teks narasi yang menyajikan suatu inspirasi keteladanan
kepada banyak orang (Kosasih, 2019).
Struktur : orientasi, komplikasi, resolusi, evaluasi dan koda (pesan moral)
e. Puisi rakyat
Puisi rakyat merupakan jenis puisi yang berkembang pada kehidupan masyarakat sehari-hari;
sebagai suatu tradisi masyarakat setempat (Kosasih, 2019).
1) Pantun
2) Syair
f. Puisi baru
Puisi baru disebut juga puisi bebas. Puisi baru merupakan puisi tidak terikat oleh jumlah larik,
suku kata, ataupun pola rimanya (Kosasih, 2019).
g. Drama
Drama adalah cerita konflik manusia dalam bentuk dialog, yang diekspresikan dengan
menggunakan percakapan dan lakuan pada pentas di hadapan penonton. Struktur dama
berbentuk alur atau babak dan adegan yang pada umumnya tersususn sebagi berikut.
1) Prolog adalah pembukaan atau pendahuluan dalam sebuah drama. Bagian ini biasanya
disampaikan oleh tukang cerita untuk menjelaskan gambaran para pemain, latar, dan
sebagainya.
2) Dialog merupakan media kiasan yang melibatkan tokoh-tokoh drama yang diharapkan
dapat menggambarkan kehidupan dan watak manusia, problematika yang dihadapi, dan
bagaimana manusia dapat menyelesaikan persoalan hidupnya.
Di dalam dialog ini tersaji urutan peristiwa yang dimulai dari orientasi, komplikasi, dan
resolusi.
(1) Orientasi, adalah bagian awal cerita yang menggambarkan situasi yang sedang, sudah
atau sedang terjadi.
(2) Komplikasi, berisi tentang konflik dan pengembangannya, gangguan, halangan dalam
mencapai tujuan, atau kekeliruan yang dialami tokoh utamanya. Pada bagian ini dapat
diketahui watak tokoh utama.
(3) Resolusi, adalah bagian klimaks dari drama, berupa babak akhir cerita yang
menggambarkan penyelesaian atau konflik yang dialami para tokohnya. Resolusi
harus berlangsung secara logis dan memiliki kaitan yang wajar dengan kejadian
sebelumnya.
(4) Epilog adalah bagian terakhir dari sebuah drama yang berfungsi untuk menyampaikan
inti sari cerita atau menafsirkan maksud cerita.

Indikator
46. Disajikan teks puisi/cerita tertentu peserta dapat menganalisis struktur, jenis, dan kaidah
berdasarkan teks nonfiksi yang disajikan.
Materi
Teks Non Fiksi
Sub Materi
Struktur, Fungsi, dan Kaidah Kebahasaan

Teks Non Fiksi


Teks nonfiksi dapat diartikan sebagai karya seni yang sifatnya berdasarkan fakta dan kenyataan
serta ada kebenaran di dalamnya.Trim (2014) menjelaskan bahwa teks nonfiksi ialah tulisan
berbasis data dan fakta sebenarnya disajikan dengan gaya bahasa formal atau nonformal berupa
argumentasi, eksposisi, atau deskripsi.
a. Esai
Esai adalah karangan prosa yang membahas suatu masalah tertentu melalui sudut pandang
penulisnya. Esai yang ditulis haruslah logis dan mudah dimengerti, serta didukung oleh fakta
dan opini-opini dari penulisnya.
Secara umum struktur esai memiliki tiga bagian utama. Selain judul, sebuah esai memiliki
bagian secara berurutan berupa (1) pendahuluan, (2) bagian inti, dan (3) Simpulan.
Kaidah kebahasaain esai : kata baku, kalimat efektif, dan makna lugas.
b. Review buku/artikel
Struktur review buku :
(1) Pendahuluan, yang berisiidentifikasi bukuatau bab buku, atau artikel (penulis, judul,
tahun publikasi, dan informasi lain yang dianggap penting).
(2) Ringkasan atau uraian pendek mengenaiisi argumen dari buku/bab buku/artikel.
(3) Inti reviu, berupa inti pembahasan buku/babbuku/artikel yang merupakan analisis kritis
dari aspek pokok yang dibahas dalam buku/bab buku/ artikel itu. Pada bagian ini
penulisreviu menyampaikan bukti analisis dari dalam buku/babbuku/artikel atau
membandingkannya dengan sumber ilmiah lain.Pada bagian ini juga penulis reviu dapat
mengungkapkan kelebihan serta kekurangan dari buku/bab buku/artikel yang dia analisis.
(4) Simpulan,
Fungsi Review buku/artikel :
(1) Menunjukan pSaudarangan atau penilaian penulis reviu terhadap buku/bab buku/atau
artikel
(2) Memberikan informasi kepada pembaca tentang kelayakan yang dimiliki buku/bab
buku/artikel
(3) Membantu pembaca untuk mengetahui isi buku/bab buku/artikel
(4) Memberikan informasi kepada pembaca tentang kelebihan dan kekurangan buku/bab
buku/artikel yang di reviu
(5) Mengetahui perbandingan buku/bab buku/artikel dengan karya lain yang sejenis
(6) Memberikan informasi yang komprehensif tentang buku/bab buku/artikel yang di reviu
(7) Memberikan pertimbangan kepada pembaca apakah buku/bab buku/artikel yang direviu
pantas untuk dijadikan refrensi atau tidak
(8) Memudahkan pembaca dalam memahami hubungan antara buku/bab buku/artikel dengan
buku sejenis lainnya
(9) Memberikan pertimbangan bagi pembaca sebelum memutuskan untuk memilih, membeli
dan menikmati buku atau artikel.
c. Artikel ilmiah
Artikel ilmiah berbasis penelitian adalah bentuk tulisan yang memaparkan hasil penelitian
yang telah dilakukan.
Struktur :
1) Artikel berbasis penelitian
a. Abstrak
b. Pendahuluan
c. Metode penelitian
d. Temuan penelitian
e. Pembahasan
f. Kesimpulan, rekomendasi dan implikasi
2) Artikel berbasis kajian Pustaka
a. Abstrak
b. Pendahuluan
c. Konsep A
d. Dst
e. Kesimpulan, rekomendasi dan implikasi

Indikator
47. Disajikan teks cerita peserta dapat menganalisis struktur/unsur dan makna cerita yang
disajikan tersebut;
48. Disajikan narasi tentang kompetensi dasar struktur puisi/cerita dengan karakteristik konteks
lingkungan sekolah tertentu, peserta dapat menganalisis tujuan, bahan ajar, sumber belajar,
media, dan perangkat penialaian yang tepat
49. Disajikan teks puisi tertentu, peserta dapat menganalisis makna puisi yang sesuai dengan isi
puisi/cerita tersebut.
50. Disajikan narasi tentang kompetensi dasar menulis puisi/cerita dengan tema tertentu
berdasarkan konteks lingkungan tertentu (sep sekolah dll), peserta dapat menganalisis
tujuan, bahan ajar, sumber belajar, media, dan perangkat penilaian yang tepat di
Materi
Karya Sastra dan Teori Sastra
Sub Materi
Karya sastra (Puisi/Pantun,Fabel/Cerita Rakyat/Cerita Anak). Teori Sastra (Struktur Puisi,
Struktur Prosa/Cerita)

Karya Sastra
1. Puisi
Puisi sebagai salah satu karya kreatif yang diwujudkan dalam bentuk Bahasa. Berikut ini
unsur yang tergolong unsur intrinsik puisi adalah:
a. Tema, yaitu ide atau gagasan yang menduduki tempat utama di dalam cerita
b. Rasa, yaitu dapat diartikan emosional seorang penyair dalam menulis puisi.
c. Nada, yaitu dalam puisi seseorang dapat menangkap sikap penyair lewat intonasi atau
nada saat menyampaikan puisi.
d. Amanat, yaitu pesan-pesan yang ingin disampaikan pengarang kepadapembaca,
pendengar, atau penonton.
e. Diksi (Pilihan kata), yaitu hal yang penting untuk keberhasilan menulis puisi yang
dicapai dengan mengintensifkan pilihan kata.
f. Imajeri, yaitu suatu kata atau kelompok kata yang digunakan untuk mengungkapkan
kembali kesan-kesan panca indra dalam jiwa kita.
g. Pusat pengisahan atau titik pSaudarang, yaitu cara penyampaian cerita, ide, gagasan,
atau kisahan cerita.
h. Gaya bahasa, yaitu cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang
memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis atau pemakai bahasa.
i. Ritme atau irama, yaitu totalitas tinggi rendahnya suara, panjang pendek, dan cepat
lambatnya suara waktu membaca puisi yang dibentuk oleh pengaturan larik.
j. Rima atau sajak, yaitu persamaan bunyi yang dapat terjadi di awal, tengah, dan akhir.
2. Prosa
Unsur prosa
a. Plot atau alur cerita, yaitu urutan atau rangkaian peristiwa dalam cerita
b. Penokohan,yaitu cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh-
tokoh dalam cerita.
c. Latar atau setting,yaitu segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan
waktu, ruang, suasana dan situasi terjadinya peristiwa dalam cerita.
d. Tema, yaitu gagasan,ide,atau pikiran utama yang mendasari suatu karya.
e. Pesan atau amanat, yaitu ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh
pengarang melalui karyanya.
f. Sudut pSaudarang, yaitu cara memSaudarang dan menhadirkan tokohtokoh cerita
dengan menempatkan dirinya pada posisi tertentu.
g. Konflik, yaitu penyajian tikaian dalam sebuah cerita.
3. Fabel
Fabel merupakan cerita rakyat menokohkan binatang sebagai lambing pengajaraan moral.
4. Cerita Rakyat
Cerita rakyat adalah cerita yang berkembang disetiap daerah dan menceritakan asal usul atau
legenda yang terjadi disuatu daerah; cerita yang berasal dari masyarakat dan berkembang
dalam masyarakat. Cerita rakyat merupakan bagian dari dongeng.
Unsur instrinsik
a. Tema
b. Alur
c. Latar
d. Tokoh dan penokohan
e. Sudut pandang
f. Amanat
Unsur Ekstrinsik
Adalah unsur yang berada di luar karya sastra atau cerita namun turut menetukan bentuk dan
isi suatu karya/cerita. Unsur-unsur eksttrinsik cerita rakyat, yaitu : agama, politik, moral,
aliran pengarang, psikologi, sejarah, sosial budaya, dan lain-lain.

Indikator
51. Menyelesaikan masalah terkait perbandingan dan skala dalam kontek bilangan.
52. Menyelesaikan masalah sehari-hari terkait pecahan dalam soal cerita.
53. Disajikan narasi pembelajaran tentang bilangan peserta dapat memperbaiki tahap
pembelajaran tentang pemecahan masalah bilangan
Materi
Bilangan
Sub Materi
Pemecahan masalah matematis materi Bilangan ( bulat, pecahan, persen, perbandingan, skala,
KPK dan FPB)

Perbandingan senilai
Perbandingan senilai adalah suatu perbandingan yang apabila suatu nilai ditambah maka jumlah
pembandingnya juga bertambah.
Contoh
Jika harga 5 kg rambutan adalah Rp75.000,00, berapakah harga 7 kg rambutan?
Jawab :
5 kg = 75000
7 kg = ………
5/7 = 75000/x
5x = 7x75000
5x = 525000
X = 525000/5
X = 105000

Perbandingan berbalik nilai


Perbandingan berbalik nilai adalah perbandingan yang apabila nilainya ditambah maka nilai
pembandingnya berkurang.
Contoh :
Pada sebuah peternakan terdapat 40 ayam. Untuk 40 ayam tersebut disediakan sebuah karung
makanan ayam yang akan habis dalam waktu 5 hari. Karena adanya wabah virus, ayam yang
tersisa hanya 25 ayam. Cukup untuk berapa harikah satu karung pakan ayam?
Jawab :
40 ayam = 5 hari
25 ayam = ………
40/25=m/5
40x5=25m
200 = 25m
m = 200/25
m=8

Skala

cara mudah mengingat


JP JP = jarak pada peta
S JB S = skala
JB = jarak sebenarnya
FPB dan KPK
SOAL KPK
Joko beli cilok setiap 4 hari sekali, Dodo beli cilok setiap 7 hari sekali dan Bowo beli cilok setiap
6 hari sekali. Jika pada tanggal 23 januari 2018 mereka membeli cilok bersama sama, pada
tanggal berapa merekaakan datang beli cilok bersama-sama untuk yang ke 4 kalinya?
Jawab KPK dari 4, 6 dan 7 adalah 84.
4 = 22
6 = 2x3
7=7
KPK = 4 x 3 x 7 = 84
Keempat kalinya 84 x 3 = 252 hari.
Januari 31 – 23 =8
Februari = 28
Maret = 31
April = 30
Mei = 31
Juni = 30
Juli = 31
Agustus = 31
September = 30

2 Oktober
Soal FPB
Sebuah bak mandi mempunyai dua buah kran, yaitu kran besar dan kran kecil. Jika kran kecil
dibuka dan kran besar ditutup, bak mandi akan penuh setelah 60 menit. Jika kran besar dibuka
dan kran kecil ditutup, bak mandi akan penuh dalam waktu 40 menit. Berapa menit dibutuhkan
untuk memenuhi bak mandi jika kedua kran dibuka?
Jawab =
60 = 22 x 3 x 5
40 = 23 x 5
FPB 22 x 5 = 20

Indikator
54. Disajikan masalah kehidupan sehari hari tentang kesebangunan pada segitiga atau segiempat
peserta dapat menerapkan kesebangunan yang ada pada segitiga atau segiempat yang
diberikan
55. Disajikan masalah kehidupan sehari hari terkait bangun datar dan bangun ruang peserta
dapat membandingkan unsur-unsur matematis tentang segitiga, segi empat, prisma dan limas
56. Diberikan paparan pendekatan berbasis konstruktivis dan materi bangun datar serta bangun
ruang peserta dapat merancang pembelajarannya
Materi
Geometri
Sub Materi
Konsep teoritis dan pemecahan masalah matematis pada materi geometri (bangun datar, dan
bangun ruang khususnya segitiga, segi empat, prisma dan limas) dan menerapkan dalam
pembelajaran matematika di SD.

A. Kesebangunan pada segi empat


Kesebangunan dan kekongruenan biasanya digunakan untuk membandingkan dua
buah bangun datar/lebih dengan bentuk yang sama. Dua buh bangun datar dapat dikatakan
sebangun apabila: Panjang setiap sisi pada kedua bangun datar tersebut memiliki nilai
perbandingan yang sama. Sedangkan kongruen memiliki konsep yang lebih mendetail,
apabila dua buah/lebih bangun datar memiliki bentuk, ukuran, serta besar sudut yang sama
barulah mereka dapat disebut sebagai bangun datar yang kongruen. Contoh:

Perhatikan bangun datar di bawah ini


Keduanya merupakan bangun datar yang.............................................
1. Perbandingan antara sisi terpanjang dengan sisi terpendek memiliki nilai yang sama
a. Perbandingan sisi terpanjang PQ dengan sisi terpendek QR = 39 : 13 = 3 : 1
b. Perbandingan sisi terpanjang KL dengan sisi terpendek LM = 24 : 8 = 3 : 1
c. Perbandingan sisi terpanjang RS dengan sisi terpendek RQ = 39 : 13 = 3 : 1
d. Perbandingan sisi terpanjang MN dengan sisi terpendek NK = 24 : 8 = 3 : 1
2. Besar sudut pada kedua persegi panjang tersebut memiliki nilai yang sama
Sudut P = sudut K, sudut Q = sudut L, sudut R = sudut M, sudut S = sudut N, karena
kedua persegi panjang tersebut hanya memiliki bentuk dan sudut yang sama besar namun
tidak memiliki ukuran yang sama, maka dua bangun datar tersebut tidak bisa disebut
kongruen.
Contoh soal!
Ada dua buah persegi panjang dengan ukuran yang berbeda ABCD dan KLMN, persegi
panjang ABCD memiliki panjang 16 cm, lebar 4 cm. Bila persegi panjang ABCD
sebangun dengan persegi panjang KLMN yang memiliki panjang 32 cm, maka berapakah
lebar persegi panjang KLMN?
karena sebangun maka berlaku rumus:
AB/KL = BC/LM
16/32 = 4/LM
LM = 32 x 4/16
LM = 124/16
LM = 8 cm
B. Kesebangunan pada segitiga
Kesebangunan pada segitiga agak lebih sulit dicapai karena ada tiga buah sisi yang harus
sama perbandingannya.
Contoh segitiga yang sebangun:

Segitiga tersebut dapat dikatakan sebangun karena perbandingan sisi-sisinya sama besar:
sisi AC sesuai dengan sisi PR = AC/PR = 4 : 2
sisi AB sesuai dengan sisi PQ = AB/PQ = 8 : 4
sisi BC sesuai dengan sisi QR = BC/QR = 6 : 3
maka AC/PR = AB/PQ = BC/QR = 2 : 1
sudut A= sudut P, sudut B=sudut Q, sudut C=sudut R
Contoh soal

Diketahui segitiga ABC sebangun dengan segitiga KLM, maka berapakah panjang LM dan
MK?
AB/KL = BC/LM
18/6 = 15/LM
3 = 15/LM
LM = 15/3
LM = 5 cm
Dari hasil tersebut kita dapat mengetahui bahwa perbandingan sisi pada kedua segitiga
tersebut adalah:
18 : 6 = 3 : 1
15 : 5 = 3 : 1
12 : MK = 3 : 1
MK = 12/3
MK = 4 cm

Contoh soal

Perhatikan gambar diatas, tentukanlah berapa panjang DE?


Penyelesaian :
Diket :
AC = 10 cm AB = 6 cm CD = 16 cm Dit : DE ?
Jawab :
Perhatikan gambar diatas, dan perhatikan sisi-sisi yang bersesuaian dari kedua segitiga
tersebut.
DE/CD = AB/BC
Karena kita butuh panjang BC, maka kita dapat mencarinya menggunakan teorema
pythagoras.
BC² = AC²-AB²
BC² = 10² – 6²
BC² = 100 – 36
BC² = 64
BC = √64
BC = 8
Selanjutnya kita kembali pada persamaan diatas untuk menghitung panjang DE.
DE/CD = AB/BC
DE/16 = 6/8
8×DE = 16×6
8×DE = 96
DE = 96/8
DE = 12
Sehingga panjang DE adalah 12 cm.
C. Prisma

D. Limas
Limas adalah bangun ruang yang mempunyai alas berbentuk segi-n dan bidang tegak nya
berbentuk segitiga yang salah satu sudutnya bertemu di satu titik, titik tersebut desebut
dengan puncak limas. Tinggi limas merupakan jarak terpendek yang dimiliki limas dari
puncak limas ke sisi alas. Tinggi limas harus tegak lurus dengan titik potong pada bidang
alasnya
Ciri-ciri limas :
a. Memiliki satu sisi alas dan tidak memiliki sisi atap (tutup)
b. Titik puncak dan titik sudut sisi alas dihubungkan oleh rusuk tegak.
c. Semua sisi tegak limas berbentuk segitiga

E. Pendekatan berbasis konstruktivisme


Proses pembelajaran matematika dengan pendekatan konstruktivisme adalah
pembelajaran matematika yang tidak hanya menjadikan matematika sebagai pelajaran
menghafal rumus-rumus dan prosedural dalam mengerjakan soal. Karena menurut teori
belajar konstruktivisme pada dasarnya tiap individu sejak kecil sudah memiliki kemampuan
untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Pengetahuan bukanlah hasil “pemberian”
orang lain, akan tetapi hasil dari proses mengkonstruksi yang dilakukan setiap individu.
Pengetahuan akan tersusun atau terbangun di dalam pikiran siswa sendiri ketika ia berupaya
mengorganisasikan pengalaman barunya berdasar pada kerangka kognitif yang sudah ada
dalam pikirannya. Dalam pembelajaran guru tidak hanya memindahkan pengetahuannya,
akan tetapi guru hanya memfasilitasi siswa dalam belajar. Dengan melibatkan siswa dalam
pembelajaran matematika, maka diharapkan fenomena “fobia matematika” yang merajalela
di kalangan siswa-siswa dan fenomena pembelajaran matematika yang hanya
mengedepankan pengembangan aspek kognitif saja melalui proses prosedural di Indonesia
sedikit demi sedikt dapat dieliminasi. Untuk dapat melaksanakan pembelajaran matematika
dengan pendekatan konstruktivisme guru dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam
menentukan metodemetode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep teori belajar
konstruktivisme. Kelemahan pendekatan konstruktivisme yang harus dapat disiasati oleh
guru antara lain, bagi siswa yang sudah terbiasa diberi informasi terlebih dahulu, maka siswa
akan merasa kesulitan dalam menemukan jawabannya sendiri.
Cara Mengajarkan Matematika Dengan Menggunakan Pendekatan Konstruktivisme
Secara umum, Pembelajaran matematika dengan metode pendekatan konstruktivisme
meliputi empat tahap :
1. Tahap apersepsi (mengungkap konsepsi awal dan membangkitkan motivasi belajar
siswa), siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya tentang konsep yang
akan dibahas. Bila perlu, guru memancing dengan pertanyaan problematis tentang
fenomena yang sering dijumpai sehari – hari oleh siswa dan mengaitkannya dengan
konsep yang akan dibahas. Selanjutnya, siswa diberi kesempatan untuk
mengkomunikasikan dan mengilustrasikan pemahamannya tentang konsep tersebut,
2. Tahap eksplorasi siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan konsep
melalui pengumpulan, pengorganisasian dan menginterprestasikan data dalam suatu
kegiatan yang telah dirancang oleh guru. Secara keseluruhan pada tahap ini akan
terpenuhi rasa keingintahuan siswa tentang fenomena dalam lingkungannya,
3. Tahap diskusi dan penjelasan konsep siswa memikirkan penjelasan dan solusi yang
didasarkan pada hasil observasi siswa, di tambah dengan penguatan guru. Selanjutnya,
siswa membangun pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari, dan
4. Tahap pengembangan dan aplikasi konsep guru berusaha menciptakan iklim
pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan pemahaman
konseptualnya, baik melalui kegiatan maupun melalui pemunculan masalah–masalah
yang berkaitan dengan isu–isu dalam lingkungan siswa tersebut. (Horsley, 1990:59).
Hal-hal yang harus dilakukan oleh guru agar dapat mengajarkan matematika dengan
menggunakan pendekatan konstruktivisme adalah memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menyelesaikan masalah matematika dengan caranya sendiri dengan kemampuan yang
dimiliki dalam pikirannya, artinya siswa diberi kesempatan melakukan refleksi, interpretasi,
berbahasa matematik, dan mencari strateginya yang sesuai (berfikir alternatif). Rekonstruksi
terjadi bila siswa dalam aktivitasnya melakukan refleksi, interprestasi, dan internalisasi,
rekonstruksi ini dimungkinkan terjadi dengan probabilitas yang lebih besar melalui diskusi,
baik dalam kelompok kecil maupun diskusi kelas atau berbagai bentuk interaksi dan
negosiasi.

Indikator
57. Disajikan tabel dan diagram yang tidak lengkap peserta dapat menganalisis nilai datanya.
58. Diberikan paparan data tentang kemampuan membagi bilangan pecahan peserta dapat
menyajikan dalam bentuk diagram batang/garis/lingkaran
Materi
Statistika
Sub Materi
Ukuran pemusatan data dan pemecahan masalah matematis pada materi statistika.

Ukuran pemusatan data dan pemecahan masalah matematis pada materi statistika
Ukuran pemusatan data adalah nilai tunggal dari data yang dapat memberikan gambaran
yang lebih jelas dan singkat mengenai keadaan pusat data yang dapat mewakili seluruh data.
A. Rata-rata Hitung (mean)
Rerata atau mean merupakan salah satu ukuran gejala pusat. Mean merupakan wakil
kumpulan data.
Untuk menentukan rata-rata hitung data tunggal dapat diperoleh dengan cara menjumlahkan
seluruh nilai data dan membagi dengan banyak data.
B. Median
Median (Me) adalah nilai tengah dari sekumpulan data yang telah diurutkan, mulai dari
data terkecil sampai dengan data terbesar.
C. Modus
Modus adalah untuk menyatakan fenomena yang paling banyak terjadi atau data yang paling
sering muncul. Modus ini bila dibandingkan dengan ukuran lainnya, tidak tunggal adanya.
Berarti sekumpulan data bisa mempunyai lebih dari sebuah Modus.
Contoh:
Diketahui : 65, 70, 90, 40, 40, 40, 40, 35, 45, 70, 80, 50.
Tentukan Modus dari data tersebut!
Setelah diurutkan datanya menjadi : 35, 40 , 40, 40, 40, 45, 50, 65, 70, 70, 80, 90
Jadi Mo = 40

Indikator
59. Disajikan masalah tentang gerak alat transportasi yang biasa ditemukan dalam kehidupan
sehari hari peserta dapat menentukan jarak, waktu dan kecepatannya
60. Disajikan barisan bilangan aritmatika peserta dapat menentukan rumus suku dan jumlah ke n
Materi
Kapita Selekta
Sub Materi
Konsep teoritis dan pemecahan masalah matematis pada materi kapita selekta (pola bilangan,
aljabar, trigonometri dan logika)
Jarak, Waktu dan Kecepatan
Kecepatan menyatakan cepat atau lambat pergerakan sebuah benda. Semakin cepat benda
bergerak, maka angka kecepatannya akan semakin tinggi. Sebaliknya, semakin lambat
pergerakan sebuah benda, artinya angka kecepatannya akan semakin kecil.

Rumus Berpapasan
1. Rumus Berpapasan Jika Waktu Berangkat Sama
Kasus soal yang diberikan biasanya melibatkan dua orang yang berangkat dari arah
berlawanan dan melalui jalur yang sama. Kedua orang tersebut berangkat dengan waktu
keberangkatan yang sama. Ilustrasi kasus ini dapat dilihat pada gambar di bawah.

Rumus menentukan waktu berpapasan dengan waktu keberangkatan sama adalah sebagai
berikut.

Contoh Soal 1
Dodi mengendarai sepeda dari rumahnya ke rumah temannya, Amar, dengan jarak tempuh 10
km. Dari arah yang berlawanan, Amar mengendarai sepeda menuju rumah Dodi. Kecepatan
Dodi dan Amar berturut-turut adalah 18 km/jam dan 12 km/jam. Jika keduanya sama-sama
berangkat pukul 09.00, maka mereka akan berpapasan pukul ….
Jawab 09.20
2. Rumus Berpapasan Jika Waktu Berangkat Berbeda
Perhatikan ilustrasi pada kasus bagian ke dua di bawah.

Rumus berpapasan untuk waktu keberangkatan berbeda adalah sebagai berikut.

Contoh Soal 2
Dodi mengendarai sepeda dari rumahnya ke rumah temannya, Amar, dengan jarak tempuh 18
km. Dari arah yang berlawanan, Amar mengendarai sepeda menuju rumah Dodi. Kecepatan
Dodi dan Amar berturut-turut adalah 16 km/jam dan 12 km/jam. Jika Dodi berangkat pukul
08.00 dan Amar berangkat pukul 08.15 maka mereka akan berpapasan pukul ….
Jawab 08.45

Rumus Menyusul
Bentuk variasi soal seperti ini biasanya terkait permasalahan dua orang yang berangkat dari
arah sama dengan waktu dan kecepatan berbeda. Biasanya, kecepatan orang kedua lebih besar
dari kecepatan orang pertama. Pertanyaan yang sering diberikan adalah pukul berapa orang ke
dua dapat menyusul orang pertama yang telah berangkat terlebih dahulu.
Perhatikan ilustrasinya pada gambar di bawah.
Rumus menyusul dapat dilihat pada persamaan di bawah.

Selisih jarak = kecepatan x selisih waktu


Contoh Soal 3
Ada dua bus yang akan sama-sama menuju Kota Bandung, sebut saja Bus A dan Bus B.
Kedua bus tersebut akan melalui rute yang sama. Bus A berangkat dari terminal Yogyakarta
dengan kecepatan 60 km/jam. Sedangkan bus B juga berangkat dari Yogyakarta dengan
kecepatan 75 km/jam. Jika bus A berangkat pukul 13.00 dan bus B berangkat pukul 15.30
maka bus B dapat menyusul bus A pada pukul ….
Jawab. 17.30

Rumus Suku dan Jumlah ke n

Rumus Jumlah ke-n

Contoh
Tentukanlah jumlah semua bilangan asli antara 200 dan 299 yang habis dibagi 6!
Penyelesaian:
Sebelum menentukan jumlah semua bilangan asli antara 200 dan 300 yang habis dibagi 6, maka
kita akan menentukan terlebih dahulu bilangan asli antara 200 dan 300 yang habis dibagi 6.
Bilangan asli antara 200 dan 300 yang habis dibagi 6 adalah:
204, 210, 216, …, 294.
Berdasarkan barisan tersebut:
𝑎 = 204 𝑏 = 6 𝑈𝑛= 294
Sebelum menentukan jumlah, maka tentukan terlebih dahulu banyak suku pada barisan tersebut
atau kita akan mencari 𝑛.
Rumus Suku dari Barisan dan Deret Geometri

Jumlah ke n dari Barisan dan Deret Geometri

Contoh
Seutas tali dipotong menjadi 7 bagian dengan ukuran panjangnya membentuk deret geometri.
Jika panjang bagian tali yang terpendek adalah 3 cm dan panjang bagian tali terpanjang adalah
192 cm, maka panjang tali seluruhnya adalah ….
Penyelesaian:
𝑎 = 3,𝑈𝑛 = 192, 𝑛 = 7.
Dari permasalahan tersebut yang belum diketahui adalah rasio, maka sebelum kita menghitung
jumlah panjang tali seluruhnya, kita akan menentukan ratio terlebih dahulu.
Indikator
61. Diberikan langkah metode ilmiah secara acak, peserta dapat mengurutkannya dengan benar.
Materi
Metode ilmiah
Sub Materi
Langkah metode ilmiah/Penerapan metode ilmiah dalam pembelajaran

Langkah-langkah metode ilmiah. Berikut ini penjelasan setiap langkah.


1. Merumuskan Masalah, umumnya proses penelitian dimulai dengan merumuskan masalah.
Tahukah anda apa yang dimaksud dengan masalah? Dalam kajian ilmiah, masalah
didefinisikan sebagai sesuatu yang harus diteliti untuk memperoleh jawaban atas suatu
pertanyaan. Masalah dirumuskan dalam bentuk pertanyaan ilmiah yang bersifat terbuka yang
memungkinkan adanya jawaban yang beragam. Rumusan pertanyaan ini perlu dicari
jawabannya melalui eksperimen;
2. Menemukan Hipotesis, setelah berhasil merumuskan masalah, anda bisa mengajukan jawaban
sementara atas pertanyaan, yang bernama lain hipotesis. Tapi ingat Hipotesis itu harus logis
dan diajukan berdasarkan fakta;
3. Menetapkan Variabel Penelitian,Variabel percobaan merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi hasil penelitian. Ada tiga jenis variabel, yaitu variabel bebas, variabel
terikat/bergantung dan variabel tetap. Coba anda perhatikan, variabel tersebut adalah:
a) Variabel bebas, yaitu variabel yang sengaja dirubah untuk diamati pengaruhnya terhadap
hasil setiap percobaan yang dilakukan.
b) Variabel terikat, yaitu variabel yang dipengaruhi yang akan diukur atau diamati sebagai
hasil percobaan.
c) Varibel tetap, yairtu variabel yang tidak dirubah sebagai kontrol dalam percobaan;
4. Menetapkan Prosedur Kerja, prosedur kerja merupakan langkahlangkah kerja yang terperinci
dan runtut. Urutan langkah kerja ini dibuat ringkas namun dapat menggambarkan secara tepat
pekerjaan yang harus dilakukan. Data tersebut akan memudahkan pelaksanaannya, langkah
kerja sebaiknya dibuat dalam bentuk diagram alir;
5. Mengumpulkan data, setiap gejala yang terjadi dalam percobaan harus dicatat saat itu juga.
Dengan begitu, anda dapat memperoleh data yang lebih akurat. Selanjutnya, anda perlu
mengorganisasi untuk memudahkan dalam menganalisis dan mengumpulkan hasil percobaan.
Oleh karena itu, anda perlu menyiapkan tabel data pengamatan sebelum melakukan
percobaan;
6. Mengolah dan Menganalisis Data, tabel dan grafik merupakan alat yang sangat bermanfaat
untuk menyusun dan menganalisis data. Tabel dan grafik ini menampilkan bagaimana
variabel terikat berubah sebagai respon terhadap perubahan variabel bebas. Analisis data juga
dapat dilakukan dengan menggunakan program komputer untuk pengolahan data;
7. Membuat Kesimpulan, hasil analisis data menghasilkan suatu pola atau kecenderungan. Pola
ini dapat dijadikan landasan untuk menarik sebuah kesimpulan. Kesimpulan adalah suatu
pernyataan yang merangkum apa yang sudah dilakukan dalam kegiatan penelitian. Dalam
menyusun suatu kesimpulan, Anda harus memutuskan apakah data yang dikumpulkan
mendukung hipotesis atau tidak. Hipotesis berfungsi untuk memandu peneliti/siswa tentang
variabel yang akan diteliti. Selain itu, Anda juga harus mengulang suatu penelitian beberapa
kali sebelum dapat menarik suatu kesimpulan;
8. Mengkomunikasikan Hasil Penelitian, mengapa harus mengkomunikasikan penelitian?
Sosialisasi hasil penelitian penting dilakukan agar hasil penelitian Anda diketahui pihak lain.
Bagaimanakah cara mengomunikasikan suatu hasil penelitian? Suatu hasil penelitian dapat
dikomunikasikan melalui dua cara, yaitu tertulis dan lisan.

Indikator
62. Diberikan suatu gambar model sistem organ pernafasan, peserta dapat menjelaskan proses
pernafasan perut.
63. Diberikan beberapa pernyataan tentang pengalaman dan pengetahuan tentang proses makan
makanan, peserta dapat memilih rumusan tentang pencernaan yang tepat.
64. Diberikan fenomena tentang tekanan diastole/sistole, peserta dapat menafsirkan hal-hal yang
terjadi pada bagian-bagian jantung
65. Diberikan pernyataan tentang rongga dada, peserta dapat mengidentifikasi tulang-tulang
yang membentuk rongga dada
Materi
Sistem organ pada manusia
Sub Materi
Sistem organ pernapasan, pencernaan, peredaran darah dan Sistem rangka

Organ Pernafasan
Organ pernapasan manusia terdiri dari hidung dan rongga hidung, tenggorokan (faring), batang
tenggorokan (laring) trachea, bronchus, bronciolus, alveolus paru-paru. Berikut adalah bagian-
bagian organ alat pernapasan pada manusia, perhatikan gambar di bawah ini.
Mekanisma Proses Pernapasan
Proses respirasi terdiri atas dua pengertian, yaitu:
a. Respirasi Internal
Respirasi ini merupakan proses masuknya oksigen dari dalam darah ke jaringan (sel) dan
keluarnya karbondioksida dari jaringan (sel) ke dalam darah. Oksigen yang masuk ke dalam s
oksidasi yang menghasilkan energi. Proses respirasi berlangsung pada organ sel yang disebut
mitokondria dan terjadi melalui empat tahap reaksi, yaitu:
1) tahap glikolisis
2) tahap antara glokolisis dan siklus Krebs
3) tahap siklus Krebs disebut juga siklus asam sitrat.
4) tahap sistem sitokrom
Dari empat tahap kejadian di atas, respirasi mempunyai persamaan kimia sebagai berikut:

b. Respirasi Eksternal
Merupakan proses masuknya oksigen dari udara luar melalui alat pernapasan ke dalam darah
dan keluarnya karbondioksida dan air dari darah ke alat pernapasan.
Dilihat dari proses pengambilan udara pernapasan, ada dua macam respirasi, yaitu:
1) Pernapasan perut, melibatkan otot diafragma, mekanismanya dibedakan menjadi:
a) Fase inspirasi, otot diagfragma berkontraksi sehingga rongga dada membesar, akibatnya
tekanan dalam rongga dada mengecil udara dari luar masuk membawa O2 ;
b) Fase ekspirasi, diagfragma relaksasi rongga dada mengecil, akibatnya tekanan dalam
rongga dada membesar dan udara keluar membawa CO2.
2) Pernapasan dada, melibatkan otot antar tulang rusuk, mekanismanya dibedakan menjadi:
a) Fase inspirasi, otot antar tulang rusuk berkontraksi, sehingga rongga dada membesar,
akibatnya tekanan udara rongga dada mengecil dan udara masuk membawa oksigen;
b) Fase ekspirasi, otot antar tulang rusuk relaksasi, akibatnya tekanan dalam rongga dada
membesar dan udara keluar membawa CO2
Sistem Pencernaan
Sistem organ pencernaan pada manusia berfungsi menguraikan makanan secara mekanik
dan secara kimiawi menjadi moleku1- molekul yang kecil sehingga dapat diserap oleh usus, dan
diedarkan oleh sistem peredaran darah ke seluruh jaringan tubuh. Sari makanan berfungsi
sebagai sumber energi untuk kegiatan metabolisme, untuk pertumbuhan sel-sel, dan untuk
membangun serta mengganti sel-sel yang rusak. Ada beberapa organ-organ yang berperan dalam
sistem pencernaan manusia. Jika diurutkan dari prosesnya, organ penyusun sistem pencernaan
pada manusia adalah mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar dan anus. Terdapat
pula enzim-enzim yang memiliki fungsi masing-masing dalam pencernaan.
Selain itu juga terdapat organ-organ penunjang lain dalam proses pencernaan manusia
yang disebut sebagai organ pelengkap atau aksesori, di antaranya yaitu lidah gigi, kelenjar air
liur, kantung empedu, hati dan pancreas.
Pencernaan mekanik terjadi mulai di dalam mulut dan lambung. Proses yang terjadi di
dalam mulut melibatkan gigi untuk gerakan mekanik dalam mencerna makanan. Sementara itu,
di lambung terjadi pencernaan mekanik yang berupa gerakan seperti mengaduk atau meremas
makanan. Gerakan mekanik di dalam lambung tersebut digerakkan oleh otot polos yang disebut
sebagai gerakan peristaltik.
Pencernaan kimiawi dilakukan oleh enzim. Enzim merupakan protein yang berfungsi
sebagai biokatalis di dalam tubuh. Enzimenzim yang berperan dalam proses pencernaan secara
kimiawi, antara lain: Maltase, protease, lipase. Amilase.

Sistem Kardiovaskular
Sistem kardiovaskular terdiri dari jantung (kardio) dan pembuluh darah (vaskular).
Sistem kardiovaskular bertanggung jawab dalam memompa dan mengedarkan darah ke seluruh
tubuh (sirkulasi darah). Darah sendiri merupakan sarana transportasi bagi oksigen, karbon
dioksida, nutrisi, hormon, serta berbagai zat lainnya, dari dan ke seluruh tubuh.
Sistem kardiovaskular dikenal juga dengan sebutan sistem sirkulasi atau sistem peredaran
darah. Tugas sistem kardiovaskular adalah untuk memompa dan mengalirkan darah ke seluruh
tubuh. Sistem kardiovaskular terdiri dari jantung, pembuluh darah, dan darah.
Dalam mekanisma kerjanya jantung memiliki dua siklus jantung, siklus tersebut
menunjukkan urutan kejadian yang terjadi saat jantung berdetak secara sistemik. Berikut dua
fase siklus jantung, yaitu:
(1) Sistol, jaringan otot jantung berkontraksi untuk memompa darah keluar dari ventrikel.
(2) Diastol, otot jantung rileks terjadi pada saat pengisian darah di jantung
Tekanan darah meningkat di arteri utama selama sistol ventrikel dan menurun selama diastol
ventrikel. Hal ini menyebabkan 2 angka yang terkait dengan tekanan darah. Tekanan darah
sistolik adalah angka yang lebih tinggi dan tekanan darah diastolik adalah angka yang lebih
rendah. Misalnya, tekanan darah 120/80 mmHg menggambarkan tekanan sistolik (120 mmHg)
dan tekanan diastolik (80mmHg).
Tekanan darah normal menunjukkan sistolis 120 mm Hg dan Diastolis 80 mm Hg pada
jantung dapat diketahui dengan menggunakan alat ukur Tensimeter, ketika seseorang yang
memiliki tekanan di atas normal maka orangnya menderita Hipertensi (tekanan darah tinggi)
demikian pula ketika di bawah tekanan darah normal orangnya menderita Hipotensi (tekanan
darah rendah). Menurut American Heart Association, denyut jantung istirahat rata-rata: Anak-
anak 10 tahun, dewasa yang lebih tua, dan manula: 60-100 denyut per menit (Beats Per Minute)
Atlet pro terlatih adalah 40- 60 denyut per menit (BPM). Mengapa denyut jantungnya berbeda?
Sirkulasi sistemik. Disebut juga dengan peredaran besar, merupakan sirlukasi darah yang
mencakup seluruh tubuh. Sirkulasi ini berlangsung ketika darah yang mengandung oksigen
mengisi serambi kiri jantung melalui vena pulmonalis, usai melakukan pelepasan karbon
dioksida di paru-paru. Kemudian, darah yang sudah berada di serambi kiri diteruskan ke bilik
kiri, untuk selanjutnya disalurkan ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah utama (aorta). Darah
yang dipompa melewati aorta akan terus mengalir hingga ke bagian paling tepi di seluruh area
tubuh. Setelah menyalurkan berbagai zat yang dibawanya ke sel-sel tubuh, darah akan mengalir
kembali menuju serambi kanan jantung untuk mengalami proses pembersihan darah.
Sirkulasi pulmonal (paru). Disebut juga dengan peredaran darah kecil, ini merupakan
sirkulasi darah dari jantung menuju paru-paru, dan sebaliknya. Sirkulasi ini berlangsung saat
darah yang mengandung karbon dioksida dari sisa metabolisme tubuh kembali ke jantung
melalui pembuluh vena besar (vena cava). Lalu, memasuki serambi kanan dan diteruskan ke
bilik kanan jantung. Selanjutnya, darah yang sudah berada di bilik kanan akan dialirkan ke paru-
paru melalui arteri pulmonalis, untuk melakukan pertukaran gas karbon dioksida dengan
oksigen. Setelah itu, darah bersih yang kaya oksigen akan memasuki serambi kiri jantung
melalui vena pulmonalis.
Sirkulasi koroner. Sama seperti organ tubuh lain, jantung juga membutuhkan asupan
oksigen dan nutrisi supaya dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Darah yang menutrisi
jantung akan dialirkan melalui arteri koroner ke otot-otot jantung. Maka dari itu, sumbatan pada
arteri koroner bisa mengurangi aliran oksigen dan nutrisi ke otot jantung, sehingga meningkatkan
risiko terkena serangan jantung
Tulang-Tulang Yang Membentuk Rongga Dada
Tulang dada

Tulang dada termasuk tulang pipih, terletak di bagian tengah dada. pada sisi kiri dan kanan
tulang dada terdapat tempat lekat dari rusuk. bersama-sama dengan rusuk, tulang dada
memberikan perlindungan pada jantung, paru-paru dan pembuluh darah besar dari kerusakan

Tulang dada tersusun atas 3 tulang yaitu:

tulang hulu / manubrium. terletak di bagian atas dari tulang dada, tempat melekatknya tulang
rusuk yang pertama dan kedua
Tulang badan / gladiolus, terletak dibagian tengah, tempat melekatnya tulang rusuk ke tiga
sampai ke tujuh, gabungan tulang rusuk ke delapan sampai sepuluh.

Tulang taju pedang / xiphoid process, terletak di bagian bawah dari tulang dada. Tulang ini
terbentuk dari tulang rawan

Tulang Rusuk

Tulang rusuk berbentuk tipis, pipih dan melengkung. bersama-sama dengan tulang dada
membentuk rongga dada untuk melindungi jantung dan paru-paru. Tulang rusuk dibedakan atas
tiga bagian yaitu:

Tulang rusuk sejati berjumlah tujuh pasang. Tulang-tulang rusuk ini pada bagian belakang
berhubungan dengan ruas-ruas tulang belakang sedangkan ujung depannya berhubungan dengan
tulang dada dengan perantaraan tulang rawan

Tulang rusuk palsu berjumlah 3 pasang. Tulang rusuk ini memiliki ukuran lebih pendek
dibandingkan tulang rusuk sejati. Pada bagian belakang berhubungan dengan ruas-ruas tulang
belakang sedangkan ketiga ujung tulang bagian depan disatukan oleh tulang rawan yang
melekatkannya pada satu titik di tulang dada

Rusuk melayang berjumlah 2 pasang. Tulang rusuk ini pada ujung belakang berhubungan
dengan ruas-ruas tulang belakang, sedangkan ujung depannya bebas.

Tulang rusuk memiliki beberapa fungsi diantaranya

1). melindungi jantung dan paru-paru dari goncangan.

2). melindungi lambung, limpa dan ginjal.

3). membantu pernapasan.

Indikator
66. Disajikan data terkait faktor yang mempengaruhi konduktivitas beberapa benda, peserta
dapat menentukan perbedaan konduktivitasnya
67. Disajikan nama beberapa benda, peserta dapat mengelompokkan dengan memberikan
alasan/dasar pengelompokannya
Materi
Struktur benda dan sifatnya
Sub Materi
Klasifikasi materi berdasarkan struktur / kemampuan menghantarkan panas

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Konduktivitas Listrik


Faktor-faktor tertentu dapat mempengaruhi seberapa baik bahan menghantarkan listrik.

Temperatur: Mengubah suhu perak atau konduktor lain dapat mengubah konduktivitasnya.
Secara umum, peningkatan suhu menyebabkan eksitasi termal atom dan menurunkan
konduktivitas karena meningkatkan resistivitas. Hubungannya linear, tetapi munkin berbeda
pada suhu rendah.
Pengotor: Menambahkan ketidakmurnian ke konduktor menurunkan konduktivitasnya. Sebagai
contoh, perak sterling tidak sebagus konduktor seperti perak murni. Perak yang teroksidasi tidak
sebaik konduktor seperti perak yang tidak ternoda. Kotoran menghambat aliran elektron.
Struktur dan fase kristal: Jika ada fase material yang berbeda, konduktivitas akan sedikit
melambat pada antarmuka dan mungkin berbeda dari satu struktur dibanding struktur lainnya.
Cara bahan telah diproses dapat mempengaruhi seberapa baik ia menghantarkan listrik.
Medan elektromagnetik: Konduktor menghasilkan medan elektromagnetik mereka sendiri
ketika listrik melaluinya, dengan medan magnet yang tegak lurus dengan medan listrik. Medan
elektromagnetik eksternal dapat menghasilkan magnetoresistance, yang dapat memperlambat
aliran arus.
Frekuensi: Jumlah siklus osilasi arus listrik bolak-balik per detik adalah frekuensinya dalam
hertz. Di atas tingkat tertentu, frekuensi tinggi dapat menyebabkan arus mengalir di sekitar
konduktor dan bukan melewatinya (efek kulit). Karena tidak ada osilasi dan karenanya tidak ada
frekuensi, efek kulit tidak terjadi pada arus searah.

Klasifikasi materi berdasarkan struktur / kemampuan menghantarkan panas


1. Konduktor panas adalah suatu benda yang mampu menghantarkan energy panas.
Contoh benda konduktor seperti besi, aluminium, seng, tembaga batu, baja, dan lainya.
2. Isolator panas adalah suatu benda yang tidak mampu menghantarkan energy panas.
Contoh benda isolator panas seperti kayu, kertas, plastik, karet, kain, dan lainya.

Indikator
68. Disajikan cerita tentang dua orang yang menimba air dengan cara yang berbeda, yang satu
menimba langsung dengan menggunakan tali satunya lagi menggunakan katrol, peserta
dapat membandingkan besar keuntungan mekaniknya.
Materi
Gaya dan Energi
Sub Materi
Pesawat Sederhana

Keuntungan Mekanis Katrol Tetap

Katrol tetap diambil dari jenis katrol sesuai dengan sifatnya, yaitu letaknya berada pada posisi
yang sama. Kedudukan atau posisi dari katrol tetap dibuat selalu sama dan tidak berpindah. Titik
tumpu katrol tetap berada di tengah katrol.

Jarak titik tumpu sistem katrol tetap dan titik beban disebut lengan beban, yang biasa ditulis .
Sedangkan jarak titik tumpu sistem katrol tetap dan titik kuasa disebut lengan kuasa, yang biasa
ditulis . Dalam katrol tetap ada gaya beban dan gaya kuasa. Gaya bebas merupakan gaya yang
bekerja pada beban w. Gaya kuasa adalah gaya yang diberikan pada sistem.

Gambar keterangan katrol tetap dan persamaan keuntungan mekanis katrol tetap diberikan
seperti berikut.

Keterangan:
 A = titik beban
 B = titik kuasa
 O = titik tumpu
 OA = lengan beban (lb)
 OB = lengan kuasa (lk)
 Fb = gaya beban (W)
 Fk = gaya kuasa (F)

Diketahui bahwa keuntungan mekanis katrol tetap sama dengan satu. Artinya, gaya yang
diperlukan untuk mengangakat beban w sama dengan gaya bebannya. Kondisi ini diperoleh dari
persamaan keuntungan mekanis katrol, seperti berikut ini.

Terbukti bahwa gaya beban sama dengan gaya kuasa.

Keuntungan Mekanis Katrol Bebas/Bergerak

Dinamakan katrol bebas atau katrol bergerak karena posisi katrol berubah-ubah sesuai gerak
benda. Jika benda bergerak naik maka katrol bebas juga akan bergerak naik. Demikian pula
untuk saat benda bergerak turun, katrol bergerak akan mengikuti gerak benda turun.

Gambar keterangan dan persamaan keuntungan mekanis katrol bebas/katrol bergerak diberikan
seperti berikut.
Keterangan:
 A = titik beban
 B = titik kuasa
 O = titik tumpu
 OA = lengan beban (lb)
 OB = lengan kuasa (lk)
 Fb = gaya beban (W)
 Fk = gaya kuasa (F)
Perhatikan bahwa lengan kuasa sama dengan dua kali lengan beban. Karena OA = OB,
merupakan jari-jari katrol. Dengan demikian berlaku persamana berikut.
lk = 2lb
Sehingga, keuntungan mekanis katrol bebas sama dengan 2 (dua). Artinya, gaya yang diperlukan
untuk mengangakat beban w sama dengan setengah bebannya. Kondisi ini diperoleh dari
persamaan keuntungan mekanis katrol, seperti berikut ini.

Terbukti bahwa gaya kuasa sama dengan setengah gaya beban.

Keuntungan Mekanis Sistem Katrol

Sistem katrol merupakan kombinasi dari dua jenis katrol, baik dari kombinasi katrol tetap,
kombinasi katrol bebas, atau kombinasi dari kedua jenis katrol ini. Dalam sebuah sistem katrol,
banyaknya katrol yang digunakan tidak ada ketentuan. Meskipun begitu, biasanya digunakan
katrol sebanyak lebih dari dua.
Keuntungan mekanis sistem katrol dinyatakan oleh banyaknya tali yang menopang beban.
Semakin banyak tali yang menopang benda. Keuntungan mekanis sistem katrol akan semakin
besar. Artinya semakin sedikit usaha yang dibutuhkan untuk mengangkat beban. Sistem katrol
biasanya digunakan untuk mengangkat beban yang sangat berat. Biasanya terdapat di tempat
kerja yang melibatkan alat berat.

Perhatikan contoh cara menentukan keuntungan mekanis sistem katrol pada gambar di bawah.

Berdasarkan gambar di atas, jumlah tali yang menopang benda ada sebanyak empat tali yang
terhubung melalui katrol. Dengan demikian, sistem katrol di atas memiliki keuntungan mekanis
sebesar 4 (empat). Besar gaya yang diperlukan untuk mengangkat beban adalah seperempat dari
berat benda w.

Keuntungan Mekanis Katrol (Roda) Bergandar

Katrol bergandar atau sering disebut roda bergandar merupakan kombinasi katrol yang disatukan
dalam satu sumbu poros. Biasanya terdiri atas katrol dengan beda ukuran, katrol besar dan katrol
kecil. Katrol besar berhubungan dengan gaya yang bekerja. Pada katrol kecil menopang beban.

Keuntungan mekanis katrol bergandar dinyatakan sebagai perbandingan jari-jari katrol besar (R)
dan jari-jari katrol kecil (r).
Indikator
69. Disajikan gambar tentang proses perubahan energi pada pembangkit listrik (angin atau air
atau matahari atau uap), peserta dapat menganalisis perubahan energi apa yang terjadi pada
setiap tahapannya.
70. Disajikan grafik hubungan antara waktu pemanasan dan perubahan suhu suatu zat cair yang
massanya berbeda, peserta dapat menentukan mana yang memerlukan kalor lebih besar
Materi
Gaya dan Energi
Sub Materi
Perubahan energi

PERUBAHAN ENERGI PADA PEMBANGKIT LISTRIK


Kita ketahui bahwa energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahakan namun dapat
berubah bentuk. Jadi, energi hanya berubah bentuk dari bentuk satu ke bentuk energi lainnya.
Perubahan energi tersebut sangat berguna bagi manusia.
Salah satu kegunaan perubahan energi adalah untuk memperoleh energi listrik yang kita gunakan
sehari – hari dari energi lainnya. Energi listrik tidak langsung hadir namun kita perlu
menghasilkan energi listrik dari energi lainnya, misalnya saja energi gerak pada angin yang
dirubah menjadi energi listrik. Berikut adalah perubahan – perubahan energi yang terjadi pada
pembangkit listrik :
Pembangkit listrik tenaga air (PLTA)
Pembangkik listrik tenaga air biasanya menggunakan aliran air sungai untuk menggerakkan
turbin sehingga turbin akan menghasilkan listrik. Dengan demikian kita dapat menikmati listrik
di rumah. Jadi perubahan energinya adalah dari energi gerak (kinetik) langsung ke energi listrik.
energi kinetik → energi listrik
Pembangkit listrik tenaga angin
Sama dengan pembangkit listrik tenaga angin, pembangkit listrik ini juga langsung mengubah
energi kinetik menjadi energi listrik.
energi kinetik → energi listrik
Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU)
Pada pembangkit listrik tenaga uap, ia memperoleh energi dari uap yang dihasilkan. Namun
prosesnya tidak secepat itu, uap yang di hasilkan harus dari bahan bakar yaitu misalnya saja
bahan bakar batu bara yang biasa digunakan pada pembangkit listrik tenaga uap di Indonesia.
Jadi dari energi kimia, lalu ke energi panas, setelah itu ke energi kinetik ( dari uap tadi ), lalu
menghasilkan energi listrik.
energi kimia → energi panas → energi kinetik → energi listrik
Pembangkit listrik tenaga panas bumi
pada dasarnya pembangkit ini sama saja dengan pembangkit tenaga uap, namun uap yang
digunakan langsung berasal dari perut bumi sehingga tidak memerlukan energi kimia. Jadi dari
energi panas ke energi kinetik lalu ke energi listrik.
energi panas → energi kinetik → energi listrik
Pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD)
Pada pembangkit ini ia menggunakan bahan bakar seperti solar untuk menggerakkan piston agar
memperoleh listik. Biasanya pembangkit listrik jenis ini hanya untuk daerah terpencil. Jadi
prosesnya adalah energi kimia diubah menjadi energi gerak lalu diubah lagi ke energi listrik.
energi kimia → energi kinetik → energi listrik
Pembangkit listrik tenaga ombak
Pembangkit listrik yang satu ini cukup menjanjikan karena dengan menggunakan ombak akan
memperoleh listik. Pembangkit listrik ini mendapatkan energi dari gerakan ombak yang naik
turun untuk memperoleh tekanan udara sehingga dapat memutar generator. Prosesnya adalah
energi kinetik diubah menjadi energi listrik.
energi kinetik → energi listrik

Pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN)


Cara kerja pembangkit listrik ini sama dengan pembangkit listrik tenaga uap namun memperoleh
panas bukan dari bahan bakar fosil melainkan dari nuklir. Prosesnya adalah energi nuklir diubah
menjadi energi panas, kemudian energi panas diunah menjadi energi kinetik. Terakhir energi
kinetik akan diubah menjadi energi listrik.
energi nuklir → energi panas → energi kinetik → energi listrik

Grafik hubungan antara waktu pemanasan dan perubahan suhu suatu zat cair yang massanya
berbeda, peserta dapat menentukan mana yang memerlukan kalor lebih besar

Indikator
71. Disajikan data tentang keterkaitan hari raya Idul Fitri dua tahun berturut-turut (misalnya 1440 H
dengan 1441 H) dengan kalender masehi, peserta dapat mengidentifikasi perbedaan kalender
Masehi dengan kalender Hijriyah.
Materi
Mengenal Bumi
Sub Materi
Gerak bumi dan fungsinya

Mengidentifikasi perbedaan kalender Masehi dengan kalender Hijriyah.


Untuk lebih menjelaskan perbedaan terkait keduanya, kami akan mencoba untuk membahas
perbedaan keduanya menjadi beberapa bagian. baik, berikut pembahasannya.
Sistem penanggalan.
Pada sistem kalender hijriyah, penanggalan di dasarkan dari pergerakan bulan yang mengelilingi
Bumi.
Sedangkan pada sistem kalemder masehi, sistem penanggalan nya didasarkan pada perputaran
bumi mengelilingi matahari.
Jumlah hari dalam satu bulan dan satu tahun.
Kalender hijriah memiliki jumlah hari dalam 1 tahun adalah 354-355 dan dalam 1 bulan
memiliki jumlah hari 29-30 hari.
Sementara pada kalender masehi memiliki jumlah 365 hari (kecuali tahun kabisat sejumlah 366
hari). Dan sejumlah 30 - 31 hari selama 1 bulan (kecuali februari 28 hari).
Awal penanggalan.
Kalender hijiriah berawal dari peristiwa hijrahnya nab Muhammad SAW dari Mekkah ke
madinah yang terjadi pada tahun 622 Masehi. Sementara pada kalender masehi berawal pada
peristiwa lahirnya nabi Isa Almasih AS.
Penentuan hari baru.
Pada kalender masehi, hari baru di mulai pada jam 00.00 atau jam 12 dini hari. Sementara pada
kalender hijriah, hari baru dimulai pada saat tenggelamnya matahari.

Nama bulan dan hari.


Nama bulan dari kalender hijriah adalah Muharram, Shafar, Robiul awal, Robiul Akhir, Jumadil
awal, Jumadil akhir, Rajab, Sya'ban, Ramadhan, Syawal, Zulqoidah, dan Zulhijjah. Sedangkan
psda kalender Masehi, tentu kita sudah tau sama-sama. Yaitu : Januari, Februari, Maret, April,
Mei, Juni, Juli, Agustus, September, Oktober, November, dan Desember. Selanjutnya adalah
nama hari. Nama hari dari kedua kalender tersebut adalah Ahad (Minggu), Itsnayn (Senin),
Tsalaatsa (Selasa), Arba'aa (Rabu), Khamsatun (Kamis), Jum'a (Jumat), dan Sabt (Sabtu).

Indikator
72. Disajikan data tentang kasus terjadinya bencana alam dipermukaan bumi, peserta dapat
menganalisis proses alam Endogen atau Eksogen keterkaitan dengan bencana alam tersebut.
73. Disajikan kasus tentang kependudukan di wilayah Indonesia, peserta dapat menganalisis
persebaran penduduk Indonesia.
74. Disajikan data tentang permasalahan kependudukan di wilayah Indonesia, peserta dapat
mengevaluasi kualitas penduduk Indonesia.
Materi
Manusia, tempat dan Lingkungan
Sub Materi
Proses pembentukan muka bumi (Proses Alam Endogen dan Proses alam Eksogen)/Kependudukan
(Dinamika kependudukan, Persebaran Penduduk, komposisi penduduk, pertumbuhan dan kualitas
penduduk, keragaman)
Proses pembentukan muka bumi

A. Bumi

Di setiap proses pembentukan permukaan bumi, tenaga endogen adalah pembentuk muka bumi
yang paling awal. Selanjutnya pembentukan bumi dengan tenaga eksogen mengubah bentuk
bumi yang telah dibuat oleh tenaga endogen. Dalam paparan berikut :
1) Tenaga Endogen
Tenaga endogen adalah tenaga yang berasal dari dalam perut bumi. Dalam proses pembentukan
muka bumi, tenaga endogen dibagi menjadi tiga jenis yaitu :
(a) Tektonisme adalah gerakan yang berasal dari panas yang ada di dalam bumi yang
kemudian mendorong vertikal dan hoisontal.
(b) Vulkanisme adalah magma yang berada di dalam bumi mengalami pergerakan.
(c) Seisme adalah gempa bumi. Gempa bumi adalah getaran yang terjadi akibat dari proses
patahan dan lipatan.
2) Tenaga Eksogen
Tenaga eksogen adalah tenaga yang berasal dari luar bumi. Pada proses pembentukan muka
bumi melalui tenaga eksogen dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut:
(a) Sedimentasi, dimana batu - batuan maupun sisa makhluk hidup mengalami pengendapan.
(b) Erosi, adalah proses pengikisan di permukaan bumi akibat dari pengaruh angin, air dan
gletser. Erosi terdiri dari :
(1) Ablasi adalah pengikisan yang dilakukan oleh air
(2) Abrasi adalah proses pengikisan oleh air laut
(3) Eksarasi adalah proses pengikisan oleh gletser
(4) Deflasi adalah pengikisan yang dilakukan oleh angin
3) Dampak Tenaga Endogen dan Tenaga Eksogen
Dampak positif dan negatif dari tenaga endogen dan eksogen sebagai berikut :
(a) Dampak positif tenaga endogen dan eksogen
(1) Akibat dari pelapukan akan mengahsilkan bentuk muka bumi yang indah.
(2) Akibat sedimentasi tanah menjadi subur.
(3) Akibat gunung meletus menjadi daerah sekitar menjadi subur dan material
gunung dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan.
(4) Patahan yang terjadi di dalam bumi akan menghasilkan permukaan bumi yang
sangat unik.
(b) Dampak negatif tenaga endogen dan eksogen
(1) Akibat letusan gunung merapi menyebabkan kerusakan lahan akibat awan
panas dan lahar.
(2) Gempa yang dihasiilkan merusak bangunan yang ada di permukaan bumi.
(3) Terjadi erosi secara terus menerus menyebabkan tanah kehilangan daya
suburnya.
B. Penduduk
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul atau saling berinteraksi secara
tetap dan memiliki kepentingan yang sama. Sedangkan penduduk adalah semua orang yang
menempati suatu wilayah hukum tertentu dan waktu tertentu sehingga kita akan mengenal
istilah penduduk tetap dan penduduk tidak tetap. Penduduk yang mendiami wilayah suatu
negara sering memunculkan berbagai macam dinamika kependudukan. Dinamika penduduk
yang mendiami bumi ini dipelajari dalam rangka mengkaji persebaran penduduknya.
1) Dinamika Penduduk
Cara yang digunakan dalam dinamika penduduk, yaitu:
a) Kelahiran (Fertilitas)
b) Kematian (Mortalitas)
c) Migrasi
d) Pertumbuhan Penduduk
e) Kepadatan Penduduk
f) Persebaran Penduduk Tidak Merata
2) Kualitas Penduduk
Kualitas penduduk dapat dikatakan sebagai mutu penduduk atau mutu sumber daya
manusia yang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: kualitas fisik penduduk yang
mencakup pemenuhan gizi, kesehatan, kematian dan harapan hidup pada waktu lahir; dan
kualitas nonfisik penduduk yang mencakup pendidikan, latihan kerja dan sikap
(keinginan atau dorongan).

Indikator
75. Disajikan peristiwa sejarah nasional, peserta dapat mengelompokkan peristiwa tersebut
berdasarkan metode sejarahnya.
Materi
Waktu, Keberlanjutan dan Perubahan
Sub Materi
Metode Sejarah (heuristic, kritik, interpretasi, dan penulisan kisah sejarah) dan Konsep
Keberlanjutan

Metode Sejarah
Metode sejarah terdiri dari teknik dan pedoman yang digunakan sejarawan terhadap sumber
primer dan bukti lainnya termasuk juga bukti arkeologi. Dalam metode sejarah terdapat empat
tahapan yang harus dilewati. Keempat tahapan tersebut yakni heuristik, kritik atau verifikasi,
interpretasi dan historiografi.
1) Heuristik
Heuristik berasal dari kata bahasa Yunani heuriskein yang berarti menemukan atau
memperoleh. Heuristik diartikan sebagai tahapan menemukan dan menghimpun sumber,
informasi, jejak masa lampau. Jadi, heuristik merupakan tahapan proses mengumpulkan
sumber-sumber sejarah. Di samping sumber tertulis, terdapat pula sumber lisan. Sejarah
lisan merupakan cerita-cerita tentang pengalaman kolektif yang disampaikan secara lisan.
Sejarah lisan diperlukan untuk melengkapi sumber-sumber tertulis. Dalam sejarah lisan
terdapat informasi-informasi yang tidak tercantum dalam sumber-sumber tertulis. Untuk
mendapatkan informasi itu, penulis harus melakukan wawancara dengan nara sumber yang
disebut sebagai pengkisah dengan menggunakan alat rekam dan kaset.
2) Kritik
Tahapan yang kedua adalah kritik. Dalam tahap ini, sumber-sumber yang yang telah
diperoleh melalui tahapan heuristik kemudian diverifikasi. Dalam tahap verifikasi terdapat
dua macam kritik yakni kritik ekstern untuk meneliti otentisitas atau keaslian sumber dan
kritik intern untuk meneliti kredibilitas sumber (Kuntowijoyo, 2005). Singkatnya, tahapan
kritik ini merupakan 11 tahapan untuk memilih sumber-sumber asli dari sumber-sumber
palsu. Untuk mendapatkan fakta sejarah perlu melakukan proses koroborasi yaitu buktibukti
(evidence) sejarah yang membenarkan atau memperkuat suatu pernyataan (statement).
3) Interpretasi
Tahapan selanjutnya dari metode sejarah adalah interpretasi. Interpretasi adalah tahapan atau
kegiatan dalam menafsirkan fakta-fakta dan menetapkan makna serta saling keterhubungan
dari fakta-fakta yang diperoleh. Terdapat dua macam interpretasi yakni analisis yang berarti
menguraikan dan sintesis yang berarti menyatukan. Melalui tahapan interpretasi inilah,
kemampuan intelektual seorang sejarawan diuji. Sejarawan dituntut untuk dapat berimajinasi
dengan membayangkan bagaimana peristiwa pada masa lalu itu terjadi. Namun, bukan
berarti imajinasi yang bebas seperti seorang sastrawan. Imajinasi seorang sejarawan dibatasi
oleh fakta-fakta yang ada yang ia peroleh dalam tahap-tahap sebelumnya.

4) Historiografi
Tahapan yang keempat adalah historiografi. Historiografi (Gottschalk, 2006) adalah
rekonstruksi imajinatif dari masa lampau berdasarkan data yang diperolah dengan
menempuh proses pengujian dan proses penganalisisan secara kritis melalui rekaman dan
bukti peninggalan masa lampau. Dalam melakukan penulisan sejarah, terdapat beberapa hal
yang harus diperhatikan, yaitu:
(1) penyeleksian atas fakta-fakta, untaian fakta-fakta yang dipilih berdasarkan dua kriteria:
relevansi peristiwa-peristiwa dan kelayakannya;
(2) imajinasi yang digunakan untuk merangkai fakta-fakta yang dimaksudkan untuk
merumuskan suatu hipotesis; dan
(3) kronologis. Dalam tahap historiografi ini, seluruh imajinasi dari serangkaian fakta yang
ada dituangkan ke dalam bentuk tulisan. Potongan-potongan fakta sejarah ditulis hingga
menjadi sebuah tulisan kisah sejarah yang kronologis.
Tahapan-tahapan dalam metode sejarah yang dijelaskan di atas merupakan tahapan untuk
mempermudah sejarawan melakukan penelitian, mulai dari proses pengumpulan sumber-
sumber, memilih sumber-sumber asli, menginterpretasikan sumber-sumber hingga akhirnya
penuangan ke dalam bentuk penulisan sejarah.

Indikator
76. Diberikan sebuah kasus tentang sistem sosial pada masyarakat, peserta dapat
mengidentifikasi nilai dan norma pada masyarakat.
Materi
Sistem Sosial dan Budaya
Sub Materi
Interaksi sosial/Nilai nilai dan Norma

NILAI DAN NORMA PADA MASYARAKAT


NILAI
Nilai adalah segala sesuatu yang dianggap baik dan buruk di dalam masyarakat. Nilai dapat
dijadikan dasar pertimbangan setiap individu dalam menentukan sikap serta mengambil
keputusan. Menurut Clyde Kluckhohn, nilai sosial dipengaruhi oleh kebudayaan masyarakat itu
sendiri. Hal inilah yang menyebabkan adanya perbedaan tata nilai di antara kelompok
masyarakat.

Ciri-ciri Nilai Sosial


1. Terbentuk melalui proses interaksi sosial di masyarakat. Contohnya, nilai adab makan dan
minum yang dipelajari seseorang dari kecil melalui interaksi dengan orang tuanya di rumah.

2. Mempengaruhi kepribadian seseorang sebagai anggota masyarakat. Contohnya, nilai-


nilai yang mengutamakan kepentingan bersama, seperti sikap tolong-menolong kepada teman
atau tetangga yang sedang kesusahan dapat membuat seseorang menjadi lebih peduli secara
sosial.

3. Memiliki dampak atau pengaruh yang berbeda-beda terhadap tindakan. Contohnya,


seseorang yang mengutamakan nilai kejujuran pasti tidak akan berbuat curang atau bohong di
setiap tindakannya.

4. Berbeda-beda di setiap kelompok masyarakat. Hal ini ada kaitannya dengan budaya
(kebiasaan) yang ada di kelompok masyarakat tersebut. Contohnya, masyarakat Jepang sangat
patuh terhadap peraturan/tata tertib lalu lintas. Sementara di Indonesia, masih banyak pengendara
yang menerobos lampu merah.

Macam-macam Nilai Sosial


1. Nilai material, merupakan segala sesuatu yang berguna bagi tubuh manusia. Contohnya,
barang-barang kebutuhan pokok, pakaian, obat-obatan, dsb.

2. Nilai vital, merupakan segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk melaksanakan
aktivitasnya. Contohnya, buku dan perlengkapan alat tulis bagi pelajar, komputer bagi orang
yang bekerja di bidang IT, barang-barang perkakas untuk orang pekerja bangunan, dsb.

3. Nilai kerohanian, merupakan segala sesuatu yang berguna bagi batin (rohani) manusia.
Nilai ini terbagi menjadi beberapa macam, yaitu:
 Nilai kebenaran yang bersumber dari akal manusia dan diikuti dengan fakta-fakta yang
telah terjadi.
 Nilai keindahan yang berhubungan dengan ekspresi (perasaan) seseorang mengenai
keindahan suatu hal, seperti karya seni.
 Nilai moral yang bersumber dari perilaku baik dan buruknya seseorang.
 Nilai religius yang bersumber pada kepercayaan atau keyakinan manusia terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.

Nah, sekarang kamu sudah tahu kan apa itu nilai sosial, ciri-ciri, serta macam-macamnya.
Ternyata, nilai sosial ini memiliki hubungan terhadap norma-norma yang berlaku di
masyarakat. Yuk, kita cari tahu hubungan antara nilai dan norma pada penjelasan berikut ini!

NORMA

Norma adalah seperangkat aturan berupa perintah atau larangan yang ditetapkan
berdasarkan kesepakatan bersama. Bedanya dengan nilai, norma bersifat nyata, tegas, dan
jelas. Pelanggar norma akan diberi hukuman (sanksi) tertentu.

Norma yang ada di masyarakat merupakan bentuk penerapan dari nilai-nilai yang dianut oleh
masyarakat tersebut. Contohnya seperti kasus pada pembukaan artikel di atas, nih. Di tempat-
tempat tertentu, biasanya terdapat norma yang melarang untuk membuang sampah
sembarangan. Nah, norma ini dibuat oleh masyarakat yang peduli terhadap nilai keindahan dan
kebersihan. Masyarakat yang menginginkan lingkungan yang bersih, indah, dan sehat, kemudian
membuat aturan untuk menjaga lingkungan. Oleh karena itu, jika ada orang yang buang sampah
sembarangan akan menerima sanksi berupa teguran.

Nah, dari contoh kasus tersebut dapat kita simpulkan kalau nilai merupakan dasar dari
terbentuknya norma.

Ciri-ciri Norma Sosial


1. Umumnya tidak tertulis. Norma sosial biasanya hanya diingat, diserap, dan diterapkan dalam
interaksi antar anggota kelompok masyarakat.

2. Hasil kesepakatan bersama. Norma sosial adalah peraturan yang berfungsi untuk mengatur
perilaku seluruh anggota masyarakat. Oleh karena itu, norma sosial harus berdasarkan hasil
kesepakatan bersama.

3. Bisa mengalami perubahan. Norma sosial terbentuk dari proses interaksi sosial di
masyarakat. Oleh karena itu, norma sosial bisa mengalami perubahan sesuai dengan keinginan
atau kebutuhan anggota masyarakat itu sendiri.

4. Ditaati bersama. Sebagai aturan yang berlaku di masyarakat, norma sosial harus didukung
dan ditaati bersama oleh setiap anggota masyarakat.
5. Memiliki hukuman/sanksi. Hukuman/sanksi ini ada yang sifatnya ringan, sedang, dan berat.
Hukuman/sanksi akan diberikan kepada setiap orang yang melanggar norma yang berlaku.

Macam-macam Norma Sosial


Macam-macam norma sosial dikelompokkan menjadi dua, yaitu berdasarkan tingkatan sanksinya
dan berdasarkan sumbernya.

a. Berdasarkan Tingkatan Hukuman/Sanksi

1. Cara (usage), merupakan perbuatan atau perilaku yang dilakukan seseorang dalam sebuah
kelompok masyarakat, tetapi tidak dilakukan secara terus menerus. Contohnya, cara berpakaian
yang baik dan sopan. Seseorang yang berpakaian kurang pantas pada kondisi tertentu akan
mendapat sanksi berupa teguran.

2. Kebiasaan (folkways), merupakan perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang dan


memiliki tujuan jelas yang dianggap baik (benar). Kebiasaan ini apabila dilakukan oleh
sekelompok masyarakat, maka dapat disebut sebagai tradisi dan menjadi ciri dari kelompok
masyarakat tersebut. Contohnya, kebiasaan menghormati dan menaati perintah orang tua,
kebiasaan menggunakan tangan kanan saat makan dan minum, dsb. Orang yang melanggar, akan
mendapat hukuman berupa teguran.

3. Tata Kelakuan (mores), merupakan aturan-aturan yang telah diterima oleh masyarakat.
Biasanya, tata kelakuan berhubungan dengan kepercayaan atau keyakinan agama. Sanksi orang
yang melanggar norma ini akan jauh lebih berat tingkatannya. Contohnya, larangan untuk
mencuri, larangan untuk membunuh, dsb.

4. Adat Istiadat (custom), merupakan kumpulan tata kelakuan yang bersifat kekal dan menyatu
sangat kuat dengan masyarakat yang menganutnya. Adat istiadat merupakan norma yang
memiliki sanksi cukup berat bagi para pelanggarnya. Contohnya, seseorang yang melanggar
pelaksanaan upacara adat akan dijatuhi hukuman berupa pengucilan dari kelompoknya.

b. Berdasarkan Sumber

1. Norma Agama, bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa, sehingga sifatnya mutlak dan
harus ditaati oleh setiap pemeluk agama. Contohnya, melaksanakan ibadah yang diperintahkan
oleh Tuhan sesuai agama dan kepercayaan masing-masing.

2. Norma Kesusilaan, bersumber dari hati nurani manusia untuk menentukan mana
perbuatan yang baik dan buruk. Norma ini akan membentuk akhlak atau budi pekerti seseorang.
Contohnya, bersikap jujur, tidak suka mengambil barang orang lain, dsb.

3. Norma Kesopanan, bersumber dari pergaulan seseorang di masyarakat. Norma ini


didasari dari kebiasaan, kepatutan, dan kepantasan yang berlaku di masyarakat. Contohnya, sikap
hormat kepada orang tua, sopan dan santun kepada semua orang, dsb.
4. Norma Hukum, bersumber dari seseorang yang memiliki jabatan atau wewenang.
Sifatnya memaksa serta bertujuan untuk melindungi dan menjaga tata tertib masyarakat.
Contohnya, tidak melakukan tindakan kriminal, tertib berlalu lintas, wajib membayar pajak, dsb.

Oke, sekarang kamu sudah tahu nih pengertian dari nilai dan norma, perbedaan, serta hubungan
antara keduanya. Kesimpulannya adalah nilai merupakan sesuatu yang dianggap baik atau buruk
di masyarakat, sedangkan norma merupakan aturan yang berlaku di masyarakat. Norma dibentuk
berdasarkan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat dan bertujuan untuk mewujudkan nilai-nilai
tersebut. Nilai dan norma inilah yang menjadi dasar terbentuknya lembaga sosial di masyarakat.

Indikator
77. Disajikan kasus tentang perilaku ekonomi (konsumsi), peserta dapat memberikan contoh perilaku
ekonomi (konsumsi) di masyarakat.
78. Disajikan kasus tentang perilaku ekonomi (produksi), peserta dapat memberikan contoh perilaku
ekonomi (produksi) di masyarakat.
Materi
Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan
Sub Materi
Perilaku Ekonomi (Produksi, Distribusi, Konsumsi)/Kesejahteraan hidup masyarakat.

Indikator
79. Diberikan informasi tentang perkembangan IPTEK yang berkontribusi pada interaksi masyarakat
baik secara lokal, peserta dapat menganalisis fenomena perkembangan IPTEK yang terjadi di
masyarakat.
80. Diberikan informasi tentang perkembangan penggunaan IPTEK, peserta dapat mengidentifikasi
dampak positif penggunaan IPTEK di era global.
Materi
Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan
Sub Materi
Perilaku Ekonomi (Produksi, Distribusi, Konsumsi)/Kesejahteraan hidup masyarakat.

Indikator
81. Diberikan kasus HAM peserta dapat menelaah pelanggaran HAM berat dan ringan yang terjadi di
Indonesia
82. Diberikan sebuah informasi peserta dapat menentukan upaya pemajuan HAM di Indonesia dalam
bidang produk hukum, lembaga negara dan lembaga swadaya masyarakat
Materi
Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan
Sub Materi
Perilaku Ekonomi (Produksi, Distribusi, Konsumsi)/Kesejahteraan hidup masyarakat.

Pelanggaran HAM berat dan ringan


Berdasarkan sifatnya pelanggaran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Pelanggaran HAM berat, yaitu pelanggaran HAM yang berbahaya dan mengancam nyawa manusia.
Jenis-jenis pelanggaran HAM berat meliputi kejahatan genosida dan kejahatan kemanusian.
Penanganan kasus pelanggaran HAM berat di Indonesia di atur dalam Undang-Undang RI Nomor 26
tahun 2000 tentang Pengadilan HAM.
b. Pelanggaran HAM ringan, yaitu pelanggaran HAM yang tidak mengancam keselamatan jiwa
manusia, akan tetapi dapat berbahaya jika tidak segera ditanggulangi. Misalnya, kelalaian dalam
pemberian pelayanan kesehatan, pencemaran lingkungan yang disengaja dan sebagainya.
Pembentukan produk hukum yang mengatur tentang HAM sebagai Penjabaran UUD 1945
Pembentukan produk hukum yang mengatur mengenai hak asasi manusia (HAM) dimaksud untuk
menjamin kepastian hukum dalam proses penegakan HAM. Selain itu produk hukum tersebut
memberikan arahan bagi pelaksanaan proses penegakan HAM. Adapun produk hukum yang dibentuk
untuk mengatur masalah HAM adalah:
a. Pada amandemen kedua Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah
ditetapkan satu bab tambahan dalam batang tubuh yaitu bab X A yang berisi mengenai hak asasi
manusia, melengkapi pasal-pasal yang lebih dahulu mengatur mengenai masalah HAM.
b. Dalam sidang istimewa MPR 1998 ditetap sebuah Ketetapan MPR mengenai hak asasi manusia yaitu
TAP MPR Nomor XVII/MPR/1998.
c. Ditetapkannya Piagam HAM Indonesia pada tahun 1998.
d. Diundangkannya Undang-Undang RI Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, yang diikuti
dengan dikeluarkannya PERPU Nomor 1 tahun 1999 tentang pengadilan HAM yang kemudian
ditetapakan menjadi sebuah undang-undang, yaitu Undang-Undang RI Nomor 26 tahun 2000 tentang
Pengadilan HAM.
e. Meratifikasi instrumen HAM internasional selama tidak bertentangan dengan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. hal ini diwujudkan dengan meratifikasi:
1) Convention Against Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment
menjadi Undang-Undang RI Nomor 5 tahun 1998 tentang Konvensi Menentang Penyiksaan dan
Perlakuan atau Penghukuman yang Kejam, Tidak Manusiawi, atau Merendahkan Martabat
Manusia.
2) International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights menjadi Undang-Undang RI
Nomor 12 tahun 2005 tentang Kovenan Internasional Hakhak Ekonomi, Sosial.dan Budaya
3) International Covenant on Civil and Political Rights menjadi Undang-Undang RI Nomor 11 tahun
2005 tentang Kovenan Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik.
Terbentuknya lembaga - lembaga independen yang menangani masalah HAM yang pembentukannya
diatur UU
Lembaga bentukan pemerintah yang bersifat independen dan tidak memihak yang pembentukan,
susunan, dan kedudukannya diatur dengan undang-undang yang khusus untuk menangani
permasalahan HAM antara lain adalah :
A. Pembentukan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM)
Komnas HAM dibentuk pada tanggal 7 Juni 1993 melalui Kepres Nomor 50 tahun 1993. keberadaan
Komnas HAM selanjutnya diatur dalam Undang-Undang RI Nomor 39 tahun1999 tentang Hak Asas
Manusia pasal 75 sampai dengan pasal 99. Selain ketentuan-ketentuan tersebut, tentu saja masih
ada produk hukum tentang HAM yang berlaku di Indonesia saat ini.
Komnas HAM merupakan lembaga negara mandiri setingkat lembaga negara lainnya yang berfungsi
sebagai lembaga pengkajian, penelitian, penyuluhan, pemantauan dan mediasi HAM. Komnas HAM
beranggotakan 35 orang yang dipilih oleh DPR berdasarkan usulan Komnas HAM dan diresmikan
oleh Presiden. Masa jabatan anggota Komnas HAM selama lima tahun dan dapat diangkat lagi
hanya untuk satu kali masa jabatan. Komnas HAM mempunyai wewenang sebagai berikut:
1) melakukan perdamaian pada kedua belah pihak yang bermasalah
2) menyelesaikan masalah secara konsultasi maupun negosiasi
3) menyampaikan rekomendasi atas suatu kasus pelanggaran hak asasi manusia kepada
pemerintah dan DPR untuk ditindak lanjuti.
4) memberi saran kepada pihak yang bermasalah untuk menyelesaikan sengketa di pengadilan.
Setiap warga negara yang merasa hak asasinya dilanggar boleh melakukan pengaduan kepada
Komnas HAM. Pengaduan tersebut harus disertai dengan alasan, baik secara tertulis maupun
lisan dan identitas pengadu yang benar.
B. Pembentukan Pengadilan HAM
Pengadilan HAM dibentuk berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 26 tahun 2000. Pengadilan HAM
adalah pengadilan khusus terhadap pelanggaran HAM berat yang diharapkan dapat melindungi hak
asasi manusia baik perseorangan maupun masyarakat dan menjadi dasar dalam penegakan,
kepastian hukum, keadilan dan perasaan aman, baik perseorangan maupun masyarakat.
Berdasarkan ketentuan Pasal 4 Undang-Undang RI Nomor 26 tahun 2000, Pengadilan HAM
bertugas dan berwenang memeriksa dan memutuskan perkara pelanggaran hak asasi manusia yang
berat. Di samping itu, berwenang memeriksa dan memutus perkara pelanggaran HAM yang
dilakukan oleh warga negara Indonesia dan terjadi di luar batas teritorial wilayah Indonesia.
Adapun yang termasuk pelanggaran HAM berat yang diatur dalam Pasal 7 sampai 9 Undang-
Undang RI Nomor 26 tahun 2000 meliputi:
a. Kejahatan genosida, yaitu setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok
etnis, atau kelompok agama dengan cara membunuh anggota kelompok, mengakibatkan
penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota kelompok, menciptakan kondisi
kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan kemusnahan secara fisik baik seluruh atau
sebagiannya, dan memaksakan tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam kelompok
atau memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu kepada kelompok yang lain.
b. Kejahatan kemanusiaan, yaitu satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang
meluas atau sistemik, yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung
kepada penduduk sipil. Kejahatan kemanusian berbentuk pembunuhan, pemusnahan,
penyiksaan, perbudakan, pengusiran, perampasan kemerdekaan yang melanggara hukum
internasional dan sebagainya. Selain itu berbagai lembaga indipenden yang bentuk oleh
pemerintah untuk mengatasi permasalahan khusus di bidang anak, perempuan atau kasus
khusus lainnya seperti Komisi Perlindungan Anak Indonesia, disingkat KPAI, adalah lembaga
independen Indonesia yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak dalam rangka meningkatkan efektifitas penyelenggaraan
perlindungan anak. Keputusan Presiden Nomor 95/M/2004 merupakan dasar hukum
pembentukan lembaga ini; Demikian juga, Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan,
Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi dan lain lain.
C. Terbentuknya Lembaga Swadaya Masyarakat
yang menangani HAM Selain peraturan perundangan dan lembaga independen yang
pembentukannya melibatkan pemerintah, ada pula lembaga swadaya masyarakat yang lahir dan
berdirinya bersifat bottom up. Lembaga tersebut antara lain:
Kontras (Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan),
YLBHI (Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia),
PBHI (Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Indonesia), dan
Elsam (Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat), BKBH (Biro Konsultasi Bantuan Hukum) Perguruan
Tinggi, dan lain-lain.
Indikator
83. Diberikan sebuah informasi peserta didik dapat mengevaluasi penyebab problema yang dihadapi
masyarakat multikultur (prasangka, stereotipe, etnosentrisme, rasisme, diskriminasi)
Materi
Makna penting persatuan dan kesatuan dalam masyarakat multikultur
Sub Materi
Pentingnya persatuan dan kesatuan dalam masyarakat multikultur

Problem Penyakit Budaya: Prasangka, Stereotipe, Etnosentrisme, Rasisme, Diskriminasi,


dan Scape Goating (kambing Hitam)

Konflik bukan untuk di musuhi, tetapi di kelola secara arif dan bijaksana. Masing-masing
individu yang terlibat dalam komplik perlu menjernihkan pikiran dan hati dari prasangka,
stereotipe, etnosentrisme, rasisme, diskriminasi, dan scape goating (kambing hitam) terhadap
pihak lain. Karena pemahaman terhadap adanya penyakit budaya tersebut merupalan kunci
utama dalam proses resolusi dan manajemen konflik. Negara ini membutuhkan solusi yang
memuaskan dalam menghadapi ancaman konflik dan separatism di daerah-daerah yang lebih
sering di sebabkan oleh tumbuh berkembangnya berbagai penyakit budaya seperti berikut ini:

1. Prasangka

Johnson (1986) mengatakan prasangka adalah sikap positif atau negatif berdasarkan keyakinan
stereotipe kita tentang anggota dari kelompok tertentu. Prasangka meliputi keyakinan untuk
menggambarkan jenis pembedaan terhadap orang lain sesuai dengan peringkat nilai yang kita
berikan.

Menurut johnson (1981) prasangka adalah sikap intipati berlandaskan pada cara
menggeneralisasi yang salah dan tidak fleksibel. Prasangka merupakan sikap negatif yang
diarahkan kepada seseorang atas dasar perbandingan dengan kelompoknya sendiri.

Jadi prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan bagi kegiatan komunikasi karena
orang yang berprasangka sudah bersikap curiga dan menentang komunikator yang melancarkan
komunikasi. Sekarang pengertian prasangka lebih diarahkan pada pandangan emosional dan
negatif terhadap sesorang atau sekolompok orang dibandingkan dengan kelompok sendiri.

Dari beberapa pengertian yang dikemukakan di atas maka dapat kita simpulkan bahwa prasangka
merupakan sikap, pengertian, keyakinan dan bukan tindakan. Jadi prasangka tetap ada dipikiran,
sedangka diskriminasi mengarah ke tindakan sistematis. Kalau prasangka berubah menjadi
tindakan nyata maka pasangka berubah menjadi diskriminasi yaitu tindakan menyingkirkan
status dan peranan seseorang dari hubungan, pergaulan, dan komunikasi antar manusia. Secara
umum kita dapat melihat prasangka mengandung tipe afektif (berkaitan dengan perasaan
negatif), kognitif (selalu berpkir sesuatu stereotipe), dan konasi (kecenderungan berperilaku
diskriminatif).

Prasangka didasarkan atas sebab-sebab seperti :

 Generalisasi yang keliru pada perasaan


 Stereotipe antar etnik
 Kesadaran “in group” dan “out group” yaitu kesadaran akan ras “mereka”
sebagai kelompok lain yang berbeda latar belakang kebudayaan dengan “ kami”.

2. Sterotipe

Stereotipe merupakan salah satu bentuk prasangka antar etnik/ras. Orang cenderung membuat
kategori atas tampilan karakteristik perilaku orang lain berdasarkan kategori ras, jenis kelamin,
kebangsaan, dan tampilan komunikasi verbal maupun non verbal selain itu juga,
merupakan salah satu bentuk utama prasangka yang menunjukan perbedaan “kami” yang selalu
dikaitkan dengan superioritas kelompok “kami” dan cenderung mengevaluasi orang lain yng
dipandang inferior “mereka”.
Stereotipe adalah pemberian sifat tertentu terhadap sesorang berdasarkan kategori yang bersifat
subjektif hanya karena dia berasal dari kelompok lain. Pemberian sifat tersebut bisa positif
maupun negatif.

Vedeber (1986) menyatakan bahwa stereotipe adalah sikap juga karakter yang dimiliki sesorang
dalam menilai karakteristik, sifat negatif, maupun positif orang lain, hanya berdasarkan
keanggotaan orang itu pada kelompok tertentu.

Allan G. Johson (1986) stereotipe adalah keyakinan sesorang dalam menggeneralisasikan sifat-
sifat tertentu yang cenderung negatif tentang orang lain karena dipengaruhi oleh pengetahuan
dan pengalaman tertentu. Keyakinan ini menimbukan penilaian yang cenderung negatif bahkan
merendahkan orang lain. Ada kecenderungan memberikan “label” atau cap tertentu pada
kelompok tertentu dan yang termasuk problem yang perlu diatasi adalah stereotipe yang negatif
atau merendahkan kelompok lain.

Di dalam menghadapi fenomena budaya yang ada di tanah air ini, kita perlu memberi informasi
yang benar tentang berbagi hal yang berkaitan dengan ras, suku, agama, dan antar agama.
Seringkali, keberadaan individu dalam suatu kelompok telah dikategorisasi.

Miles Hewstone dan Rupert Brown (1986) mengemukakan tiga aspek esensial dari stereotipe
yaitu;

a) Karakter atau sifat tertentu yang berkaitan dengan perilaku, kebiasaan berperilaku, gender dan
etnis. Misalnya, wanita periang itu suka bersolek.
b) Bentuk atau sifat perilaku turun menurun sehingga seolah-olah melekat pada semua anggota
kelompok. Misalnya, oran ambon itu keras.
c) Penggeneralisasian karakteristik, ciri khas, kebiasaan, perilaku kelompik kepada individu
yang menjadi anggota kelompok tersebut.

Tajfel (1981) membedakan bentuk atau jenis stereotipe yaitu :

1) Stereotipe individu adalah generalisasi yang dilakukan oleh individu dengan menggeneralisasi
karakteristik orang lain dengan ukuran luas dan jarak tertentu melalui proses kategori yang
bersifat kognitif (berdasarkan penglaman individu).
2) Stereotipe sosial terjadi jika stereotipe itu menjadi evaluasi kelompok tertentu, telah menyebar
dan meluas pada kelompok sosial lain.

Stereotipe itu bersifat unik dan berdasarkan pengalaman individu, namun kadang merupakan
hasil pengalam dan pergaulan dengan orang lain maupun dengan anggota kelompok itu sendiri.
Adakah hubungan antara stereotipe dengan komunikasi

Hewstone dan Giles (1986) mengajukan empat kesimpulan tentang proses stereotipe :
a) Proses stereotipe merupakan hasil dari kecenderungan mengantisipasi atau mengharapkan
kualitas derajat hubungan tertentu antara anggota kelompok tentu berdasarkan sifat psikologis
yang dimliki.
b) Sumber dan sasaran informasi mempengaruhi proses informasi yang diterima atau yang
hendak dikirimkan. Stereotipe berpengaruh terhadap porses informasi individu.
c) Stereotipe menciptakan harapan pada anggota kelompok tertentu (in group) dan kelompok
lain (out group).
d) Stereotipe menghambat pola perilaku komunikasi kita dengan orang lain.

3. Entosentrisme

Etnosentrisme adalah kecenderungan untuk menetapkan semua norma dan nilai budaya orang
lain dengan standar budayanya sendiri. Etnosentrisme merupakan paham-paham yang pertama
kali diperkenalkan oleh William Graham Sumner (1906), seorang antropolog yang beraliran
interaksionisme. Berpandangan bahwa manusia pada dasarnya individualistis yang cenderung
mementingkan diri sendiri, namun karena harus berhubungan dengan manusia lain, maka
terbentuklah sifat antagonistik. Supaya pertentangan itu dapat dicegah maka perlu ada folkways
(adat kebiasaan) yang bersumber pada pola-pola tertentu. Mereka yang memiliki folkways yang
sama cenderung berkelompok dalam satu kelompok yang disebut etnis.

Sebab-sebab Munculnya Etnosentrisme di Indonesia. Salah satu faktor yang mendasar yang
menjadi penyebab munculnya etnosentrisme di Bangsa ini adalah budaya politik masyarakat
yang cenderung tradisional dan tidak rasionalis. Budaya politik masyarakat kita masih tergolong
budaya politik subjektif Ikatan emosional –dan juga ikatan-ikatan primordial- masih cenderung
menguasai masyarakat kita. Masyarakat kita terlibat dalam dunia politik dalam kerangka
kepentingan mereka yang masih mementingkan suku, etnis, agama dan lain-lain. Aspek kognitif
dan partisipatif masih jauh dari masyarakat kita.

Salah satu faktor yang juga menjadi penyebab munculnya masalah etnosentrisme adalah
pluralitas Bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang terdiri dari berbagai
suku, agama, ras dan golongan. Pluralitas masyarakat Indonesia ini tentu melahirkan berbagai
persoalan. Setiap suku, agama, ras dan golongan berusaha untuk memperoleh kekuasaan dan
menguasai yang lain.Pertarungan kepentingan inilah yang sering memunculkan persoalan-
persoalan di daerah.

Contoh Etnosentrisme di Indonesia. Salah satu contoh etnosentrisme di Indonesia adalah perilaku
carok dalam masyarakat Madura. Menurut Latief Wiyata, carok adalah tindakan atau upaya
pembunuhan yang dilakukan oleh seorang laki-laki apabila harga dirinya merasa terusik. Secara
sepintas, konsep carok dianggap sebagai perilaku yang brutal dan tidak masuk akal. Hal itu
terjadi apabila konsep carok dinilai dengan pandangan kebudayaan kelompok masyarakat lain
yang beranggapan bahwa menyelesaikan masalah dengan menggunakan kekerasan dianggap
tidak masuk akal dan tidak manusiawi. Namun, bagi masyarakat Madura, harga diri merupakan
konsep yang sakral dan harus selalu dijunjung tinggi dalam masyarakat. Oleh karena itu, terjadi
perbedaan penafsiran mengenai masalah carok antara masyarakat Madura dan kelompok
masyarakat lainnya karena tidak adanya pemahaman atas konteks sosial budaya terjadinya
perilaku carok tersebut dalam masyarakat Madura. Contoh etnosentrisme dalam menilai secara
negatif konteks sosial budaya terjadinya perilaku carok dalam masyarakat Madura tersebut telah
banyak ditentang oleh para ahli ilmu sosial.

4. Rasisme

Kata ras berasal dari bahasa prancis dan itali “razza” pertama kali istilah ras dikenalkan Franqois
Bernier, antropolog perancis, untuk mengemukakan gagasan tentang perbedaan manusia
berdasarkan kategori atau karakteristik warna kulit dan bentuk wajah. Setelah itu, orang lalu
menetapkan hirarki manusia berdasarkan karakteristik fisik atas orang eropa berkulit putih yang
diasumsikan sebagai warga masyarakat kelas atas berlawanan dengan orang afrika yang berkulit
hitam sebagai warga kelas dua.

Ras sebagai konsep secara ilmiah digunakan bagi “penggolongan manusia” oleh Bufon,
anthorpolog perancis, untuk menerangkan penduduk berdasarkan pembedaan biologis sebagai
parameter. Pada abad 19, para ahli biologis membuat klasifikasi ras atas tiga kelompok, yaitu
kaukasoid, negroid dan mongoloid. Hasil penilitian menunjukan bahawa tidak ada ras yang
benar-benar murni lagi. Secara biologis, konsep ras selalu dikaitkan dengan pemberian
karakteristik seseorang atau sekelompok orang ke dalam satu kelompok tertentu yang secara
genetik memiliki kesamaan fisik seperti warna kulit, mata, rambut, hidung, atau potongan wajah.
Pembedaan seperti itu hanya mewakili faktor tampilan luar.

Karena tidak ada ras yang benar-benar murni, maka konsep tentang ras seringkali merupakan
kategori yang bersifat non- biologis. Ras hanya merupakan konstruksi ideologi yang
menggambarkan gagasan rasis.

Secara kultur Carus menghubungkan ciri ras dengan kondisi kultur. Ada empat jenis ras yaitu :
afrika, mongol, dan amerika yang berturut-turut mencerminkan siang hari (terang), malam hari
(gelap), cerah pagi (kuning), dan sore (senja) yang merah.

Namun konsep ras yang kita kenal lebih mengarah pada konsep kultur dan merupakan kategori
sosial, bukan biologis. Montagu, membedakan antara “ide sosial dari ras” dan “ide biologis dari
ras”. Definisi sosial berkaitan dengan fisik dan perilaku sosial.

5. Diskriminasi

Diskriminasi adalah perilaku menerima atau menolak seseorang semata-mata berdasarkan


keanggotaannya dalam kelompok (Sears, Freedman & Peplau,1999). Misalnya banyak
perusahaan yang menolak mempekerjakan karyawan dari etnik tertentu. Diskriminasi bisa terjadi
tanpa adanya prasangka dan sebaliknya seseorang yang berprasangka juga belum tentu akan
mendiskriminasikan (Duffy & Wong, 1996). Akan tetapi selalu terjadi kecenderungan kuat
prasangka melahirkan diskriminasi. Prasangka menjadi sebab diskriminasi manakala digunakan
sebagai rasionalisasi diskriminasi. Artinya prasangka yang dimiliki terhadap kelompok tertentu
menjadi alasan untuk mendiskriminasikan kelompok tersebut.

Prasangka menunjukkan pada aspek sikap sedangkan diskriminasi pada tindakan. Dengan
demikian diskriminatif merupakan tindakan yang relaistis, sedangkan prsangka tidak realistis dan
hanya diketahui oleh diri individu masing-masing. Diskriminasi menunjukkan pada suatu
tindakan. Dalam pergaulan sehari-hari sikap prasangka dan diskriminasi seolah-olah menyatu,
tak dapat dipisahkan.Seseorang yang mempunyai prasangka rasial, biasanya bertindak
diskriminasi terhadap ras yang diprasangkainya.

Demikian juga sebaliknya seseorang yang berprasangka dapat saja bertindak tidak diskriminatif.
Diskriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam masyarakat manusia, ini
disebabkan karena kecenderungan manusian untuk membeda-bedakan yang lain.

Sedangkan diskriminasi menurut Theodorson & Theodorson, diskriminasi adalah ketidak


seimbangan atau ketidak adilan yang ditujukan oleh orang atau kelompok lain yang biasanya
bersifat kategorikal, atau atribut-atribut khas, seperti berdasarkan ras, kesuku bangsaan, agama,
atau keanggotaan kelas-kelas sosial. Diskriminasi bersifat aktif dari prasangka yang bersifat
negatif (negative prejudice) terhadap seorang individu atau suatu kelompok.

Jika prasangka mencakup sikap dan keyakinan, maka diskriminasi mengarah pada tindakan.
Tindakan diskriminasi biasanya dilakukan oleh orang yang memiliki prasangka kuat akibat
tekanan tertentu, misalnya tekanan budaya, adat istiadat, kebiasaan atau hukum. Antara
prasangka dan diskriminasi ada hubungan yang saling menguatkan, selama ada prasangka,
disana ada diskriminasi. Jika prasangka dipandang sebagai keyakinan atau ideologi, maka
diskriminasi adalah terapan keyakinan atau ideologi. Jadi diskriminasi merupakan tindakan yang
membeda-bedakan dan kurang bersahabat dari kelompok dominan terhadap kelompok
subordinasi.

6. Scapegoating

Teori kambing hitam mengemukakan kalau individu tidak bisa menerima perlakuan tertentu
yang tidak adil, maka perlakuan itu dapat ditanggungkan kepada orang lain. Ketika terjadi
depresi ekonomi di jerman, Hitler mengkambing hitamkan orang yahudi sebagai penyebab
rusaknya sistim politik dan ekonomi di negara itu. Ada satu pabrik di auscwitz, polandia yang
digunakan untuk membantai hampir 1,5 juta orang yahudi. Tua muda, besar kecil laki-laki dan
perempuan dikumpulkan. Kepala digunduli dan rambut yang dikumpulkan mencapai hampir 1,5
ton. Rambut yang terkumpul itu akan dikirimkan ke jerman untuk dibuat kain. Richard
Chamberlain berteori bahwa bangsa aria adalah bangsa yang besar dan mulia yang mempunyai
misi suci untuk membudayakan umat manusia. Bangsa aria (jerman) ini merasa bahwa
kekacauan ekonomi dan politik di jerman disebabkan oleh bagsa yahudi.

Indikator
84. Diberikan sebuah contoh kasus peserta didik dapat mengevaluasi penerapan berbagai macam
norma di masyarakat
Materi
Konsep Nilai, norma, moral, dan hukum
Sub Materi
Konsep Nilai, norma, moral, dan hukum
MORAL

Moral merupakan pengetahuan yang menyangkut budi pekerti manusia yang beradab. Moral juga
berarti ajaran yang baik dan buruk perbuatan dan kelakuan (akhlak). Moralisasi, berarti uraian
(pandangan, ajaran) tentang perbuatan dan kelakuan yang baik. Demoralisasi, berarti kerusakan moral.

Dalam bahasa sehari-hari, yang dimaksud dengan kesusilaan bukan mores, tetapi petunjuk-petunjuk
untuk kehidupan sopan santun dan tidak cabul. Jadi, moral adalah aturan kesusilaan, yang meliputi
semua norma kelakuan, perbuatan tingkah laku yang baik. Kata susila berasal dari bahasa
Sansekerta, su artinya “lebih baik”, sila berarti “dasar-dasar”, prinsip-prinsip atau peraturan-peraturan
hidup. Jadi susila berarti peraturan-peraturan hidup yang lebih baik.

Pengertian moral dibedakan dengan pengertian kelaziman, meskipun dalam praktek kehidupan sehari-
hari kedua pengertian itu tidak jelas batas-batasnya. Kelaziman adalah kebiasaan yang baik tanpa pikiran
panjang dianggap baik, layak, sopan santun, tata krama, dsb. Jadi, kelaziman itu merupakan norma-
norma yang diikuti tanpa berpikir panjang dianggap baik, yang berdasarkan kebiasaan atau tradisi.

Moral juga dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

1. Moral murni, yaitu moral yang terdapat pada setiap manusia, sebagai suatu pengejawantahan dari
pancaran Ilahi. Moral murni disebut juga hati nurani.
2. Moral terapan, adalah moral yang didapat dari ajaran pelbagai ajaran filosofis, agama, adat, yang
menguasai pemutaran manusia.

Anda mungkin juga menyukai