1. Authoritarian (Otoriter):
Gaya kepemimpinan ini ditandai oleh kontrol yang kuat oleh pemimpin. Pemimpin dalam gaya ini
mengambil keputusan sendiri dan memberikan sedikit keterlibatan anggota kelompok dalam proses
pengambilan keputusan. Komunikasi biasanya satu arah, dari pemimpin ke anggota kelompok.
2. Bureaucratic (Birokratis):
Gaya kepemimpinan ini mengikuti aturan dan prosedur yang telah ditetapkan secara ketat. Pemimpin
dalam gaya ini fokus pada administrasi dan pemenuhan tugas sesuai dengan regulasi. Keputusan
seringkali dibuat berdasarkan peraturan dan bukan kebijaksanaan pribadi.
3. Diplomatic (Diplomatis):
Gaya kepemimpinan ini mementingkan konsensus dan kerjasama dalam kelompok. Pemimpin dalam
gaya ini cenderung untuk memediasi konflik, mempromosikan dialog, dan mencari solusi yang diterima
bersama oleh anggota kelompok.
4. Democratic (Demokratis):
Gaya kepemimpinan ini melibatkan anggota kelompok dalam proses pengambilan keputusan.
Pemimpin dalam gaya ini mendengarkan pendapat dan ide anggota kelompok, dan keputusan diambil
secara bersama-sama. Ini mendorong partisipasi aktif dari anggota kelompok.
Gaya kepemimpinan ini melibatkan sedikit kontrol atau intervensi dari pemimpin. Pemimpin dalam
gaya ini memberikan kebebasan yang besar kepada anggota kelompok untuk mengatur diri mereka
sendiri dan membuat keputusan. Ini memungkinkan kreativitas dan otonomi anggota kelompok.
Teori ini dikemukakan oleh Leon Festinger dan mengatakan bahwa individu cenderung
membandingkan diri mereka dengan orang lain untuk menilai diri mereka sendiri. Perbandingan sosial
ini dapat memengaruhi persepsi diri, harga diri, dan perilaku individu.
Teori ini menyatakan bahwa kelompok memiliki "kepribadian" unik yang memengaruhi perilaku
anggotanya. Kepribadian kelompok ini muncul dari interaksi dan dinamika dalam kelompok tersebut.
Teori ini menekankan pentingnya percakapan dalam kelompok. Percakapan ini memfasilitasi
pertukaran gagasan dan pemecahan masalah. Kelompok yang efektif memiliki komunikasi yang baik.
Teori ini berfokus pada pertukaran yang terjadi dalam hubungan sosial. Individu cenderung mencari
pertukaran yang menguntungkan dan menghindari yang merugikan dalam interaksi sosial mereka.
Teori ini menggunakan alat seperti sosiogram untuk menganalisis hubungan interpersonal dalam
kelompok. Ini membantu dalam memahami dinamika sosial, identifikasi peran sosial, dan mengukur
popularitas atau isolasi dalam kelompok.