Anda di halaman 1dari 9

Peran Hakim Menuju Modernisasi Peradilan Indonesia

Berbasis Elektronik (E-Litigasi)

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas

Mata Pelajaran PPKN

Disusun Oleh :

Awdrisva

Franciska

Gracia Laura Elyzabeth

Grace

Haris Handika

Obed

Rizki Pandapotan S

YAYASAN PENDIDIKAN CINTA BUDAYA/ CHONGWEN

SMA SWASTA CINTA BUDAYA/ CHONGWEN

DELI SERDANG

2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur tim penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul, “Peran Hakim Menuju Modernisasi
Peradilan Indonesia Berbasis Elektronik (E-Litigasi)” dapat kami selesaikan dengan baik. Tim
penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca dan
dapat mengetahui lebih lanjut tentang krisis air. Begitu pula atas limpahan kesehatan dan
kesempatan yang Tuhan karuniai kepada kami sehingga makalah ini dapat kami susun melalui
beberapa sumber yakni melalui kajian pustaka maupun melalui media internet.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini. Kepada kedua
orang tua kami yang telah memberikan banyak kontribusi bagi kami, guru Bahasa Indonesia
kami, Bapak Basuki Rachmat Sinaga dan juga kepada teman-teman seperjuangan yang
membantu kami dalam berbagai hal. Harapan kami, informasi dan materi yang terdapat dalam
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, atau pun
adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, kami mohon maaf. Tim
penulis menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar bisa membuat karya
makalah yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.

Deli Serdang, Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Makna Profesionalisme dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah mutu, kualitas,
dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang yang profesional.
Profesionalisme secara umum ditentukan dan dipengaruhi oleh kemampuan seseorang dalam
melakukan suatu pekerjaan. Profesionalisme lembaga peradilan seacara khusus tidak akan
terlaksana secara optimal tanpa adanya kesiapan Aparatur Sipil Negara (ASN) yang
profesional untuk melaksanakan tugasnya dalam tugas dan fungsinya dalam melayani
masyarakat pencari keadilan. Salah satu Aparatur Sipil Negara (ASN) yang menjadi ujung
tombak profesionalisme dan modernisasi lembaga peradilan.
Momen Hari jadi Mahkamah Agung yang Ke-74 menjadi sebuah penanda dimulainya
lonjakan dan lompatan besar implementasi modernisasi lembaga peradilan di Indonesia,
yakni dengan dilaunchingnya sistem peradilan secara elektronik (e-litigasi). Peluncuran
kebijakan tersebut dilakukan dalam suatu acara bertajuk Harmoni Agung untuk Indonesia
pada tanggal 19 Agustus 2019 di Balairung Mahkamah Agung. Persidangan secara elektronik
ini secara legal formil diatur dalam Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2019
tentang Administrasi Perkara dan Persidangan di Pengadilan Secara Elektronik di
Pengadilan.
Kehadiran layanan e-litigation menjadi tanda dimulainya era baru peradilan modern
di Indonesia. selain transformasi yang dilakukan oleh MA dengan memanfaatkan teknologi
digital ini merupakan upaya untuk melakukan reformasi di dunia peradilan Indonesia (justice
reform), juga memberikan kemudahan kepada masyarakat, kini masyarakat/kuasa hukum
tidak perlu repot-repot harus datang ke kantor Pengadilan. Dengan mensinergikan teknologi
informasi (TI) dan hukum acara (IT for judiciary), maka reformasi peradilan dalam rangka
mewujudkan peradilan yang agung sekaligus unggul menjadi suatu keniscayaan. Sebab, salah
satu ciri dari peradilan yang unggul (court excellent) ialah adanya akses transparansi dan
akuntabilitas kepada masyarakat, khususnya kepada para pencari keadilan.
Oleh karena begitu pentingnya peran hakim dalam rangka modernisasi peradilan
indonesia berbasis elektronik (e-litigasi).
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka terdapat beberapa permasalahan
yang dapat diangkat sebagai berikut :

a) Apa Tugas Pokok dan Fungsi Hakim sebagai aparat kekuasaan Kehakiman?
b) Apa Peran Hakim dalam modernisasi system peradilan indonesia berbasis elektronik (e-
litigasi)?

C. Tujuan Penulisan

1. membahas tugas pokok dan fungsi hakim sebagai aparat kekuasaan kehakiman
2. peran hakim dalam modernisasi sistem peradilan Indonesia berbasis elektronik (e-
litigasi).

3. tantangan yang dihadapi oleh hakim dalam menghadapi era digital khususnya di
Pengadilan Agama.
B. PEMBAHASAN
Peranan hakim sebagai aparat kekuasaan kehakiman pasca Undang Undang nomor 7 tahun 1989
tentang Peradilan Agama, pada prinsipnya tugas Hakim adalah melaksanakan fungsi peradilan
sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku. Dalam menjalankan fungsi peradilan ini tugas
hakim menegakkan hukum dan keadilan. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam menjatuhkan
putusan Hakim harus memperhatikan tiga hal yang sangat esensial, yaitu keadilan
(gerechtigheit), kemanfaatan (zwachmatigheit) dan kepastian (rechsecherheit).[5] Sebagaimana
pendapat Sudikno Mertokusumo, ketiga asas tersebut harus dilaksanakan secara kompromi, yaitu
dengan cara menerapkan ketiga-tiganya secara berimbang atau proposional.[6] Sehingga putusan
tidak menimbulkan kekacauan atau keresahan bagi masyarakat, terutama bagi pencari keadilan.
Hakim sebagai organ utama dalam suatu pengadilan dan sebagai pelaksana kekuasaan
kehakiman yang dianggap memahami hukum untuk dapat menerimam, memeriksa, dan
mengadili suatu perkara, sesuai dengan pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 48 tahun 2009
tentang Kekuasaan Kehakiman, sehingga dengan demikian wajib hukumnya bagi Hakim untuk
dapat menemukan hukum, baik melalui hukum tertulis maupun tidak tertulis untuk memutuskan
suatu perkara berdasarkan hukum sebagai seorang yang bijaksana dan bertanggung jawab.[7]
Sealain tugas dan fungsi pokok di atas Hakim mempunyai peran dan kewajiban di dalam
mengawal dan turut melaksanakan arah kebijakan pimpinan dan aparatur di lingkungan
Mahkamah Agung dan Badan Peradilan di bawahnya dalam menjawab arah perkembangan era
digital 4.0., tentu dalam menjalankan peran dan kewajiban ini harus dilaksanakan secara
professional.
Profesionalisme Hakim dalam menjalankan peran dan kewajiban diukur dari segi kecepatannya
dalam menjalankan fungsi dan mengacu kepada prosedur yang telah disederhanakan. Menurut
pendapat tersebut, konsep profesionalisme dalam diri Hakim dapat dilihat dari segi:

1. Kreatifitas (creativity).
2. Inovasi (innovasi),
3. Responsifitas (responsivity).
Secara khsusus penulis akan mencoba merinci peran Hakim dalam menuju modernisasi peradilan
indonesia berbasis elektronik (e-litigasi) sebagai berikut:
Hakim Harus Turut Serta Berberan Aktif Membangun Sistem Peradilan 4.0
Sebagai negara hukum, Indonesia (Mahkamah Agung) kini telah mencoba membangun sebuah
system peradilan berbasis digital 4.0., yang mana dalam pokonya pengembangan system hukum
ini mendukung dan mengakomodi kemajuan teknologi informasi. Adapun sasaran pembangunan
system hukum ini adalah adanya sistem informasi dan komunikasi hukum yang baik, serta
memudahkan masyarakt pencari keadilan dalam menyelesaikan setiap kebutuhan dan
problematikanya.
Dalam zaman milenial ini, sepengetahuan penulis banyak Hakim maupun Calon Hakim yang
ternyata memiliki/menguasai kemampuan atau kompetensi di Bidang Teknologi (Tidak hanya
ahli dalam teknis peradilana saja). Mereke-meraka inilah yang saat ini turut membantu
pengembangan teknologi informasi di Satuan Kerja Masing-masing.
Hakim Harus Rensponsive dengan selalu berkembangnya teknologi informasi di
Lingkungan Peradilan (SIPP, e-court dan e-litigasi, dsb)
Dalam perkembangannya, teknologi informasi dalam system peradilan di Indonesia dapat
berubah dalam hitungan bulan, hitungan hari, atau bahkan hitungan jam. Up date Update terbaru
selalu diberikan dalam rangka meningkatkan user experience bagi para pencari keadilan.
Dengana adanya perubahan-perubahan yang begitu cepat ini tentu harus diimbangi dengan
adanya Rensponsivitas aparat Pengadilan, terutama Hakim yang notabenenya merupakan ujung
tombak lembaga peradilan.
SIPP (Sistem Informasi Penelusuran Perkara) adalah aplikasi berbasis web yang diperuntukan
dalam administrasi dan penelusuran terhadap data perkara dalam setiap jenjang Peradilan.
Layanan informasi berbasis teknologi ini berupa pencatatan informasi lengkap berkenaan dengan
Perkara (Tahapan Perkara, Status Perkara, Biaya Perkara Jadwal Sidang, Statistik dan Riwayat
Perkara). Seluruh informasi dapat diakses oleh publik secara mudah dan realtime.
Hadirnya E-court yang kemudian menjadi pentu gerbang lahirnya sitem berperkara secara
elektronik (E-litigasi) bertujuan membangun budaya hukum digital. Inovasi-inovasi ini
merupakan tindak lanjut dari Peraturan Mahkamah Agung (Perma) Nomor 3 Tahun 2018
Tentang Administrasi Perkara Di Pengadilan Secara Eektronik. Dikeluarkannya Perma ini dalam
rangka merespon aspirasi masyarakat terkait modernisasi penyelenggaraan peradilan.
Menurut Sahram dalam tulisannya menggambarkan secara sederhana perbedaan antara E-court
dengan e-litigasi. E-court merupakan inovasi peradilan dari sistem manual ke sistem elektronik
hanya dalam bidang administrasi perkara saja, sedang E-litigasi adalah tindak lanjut dari e-court
hingga sampai pada tahap pemeriksaan perkara.
Hakim Harus Mampu Mendukung Setiap Kebijakan Pimpinan Masing-Masing
Pengadilan
Dalam praktik di Lapangan (Masing-masing Pengadilan), Ketua Pengadilan serta Unsur-Unsur
Pimpinan yang lain (Wakil Ketua, Panitera dan Sekretaris) menjadi Koordiantor dalam rangka
menerapkan arah Kebijakan Mahkamah Agung. 4 Pilar pimpinan tersebut memiliki tugas yang
sangat berat dalam menjalankan tugasnya tanpa adanya dukungan dari seluruh Aparatur
Pengadilan Agama.
Hakim, yang meskipun dalam struktur organisasi Pengadilan tidak mempertanggung jawabkan
tugas dan fungsinya kepada 4 Pilar pimpinan, karena memang pada dasarnya Hakim bersifat
Independent (mandiri). Meskipun demikian Hakim tetap mempunyai kewajiban untuk membantu
dan mensupport tercapainya modernisasi system lembaga peradilan di Indonesia. Hal ini sejalan
dengan arahan-arahan dari pimpinan Mahkamah Agung Republik Indonesia.
C.. PENUTUP

1. KESIMPULAN
Dari beberapa uraian paper dengan judul “Peran Hakim Menuju Modernisasi Peradilan
Indonesia Berbasis Elektronik (E-Litigasi)” di atas, penulis dapat mengambil beberapa
kesimpulan, antara lain:
a. Peranan hakim sebagai aparat kekuasaan kehakiman pasca Undang Undang nomor 7 tahun
1989 tentang Peradilan Agama, yang mana pada prinsipnya tugas Hakim adalah melaksanakan
fungsi peradilan sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku. Dalam menjalankan fungsi
peradilan ini tugas hakim menegakkan hukum dan keadilan. Sehubungan dengan hal tersebut,
dalam menjatuhkan putusan Hakim harus memperhatikan tiga hal yang sangat esensial, yaitu
keadilan (gerechtigheit), kemanfaatan (zwachmatigheit) dan kepastian (rechsecherheit).
b. Peran Hakim dalam menuju modernisasi peradilan indonesia berbasis elektronik (e-litigasi)
sebagai berikut:

 Hakim Harus Turut Serta Berberan Aktif Membangun Sistem Peradilan 4.0
 Hakim Harus Rensponsive dengan selalu berkembangnya teknologi informasi di
Lingkungan Peradilan (SIPP, e-court dan e-litigasi, dsb)
 Hakim Harus Mampu Mendukung Setiap Kebijakan Pimpinan Masing-Masing
Pengadilan

2. SARAN
3. Adanya follow up (tindak lanjut) terhadap paper ini, dengan harapan kedepannya akan
terus terjadi perbaikan-perbaikan, terutama di dalam meningkatkan peran Hakim dalam
Modernisasi Peradilan Indonesia Berbasis Elektronik (E-Litigasi) di Pengadilan Agama
Purwodadi, sehingga paper yang telah dibuat ini nantinya bisa benar-benar memberikan
manfaat dan tidak hanya menjadi sebuah wacana belaka;
4. Adanya penguatan Whole of Government (kerja sama) antara seluruh aparatur Pengadilan
Agama Purwodadi di dalam meningkatkan kualitas pelayanan peradilan, sehingga akan
tercapainya Profesionalisme Lembaga Peradilan di Pengadilan Agama;
DAFTAR PUSTAKA

Buku
Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Peradilan Agama, Jakarta:Kencana, 2012
Sudikno Mertokusumo dan A.Pilto, Bab-Bab Tentang Penemuan Hukum, Jakarta:Citra Adiya
Bakti, 1993
Ahmad Rifa’i, Penemuan Hukum oleh Hakim, Jakarta : Sinar grafika, 2010
Kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Artikel/ Jurnal
Dr. H Amran Suadi, S.H., M.Hum., M.M. “Peran Lembaga Penegak Hukum dalam Dinamika
Syariah dan Hukum di Era Digital”, Varia Pengadilan majalah hukum Tahun XXXIII No. 391
Juni 2018
Rio Satria, “Persidangan Secara Elektronik (E-Litigasi)”, Artikel Badilag. Hal 4.
Cetak Biru (Blue Print) Mahkamah Agung pembaruan peradilan 2010-2035
[1] Dr. H Amran Suadi, S.H., M.Hum., M.M. “Peran Lembaga Penegak Hukum dalam Dinamika
Syariah dan Hukum di Era Digital”, Varia Pengadilan majalah hukum Tahun XXXIII No. 391
Juni 2018. h. 7
[2] Kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI)
[3] Rio Satria, “Persidangan Secara Elektronik (E-Litigasi)”, Artikel Badilag. Hal 4.
[4] Cetak Biru (Blue Print) Mahkamah Agung pembaruan peradilan 2010-2035
[5] Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Peradilan Agama, (Jakarta:Kencana,
2012), h. 291.
[6] Sudikno Mertokusumo dan A.Pilto, Bab-Bab Tentang Penemuan Hukum (Jakarta:Citra
Adiya Bakti, 1993), h. 2.
[7] Ahmad Rifa’i, Penemuan Hukum oleh Hakim (Jakarta : Sinar grafika, 2010), h.26.

Anda mungkin juga menyukai