Anda di halaman 1dari 11

Laporan Hasil Observasi Rapat Paripurna DPRD Kota Makassar

Pada Senin, 7 November 2022

Wulandari

70200120017

Hasil Observasi :

DPRD merupakan Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah yang yang berkedudukan


sebagai unsur penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Sebagai representasi rakyat, DPRD
mempunyai salah satu tugas utama yakni Membahas dan memberikan persetujuan
rancangan peraturan daerah mengenai Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
yang diajukan oleh kepala daerah. Anggran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
merupakan rencana penerimaan dan pengeluaran keuangan Pemerintah Daerah selama
satu tahun yang telah ditetapkan oleh pemerintah Kota Makassar. Dalam Sidang Paripurna
DPRD Kota Makassar yang di gelar pada Senin 7 November 2022 membahas tentang
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) tahun 2023.

Walikota Makassar menetapkan rancangan anggaran dan pembelanjaan daerah


tahun2023 disusun berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2015
tentang pengeloaan dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 tahun 2020 tentang
kebutuhan teknis pengelolaan keuangan daerah tahun 2023. Rancangan APBD tahun
anggaran 2023 telah di susun secara adil dan bijaksana dengan meperpanjang skala
prioritas agar dapat dilaksanakan tepat sasaran, serta efektif dan juga efisien. Anggaran
pendapatan daerah kota makassar direncanakan sebesar 4,78 triliun lebih sedangkan
belanja daerah sebesar 5,66 triliun lebih. Rancangan anggaran pendapaatan belanja
daerah tahun 2023 sebesar 5,66 triliun lebih sedangkan tahun 2022 sebesar 4,99 triliun
lebih, hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan sebesar 14,19%.

Dalam rapat paripurna yang dilaksanakan DPRD Kota Makassar pada Seni 7 November
2023 dibahas mengenai rancangan APBD kota Makassar yang dimana di dalamnya
membahas mengenai APBD 2023 yang terbagi menjadi dua yakni bagian penerimaan dan
pengeluaran. Pada tahun 2023 rencana penerimaan anggaran APBD sebesar 892,003
triliun lebih sedangakan tahun 2022 sebesar 766,780 triliun lebih, hal ini berarti terjadi
peningkatan yang cukup tinggi sebesar 16,01%. Kemudian selanjutnya adalah rencana
pengeluaran APBD tahun 2023yang direncanakan sebesar 10 miliar lebih, sedangkan
untuk tahun 2022 sebesar 7,5 miliar lebih. Hal ini berarti terjadi peningkatan sebesar
33,33%.
Analisis Kebijakan Kesehatan PMIK

Wulandari

70200120017

a. Latar belakang mengapa Kebijakan kesehatan ini diambil ?

Perekam Medis dan Informasi Kesehatan (PMIK) merupakan salah satu jenis tenaga
kesehatan yang tersebar di setiap fasilitas kesehatan di Indonesia, baik klinik, puskesmas,
maupun rumah sakit.PMIK memfokuskan kegiatannya pada data pelayanan kesehatan dan
pengelolaan sumber informasi pelayanan kesehatan dengan menjabarkan sifat alami data,
struktur, dan menterjemahkannya ke
berbagai bentuk informasi demi kemajuan kesehatan dan pelayanan kesehatan
perorangan, pasien, dan masyarakat .Pada Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No.
55 Tahun 2013 pasal 13 menerangkan bahwa PMIK mempunyai kewenangan sesuai
dengan kualifikasi pendidikan mulai dari Ahli Madya Rekam Medis dan Informasi
Kesehatan, Sarjana Terapan Rekam Medis dan Informasi Kesehatan, hingga Sarjana Rekam
Medis dan Informasi Kesehatan, dan Magister Rekam Medis dan Informasi Kesehatan.
Peraturan yang telah disebutkan sebelumnya juga didukung dengan Permenristekdikti No.
257 Tahun 2017 tentang Nama Program Studi pada Perguruan Tinggi terdiri dari level
Diploma Tiga, Sarjana Terapan, dan Magister Manajemen Informasi Kesehatan. Untuk
mendukung pemberdayaan PMIK berdasarkan kualifikasi pendidikan maka dibentuk
peraturan pendukung yaitu Permenpan-RB Nomor 30 Tahun 2013 tentang jabatan
fungsional perekam medis dan angka kreditnya dan Permenkes 269 Tahun 2008 serta
keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tentang Standar Profesi Perekam Medis
dan Informasi Medis serta permenkes republic Indonesia Nomor 24 tahun 2022 Tentang
Rekam Medis
b. Analisis Konten ,Konteks dan Aktor kebijakan Kesehatan PMIK ?
 Konten

Jenjang jabatan fungsion Perekam Medis pada Pasal 6 dibedakan menjadi Perekam Medis
Terampil dan Perekam MedisAhli. Dalam pengangkatan jabatannya, dijelaskan pada Pasal
28 bahwa jabatan fungsional Perekam Medis Terampil harus memenuh syarat: a) berijazah
paling rendah Diploma III rekam medis informasi kesehatan, b) pangkat paling rendah
Pengatur, golongan II/c, memiliki Surat Tandar Registrasi (STR) Perekam Medis yang
masih berlaku, dan nilai prestasi kerja kurang bernilai baik dalam 1 (satu) tahunterakhir.
Sedangkan untuk jabatan fungsional Perekam Medis Ahli harus memenuhi syarat: a)
berijazah palingrendah Sarjana (S1) atau Sarjana Terapan Rekam Medis Informasi
Kesehatan, b) Memiliki Surat Tanda Registrasi (STR)Perekam Medis yang masih berlaku, c)
Pangkat paling rendah Penata Muda, golongan ruang III/a, dan nilai prestasi kerja paling
kurang bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir.Pada Pasal 31 dijelaskan bahwa untuk
meningkatkan kompetensi dan profesionalisme Perekam Medis yang akan naik jenjang
jabatan setingkat lebih tinggi,yang bersangkutan harus mengikuti dan lulus uji kompetensi.
Standar kompetensiPMIK yang telah ditetapkan PORMIKI antara lain: 1)Profesionalisme
yang luhur, 2) Mawas diri dan pengembangan diri, 3) Komunikasi efektif, 4) Manajemen
datakesehatan, 5) Pemanfaatan statistik kesehatan untuk riset biomedis dan manajemen
kualitas, 6) Manajemen organisasi dan kepemimpinan, dan 7) Pemanfaatan teknologi
informasi dalam pelayanan RMIK.Pasal 32 terkait formasi jabatan fungsional perekam
medis dijelaskan bahwa dalam pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Pusat dalam jabatan
fungsional Perekam Medis dilaksanakan sesuai dengan formasi jabatan fungsional Perekam
Medis yang ditetapkan oleh Menteri yang bertangung jawab di bidang pendayagunaan
aparatur negara setelah mendapat pertimbangan Kepala Badan KepegawaianNegara.
Sedangkan pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Daerah dalam jabatan fungsional Perekam
Medis dilaksanakan sesuai dengan formasi jabatan fungsional Perekam Medis yang
ditetapkan oleh Kepala Daerah masing-masing setelah mendapat persetujuan tertulis dari
Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara dan
memperoleh pertimbangan Kepala Bdan Kepegawaian Negara. Penetapan formasi jabatan
fungsional Perekam Medis didasarkan pada indikator, antara lain: a)Kelas atau tipe sarana
kesehatan, b) Jenis pelayanan kesehatan, c) Jumlah tempat tidur sarana kesehatan, d)
Jumlah kunjungan pasien, e) Jumlah klaim penggantian pembayaran, dan f) Jam
kerjapelayanan rekam medis dan informasi kesehatan 24 jam.Formasi jabatan fungsional
Perekam Medis untuk lingkungan Rumah Sakit Umum adalah: 1) Rumah Sakit Umum Kelas
A, terampil 70 (tujuh puluh) orang dan ahli 20 (dua puluh) orang, 2) Rumah Sakit Umum
Kelas B, terampil 45 (empat puluh lima) orang dan ahli 10 (sepuluh) orang, 3) Rumah Sakit
Umum Kelas C, terampil 30 (tiga puluh) orang) dan ahli 6 (enam) orang, 4) Rumah Sakit
Umum Kelas D, terampil 15 (lima belas orang) dan ahli 4 (empat orang). Untuk lingkungan
Rumah Sakit Khusus adalah: 1) Rumah Sakit Khusus Kelas A, terampil 40 (empat puluh)
orang) dan ahli 15 (lima belas) orang, 2) Rumah Sakit Khusus Kelas B, terampil 25 (dua
puluh lima) orang dan ahli 10 (sepuluh) orang, 3) Rumah Sakit Khusus Kelas C, terampil 20
(dua puluh) orang) dan ahli 5 (lima) orang. Untuk lingkungan balai sanatorium, terampil 10
(sepuluh) orang dan ahli 5 (lima) orang). Untuk lingkungan Puskesmas, terampil 5 (lima)
orang dan ahli 2 (dua) orang, Untuk lingkungan fasilitas kesehatan lainnya, terampil 2
(dua) orang dan ahli 1 (satu) orang.

 Konteks

Dalam teori sistem politik David Easton, pembentukan kebijakan tidak dapat
dipertimbangkan secara baik bila terpisah dari lingkungannya. Tuntutan-tuntutan
menyangkut tindakan-tindakan kebijakan timbul dari dalam lingkungan dan
ditransmisikan ke dalam sistem politik. Kebijakan publik dipandang sebagai tanggapan
dari suatu sistem politik terhadap tuntutan-tuntutan yang timbul dari lingkungan, yang
merupakan kondisi atau keadaan yang berada di luar batas-batas sistem politik. Kekuatan
yang timbul dari dalam lingkungan dan memengaruhi sistem politik dipandang sebagai
input bagi sistem politik. Lingkungan dapat terdiri dari lingkungan budaya, politik, kondisi
sosial dan ekonomi yang berpengaruh terhadap perumusan kebijakan publik(9).Budaya
merupakan warisan sosial yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya,
sehingga menjadiidentitas dari suatu komunitas. Budaya hanya merupakan salah satu saja
dari banyak faktor yang memengaruhi tindakan atau perilaku manusia. Tindakan manusia
akan memengaruhi perumusan kebijakan. Seperti halnya dalam perumusan Permenpan-RB
Nomor 30 Tahun 2013. Ada nilai budaya yang secara umum melekat dalam dunia
kesehatan di Indonesia. Masuknya teknologi menggeser budaya dalam pelayanan rekam
medis di Indoenesia. Era digitalisasi saat ini mengharuskan tenaga kesehatan
meninggalkan pengolahan data secara manual. Untuk memenuhi kompetensi tersebut
dibutuhkan capaian pembelajaran yang mendukung bukan hanya mempelajari pengelolaan
data rekam medis secara manual, tetapi juga secara ekeltronik. Perencanaan perekam
medis pun harus direncanakan secara matang, sehingga terjadi pemerataan kualitas tenaga
kesehatannya maupun pelayanan yang diberikan. Pada Permenpan-RB Nomor 30 Tahun
2013, formasi telah disesuaikan bedasarkan jenis fasilitas pelayanan kesehatan. Hal
selanjutnya yang dibutuhkan adalah mengenalkan lulusan Sarjana Terapan dan Sarjana
sebagai bentuk pengembangan karir dari Perekam Medis kepada fasilitas kesehatan
sehingga mereka dapat menyusun kebutuhan untuk Perekara Medis Ahli yang selama ini
masih belum banyak diketahui.Dari aspek sosial yang memengaruhi perumusan
Permenpan-RB Nomor 30 Tahun 2013 adalah adanya kebutuhan dari Perekam Medis
untuk peningkatan jenjang karirnya. Selama ini dalam peningkatan jenjang karir yang
diperlukan adalah dengan meningkatkan kualifikasi pendidikan.Dengan adanya program
Sarjana Terapan atau Sarjana, mempermudah Perekam Medis untuk meningkatkan jenjang
karir sesuai dengan kepakarannya.

 Pelaku

Aktor atau pelaku serta dalam proses pembentukan kebijakan dapat dibagi ke dalam dua
kelompok, yaitu para pemeran serta resmi dan para pemeran serta tidak resmi. Yang
termasuk ke dalam pemeran serta resmi adalah agen-agen pemerintah (birokrat), presiden
(eksekutif), legislatif, dan yudikatif. Mereka dikatakan aktor resmi karena mempunyai
kekuasaan yang secara sah diakui oleh konstitusi dan mengikat. Sedangkan, yang termasuk
dalam kelompok pemeran serta tidak resmi, yaitu pihak yang tidak memiliki wewenang
yang sah, meliputi kelompok-kelompok kepentingan, partai politik dan warga negara
individu.PORMIKI atau Perhimpunan Profesional Perekam Medis dan Informasi Kesehatan
Indonesia adalah organisasi profesi bagi tenaga dan peminat di bidang manajemen
informasi kesehatan di Indonesia. Tujuan PORMIKI yaitu: 1) Membantu meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan sistem kesehatan nasional dengan
membina dan mengembangkan sistem rekam medis dan informasi kesehatan, 2)
Mengembangkan ilmu rekam medis dan informasi kesehatan, dan 3) Memperjuangkan
kepentingan profesi dan para anggota (10). Sejalan dengan tujuan tersebut aktor yang
terlibat dalam merumuskan jenjang profesi serta tugas fungsional dari PMIK yang ada pada
Permenpan-RB Nomor 30 Tahun 2013.Selama ini jenjang profesi yang umum diketahui
oleh provider adalah lulusan D3 Rekam Medis, sehingga diperlukan pengenalan secara
mendalam kepada provider perbedaan tugas pokok dan fungsi dari PMIK lulusan D3
Rekam Medis, Sarjana Terapan Manajemen Informasi Kesehatan, dan Sarjana Manajemen
Informasi Kesehatan.Aktor selanjutnya adalah APTIRMIKI atau Asosiasi Perguruan Tinggi
Rekam Medis dan Manajemen Informasi Kesehatan indonesia. APTIRMIKI merupakan
wadah dari seluruh pengelola institus pendidikan rekam medis dan informasi kesehatan.
Dalam perencanaan PMIK di setiap fasilitas kesehatan, diperlukan institusi pendidikan
yang mengelola pengembangan pendidikan baik D3 maupun program lanjutannya.
Kurikulum yang dikembangkan harus menyesuaikan dengan Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia (KKNI) atau Indonesia Qualification Framework (IQF) Direktorat jenderal
Pendidikan Tinggi. Pada saat ini capaian pembelajaran yang telah dirumuskan dan
dipahami oleh semua institusi adalah untuk program D3, sementara capaian pembelajaran
untuk Sarjana Terapan dan Sarjana belum dirumuskan bersama. Hal ini mengakibatkan
belum cukup jelas kualifikasi apa yang akan menjadi pembeda antara Sarjana Terapan dan
Sarjana dibandingkan Diploma ketika di lapangan. Dalam hal ini, APTIRMIK membutuhkan
PORMIKI untuk menyamakan persepsi antara kebutuhan provider dan capaian
pembelajaran.Selanjutnya BKN atau Badan Kepegawaian Negara sebagai instansi yang
terlibat dalam pengadaan dan pengembangan karir kepegawaian pegawai negeri sipil
memiliki peran dalam pemerataan PMIK di setiap kelompoknya, baik terampil maupun
ahli. Selama ini formasi yang dibuka dalam pengadaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS)
yang banyak dibuka adalah jenjang D3 untuk perekam medis. Kurang terpaparnya provider
terhadap PMIK ahli menjadi hambatan dalam pengadaan PMIK ahli. Bukan hanya dalam
lingkup pemerintahan, provider non pemerintah pun belum banyak mengetahui adanya
lulusan Sarjana Terapan maupun Sarjana.Selain itu, terdapat pula peran ekekutif, legislatif,
dan yudikatof dalam perumusan pada Permenpan-RB Nomor 30 Tahun 2013. Peran
penting presiden dan para menterinya dalam proses pembentukan kebijakan, tidak perlu
disangsikan lagi. Sistem konstitusi Indonesia memberikan wewenang yang besar kepada
eksekutif untuk menjalankan pemerintahan. Lembaga yudikatif mempunyai peran dalam
kebijakan publik melalui pengujian kembali suatu undang-undang. Pada dasarnya, tinjauan
yudisial merupakan kekuasaan pengadilan untuk menentukan apakah tindakantindakan
yang diambil oleh cabang-cabang eksekutif maupun legislatif sesuai dengan konstitusi atau
tidak. Bila keputusankeputusan tersebut melawan atau bertentangan dengan konstitusi
negara, maka badan yudikatif ini berhak membatalkan atau menyatakan tidak sah terhadap
peraturan atau undang-undang yang telah ditetapkan. Tentu saja lembaga legislatif terlibat
dalam proses tawar menawar dalam perumusan peraturan ini.

c. Bagaimana peran swasta dalam kebijakan kesehatan PMIK ?

Peran swasta dalam kebijakan kesehatan PMIK ini adalah pihak swasta membantu
pemerintah dalam menciptakan lapangan kerja bagi PMIK. Sehingga , para lulusan PMIK
memiliki kesempatan untuk bekrja yang baik karena memiliki lapangan pekerjaan yang
cukup luas. Swasta jga berperan aktif dalam peningkatan layanan kesehatan terutama
dalam menciptakan good govermance yakni menciptakan lapangan pekerjaan dan
pendapatan yang baik bagi para petugas layanan kesehatan.

d. Bagaimana Implementasi kebijakan kesehatan PMIK ditingkatkan area


penerapan kebijakan tersebut ?

Implementasi Kebijakan Kesehatan PMIK saat ini masih memiliki beberapa kendala ketidak
akuratan data dan lamanya rekam medik keluar, karena masih ada rekam medis yang
belum dikelola secara elektronik. Hal ini disebabkan karena masih ada beberapa rumah
sakit yang melakukan pengelolaan berkas rekam medis secara manual karena keterbatasan
anggaran dan sumberdaya manusianya, tenaga teknis yang jauh lebih sedikit dibandingkan
pasien yang harus dilayani. Hal ini yang membuat implemetasi kebijakan PMIK menjadi
masih belum merata keseluruh daerah karena masih kurangnya tenaga PMIK yang
memiliki tingkat pendidikan yang baik dan sesuai kriteria yang seharusnya.
e. Evaluasi terhadap Implementasi kebijakan berdasarkan metode yang telah di
ajarkan termasuk masalah apa yang timbul pada penerapan kebijakan
tersebut

Perekam medis harus memberikan pelayanan sesuai dengan kompetensi, berdasarkan


pendidikan dan penellitian serta kewajiban memenuhi Standar Profesi Medis. Karena
dalam penerapannya masih terdapat banyak kendala membuat PMIK harus lebih berusaha
untuk lebih baik agar penerapannya bisa memberikan layanan terbaik kepada masyarakat.
hal ini dikarenakan seorang PMIK harus memfasilitasi dan mencerminkan integrase dan
koordinasi perawatan. PMIK juga merupakan sarana komunikasi antar profesi kesehatan
dalam memberikan layanan kesehatan kepada pasien sehingga dapat mencegah
pengulangan informasi dan membantu perawat dalam memanajemen waktunya.

Adapun masalah yang timbul akibat dari penerapan kebijakan ini adalah :

 Banyak tenaga PMIK yang akan menganggur karena belum memiliki jenjang
pendidikan yang menjadi standar kebijakan tersebut
 Karena banyak rekam medis yang masih manual membuat tenaga kesehatan
memerlukan waktu lama dalam proses pemutakhiran data sehigga akan
membuat pasien menunggu dalam waktu yang cukup lama. Hal ini tentu
menjadi keadaan yang kurang nyaman bagi pasien
 Penggunaan rekam medis secara manual masih menggunakan kertas
sehinggak data yang ada masih kurang mutakhir dan kertas dapat sobek
 Masih sulitnya pengimplementasian rekam medik secara elektronik oleh
PMIK
 Sering terjadi ketidaklengkapan isi rekam medik
 Tidak adanya sanksi tegas terhadap PMIK yang belum memenuhi standar
pendidikan sebagaimana yang tertera dalam kebijakan
 Masih kurangnya Tenaga PMIK disetiap rumah sakit
f. Determinan keberhasilan dan penghambat tujuan kebijakan kesehatan PMIK
1. Determinan keberhasilan
 Hak pasien tetap dihormati
 Menyimpan rahasia pasien sesuai dengan ketentuan kebijakan dan perundang-
undangan
 Memberikan data dan informasi sesuai dengan kebutuhan pasien dan ketentuan
kebijakan
 Adanya standar profesi bagi PMIK yang membuat pelayanan rekam medis yang
diberikan menjadi terukur,terstandar dan juga berkualitas.

2. Determinan penghambat
 Masih kurangnya SDM yang memiliki tingkat pendidikan Strata 1 dalam PMIK
karena sebagaian besar tenaga rekam medik itu bergelar diploma III
 Ketidaklengkapan rekam medis karena factor SDM,alat, da metode.
 Masih kurangnya pengetahuan petugas PMIK tentang rekam medis elektronik
(RME)

g. Uraikan saran anda terhadap conten Kebijakan dan Implementasi PMIK

Petugas rekam medis harus diberikan sosialisasi mengenai pentingnya jabatan rekam
medis itu sendiri, agar mereka dapat bekerja dengan sepenuh hati sehingga dapat
memberikan pelayanan yang baik terhadap pasien. Selain itu, tingkat jenjang pendidikan
juga penting untuk mereka karena dengan jenjang pendidikan yang sesuai dengan
kebijakan yang dibuat akan membuat petugas rekam medis lebih mengetahui bagaimana
perkembangan yang terjadi dalam pemberian informasi rekam medis agar keakuratan
datanya dapat dipastikan secara akurat. Oleh karena itu perlu kesadaran dari dalam diri
petugas PMIK itu sendiri. Sehingga kendala dalam implementasi kebijakannya dapat
diminimalisir dan implementasi kebijakan dapat dilakakukan dengan baik tanpa kedala
apapun. Impelementasi PMIK yang masih kurang baik ini harus diperbaiki dengan
melakukan evaluasi kerja misalnya menambah SDM dan juga melakukan sosialisasi
penerapan kebijakan ini terhadap seluruh petugas PMIK dan juga perlu dilakukan
pelatihan penggunaan rekam medis elektronik kepada seluruh petugas PMIK.

Anda mungkin juga menyukai