Anda di halaman 1dari 28

Kelompok 2

MUHAMMAD AKBAR RIZKI PRATAMA PUTRA 22/508716/PMU/11329


RISDAYANTI SAPANNA 22/509379/PMU/11358
DEVARA ANDRE SUMAR 23/524383/PMU/11518
FAMEILIA HANDAYANI 23/526126/PMU/11581
Siklus Karbon
Siklus karbon menggambarkan proses di mana atom karbon terus berpindah dari atmosfer ke bumi dan kemudian kembali
ke atmosfer. Karena planet kita dan atmosfernya membentuk lingkungan tertutup,

Di Bumi, sebagian besar karbon disimpan di batuan dan sedimen, sedangkan sisanya berada di lautan, atmosfer, dan
organisme hidup. Ini disebut reservoir, atau penyerap, tempat terjadinya siklus karbon.

Karbon dilepaskan kembali ke atmosfer ketika organisme mati, gunung berapi meletus, terjadinya kebakaran, bahan bakar
fosil, dan melalui berbagai mekanisme lainnya.

Dalam kasus lautan, karbon terus-menerus dipertukarkan antara air permukaan laut dan atmosfer, atau disimpan dalam
jangka waktu lama di kedalaman laut.
Manusia memainkan peran utama dalam siklus karbon melalui aktivitas seperti pembakaran bahan bakar fosil atau
pengembangan lahan. Akibatnya, jumlah karbon dioksida di atmosfer meningkat pesat; jumlah ini sudah jauh lebih besar
dibandingkan sebelumnya dalam 3,6 juta tahun terakhir. (National Ocean Service, n.d)
Sumber emisi CO2
Sumber emisi CO2 dapat digolongkan menjadi empat, yaitu (IPCC, 2006):
1) Mobile Transportation (sumber bergerak), yaitu: kendaraan bermotor,
pesawat udara, kereta api, kapal bermotor dan penenganan/evaporasi
gasoline.
2) Stationary Combustion (sumber tidak bergerak), yaitu: perumahan, daerah
perdagangan, tenaga dan pemasaran sektoral, termasuk tenaga uap yang
digunakan sebagai energi.
3) Industrial Processes (proses sektoral, yaitu: proses kimiawi, metalurgi,
kertas dan penambangan minyak.
4) Solid Waste Disposal (pembuangan sampah), yaitu: buangan rumah tangga
dan perdagangan, buangan hasil pertambangan dan pertanian
1. Karbon pada ekosistem daratan 2. Karbon di lautan
a. Bagian hidup (biomassa): massa dari bagian a. Pompa biologi
vegetasi yang masih hidup yaitu batang, ranting b. Pompa karbonat
dan tajuk pohon (berikut akar atau estimasinya), c. Pompa kelarutan
tumbuhan bawah atau gulma dan tanaman
semusim Pompa biologi dan karbonat adalah siklus penyerapan
b. Bagian mati (nekromasa): massa dari bagian pohon karbon dari biota laut melalui pernafasan mereka. Proses
yang telah mati baik yang masih tegak di lahan tersebut bersifat satu arah. Artinya biota laut hanya
(batang atau tunggul pohon), kayu menyerap aliran karbon dari atmosfer seperti yang
tumbang/tergeletak di permukaan tanah, tonggak dilakukan fitoplankton
atau ranting dan daundaun gugur (seresah) yang
belum terlapuk Pompa kelarutan adalah pertukaran gas karbon yang
c. Tanah (bahan organik tanah): sisa makhluk hidup terjadi akibat perbedaan konsentrasi antara CO2 di laut
(tanaman, hewan dan manusia) yang telah dengan di atmosfer.
mengalami pelapukan baik sebagian maupun
seluruhnya dan telah menjadi bagian dari tanah.
Ukuran partikel biasanya lebih kecil dari 2 mm

Sumber: Istomo, 2019


Risiko utama peningkatan CO2 di atmosfer adalah dampaknya
terhadap keseimbangan radiasi di atmosfer, yang disebut efek
“rumah kaca”
Siklus Nitrogen
Siklus nitrogen adalah siklus proses berulang di mana nitrogen berpindah melalui makhluk hidup
dan benda mati: atmosfer, tanah, air, tumbuhan, hewan, dan bakteri.

Untuk bergerak melalui berbagai bagian siklus, nitrogen harus berubah bentuk. Di atmosfer,
nitrogen terdapat dalam bentuk gas (N2), namun di dalam tanah nitrogen terdapat dalam
bentuk nitrogen oksida, NO, dan nitrogen dioksida, NO2, dan bila digunakan sebagai pupuk, dapat
ditemukan dalam bentuk lain, seperti amonia, NH3. , yang dapat diolah lebih jauh lagi menjadi
pupuk lain, amonium nitrat, atau NH4NO3. (Aczel, 2019)
5 Tahapan siklus Nitrogen
1. fiksasi atau penguapan, mengubah nitrogen di atmosfer menjadi bentuk yang dapat
diserap tanaman melalui sistem akarnya
2. mineralisasi, Nitrogen berpindah dari bahan organik, seperti pupuk kandang atau bahan
tanaman ke bentuk nitrogen anorganik yang dapat digunakan tanaman
3. nitrifikasi, menghasilkan cadangan nitrogen tambahan yang dapat diserap oleh tanaman
melalui sistem akarnya
4. Amonifikasi, merupakan tahapan saat sisa-sisa tanaman dan limbah terurai oleh organisme
dan menghasilkan amonia yang disebut amonifikasi. Mikroorganisme yang ada dalam tanah
tadi akan mengurai bahan organik yang telah mati, agar bisa dijadikan sebuah energi dan
bisa menghasilkan amonia serta senyawa dasar lain sebagai produk cadangan
5. denitrifikasi, nitrogen kembali ke udara saat nitrat diubah menjadi nitrogen atmosfer (N2)
oleh bakteri melalui proses yang disebut denitrifikasi. Hal ini mengakibatkan hilangnya
nitrogen secara keseluruhan dari tanah, seiring dengan berpindahnya bentuk gas nitrogen
ke atmosfer (Utami, 2021)
1. Nitrogen di lautan 2. Nitrogen di daratan
a. Nitrogen dalam air terjadi dalam berbagai a. Nitrat adalah bentuk nitrogen yang paling umum
bentuk senyawa dalam tanah. Tanaman mengambil nitrogen dalam
b. Nitrogen yang terbanyak dalam bentuk N- bentuk nitrat untuk digunakan dalam sintesis
molekuler (N2) yang berlipat ganda jumlahnya protein dan pertumbuhan mereka.
daripada nitrit (NO2) atau nitrat (NO3), tetapi b. Ketersediaan nitrogen dalam ekosistem daratan
tidak dalam bentuk yang berguna bagi jasad sangat penting untuk pertumbuhan tanaman dan
hidup (Davis, 1986) seluruh rantai makanan. Siklus nitrogen memastikan
c. Nitrogen memegang peranan kritis dalam siklus bahwa nitrogen tetap tersedia dalam bentuk yang
organic dalam menghasilkan asam-asam amino dapat dimanfaatkan oleh makhluk hidup dalam
yang membuat protein ekosistem daratan.
d. Dalam siklus nitrogen, tumbuh-tumbuhan menyerap c. Nitrogen gas (N2) merupakan bentuk dominan
N-anorganik dalam salah satu gabungan atau nitrogen di atmosfer Bumi. Namun, sebagian besar
sebagai nitrogen molekuler. Tumbuh-tumbuhan ini makhluk hidup tidak dapat langsung menggunakan
membuat protein yang kemudian dimakan hewan nitrogen ini dalam bentuk N2 karena harus diubah
dan diubah menjadi protein hewan menjadi bentuk yang dapat digunakan (seperti
amonia atau nitrat) melalui proses yang disebut
fiksasi nitrogen.
Sumber: Vitousek, et al., 1991)
“Ketika unsur Nitrogen terlalu berlebihan,
maka bisa menjadi racun bagi tanaman dan
juga berbahaya bagi lingkungan. Tanaman
yang mengandung banyak Nitrogen bisa
membahayakan hewan dan manusia yang
memakannya”
Siklus Fosfor
Siklus fosfor merupakan siklus biogeokimia yang menggambarkan transformasi dan translokasi fosfor dalam tanah, air,
serta bahan organik hidup dan mati.
fosfor merupakan elemen penting yang dibutuhkan seluruh makhluk hidup sebagai sumber energi untuk metabplisme sel
dalam bentuk adenosin trifosfat (ATP). Wujud dari fosfor beragam seperti ion fosfat yang berada di tanah, air, dan
sedimen

Fosfor memiliki dua bentuk senyawa, di antaranya sebagai berikut:


1. Senyawa Fosfat Organik
Senyawa foafat organik merupakan senyawa yang terkandung dalam kandungan makhluk hidup seperti hewan, tumbuhan,
dan manusia

2. Senyawa Fosfat Anorganik


Senyawa anorganik merupakan senyawa fosfat yang dapat ditemukan di suatu lingkungan seperti air, tanah, dan batu
(Widodo, dkk., 2021)
1. Fosfor di lautan
2. Fosfor di daratan
a. Bentuk utama fosfor dalam lautan adalah
a. Fosfor terdapat dalam bentuk mineral, seperti
fosfat. Fosfat merupakan ion fosfor yang
apatit, yang merupakan komponen penting dalam
terlarut dalam air laut. Fosfat adalah sumber
batuan fosfat. Mineral fosfor ini dapat ditemukan
utama fosfor bagi organisme laut, termasuk alga,
di berbagai daerah daratan dan dapat diekstraksi
fitoplankton, dan tanaman laut. Organisme ini
untuk digunakan dalam produksi pupuk dan industri
menggunakan fosfat untuk pertumbuhan dan lainnya.
reproduksi. b. Proses dekomposisi bahan organik, baik itu
b. Selain fosfat terlarut, sebagian fosfor dalam tumbuhan mati atau sisa-sisa organisme, dapat
lautan dapat terikat pada partikel-partikel mengeluarkan fosfor dalam bentuk anorganik ke
padat, terutama dalam bentuk sedimen laut. tanah. Proses ini berperan dalam pengembalian
Partikel-partikel ini dapat mengendap ke dasar fosfor dari organisme mati ke siklus fosfor tanah
laut dan berperan dalam perubahan siklus c. Fosfor dapat mencapai air permukaan melalui
fosfor. erosi tanah dan aliran permukaan. Ini dapat
c. Ketersediaan fosfor dalam lautan adalah faktor menyebabkan pencemaran fosfor di perairan
penting dalam mengatur produktivitas biologis di seperti sungai, danau, dan pantai. Pencemaran
ekosistem laut. Keterbatasan fosfor dapat fosfor dapat menyebabkan masalah eutrofikasi,
membatasi pertumbuhan organisme laut tertentu, yaitu pertumbuhan alga berlebihan yang
terutama di daerah lautan yang kurang mengganggu ekosistem air (Nixon, 1996)
produktif.
“Ketika unsur Fosfor terlalu berlebihan, maka
akan berdampak pada pencemaran di
lingkungan daratan maupun di lingkungan
perairan serta terjadinya masalah kesehatan
pada manusia akibat dari dampak unsur fosfor
yang berlebihan.
Permasalahan Lingkungan
Siklus Karbon

Studi kasus permasalahan siklus karbon Perluasan pembangunan sawit pada


akibat konversi hutan menjadi tanaman akhirnya akan mengkonversi kawasan
kelapa sawit pada lahan gambut hutan. Salah satu kawasan hutan dengan
mengakibatkan implikasi pada tingkat kandungan karbon yang tinggi
perubahan iklim. Tanaman kelapa sawit adalah lahan gambut. Alih fungsi
sebagai komoditi perkebunan yang kawasan hutan termasuk pada lahan
gambut untuk pengembangan tanaman
banyak dikembangkan di Indonesia
kelapa sawit masih akan terjadi. Besarnya
telah meningkat dengan pesat, menjadi kandungan karbon pada lahan gambut
sekitar 7.8 juta ha pada tahun 2009. yang akan terlepas menjadi emisi apabila
Pertumbuhan pesat tanaman sawit lahan gambut tersebut dikonversi,
disebabkan oleh nilai ekonomi tanaman didrainase dan mudah terbakar
ini yang seringkali harus dibayar mahal
karena bertentangan dengan
pelestarian lingkungan
Wahyunto dan Heryanto (2005) menyebutkan luas
lahan rawa gambut di Indonesia diperkirakan 20,6 juta
hektar atau sekitar 10.8% dari luas daratan Indonesia.
Lahan gambut dengan ketebalan sampai 17 m
terdapat di Sumatera, Kalimantan dan Papua. Saat ini
lahan gambut tersebut berupa hutan campuran,
hutan sekunder bekas tebangan, semak belukar dan
padang rumput rawa (Istomo, 2008).

Gambut memiliki kandungan karbon yang besar


(C). Hasil perhitungan oleh Matby dan Immirizi
(1992), gambut dunia mengandung 329-525 Gt or
35% total karbon dunia. Gambut di Indonesia
menyimpan 37-46 Gt atau 8-14% total karbon
pada lahan gambut. Dengan demikian, gambut
berperan sangat penting sebagai pengaman
perubahan iklim global. Jika lahan gambut
imengalami kerusakan maka akan teremisi
berbagai jenis gas rumah kaca (terutama CO , N O,
dan CH ) ke atmosfer yang siap untuk merubah
iklim global.
Emisi dari lahan gambut disebabkan oleh
deforestasi atau pengambilan biomassa hutan,
oksidasi segera setelah sistem lahan gambut
didrainase, yang diikuti oleh terjadinya
pemadatan dan subsiden permukaan gambut.
Sumber emisi lainnya adalah kebakaran lahan
gambut. Perhitungan yang konservatif terhadap
emisi CO akibat 2 kebakaran selama kurun waktu
1997-2006 telah dilaporkan sebanyak 1.400 juta
ton/tahun. Sekitar 90 persen dari emisi ini terjadi
di Indonesia.

Saat ini kerusakan lahan gambut terus berlanjut,


pengalih fungsian menjadi perkebunan kelapa
sawit mencapai 2,8 juta hektar dan diperkirakan
terus bertambah. Terakhir, dari hutan gambut 8
juta hektar di Papua, sudah banyak yang dibuka
untuk sawit, meski penanamannya belum
terlaksana karena terkendala masalah hukum
adat (Suryadiputra, 2009).
Sumber : Wibowo, 2017
Dampak Konservasi
Lahan Gambut

Salah satu dampak yang sangat penting dari konversi lahan gambut adalah perubahan
iklim. Perubahan iklim adalah fenomena global yang ditandai dengan perubahan suhu serta
pola curah hujan. Kontributor terbesar terhadap terjadinya perubahan iklim adalah
meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer seperti karbon dioksida (CO2),
metana (CH4), dan nitrogen oksida (N2O) yang konsentrasinya semakin meningkat
(Murdiyarso dan Suryadiputra, 2004).
Gas rumah kaca tersebut menyerap radiasi gelombang panjang yang panas dan seiring
dengan peningkatan GRK, mengakibatkan meningkatnya suhu permukaan bumi.
Peningkatan suhu global akan mempengaruhi pola iklim dunia, merubah distribusi hujan,
arah dan kecepatan angin. Semua ini akan secara langsung berbagai bentuk kehidupan di
permukaan bumi. Sebagai contoh, berkembangnya berbagai jenis penyakit pada manusia,
heean dan tumbuhan; mempengaruhi produktivitas tumbuhan; kekeringan, banjir dan
sebagainya.

Sumber : Wibowo, 2017


Siklus Nitrogen & Siklus Fosfor

Studi kasus permasalahan lingkungan akibat Nitrogen dan Fosfor terjadi pada
DAS Rawa Pening. Permasalahan yang terjadi adalah Eutrofikasi, Eutrofikasi
adalah proses pengayaan (enrichment) air dengan unsur hara berupa bahan
anorganik yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan mengakibatkan terjadinya
peningkatan produktifitas primer perairan terutama unsur hara Nitrogen (N) dan
Phospor (P).
Tingginya konsentrasi TN dan TP disebabkan aktifitas manusia di daerah
tangkapan air. Unsur hara tersebut berasal dari hasil penggunaan pupuk kimia
pada lahan pertanian (sawah irigasi, sawah tadah hujan dan lahan sayuran) yang
terbawa aliran sungai dan bermuara DAS Rawapening.
1. 2.

1. Skema Sistem Hidrologi Danau


Rawapening. (KLH, 2011)
2. Peta Penggunaan Lahan Rawa Pening.
(Murtiono & Wuryanta, 2016)
Kondisi Eutrofikasi DAS Rawa Pening

Distribusi konsentrasi NO3 & PO4 secara spasial (Sumber : Piranti, 2018)

Daerah sekitar budidaya ikan menggunakan karamba memiliki kandungan


nutrien N dan P relatif paling tinggi. Hal ini disebabkan sisa pakan yang tidak
termakan dan faeses ikan yang jatuh ke dasar perairan akan menjadi sumber
nutrien dan meningkatkan kandungan nutrien di perairan.
Dampak Eutrofikasi

Danau Rawapening mengalami blooming makrofita akuatik yaitu eceng


gondok (Eichornia crassipes). Pertumbuhan enceng gondok telah
menutupi hampir 70 % (seluas 2.667 ha) luas permukaan genangan air
(Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Tengah. 2012). Dampak
yang diakibatkan antara lain:
1. Gangguan ekosistem air
2. Pengaruh terhadap keanekaragaman hayati
3. Dampak kesehatan
DAFTAR PUSTAKA
Bundreng, Indra. 2019. Nitrogen dan Oksigen. Jurnal Biologi Indonesia 5 (3), 12-13

Frank DA, Reichstein M, Bahn M, Thonicke K, Frank D, Mahecha MD, dkk. Dampak iklim ekstrem terhadap siklus karbon
terestrial: konsep, proses, dan potensi dampak di masa depan.

Glob Chang Biol. 2015;21(8):2861–80. https://doi.org/10.1111/gcb.12916 .

Hastuti, Yuni Puji. 2011. Nitrifikasi dan denitrifikasi di tambak. Jurnal Akuakultur Indonesia 10 (1), 89–98 (2011)

Herawati, Aktvia. 2017. Siklus dan Peranan Nitrogen

Kehler, Anchen et al. 2021. Cycling of reduced phosphorus compounds in soil and potential impacts of climate change
European Journal of Soil Science. DOI: 10.1111/ejss.13121

RW Howarth, "Siklus nitrogen," Ensiklopedia Perubahan Lingkungan Global, Vol. 2, Sistem Bumi: Dimensi Biologis dan
Ekologis dari Perubahan Lingkungan Global (Chichester: Wiley, 2002), hlm.429-435.

Smith MD. Perspektif ekologi tentang peristiwa iklim ekstrem: definisi sintetik dan kerangka kerja untuk memandu
penelitian di masa depan. J Ekol. 2011;99(3):656–63.

Suddick, Emma et al. 2013. The role of nitrogen in climate change and the impacts of nitrogen–climate interactions in the
United States: foreword to thematic issue. Biogeochemistry. 114:1–10

Tsandev I, Slomp CP. 2009. Pemodelan siklus fosfor dan penguburan karbon selama peristiwa anoksik samudera Kapur .
Planet Bumi. Sains. Biarkan. 286 , 71–79. ( 10.1016/j.epsl.2009.06.016)

Piranti, Agatha Sih. 2019. PENGENDALIAN EUTROFIKASI DANAU RAWAPENING. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto

WIbowo, Ari. 2017. KONVERSI HUTAN MENJADI TANAMAN KELAPA SAWIT PADA LAHAN GAMBUT: IMPLIKASI PERUBAHAN
IKLIM DAN KEBIJAKAN. JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 7 No. 4 Edisi Khusus, Hal. 251 - 260
DAFTAR PUSTAKA
Aczel, M. R. (2019). What is the nitrogen cycle and why is it key to life? Frontiers for Young Minds, 7.
https://doi.org/10.3389/frym.2019.00041

Gischa, S. (2021, July 21). Proses Daur Nitrogen, Siklus Dan Contohnya Halaman all. KOMPAS.com.
https://www.kompas.com/skola/read/2021/07/21/111404469/proses-daur-nitrogen-siklus-dan-contohnya?page=all

Istomo, I., & Farida, N. E. (2017). Potensi Simpanan Karbon di Atas permukaan Tanah tegakan acacia nilotica L. (willd) ex. del.. di
taman nasional baluran, Jawa Timur. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan (Journal of Natural
Resources and Environmental Management), 7(2), 155–162. https://doi.org/10.29244/jpsl.7.2.155-162

US Department of Commerce, N. O. and A. A. (2019, April 2). What is the carbon cycle?. NOAA’s National Ocean Service.
https://oceanservice.noaa.gov/facts/carbon-cycle.html#transcript

Vitousek, PeterM., & Howarth, RobertW. (1991). Nitrogen limitation on land and in the sea: How can it occur? Biogeochemistry,
13(2). https://doi.org/10.1007/bf00002772

Widodo, Dyah dkk,. (2021). Ekologi dan Ilmu Lingkungan,Medan: Yayasan Kita Menulis
Thank You
Let's take care of our Earth.

Anda mungkin juga menyukai