Anda di halaman 1dari 7

KAJIAN ILMIAH

PELATIHAN MANAJEMEN NYERI DALAM MENINGKATKAN


KOMPETENSI PERAWAT SEBAGAI INDIKATOR MUTU
PELAYANAN KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH :

KARTIKA SARI
197046004
ksari0801@gmail.com

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
PELATIHAN MANAJEMEN NYERI DALAM MENINGKATKAN
KOMPETENSI PERAWAT SEBAGAI INDIKATOR MUTU
PELAYANAN KEPERAWATAN

Nama : Kartika Sari


NIM : 197046004
E – mail : ksari0801@gmail.com

ABSTRAK

Nyeri merupakan suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan maupun berat. Nyeri menjadi salah
satu alasan pasien mendatangi rumah sakit untuk mencari pertolongan. Perawat harus
mempunyai kemampuan dalam manajemen nyeri karena salah satu indikator mutu pelayanan
keprawatan adalah kenyamanan yaitu angka tata lanksana nyeri dan angka kenyamanan.
Kemampuan perawat dalam tata laksana manajemen nyeri berarti sudah mempunyai
peningkatan kompetensi di bidang keperawatan. Tujuan penelitian untuk menganalisis pengaruh
pelatihan manajemen nyeri terhadap peningkatan kompetensi perawat di Rumah Sakit X.
Metode penelitian menggunakan desain quasi – eksperiment dengan pendekatan one group pre-
post test design. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan kognitif, afektif dan skill dari
manajemen nyeri oleh perawat setelah penelitian secara signifikan (p < 0,05). Variabel
pengetahuan perawat, sikap dan skill meningkat. Kesimpulan dari penelitian bahwa Off The Job
Training, sangat potensial dalam meningkatkan kompetensi kognitif, afektif, dan skill
manajemen nyeri. Rekomendasi yang dapat diberikan adalah pelatihan secara berkelanjutan dan
evaluasi penerapan mengenai manajemen nyeri, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
perawat dalam melaksanakan manajemen nyeri. Kepala ruangan di harapkan monitoring
evaluasi setiap timbang terima mengenai penerapan menejemen nyeri. Perawat juga diharapkan
dan mempertahankan sikap keperawatan yang terdapat dalam manajemen nyeri untuk
melaksanakan manajemen nyeri sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
dan citra rumah sakit tampak di masyarakat.

Kata Kunci : Pelatihan Manajemen Nyeri, kompetensi, kognitif, afektif, skill.

1
1. LATAR BELAKANG
Nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan maupun berat. Menurut
Internasional Association for study of pain (IASP), nyeri adalah pengalaman perasaan
emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya kerusakan. Menurut Engel,
menyatakan nyeri sebagai suatu dasar sensasi ketidaknyamanan yang berhubungan
dengan tubuh dimanifestasikan sebagai penderitaan yang diakibatkan oleh persepsi jiwa
yang nyata, ancaman atau fantasi luka (Betz, Sowden, 2012). Nyeri merupakan alasan
penting umum orang datang mencari perawat kesehatan. Seseorang yang merasakan
nyeri merasa tertekan atau menderita dan mencari upaya untuk menghilangkan rasa
nyeri tersebut. Perawat tidak dapat melihat dan merasakan nyeri yang klien rasakan.
Nyeri adalah sumber penyebab frustasi, baik bagi klien maupun tenaga kesehatan.
Pengontrolan nyeri tetap menjadi problem signifikan pada pelayanan kesehatan
diseluruh dunia. Penanganan nyeri yang efektif tergantung pada pemeriksaan dan
penilaian nyeri yang seksama berdasarkan informasi subjek maupun objektif. Menurut
Zhang etal, (2013) pentalaksanaan nyeri yang tidak memadai adalah masalah klinik
pada pasien rawat inap yang secara signifikan berpengaruh terhadap psikologis dan
keuangan pasien. Nyeri yang berkelanjutan berakibat resiko komplikasi, kecemasan,
ganguan tidur dan penurunan kualitas hidup.

Penanganan nyeri adalah hal yang harus dilaksanakan dan sebagai prioritas,
dikemukakan oleh WHO. Perserikatan bangsa-bangsa Chuandy (2015)
mendeklarasikan bahwa salah satu hak asasi manusia adalah penanganan nyeri.
Pentingnya penanganan nyeri menjadikan nyeri sebagai vital sign yang kelima, mutlak
harus ada (Casey, 2011). Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit,
dikatakan bahwa setiap rumah sakit wajib untuk melaksanakan akredikasi dalam rangka
peningkatan mutu pelayanan di rumah sakit minimal dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun
sekali. Salah satu elemen penilaian yang dipersyaratkan untuk dipenuhi oleh pihak
rumah sakit adalah manajemen nyeri.

Perawatan dalam melakukan tindakan mandiri untuk menghilangkan nyeri


dalam pelaksanaannya menggunakan teknik menajemen nyeri, misalnya teknik
biofeedback, Transcutan Electric Nervous Stimulating (TENS), relaksasi, guided

2
imagery, terapi musik, distraksi, terapi bermain, acupressure, aplikasi panas/dingin,
massage, dan hipnosis (Poter, Perry, 2011).

Manajemen nyeri adalah salah satu indikator mutu pelayanan keperawatan dan
menjadi salah satu elemen penilaian dalam akreditasi. Indikator mutu pelayanan
keperawatan meliputi keselamatan pasien (patient safety), perawatan diri (self care),
kenyamanan (angka tata laksana nyeri dan angka kenyamanan), kecemasan,
pengetahuan dan kepuasan. Menurut Al-Syaer et al, (2011) bahwa dalam praktek klinis
perawat memiliki peran penting dalam penilaian dan penanganan nyeri serta harus
memiliki pengetahuan dalam menilai dan mengelola nyeri.

2. METODE
Penelitian menggunakan desain quasi-eksperiment dengan pendektan one
gruppre post test design. Populasi menggunakan seluruh perawat yang bekerja
diruangan penyakit dalam dewasa di rumah sakit X. Pengembalian sampel dengan
menggunakan total sampling yaitu seluruh jumlah perawat yang bekerja di ruang
penyakit dalam dewasa yang berjumlah 17 orang dengan kriteria inklusi perawat
pelaksana.

3. TUJUAN
Untuk melihat adanya perubahan atau peningkatan pengetahuan, sikap dan skill
manajemen nyeri sebelum intervensi Off Job Traning dan setelah intervensi.

4. HASIL
Nilai rerata skor total kompetensi perawat terdapat manjemen nyeri meningkat,
yang dapat terlihat pada kompetensi kognitif perawat terhadap manajemen nyeri
meningkat dari sebelum mendapatkan training dan setelah dilakukan training.
Kemampuan menerapkan manajemen nyeri perawat juga meningkat. Dari hasil analisis
menunjukkan bahwa Off Job Traning manajemen nyeri sangat potensial dalam
meningkatkan kompetensi perawat dalam manajemen nyeri terutama dalam
meningkatkan kognitif, afektif, dan skill manajemen nyeri.

5. PEMBAHASAN
Menurut Notoatmodjo (2010) bahwa pelatihan merupakan salah satu bentuk

3
proses pendidikan orang dewasa yang dimaksudkan untuk memperoleh pengalaman
yang pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya peningkatan pengetahuan. Sehingga
untuk meningkatkan keterampilan dan mengurangi kesalahan, maka perlu suatu upaya
dengan dilakukannya pelatihan. Hasil penelitian memperlihatkan terdapat peningkatan
pengetahuan perawat setelah dilakukan pelatihan terlihat bahwa nilai rerata skor
pengetahuan manajemen nyeri perawat sebelum mendapatan training manajemen nyeri
dan setelah dilakukan training. Kemampuan menerapkan manajemen nyeri perawat juga
meningkat sama dengan hasil penelitian Rikandi (2014) bahwa hanya 19,4% perawat
yang mempunyai pengetahuan yang baik sebelum pelatihan dan meningkat menjadi
50% setelah pelatihan. Penelitian yang dilakukan oleh Abdalrahim et al, (2011) juga
mengatakan bahwa setelah dilakukan pelatihan terdapat peningkatan pengetahuan
perawat dan terjadi perbaikan dalam pendokumentasian.
Pengetahuan merupakan domain yang penting dalam membangun perilaku
seseorang sehingga mempunyai landasan untuk berperilaku sesuai pengetahuan yang
dimilikinya terhadap suatu hal. Perilaku yang yang didasari oleh pengetahuan akan
lebih mengarahkan seseorang untuk berbuat lebih baik dalam menjalankan tugas
ataupun pekerjaannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan sikap
perawat dalam melaksanakan manajemen nyeri. Kenaikan skor setelah dilakukan
training manajemen nyeri tampak pada variable yaitu sikap dalam manajemen nyeri.
Perbandingan perubahan sikap perawat sebelum dan sesudah pelatihan terlihat dari
peningkatan nilai rerata sikap perawat. Secara umum terjadi sikap perawat dalam
manajemen nyeri. Secara keseluruhan terjadi peningkatan sikap perawat kearah yang
lebih positif setelah dilakukan pelatihan.

Peningkatan sikap perawat terhadap manajemen nyeri juga didukung oleh


penguatan dari kepala ruangan. Rumah sakit yang sedang mempersiapkan diri untuk
akreditasi, perawat pasti dituntut untuk melaksanakan manajemen nyeri sebagai salah
satu indikator penilaian akreditasi, dimana fokus penilaiannya adalah pasien, sesuai
dengan pendapat yang dikemukakan oleh Azwar (1995) bahwa perubahan sikap
dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, pengaruh kebudayaan, pengaruh orang lain yang
dianggap penting dan pengaruh emosi dalam diri individu. Penelitian Al Shaer et al,
(2011) mengatakan bahwa sikap perawat memiliki pengaruh yang kuat terhadap
keberhasilan pelaksanaan manajemen nyeri. Pelatihan manajemen nyeri berpengaruh

4
terhadap sikap perawat ke arah positif, sehingga pelatihan perlu dilakukan secara rutin
dan terencana. Tindakan penerapan manajemen nyeri dilakukan berdasarkan
pengetahuan yang diterima saat pelatihan. Pendapat ini diperkuat oleh Marquis, Huston
(2012) mendefinisikan pelatihan sebagai metode yang terorganisir untuk memastikan
bahwa individu memiliki pengetahuan dan keterampilan tertentu sehingga dapat
meningkatkan kemampuan afektif, motor dan kognitif yang pada akhirnya
meningkatkan produktifitas.

Evaluasi dampak program pelatihan yang diberikan perlu diiringi dengan suatu
pelatihan yang berkesinambungan, terprogram dan terencana sesuai peningkatan
kebutuhan perawat atas hal spesifik yang menjadi tuntutan kinerja perawat dalam
melaksanakan manajemen nyeri. Pengetahuan dan ilmu yang baru terkait manajemen
nyeri perlu diaplikasikan dalam tatanan pelayanan dalam rangka meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan.

6. PENUTUP

Tingkat Kognitif, Afektif dan skill manajemen nyeri perawat sesudah


dilakukan pelatihan akan mengalami perubahan dibandingkan dengan sebelum
pelatihan.Terdapat pengaruh pelatihan manajemen nyeri bagi perawat terhadap
pengetahuan, sikap dan penerapan manajemen nyeri di rumah sakit. Hal yang sangat
potensial dalam peningkatan kompetensi perawat dalam manajemen nyeri adalah
meningkatkan pengetahuan, sikap dan skill perawat. Rekomendasi yang dapat
diberikan adalah membuat program pelatihan manajemen nyeri secara
berkesinambungan minimal dalam 6 bulan sekali bagi tenaga keperawatan, kepala
ruangan melakukan monitoring evaluasi setiap timbang terima mengenai penerapan
manajemen nyeri diruangan, mempertahankan sikap keperawatan yang terdapat dalam
manajemen nyeri untuk melaksanakan manajemen nyeri sehingga dapat meningkatkan
mutu pelayanan keperawatan dan bagi kepala bidang hendaknya membuat format
relaksasi, distraksi, yang bisa menjadi pedoman dalam manajemen nyeri serta
membuat alur tata laksana nyeri yang mendapat persetujuan dari direktur rumah sakit
yang berguna sebagai acuan dalam tata laksana manajemen nyeri.

5
DAFTAR PUSTAKA

Abdalrahim, M.S., Majali, S.A., Stomberg, M.W., & Bergbom, I. (2011). The Effect of
Postoperative Pain Management Program on Improving Nurses Knowledge and
Attitudes Toward Pain. Nurse Education in Practice, 11(4), 250-255

Al-Shaer.D., Hill. P.D., & Anderson. M.A. (2011). Nurses Knowledge and Attitudes
Regarding Pain Assessment and Intervention. Research for Practice, 20(1), 7-11

Amelia D. M. (2014). Improving Nurses Pain Management in the Post Anasthesia Care
Unit http//www.mjournal.com/jornal of nursing/pain management pada tanggal 15
maret 2018 pkl. 21.32 WIB

Azwar. (1995). Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
offset

Betz & Sowden. (2012). Buku Saku Keperawatan. Jakarta: EGC

Casey & Georgina. (2011). Pain – the Fifth Vital Sign. New Zealand: Continuing
Professional Development

Djaali (2007). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara

DPD PORMIKI DKI Jakarta. (2017). Standar Nasional Akreditasi RS (SNARS) ed.1
Tahun 2017. http://www.pormiki-dki.org/2016-04-20-03-11-28/daftar-bukukumpulan-
peraturan/84-standar-nasional-akreditasi-rs-snars-ed-1-tahun-2017 2019. Jurnal
Keperawatan Silampari 2 (2) 87-102 102

Ivancevich. (2008). Perilaku dan Manajemen Organisasi. Jakarta: Erlangga

Kumar, Vinay, Abbas K Abdul, Aster C. Jon. (2015). Buku Ajar: Patologi. Robinson.
Jakarta: EGC

Marquis dan Huston. (2012). Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan Teori dan
Aplikasi. Jakarta: EGC

Marth, RA. (2016). Pakar Teori Keperawatan dan Karya Mereka, Edisi Indonesia ke 8
volume 2: Elsevier

Potter&Perry. (2011). Fundamental Keperawatan. Buku 2 Edisi 7.Jakarta: Salemba


Medica
Simamora, R.H (2013). Upaya Pembinaan Perawat Di Rumah Sakit Ngesti Waluyo
Parakan Tumenggung Jawa Tengah Jurnal Keperawatan Soedirman, 8(2).

Anda mungkin juga menyukai