Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN

PENELITIAN DIPA FAKULTAS

Persepsi Pemerintahan Nagari Terhadap Proses Manajemen Badan Usaha


Milik Nagari (BUMNag) di Nagari Lubuak Malako Solok Selatan

Tim Pengusul:
1. Drs. Yoserizal, M.Si (Ketua) NIDN : 0025086013
2. Aisyah Fadila Sulthani (Mahasiswa) NIM :1410841006
3. Yusmalinda Sari (Mahasiswa) NIM :1410841009

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS ANDALAS
2016
HALAMAN PENGESAHAN
PENELITIAN DIPA FAKULTAS

1. Judul : Persepsi Pemerintahan Nagari Terhadap Proses Manajemen


Badan Usaha Milik Nagari (BUMNag) di Nagari Lubuak
Malako Solok Selatan.
2 Kode/Nama Rumpun Ilmu : 594/ Ilmu Administrasi (Negara, Niaga, Publik)
Topik Unggulan : Pembangunan Karakter
3. Bidang Ilmu : Sosial
4. Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap : Drs. Yoserizal M.Si
b. Jenis Kelamin : Laki Laki
c. NIP : 19600821989011001
d. Disiplin Ilmu : Ilmu Administrasi Negara
e. Pangkat/golongan : Lektor Kepala / IV C
f. Jabatan : Dosen
g. Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/ Ilmu Administrasi Negara
h. Alamat : Kampus UNAND, Limau Manis Padang, Sumatera Barat
i. Telp/Fax/E-mail : 0751 71266
f. Alamat rumah : Pondok Karya Perdana A/7 Jl. Adinegoro KM 12 Simp
Hilalang Koto Tangah Padang
k. Telp/Fas/Email : 08364987555
5. Mata kuliah yang diampu : Manajemen Publik
6. Penelitian terakhir (bila ada) : Pengembangan Kapasitas Sumber Daya Aparatur Pelayanan
Publik di Garis Depan Dalam Kerangka Reformasi Birokrasi
Pemerintahan Daerah Studi Kasus Kantor Pelayanan
Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal Kota Pariaman
7. Jumlah Anggota Peneliti : 2 orang
a. Nama Anggota : Aisyah Fadila Sulthani (Mahasiswa)
Yusmalinda Sari (Mahasiswa)
8. Nama Pembibing : -
9. Lokasi Penelitian : Solok Selatan
10. Jumlah biaya yang diusulkan : Rp. 8.000.000,-

Padang, 15 November 2016


Ketua Jurusan Ketua Peneliti
Ilmu Administrasi Negara

Drs. Yoserizal, M.Si Drs. Yoserizal, M.Si


NIP.196008251989011001 NIP.196008251989011001
Mengetahui:
Dekan FISIP

Dr. Drs. Alfan Miko, M.Si


NIP. 196206211988111001

1
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................................................1
DAFTAR ISI...................................................................................................................................2
RINGKASAN..................................................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................5
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................8
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................................................9
1.4 Urgensi Penelitian..................................................................................................................9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................10
2.1 Pemerintahan Nagari...........................................................................................................10
2.2 Badan Usaha Milik Nagari..................................................................................................11
2.3. Pengembangan BUMNag...................................................................................................13
BAB III METODE PENELITIAN................................................................................................18
3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian..........................................................................................18
3.2 Fokus Penelitian...................................................................................................................18
3.3 Jenis dan Sumber Data........................................................................................................18
3.4 Pemilihan Informan.............................................................................................................18
3.5 Teknik Pengumpulan Data..................................................................................................19
3.6 Triangulasi Data...................................................................................................................19
3.7 Lokasi Penelitian.................................................................................................................20
3.8 Tahap Penelitian..................................................................................................................20
BAB IV PEMBAHASAN.............................................................................................................21
4.1 Pembentukan dan Pengembangan Badan Usaha Milik Nagari (BUMNag) di Nagari
Lubuak Malako..........................................................................................................................21
4.2 Persepsi Pemerintahan Nagari Lubuak Malako terhadap Proses Manajemen Badan Usaha
Milik Nagari BUMNag..............................................................................................................29
BAB V KESIMPULAN................................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................33
LAMPIRAN 1 CURRICULUM VITAE.......................................................................................34

2
RINGKASAN

Pengelolaan aset desa berdasarkan ketentuan UU Nomor 6 Tahun 2014 memberikan


penegasan tentang keberadaan Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUM Desa,
adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui
penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola
aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa
(Pasal 1 ayat 6). Lebih lanjut dalam Pasal 87 ayat (3) dijelaskan bahwa BUM Desa dapat
menjalankan usaha di bidang ekonomi dan/atau pelayanan umum sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Hasil pengelolaan aset dan kekayaan desa oleh BUM Desa,
menjadi salah satu sumber pendapatan desa dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
pelaksanaan pembangunan serta memberikan pelayanan kepada masyarakat. Secara jelas diatur
dalam Pasal 89 huruf b diatur bahwa hasil usaha BUM Desa dimanfaatkan untuk Pembangunan
Desa, pemberdayaan masyarakat Desa, dan pemberian bantuan untuk masyarakat miskin melalui
hibah, bantuan sosial, dan kegiatan dana bergulir yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa. Untuk meningkatkan hasil dan manfaat dalam pengelolaan aset dan kekayaan
desa, pemerintahan desa dibolehkan melakukan kerjasama dengang desa lain atau dengan pihak
ketiga. Pasal 93 ayat (1) mengatur bahwa Kerja sama Desa dengan pihak ketiga dilakukan untuk
mempercepat dan meningkatkan penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan
Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa
Terdapat beberapa kasus, dimana secara de jure BUMNag telah terbentuk, namun secara
de facto BUMNag tersebut belum termanajemen dengan baik. Di Kabupaten Solok Selatan
misalnya, pada Nagari Sungai Kunyit sudah memiliki Perna tentang BUMNAG, namun
keberadaan lembaga BUMNAG itu masih belum ada sama sekali. Di Lubuak Malako dengan
kemandirian yang dimiliki oleh nagarinya, tentu tidak lepas dari kewajiban yang sama untuk
melakukan pengelolaan BUMNag seperti yang di amanatkan oleh UU No 6 tahun 2014, yaitu
harus adanya penyertaan modal secara khusus oleh pemerintahan nagari terhadap BUMNag,
Dari fenomena diatas penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis
bagaimana persepsi pemerintahan nagari terhadap manajemen BUMNag di Nagari Lubuak
Malako Solok Selatan. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif kualitatif, diharapkan dengan menggunakan pendekatan ini akan mampu menjaring
data-data dan informasi yang terkait dengan permasalah penelitian. Adapun lokasi penelitian ini
adalah di Nagari Lubuak Malako Kabuppaten Solok Selatan. Semua data baik itu data primer
dan data sekunder akan dianalisis secara etic dan emic untuk menghasilkan suatu kesimpulan dan
rekomendasi yang sesuai terkait dengan manajemen BUMNag di nagari

Kata Kunci : Persepsi, Pemerintahan Nagari, Manajemen, BUMNag

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Adanya keinginan untuk mewujudkan nagari mandiri atau “desa mandiri” dalam tataran
kebijakan nasional sudah terlihat pada asas pengaturan desa dalam UU Nomor 6 Tahun 2014
yang menegaskan bahwa “kemandirian” menjadi salah satu asas atau prinsip dalam pengaturan
desa saat ini (Pasal 3 huruf j). Asas ini sejalan dengan tujuan dari pengaturan desa itu sendiri
yaitu mendorong prakarsa, gerakan, dan partisipasi masyarakat Desa untuk pengembangan
potensi dan Aset Desa guna kesejahteraan bersama (Pasal 4 huruf d). Pengelolaan aset dan
kekayaan desa menjadi salah satu kata kunci dalam mewujudkan kemandirian desa. Aset Desa
adalah barang milik Desa yang berasal dari kekayaan asli Desa, dibeli atau diperoleh atas beban
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa atau perolehan hak lainnya yang sah (Pasal 1 ayat 11).
Selanjutnya dalam pasal 76 ayat (1), dijelaskan lebih rinci bahwa aset Desa dapat berupa tanah
kas Desa, tanah ulayat, pasar Desa, pasar hewan, tambatan perahu, bangunan Desa, pelelangan
ikan, pelelangan hasil pertanian, hutan milik Desa, mata air milik Desa, pemandian umum, dan
aset lainnya milik Desa (Hanida dkk, 2015).

Untuk mengelola aset desa, ketentuan UU Nomor 6 Tahun 2014 juga kembali
memberikan penegasan tentang keberadaan Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut
BUM Desa, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa
melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan guna
mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan
masyarakat Desa (Pasal 1 ayat 6). Lebih lanjut dalam Pasal 87 ayat (3) dijelaskan bahwa BUM
Desa dapat menjalankan usaha di bidang ekonomi dan/atau pelayanan umum sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Hasil pengelolaan aset dan kekayaan desa oleh BUM
Desa, menjadi salah satu sumber pendapatan desa dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
pelaksanaan pembangunan serta memberikan pelayanan kepada masyarakat. Secara jelas diatur
dalam Pasal 89 huruf b diatur bahwa hasil usaha BUM Desa dimanfaatkan untuk Pembangunan
Desa, pemberdayaan masyarakat Desa, dan pemberian bantuan untuk masyarakat miskin melalui
hibah, bantuan sosial, dan kegiatan dana bergulir yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan

4
dan Belanja Desa. Untuk meningkatkan hasil dan manfaat dalam pengelolaan aset dan kekayaan
desa, pemerintahan desa dibolehkan melakukan kerjasama dengan desa lain atau dengan pihak
ketiga. Pasal 93 ayat (1) mengatur bahwa Kerja sama Desa dengan pihak ketiga dilakukan untuk
mempercepat dan meningkatkan penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan
Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa
(Hanida dkk, 2015).

Desa atau disebut nagari di Provinsi Sumatera Barat, pada umumnya memiliki banyak
asset yang selama ini dikenal dengan sebutan ulayat nagari, seperti pasar nagari, sumber mata
air, sungai, pantai, danau, telaga, dan hutan. Sebagian nagari dengan karakteristik memiliki lahan
yang luas dengan penduduk sedikit ada yang menyerahkan tanah uayatnya kepada investor dan
sebaliknya investor memberikan kebun plasma kepada nagari. Namun banyak masalah yang
terjadi ketika nagari tidak mampu atau tidak menemukan pola yang tepat dalam mengurus kebun
plasma tersebut. Demikian juga dengan manajemen terhadap asset nagari lain seperti sumber
mata air, pasar, tanah lapang dan sebagainya tidak terkelola dengan baik. Sesuai dengan konsep
awalnya, tanah ulayat yang kemudian menjadi asset nagari seharusnya dikelola untuk
kepentingan nagari dan kemakmuran seluruh anak nagari.

Salah satu nagari yang mampu memanfaatkan tanah ulayat nagarinya dengan baik adalah
Nagari Lubuak Malako. Lubuak Malako adalah sebuah nagari di Kecamatan Sangir Jujuan
Kabupaten Solok Selatan. Nagari Lubuak Malako merupakan tipikal wilayah rantau dan
berlokasi di wilayah terdepan Provinsi Sumatera Barat. Ada banyak tanah ulayat yang dimiliki
oleh Nagari Lubuak Malako mulai dari pasar, sungai, hutan, dan bukit, serta areal perkebunan.
Pasar, galian C, dan perkebunan kelapa sawit merupakan ulayat nagari yang dikelola yang
mampu memberikan Pendapatan Asli Nagari (PAN) bagi Nagari Lubuak Malako. Kekayaan dan
ulayat nagari yang dimanfaatkan atau dikelola oleh Nagari Lubuk Malako adalah:. (Hanida dkk,
2015).

1. Lahan Perkebunan. Tanah ulayat yang digunakan untuk perkebunan ini diserahkan oleh
Nagari Lubuak Malako kepada investor PT. Sumatera Jaya Agro Lestari (PT. SJAL) pada
tahun 1998, ketika itu diserahkan oleh Pemerintah Desa Lubuak Malako pada masa era

5
kepemimpinan Bupati Solok Gamawan Fauzi. Pemerintah Solok mengundang investor
untuk menawarkan investasi di Kabupaten Solok.
2. Pasar Bancah Kampeh merupakan pasar terbesar di Kecamatan Sangir Jujuan dan
merupakan hak ulayat Nagari Lubuak Malako. Walaupun terjadi pemekaran Nagari
Lubuak Malako menjadi 3 nagari (nagari pemekarannya Padang Air Dingin dan Padang
Gantiang), kesepakatan dengan nagari pemekaran bahwa kekayaan yang ada dalam
teritorial masing-masing menjadi hak ulayat nagari masing-masing, sehingga ini menjadi
dasar Pasar Bancah Kampeh tetap menjadi milik Nagari Lubuak Malako, tidak berstatus
sebagai Pasar Serikat.
3. Bahan galian C. Sungai dan bukit di Nagari Lubuak Malako juga merupakan ulayat
nagari yang mampu memberikan pendapatan bagi nagari. Potensi galian C di Nagari
Lubuak Malako berada di sungai Batang Sangir dan pada bukit-bukit. Galian C yang
telah memberikan kontribusi bagi PAD Nagari adalah galian C di Bukit Gadang yang
diambil dari retribusi sebanyak Rp. 1.000,- atas setiap truk yang mengambil galian C

4. Hutan yang diambil kayunya oleh PT. Andalas Merapi Timber (PT. AMT). PT. AMT
adalah perusahaan logging yang beroperasi di hutan produksi pada areal hutan yang
berada di batas seluruh kecamatan di Kabupaten Solok Selatan. Setiap tahunnya PT.
AMT menyerahkan sumbangan pihak ketiga atas nagari-nagari yang memiliki batas
hutan dengan hutan produksi mereka

Sudah seharusnya eksistensi nagari mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah
daerah dengan lahirnya kebijakan-kebijakan terkait dengan pemberdayaan ekonomi yang
dilakukan dengan cara menghimpun dan melembagakan kegiatan ekonomi masyarakat. Oleh
karena itu pemerintah menerapkan pendekatan baru yang diharapkan mampu menstimulus dan
menggerakkan roda perekonomian di pedesaan adalah melalui pendirian kelembagaan ekonomi
yang dikelola sepenuhnya oleh masyarakat desa yaitu Badan Usaha Milik Desa (BUMDES)
atau di Sumatera Barat bernama Badan Usaha Milik Nagari (BUMNAG) sebagai salah satu
program andalan dalam meningkatkan kemandirian perekonomian nagari.BUMNAG lahir
sebagai suatu pendekatan baru dalam usaha peningkatan ekonomi nagari berdasarkan
kebutuhan dan potensi nagari. Pengelolaan BUMNAG sepenuhnya dilaksanakan oleh
masyarakat nagari, yaitu dari nagari, oleh nagari, dan untuk nagari. Cara kerja BUMNag adalah

6
dengan jalan menampung kegiatan-kegiatan ekonomi masyarakat dalam sebuah bentuk
kelembagaan atau badan usaha yang dikelola secara profesional, namun tetap bersandar pada
potensi asli nagari. Hal ini dapat menjadikan usaha masyarakat lebih produktif dan efektif.
Kedepan BUMNag akan berfungsi sebagai pilar kemandirian bangsa yang sekaligus menjadi
lembaga yang menampung kegiatan ekonomi masyarakat yang berkembang menurut ciri
khas nagari dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang bermukim di nagari.

Terdapat beberapa kasus, dimana secara de jure BUMNag telah terbentuk, namun secara
de facto BUMNag tersebut belum termanajemen dengan baik. Di Kabupaten Solok Selatan
misalnya, pada Nagari Sungai Kunyit sudah memiliki Pernag tentang BUMNAG, namun
keberadaan lembaga BUMNAG itu masih belum ada sama sekali. Di Lubuak Malako dengan
kemandirian yang dimiliki oleh nagarinya, tentu tidak lepas dari kewajiban yang sama untuk
melakukan pengelolaan BUMNag seperti yang diamanatkan oleh UU No 6 tahun 2014, yaitu
harus adanya penyertaan modal secara khusus oleh pemerintahan nagari terhadap BUMNag,
Sehingga menjadi menarik untuk diteliti bagaimana persepsi pemerintahan nagari terhadap
manajemen BUMNag seperti yang ditawarkan oleh undang-undang pemerintahan desa tersebut,
apakah nagari berada pada posisi sangat mendukung bentuk pengelolaan asset nagari dengan
skema BUMNag atau barangkali pemerintah nagari memiliki cara tersendiri dalam pengelolaan
asset nagarinya yang bisa mendorong kemandirian nagari. Jangan sampai kemudian pada tahap
akhir kebijakan pendirian BUMNag di nagari ini adalah kebijakan yang dipakasakan dengan
perspektif pemerintahan pusat. Sehingga tetap menjadi penting untuk melihat persepsi dari
pemerintahan nagari itu sendiri.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan kondisi diatas maka fenomena yang terjadi perlu untuk diteliti lebih lanjut
sehingga dapat memberikan solusi unttuk menciptakan sistem manajemen Badan Usaha Milik
Nagari yang tepat. Lebih lanjut Persoalan yang hendak diteliti ini dirumuskan dalam pertanyaan
kunci yaitu ” bagaimana persepsi pemerintahan nagari terhadap proses manajemen Badan
Usaha Milik Nagari (BUMNag) di Nagari Lubuak Malako Kabupaten Solok Selatan?”

7
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis
persepsi pemerintahan nagari terhadap proses manajemen Badan Usaha Milik Nagari (BUMNag)
di Nagari Lubuak Malako Solok Selatan.
1.4 Urgensi Penelitian

Pertama, mendeskripsikan dan menganalisis bagaimana proses pembentukan dan


pengembangan BUMNag di Nagari Lubuak Malako. Proses pembentukan BUMNag merupakan
langkah awal yang harus dilakukan oleh nagari dalam upaya mendorong kemandirian nagari.
Pembentukan BUMNag tentunya tidak boleh hanya berhenti pada tahap terbentuknya aturan
hukum nagari sebagai legalitas terbentuknya BUMNag, tetapi harus berlanjut pada pembentukan
BUMNag secara fisik atau de facto.

Kedua peran dari aparatur pemerintahan nagari yang ada tentunya mempengaruhi
dinamika dalam proses manajemen BUMNag di nagari. Proses pembentukan BUMNag dengan
hanya lahirnya Pernag jika tidak didukung oleh manajemen pengelolaan yang baik tentunya
hanya akan sia-sia. Di sinilah dibutuhkan persepsi dari pemerintahan nagari terhadap proses
manajemen BUMNag yang ada di nagari yang harus dikembangkan kedepannya agar tujuan dari
pembentukan BUMNag dapat tecapai.

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pemerintahan Nagari
Secara historis pemerintahan nagari merupakan sebuah pemerintahan tradisional yang
diperintah oleh penghulu-penghulu suku yang memiliki kewenangan yang sama derajatnya yang
tergabung dalam sebuah kerapatan adat. Penghulu- penghulu tersebut dibantu oleh para manti
(orang cerdik yang dipercaya oleh penghulu), malin (alim ulama), dan dubalang
(hulubalang/keamanan) (LKAAM, 2000 :20)
Pemerintahan Nagari sebagai pemerintahan terendah yang menggantikan Pemerintahan
Desa merupakan kesatuan masyarakat hukum adat dalam daerah Provinsi Sumatera Barat.
Terdiri dari himpunan beberapa suku yang mempunyai wilayah dengan batas-batas tertentu,
mempunyai kekayaan sendiri, berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya dan memilih
pimpinan pemerintahannya. Dalam otonomi daerah unsur-unsur yang memimpin pemerintahan
nagari adalah niniak mamak, alim ulama, cerdik pandai, dan bundo kanduang. Unsur-unsur
tersebut terhimpun dalam lembaga-lembaga yang ada di nagari seperti Badan Perwakilan Anak
Nagari (BPAN), Badan Musyawarah Adat dan Syarak (BMAS) sebagai badan yang
memberikan saran dan nasehat kepada Wali Nagari. BMAS mendapatkan masukan dari dua
lembaga yaitu Lembaga Adat Nagari (LAN) dan Lembaga Syarak Nagari (LSN). Sementara itu
Wali Nagari dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh seorang sekretaris dan beberapa staf yaitu
Kaur Nagari Bidang Pemerintahan, dan Kaur Nagari Bidang Pembangunan.
Menurut A.A Navis menyatakan pengertian nagari sebagai suatu pemukiman yang telah
mempunyai alat kelengkapan pemerintahan yang sempurna, didiami sekurang-kurangnya empat
suku penduduk dengan Penghulu Pucuk (Penghulu Tua) selaku pimpinan pemerintahan tertinggi
(A.A Navis, 1984: 92).
Dalam Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 7 Tahun 2007 tentang
Pemerintahan Nagari disebutkan bahwa pemerintahan adalah penyelenggara urusan
pemerintahan untuk mengatur dan mengurus kepentingan serta memberikan pelayanan pada
masyarakat setempat. Pemerintahan nagari adalah pemerintahan terendah berlaku dan ditetapkan
di seluruh Kabupaten/ Kota di Provinsi Sumatera Barat. Untuk mengatur dan mengurus
pemerintahan Nagari terdiri dari Pemerintahan Nagari dan Badan Musyawarah Nagari (BAMUS
Nagari). Pemerintahan Nagari terdiri dari Wali Nagari, Sekretaris Nagari dan Perangkat Lainnya

9
2.2 Badan Usaha Milik Nagari
Keunikan BUMDes memiliki beberapa cirri khas. Pertama, BUMDes merupakan
sebuah usaha desa milik kolektif yang digerakkan oleh aksi kolektif antara pemerintah
desa dan masyarakat. Jika dalam teori ekonomi maupun administrasi publik dikenal dengan
public and private partnership (kemitraan antara sektor publik dengan sektor swasta), maka
BUMDes merupakan bentuk public and community partnership, yakni kemitraan antara
pemerintah desa sebagai sektor publik dengan masyarakat setempat.
Kedua, BUMDes lebih inklusif dibandingkan dengan koperasi, usaha pribadi maupun
usaha kelompok masyarakat yang bekerja di ranah desa. Koperasi memang inklusif bagi
anggotanya baik di level desa maupun pada skala yang lebih luas, namun koperasi tetap eksklusif
karena hanya untuk anggota. Karena keunikan-keunikan itu pendekatan membangun BUMDes
juga berbeda dengan usaha-usaha lainnya. Pemerintah dengan mudah membangun dan
menjalankan BUMN maupun BUMD dengan pendekatan teknokratis dan manajerial. Namun
BUMDes tidak cukup didekati dengan pendekatan teknokratis dan manajerial semata. BUMDes
yang dibangun serentak oleh pemerintah dari atas juga tidak serta merta bisa bekerja dengan baik
meskipun memiliki kapasitas manajerial yang baik.
Berdasarkan studi FPPD (2010), ada empat pendekatan dalam membangun BUMDes
seperti tersaji dalam bagan 1. Tipologi didasarkan pada sumber dan pelaku inisiatif membangun
BUMDes, yaitu: inisiatif dari bawah (masyarakat) dan dari atas (pemerintah) serta inisiatif dari
dalam (desa) dan inisiatif dari luar (pihak ketiga seperti lembaga donor, perguruan tinggi,
NGOs dan swasta). Kombinasi keempat sumber inisiatif itu menghasilkan empat tipe
inisiatif. Pertama, rekognisi (kombinasi antara inisiatif dari atas dan inisiatif dari dalam).
Rekognisi adalah pengakuan pemerintah terhadap entitas desa. Jika pemerintah hendak
memperkuat desa, maka tidak perlu membentuk lembaga-lembaga baru, melainkan
mengakui, mendukung dan memperkuat aset dan institusi yang sudah ada. Kedua, emansipasi
(kombinasi antara inisiatif dari dalam dan inisiatif dari bawah), yang berarti desa secara mandiri
bangkit, berperan dan menggerakkan potensi lokal yang dimilikinya. Ketiga, fasilitasi
(kombinasi antara inisiatif dari luar dan dari bawah), yang berarti komponen sektor ketiga
(Perguruan Tinggi, NGOs dan donor internasional) mendorong, memudahkan dan
mengembangkan kapasitas desa untuk membangun dirinya. Sebagai contoh adalah peran
NGOs memberikan pelatihan dan memfasilitasi desa mengembangan potensi desa dan

10
menyusun RPJMDes. Keempat, intervensi (kombinasi antara inisiatif dari atas dan dari
luar), dimana kemitraan antara pemerintah dan sektor ketiga mendisain program dari atas
kemudian diterapkan secara langsung di desa, seperti dijalankan oleh PNPM Mandiri.

Sumber: Eko, 2013


Gambar 1: Tipologi Inisiatif Membangun BUMDes

Intervensi merupakan pendekatan dominan yang selama ini dijalankan oleh


pemerintah dalam membangun desa, termasuk membangun BUMDes. Dengan berpijak pada
kondisi kelangkaan dan ketidakmampuan desa, pemerintah melakukan intervensi secara
teknokratis dari atas melalui institusionalisasi BUMDes secara seragam dan serentak di
seluruh desa.
Pengembangan BUMDes sebagai bentuk endogenous development tidak cukup didorong
dengan kekuatan hukum maupun pendekatan teknokratis-manajerial. Setidaknya ada empat
pilar penopang BUMDes yang mandiri, kokoh dan berkelanjutan. Pertama, pilar ekonomi
sebagai pilar inti usaha desa. Sebagaimana dianjurkan oleh teori ekonomi pilar ini mencakup
aset, modal, manajemen, kewirausahaan, produksi, distribusi dan pasar, yang membuat
BUMDes bukan sekadar aktor birokrasi yang berbisnis tetapi sebagai aktor pasar yang
ekspansionis. Bukan hanya manajerial. Skala ekonomi (economic of scale) merupakan isu
penting ketika berbicara tentang akumulasi modal dan ekspansi pasar bagi usaha desa. Desa

11
pada umumnya mempunyai skala ekonomi yang kecil karena ukuran desa yang terlampau
kecil. Dulu para ahli otonomi desa seperti Soetardjo Kartohadikoesoemo, Selo Soemardjan
dan Nasikun mengingatkan bahwa otonomi desa membutuhkan prasyarat ukuran desa yang
lebih besar, sehingga memiliki skala ekonomi dan skala otonomi lebih besar pula.
Kedua, pilar sosial. Setiap bisnis pengembangan ekonomi lokal, baik yang berbasis desa
maupun berbasis masyarakat, selalu mengandung misteri. Bisnis ekonomi itu tidak hanya
dipengaruhi oleh faktor ekonomi semata, tetapi juga melekat pada struktur dan kehidupan
sosial, atau sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial. Faktor sosial itu adalah modal
sosial.
Ketiga, pilar politik. Politik mengandung banyak dimensi yang rumit. Mulai dari
formasi elite lokal, kepemimpinan, governance (tatakelola) dan modal politik (komitmen,
legitimasi, kepercayaan dan lain-lain). Semua komponen politik membentuk format dan
karakter politik lokal, atau bisa juga disebut sebagai modal politik. Modal politik yang
lemah atau miskin disebut “politik ekslusif” sebaliknya modal politik yang kaya dan kuat kami
sebut sebagai “politik inklusif”. Politik eksklusif diwarnai dengan beberapa karakteristik: (a)
masyarakat setempat memiliki budaya parokhial yang lebih banyak memperhatikan isu-isu
keagamaan, adat-istiadat dan kekerabatan daripada isu publik (pendidikan, kesehatan,
lingkungan, ekonomi dan sebagainya); (b) masyarakat lebih banyak berorientasi ke dalam
dan kurang terbuka dengan pihak luar yang berbeda secara kultural atau disebut sebagai
autarkis; (c) elite lokal sangat dominan dan otokratis dalam mengendalikan kekuasaan dan
sumberdaya lokal; (d) tidak mengenal partisipasi warga dalam pengambilan keputusan; (e)
terjadi pertarungan antar elite lokal yang berbasis pada sekat-sekat parokhial.
Keempat, pilar hukum. Legalitas (payung hukum maupun badan hukum) merupakan isu
penting yang selalu menjadi wacana dalam BUMDes. Pilar hukum terutama untuk menjamin
kepastian hukum dan akuntabilitas BUMDes. BUMDes yang berbadan hukum tentu mempunyai
potensi berkembang menjadi besar karena memiliki legalitas dan akuntabilitas dalam
melakukan pergaulan hukum dengan pihak-pihak luar yang lebih besar dan luas.

2.3. Pengembangan BUMNag

Penguatan sumber ekonomi desa merupakan bagian dari desain Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa. Dalam Pasal 78 ayat 1 dijelaskan bahwa pembangunan desa

12
bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa dan kualitas hidup manusia serta
penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan
prasarana Desa, pengembangan potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya
alam dan lingkungan secara berkelanjutan.
Dalam upaya penguatan sumber ekonomi desa, salah satu upaya yang dapat dilakukan
oleh desa dapat dlihat pada Bab X Pasal 87-90 Undang-Undang Desa Nomor 6 Tahun 2014
tentang BUM Desa. Desa dapat menbentuk Badan Usaha Milik Desa atau disingkat BUM Desa
yang dikelola dengan semangat kebersamaan dan kegotngroyongan dan menjalankan usaha di
bidang ekonomi dan atau pelayanan umum. BUM Desa didirikan atas kesepakatan melalui
musyawarah desa dan ditetapkan dengan Peraturan Desas. Hasil usaha dari BUM Desa dapat
digunakan untuk pengembangan usaha BUM Desa atau digunakan untuk Pembangunan Desa,
pemberdayaan masyarakat Desa, dan pemberian bantuan untuk masyarakat miskin melalui
hibah, bantuan sosial, dan kegiatan dana bergulir yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa.
Dalam rangka memudahkan pemerintah desa membangun BUM Desa, Kementerian
Desa, PDT, dan Transmigrasi Republik Indonesia telah mengeluarkan Permendesa Nomor 3
tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik
Desa (BUMDesa). Karena itu, pembentukan dan pengembangan BUMDesa menjadi Nawakerja
Prioritas Kementerian Desa, PDT, dan Transmigrasi dengan target membentuk dan
mengembangkan 5.000 BUMDesa. BUM Desa yang dibentuk dapat terdiri dari unit-unit usaha
yang berbadan hukum, dapat berupa lembaga bisnis yang kepemilikan sahamnya berasal dari
BUM Desa dan masyarakat. Dalam hal BUM Desa tidak mempunyai unit-unit usaha yang
berbadan hukum, bentuk organisasi BUM Desa didasarkan pada Peraturan Desa tentang
Pendirian BUM Desa.
Modal awal BUM Desa bersumber dari APB Desa, dapat terdiri atas:
1. Penyertaan modal Desa, terdiri atas:
a. hibah dari pihak swasta, lembaga sosial ekonomi kemasyarakatan dan/atau
lembaga donor yang disalurkan melalui mekanisme APB Desa;
b. bantuan Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota yang disalurkan melalui mekanisme APB Desa;

13
c. kerjasama usaha dari pihak swasta, lembaga sosial ekonomi kemasyarakatan
dan/atau lembaga donor yang dipastikan sebagai kekayaan kolektif Desa dan disalurkan
melalui mekanisme APB Desa;
d. aset Desa yang diserahkan kepada APB Desa sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan tentang Aset Desa.
2. penyertaan modal masyarakat Desa yang berasal dari tabungan masyarakat dan atau
simpanan masyarakat.
Jenis usaha yang dapat dilakukan oleh BUMDesa meliputi banyak pilihan usaha. Usaha
yang dapat dilakukan oleh BUMDesa adalah:
1. Bisnis social sederhana untuk pelayanan umum dengan memanfaatkan sumber daya lokal
dan teknologi tepat guna meliputi air minum desa, usaha listrik desa, lumbung pangan, dan
sumber daya lokal dan teknologi tepat guna.
2. Bisnis penyewaan, seperti sewa alat transportasi, perkakas pesta, gedung pertemuan, rumah
took, dan lainnya.
3. Usaha perantara, seperti jasa pembayaran listrik dan pasar desa.
4. Usaha bisnis yang berproduksi atau perdagangan, seperti pabrik es, perdagangan hasil
pertanian dan lainnya.
5. Usaha bisnis keuangan yang memberikan akses kredit dan peminjaman yang mudah diakses
oleh masyarakat desa.
6. Usaha bersama seperti pengembangan desa wisata yang mengorganisir rangkaian jenis usaha
dari kelompok masyarakat.
2.4 Konsep Persepsi
Persepsi dalah proses penafsiran seseorang untuk memahami lingkungannya. Lebih lanjut
pengertian persepsi adalah proses mengorganisasikan dan menafsirkan pola stimulus dalam
lingkungannya. Proses tersebut berkaitan dengan kemampuan interpretasi individu, sehingga
masing-masing memberikan interpretasi yang bersifat subyektif terhadap objek yang sedang
menjadi stimulus (Atkinson Cit Settu dkk, 1993) dan persepsi tidak hanya sekedar mendengar,
melihat dan merasakan sesuatu yang didapatnya tetapi lebih jauh disepakati persepsi melibatkan
rangsangan internal dan eksternal (Toha, 1983). Seperti dikemukakan Pritchard (1986) persepsi
adalah adalah gambaran subyektif internal seseorang terhadap dunia luarnya (eksternal).

14
Persepsi merupakan proses pengenalan suatu obyek melalui aktivitas sejumlah
penginderaan yang disatukan dan dikoordinasikan dalam pusat saraf yang lebih tinggi (otak)
(Sarwana, 1992). Jadi persepsi merupakan proses aktif (Prtichard, 1986). Persepsi didefinisikan
sebagai proses dimana individu mengorganisasikan dan menginterpretasikan impresi sensorisnya
supaya dapat memberikan arti kepada lingkungan sekitarnya (Robbins, 1993 Cit Makmuri,
1999).
Dalam permasalahan organisasasi, perilaku ini sangat dipengaruhi oleh tujuan, visi, misi,
panutan, tanggung jawab, batas waktu, dan komunikasi. Selain itu, perilaku akan dipermudah
oleh sumber daya yang dimiliki, baik alat, dana, informasi, personil, waktu, dan kewenangan,
(Cushway, 1993). Dengan demikian persepsi sesorang pimpinan terhadap perubahan organisasi
maupun tugas harus dilakukan seorang pimpinan adalah menyesuaikan diri dengan lingkungan
yang dihadapi agar mendapatkan kesamaan persepsi terhadap tujuan, misi dan tanggung jawab,
serta organisasi yang dipimpinnya, sehingga organisasi dapat mencapai tujuan dan misinya
dengan baik, efisien dan efektif. (Cushway, 1988). Kesamaan persepsi akan mendorong
terbentuknya motivasi yang mendukung makna dari perubahan yang terjadi, dengan kata lain
bahwa kesamaan persepsi akan mendorong terciptanya motivasi yang optimal bagi pelaksanaan
pencapaian tujuan dan misi yang dihadapinya.
Disisi lain ada keterkaitan antara persepsi dengan preferensi, dimana Berdasarkan
English-Indonesian Dictionary yang disusun oleh John M. Echols dan Hasan Shadily, preferensi
(preference) merupakan kata benda (noun) yang berasal dari kata sifat (adjective) prefer (lebih
menyukai) yang artinya lebih ditekankan pada pilihan seseorang terhadap suatu obyek yang lebih
mereka sukai dibanding dengan obyek yang lainnnya berdasarkan penilaian-penilaian
obyektifnya.
Dikaitkan dengan persepsi, preferensi merupakan sikap atas pilihan terhadap suatu
stimulus yang dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal. Sedangkan persepsi
merupakan proses pemahaman terhadap stimulus. Untuk lebih jelasnya, keterkaitan antara
persepsi dan preferensi dapat digambarkan sebagai berikut :

15
tidak
paham
paham Persepsi Menerima

sesuai
piliha
n
Preferensi
Menolak
tidak sesuai
pilihan

Gambar 2.3
Keterkaitan Persepsi dan Preferensi
Sumber : Boedojo, 1986 (Dalam Umar, 2009:30

Menurut skema tersebut di atas, antara persepsi dan preferensi berada dalam satu koridor
proses kognitif. Keduanya dapat membentuk sikap penerimaan atau penolakan terhadap stimulus
yang diberikan. Persepsi dapat melahirkan sikap penolakan atau penerimaan tergantung pada
tingkat pemahaman individu terhadap stimulus, sedangkan sikap penerimaan atau penolakan
dalam proses preferensi didasarkan atas pilihan-pilihan prioritas yang mana pilihan tersebut
didasarkan faktor-faktor eksternal dan internal yang melingkupinya

16
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif
karena pendekatan ini manfaatnya ditujukan untuk mempelajari fenomena sosial dengan tujuan
menjelaskan dan menganalisa perilaku manusia dan kelompok, dari sudut pandang yang sama
sebagai objek yang diteliti melihat masalah tersebut (moleong, 2000). Untuk melihat bagaimana
persepsi pemerintahan nagari terhadap proses manajemen Badan Usaha Milik Nagari (BUMNag)
di Nagari Lubuak Malako Solok Selatan. peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian
kualitatif menurut (Strauss Corbin:1990:17) adalah” qualitatif research we mean any kind of
research that produces finding not arrived at by means of statistical procedures or other means
quantification”. Artinya bahwa berdasarkan permasalahan penelitian yang telah dikemukakan
diatas dimana data yang dibutuhkan lebih bersifat informasi yang komprehensif dan luas maka
penelitian ini cocok menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif juga mempunyai
desain penelitian sementara yang berkembang di lapangan dan menganalisis data secara induksi.
3.2 Fokus Penelitian
Adapun fokus penelitian ini adalah bagaimana persepsi pemerintahan nagari terhadap
proses manajemen Badan Usaha Milik Nagari (BUMNag) di Nagari Lubuak Malako Solok
Selatan. Pada tahap awal penelitian ini mengidentifikasi bagaimana proses pembentukan dan
pengembangan BUMNag. Selanjutnya dilihat bagaimana persepsi pemerintahan nagari terhadap
proses manajemen Badan Usaha Milik Nagari (BUMNag) tersebut. Terakhir penelitian ini
menemukan model manajemen yang efektif untuk pengembangan BUMNag kedepan sesuai
dengan kondisi di nagari.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer
merupakan data yang diperoleh dari wawancara langsung dari subyek atau informan. Sedangkan
data sekunder merupakan data yang diperoleh dari arsip-arsip atau dokumentasi yang relevan
dengan permasalahan penelitian.
3.4 Pemilihan Informan
Informan adalah orang yang dipilih dan dapat menerangkan serta memberikan informasi
sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian. Pemilihan informan dilakukan dengan

17
menggunakan teknik-teknik tertentu, tujuannya adalah untuk menjaring informasi sebanyak-
banyaknya (moleong, 1998). Pemilihan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling. Dengan demikian informan dalam penelitian ini adalah pihak yang terkait
dan terlibat langsung terkait dengan permasalahan penelitian yakni mereka yang terlibat
langsung dalam proses pembentukan BUMNag seperti Pemerintah Nagari dan Badan
Permusyawaratan (Bamus) Nagari. Informan lainnya untuk mendukung penelitian ini juga bisa
berasal dari Bagian Pemerintahan Nagari, pemangku kepentingan baik perorangan atau
kelompok yang sebenarnya memiliki peranan penting dalam pembentukan dan pengembangan
BUMNag.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Untuk pengumpulan data dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik sebagai berikut:

1. wawancara mendalam (indepth interview)


Wawancara mendalam dipakai untuk mendalami informasi-informasi berkenaan dengan
respon dan persepsi yang muncul dari setiap peruahan dan perkembangan. wawancara ini
dilakukan untuk mendapatkan data primer yang sesuai dengan permasalahan dan kebutuhan
analisis data.
2. Studi literatur merupakan metode yang penting dilakukan dalam penelitian ini dimana untuk
melihat perbandingan terkait dengan isu dan permasalah yang diangkat dalam penelitian ini
sehingga peneliti dapat membandingkan dan menemukan titik temu dari kasus-kasus yang
berbeda di masing-masing daerah yang nantinya akan menjadi rujukan dalam membuat
kesimpulan dalam penelitian ini.
3. Dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian ini terkait dengan data-data sekunder berupa notulensi rapat,
foto-foto, dan arsisp-arsip lain yang terkait dengan masalah penelitian.
3.6 Triangulasi Data
Selanjutnya, untuk memperoleh keabsahan data secara maksimal peneliti menggunakan
teknik triangulasi sumber (informasi). Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu (Moleong, 2001:178). Triangulasi sumber berarti membandingkan
dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat

18
yang berbeda dalam metode kualitatif (Patton dalam Moleong, 2002 : 178), yang dapat dicapai
dengan membandingkan pendapat antara satu informan dengan informan lain.
3.7 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Nagari Lubuak Malako Kabupaten Solok Selatan. Pemilihan
daerah penelitian ini tentu didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai dengan
tujuan dan kaidah penelitian. Dalam penelitian ini lokasi penelitian secara umum didasari pada
kesesuaian antara tema penelitian yaitu persepsi pemerintahan nagari terhadap proses manajemen
Badan Usaha Milik Nagari (BUMNag) di Nagari Lubuak Malako Solok Selatan, Berdasarkan
tema ini, adapun lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah di Nagari Lubuak Malako
Kabupaten Solok Selatan.
3.8 Tahap Penelitian
Penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu pengumpulan data, interpretasi data, analisis
data, dan penairikan kesimpulan. Pada tahap awal peneliti mengumpulkan data di lapangan
maupun melalui studi literatur. Data yang dikumpulkan adalah data-data yang terkait dengan
segala aspek. Selanjutnya data-data ini dianalisis dengan teori dan konsep yang digunakan dalam
penelitian ini. Kemudian, penelitian ini juga memberikan deskripsi tentang dampak yang
dihasilkan dari kebijakan tersebut serta menarik kesimpulan.

19
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pembentukan dan Pengembangan Badan Usaha Milik Nagari (BUMNag) di Nagari
Lubuak Malako
Secara normatif pembentukan Badan Usaha Milik Nagari (BUMNag telah diatur dalam
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal Nomor 3 Tahun 2015 tentang
Pendirian, Pengurusan & Pengelolaan & Pembubaran BUMDesa. Pada peraturan ini disebutkan
bahwa tujuan dari pendirian BUMDesa adalah untuk meningkatkan perekonomian desa,
mengoptimalkan aset desa agar lebih bermanfaat untuk kesejahteraan desa, meningkatkan usaha
masyarakat dalam pengelolaan potensi ekonomi desa, mengembangkan rencana kerjasama usaha
antar desa dan atau pihak ketiga, menciptakan peluang dan jaringan pasar yang mendukung
kebutuhan layanan umum warga, membuka lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan
masyarakat melalui perbaikan layanan umum, pertumbuhan dan pemerataan ekonomi desa, dan
meningkatkan pendapatan masyarakat dan PAD. Bentuk kelembagaan BUMDesa dapat terdiri
dari unit-unit usaha yang berbadan hukum seperti Perseroan Terbatas (PT), atau Lembaga
Keuangan Mikro. BUM Desa juga dapat tidak berbadan hukum seperti bentuk organisasi
BUMD, didasarkan pada peraturan desa tentang pendirian BUMDesa sebagaimana yang telah
diatur pada pasal 5 ayat 3.

Pembentukan BUMNag oleh Pemerintah Nagari dilakukan melalui mekanisme


musyawarah nagari. Pembahasan pada musyawarah nagari itu terkait persoalan pendirian
BUMNag dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi sosial, budaya masyarakat organisasi
pengelola BUMNag, modal usaha yang bisa bersumber dari nagari maupun dari masyarakat
nagari dan membahas persoalan AD/ART BUMNag. Untuk kepengurusan organisasi BUMNag
terdiri dari penasehat pelaksana operasional dan pengawas. Secara general proses pembentukan,
pengelolaan, dan pengembangan BUMNag dapat dilakukan melalui tiga tahapan yaitu :

1. Identifikasi potensi nagari dengan unit-unit usaha yang akan dikelola oleh BUMNag.

Pada tahap pertama yang harus dilakukan oleh para stakeholders dalam proses
pembentukan BUMNag adalah mengidentifikasi asset-aset yang terdapat di nagari yang
bisa dikelola dalam sebuah unit usaha dibawah BUMNag. Aset nagari tersebut dapat
berupa perkebunan, PLTMH, pasar nagari, objek wisata, pengelolaan air minum, dan lain

20
sebagainya. Dalam tahap pertama proses penggalian potensi nagari yang dapat dikelola
dibawah BUMNag dilakukan oleh beberpa stakeholder, baik dari pihak internal nagari
maupun dari pihak eksternal. Dari pihak internal pihak yang berperan adalah pemerintah
nagari, sementara dari pihak eksternal yang terlibat dalam tahap ini adalah Bappeda,
Bagian Pemerintahan Nagari, dan Badan Pemberdayaan Masyarakat. Setiap stakeholder
tersebut memiliki peran yang berbeda sesuai dengan kedudukannya, namun dalam proses
penggalian potensi nagari tersebut mereka harus berkoordinasi dengan baik.

Bappeda sebagai SKPD yang memiliki tupoksi melaksanakan penyusunan dan


pelaksanaan kebijakan pemerintah daerah dibidang perencanaan, pengendalian
pembangunan daerah dalam tahap ini memiliki peran mengkoordinir semua stakeholder
yang terlibat. Sementara itu Bagian Pemerintahan Nagari sebagai SKPD yang bertugas
dalam mengkoordinasi kegiatan pemerintahan dan pembangunan di Nagari memiliki
peran menggali dan memetakan aset-aset yang dimiliki nagari di Solok Selatan.
Sementara itu, Badan Pemberdayaan Masyarakat sebagai SKPD yang memiliki tupoksi
merumuskan dan melaksanakan kebijakan di bidang pemberdayaan masyarakat berperan
dalam mensosialisasikan dan mendampingi nagari dalam menggali potensi yang mereka
miliki.

2. Pembentukan BUMNag yang ditetapkan melalui Peraturan Nagari.

Pendirian BUMNag dilakukan melalui sebuah mekanisme musyawarah nagari


yang dihadiri oleh stakeholders yang berasal dari internal pemerintah nagari, tokoh
masyarakat, maupun pihak eksternal yang berasal dari Pemerintah Kabupaten.
Pembahasan dalam musyawarah tersebut terkait dengan pendirian BUMNag,
kepengurusan organisasi pengelola BUMNag, modal usaha BUMNag, dan AD/ART
BUMNag. Pada tahap ini terdapat beberapa stakeholder yang berperan, yaitu stakeholder
internal seperti Pemerintah Nagari, Bamus Nagari, LPMN, KAN, Niniak Mamak, Cadiak
Pandai, Alin Ulama, Pemuda, Bundo Kanduang, Pengusaha. Sementara itu pihak
eksternal yang terlibat adalah Bappeda, Bagian Pemerintahan Nagari, dan Badan
Pemberdayaan Masyarakat. Semua stakeholder ini terlibat dalam musyawarah nagari
yang membahas mengenai pendirian BUMNag. Kemudian dalam perumusan peraturan
nagari nantinya juga terlibat Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Solok Selatan.

21
Hasil musyawarah nagari ini kemudian ditetapkan dalam bentuk Peraturan Nagari. Dalam
menyusun Peraturan Nagari tersebut akan terlibat empat kelompok stakeholders.

Other Internal
Stakeholders

Pemerintah Pembahasan BAMUS


Nagari Ranperna
BUMNag

External
Stakeholders for
stage 1-2

Gambar 4.1.1 Legal Drafting Peraturan Nagari tentang BUMNag

3. Pengelolaan & Pengembangan Unit-Unit Usaha di BUMNag.


Pada tahap ini unit-unit usaha yang dikelola dan dikembangkan oleh nagari
disesuaikan dengan potensi yang dimiliki oleh nagari. Unit usaha yang dikelola dan
dikembangkan dapat berupa kebun plasma, PAMSIMAS, pasar nagari, tempat wisata,
lembaga keuangan mikro, maupun PLTMH. Pengelolaan dan pengembangan ini dapat
dilakukan dengan bekerjasama antara Pemerintah Nagari dengan Pemerintah Kabupaten,
maupun dengan pihak ketiga.
Dalam proses pengelolaan dan pengembangan BUMNag terdapat beberapa
stakeholder yang mengambil peranan. Hal ini tergantung kepada jenis unit usaha yang
dikelola. Di dalam pengelolaan BUMNag tentunya pihak yang terlibat adalah pengurus
BUMNag, selain itu mereka juga bisa berkerjasama dan berkoordinasi dengan
pemerintah nagari, pengusaha nagari, dan SKPD yang ada di pemerintahan Kabupaten
SOLOK Selatan seperti Dinas Perkebunan, Dinas Pariwisata, Dinas Koperindag, Dinas

22
PU, dan Dinas ESDM. Adapun pola pengelolaan dan pengembangan BUMNag dapat
terlihat dari gambar berikut :

BUMNag

Unit usaha Unit usaha Unit usaha

Eksternal Stakeholders Eksternal Stakeholders Eksternal Stakeholders

Gambar 4.1.2 Pola Pengelolaan dan Pengembangan BUMNag

Nagari-nagari di Kabupaten Solok Selatan jika dilihat berdasarkan kepemilikan aset dapat
dikelompokkan menjadi dua kelompok. Pertama, kelompok nagari yang memiliki aset nagari
dapat dijadikan BUMNag seperti aset berupa perkebunan (kebun plasma), pasar nagari,
PAMSIMAS, Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH), dan objek wisata. Kedua,
kelompok nagari yang tidak memiliki aset nagari yang dapat dijadikan BUMNag. Nagari-nagari
yang memiliki aset, dapat mendirikan BUMNag dengan unit usaha yang mengelola aset tersebut.
Sementara itu, nagari-nagari yang tidak memiliki aset nagari, dapat mengembangkan unit usaha
berupa Lembaga Keuangan Mikro untuk dikelola dibawah BUMNag.

Nagari Lubuak Malako merupakan salah satu nagari yang memiliki aset nagari yang
dapat dijadikan BUMNag di Kabupaten Solok Selatan. Ada banyak tanah ulayat yang dimiliki
oleh Nagari Lubuak Malako mulai dari pasar, sungai, hutan, dan bukit, serta areal perkebunan.
Pasar, galian C, dan perkebunan kelapa sawit merupakan ulayat nagari yang dikelola yang
mampu memberikan Pendapatan Asli Nagari (PAN) bagi Nagari Lubuak Malako. Terdapat
sejumlah asset nagari yang berpotensi dikelola oleh sebuah Badan Usaha Milik Nagari
(BUMNag). Berdasarkan jenis sektornya, asset milik Nagari Lubuk Malako dapat
dikelompokkan dalam:

23
1. Asset di sektor perdagangan.

Aseet nagari di sektor perdagangan adalah Pasar Nagari. Pasar nagari merupakan
media bagi masyarakat nagari untuk melaksanakan transaksi jual beli. Disinilah para
penjual memasarkan dagangannya baik berupa hasil pertanian, produk makanan, maupun
pakaian. Keberadaan pasar nagari selain sebagai penunjang aktivitas perekonomian
masyarakat, juga berfungsi sebagai penyumbang pendapatan asli nagari melalui
penarikan retribusi yang dikelola oleh pemerintah nagari. Pasar Bancah Kampeh
merupakan pasar terbesar di Kecamatan Sangir Jujuan dan merupakan hak ulayat Nagari
Lubuak Malako. Pasar Bancah Kampeh dikelola oleh nagari dengan menunjuk orang
yang berkompeten untuk mengelola pasar. Dari hasil retribusi dan sewa toko dan los,
Pasar Bancah Kampeh bisa menghasilkan pendapatan kotor sekitar Rp. 90 juta setiap
tahunnya. Dari tahun 2011 – 2015, Pasar Bancah Kampeh hanya diwajibkan
menyetorkan pendapatan ke kas nagari sebanyak Rp. 12 juta. Sisanya dimanfaatkan
untuk kepentingan operasional pasar termasuk pembangunan dan perawatan los dan pasar
oleh pengelola.

Gambar 4.1.3 Sketsa Pasar Bancah Kampeh Nagari Lubuak Malako

24
2. Asset di sektor perkebunan.

Asset nagari di sektor perkebunan adalah Kebun Plasma kelapa sawit. Tanah
ulayat yang digunakan untuk perkebunan ini diserahkan oleh Nagari Lubuk Malako
kepada investor PT. Sumatera Jaya Agro Lestari (PT. SJAL) pada tahun 1998. Tanah
ulayat nagari Lubuk Malako diserahkan seluas 2.000 Hektar kepada PT. SJAL dengan
ketentuan 10 % dari luas lahan kebun akan diserahkan kepada Nagari Lubuk Malako
sebagai kebun plasma. Artinya, sekitar 200 Ha perkebunan ini menjadi milik masyarakat
Lubuk Malako. Sejauh ini keberadaan kebun plasma tersebut telah memberikan
kontribusi besar bagi Nagari Lubuk Malako. Keuntungan yang didapat dari pengelolaan
kebun plasma tersebut telah menyumbang besar bagi PAN (Pendapatan Asli Nagari)
yang notabene merupakan penunjang penyelenggaraan pemerintahan pembangunan di
Nagari Lubuk Malako

Gambar 4.1.4 Peta Lokasi dan Sebaran Kebun Plasma Kelapa Sawit Nagari Lubuak
Malako

25
3. Asset di sektor Pariwisata.

Asset di sektor pariwisata yang ada di Nagari Lubuak malako berupa Batang
Sangir, Batang Iku, Bukit-Bukit kecil di nagari, Air Terjun Sungai Laying-Layang,
Ngalau Lubuak Malako dan Embung Asahan.

Gambar 4.1.5 Batang Sangir, Ngalau Lubuak Malako, Embung Asahan dan Air
Terjun Sungai Laying-Layang

4. Asset di sektor pertambangan.

Asset pertambangan yang ada di Nagari Lubuak Malako terdapat di Batang


Sangir dan Batang Iku (potensi Galian C) dan tambang tanah di bukit-bukit kecil. Sungai
dan bukit di Nagari Lubuk Malako juga merupakan ulayat nagari yang mampu
memberikan pendapatan bagi nagari. Galian C yang telah memberikan kontribusi bagi
PAD Nagari adalah galian C di Bukit Gadang yang diambil dari retribusi sebanyak Rp.
1.000,- atas setiap truk yang mengambil galian C.

26
Gambar 4.1.6 Potensi Galian C Nagari Lubuak Malako

5. Asset di sektor air minum.

Asset di sektor air minum adalah keberadaan PAMSIMAS. PAMSIMAS


merupakan salah satu program Pemerintah Indonesia dalam penyediaan air bersih dan
sanitasi bagi masyarakat pedesaan melalui pendekatan berbasis masyarakat. Program
yang didukung Bank Dunia ini telah dilaksakan semenjak tahun 2008 sampai 2016 di
beberapa wilayah perdesaan dengan tujuan meningkatkan jumlah masyarakat perdesaan
yang dapat mengakses air bersih dan sanitasi melalui pengarusutamaan dan perluasan
pendekatan pembangunan berbasis masyarakat (www.pamsimas.co.id). Output dari
program ini adalah tersedianya air minum dan sanitasi yang dikelola oleh masyarakat.
Program PAMSIMAS dilaksanakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum melalui
Direktorat Jendral Cipta Karya. Pemerintah Pusat bersama Pemerintah Kabupaten Solok
Selatan dan Pemerintah Nagari telah sepakat pengelolaan PAMSIMAS diserahkan ke
nagari. PAMSIMAS juga berpotensi untuk dapat dikelola dan dikembangkan menjadi
salah satu unit usaha BUMNag di Lubuak Malako, mengingat terdapat 5 buah pamsimas
di Nagari Lubuk Malako. Dengan dikelolanya PAMSIMAS dibawah BUMNag
diharapkan pengelolaannya menjadi lebih meningkat karena dikelola dengan manajemen
corporate.

27
4.2 Persepsi Pemerintahan Nagari Lubuak Malako terhadap Proses Manajemen Badan
Usaha Milik Nagari BUMNag

Persepsi dapat melahirkan sikap penolakan atau penerimaan tergantung pada tingkat
pemahaman individu terhadap stimulus. Kesamaan persepsi akan mendorong terciptanya
motivasi yang optimal bagi pelaksanaan pencapaian tujuan dan misi yang dihadapinya. Dalam
proses pembentukan BUMNag di Nagari Lubuak Malako persepsi dari Pemerintahan Nagari
Lubuak Malako terhadap manajamen BUMNag dibutuhkan agar proses manajemen yang
dilakukan dalam kegiatan-kegiatan unit usaha BUMNag dapat terintegrasi, sistematis dengan
baik dan berjalan dengan efektif.

Di satu sisi terdapat keterkaitan antara persepsi dengan preferensi, dimana berdasarkan
English-Indonesian Dictionary yang disusun oleh John M. Echols dan Hasan Shadily, preferensi
(preference) merupakan kata benda (noun) yang berasal dari kata sifat (adjective) prefer (lebih
menyukai) yang artinya lebih ditekankan pada pilihan seseorang terhadap suatu obyek yang lebih
mereka sukai dibanding dengan obyek yang lainnnya berdasarkan penilaian-penilaian
obyektifnya. Dikaitkan dengan persepsi, preferensi merupakan sikap atas pilihan terhadap suatu
stimulus yang dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal. Sedangkan persepsi
merupakan proses pemahaman terhadap stimulus. Untuk lebih jelasnya, keterkaitan antara
persepsi dan preferensi dapat digambarkan sebagai berikut :

tidak
paham
paham Persepsi Menerima

sesuai
piliha
n
Preferensi
Menolak
tidak sesuai
pilihan

Keterkaitan Persepsi dan Preferensi


Sumber : Boedojo, 1986 (Dalam Umar, 2009:30

28
Keterkaitan antara persepsi dengan preferensi berada dalam satu koridor proses kognitif.
Keduanya dapat membentuk sikap penerimaan atau penolakan terhadap stimulus yang diberikan.
Persepsi dapat melahirkan sikap penolakan atau penerimaan tergantung pada tingkat pemahaman
individu terhadap stimulus, sedangkan sikap penerimaan atau penolakan dalam proses preferensi
didasarkan atas pilihan-pilihan prioritas yang mana pilihan tersebut didasarkan faktor-faktor
eksternal dan internal yang melingkupinya

Pemerintah Nagari Lubuak Malako dalam hal ini Wali Nagari memandang terbentuknya
BUMNag secara legal yang dilandasi oleh Peraturan Nagari merupakan dasar hukum yang kuat
bagi Pemerintah Nagari untuk mengelola ulayat nagari yang dinilai produktif dan
menguntungkan. Aset-aset nagari seperti pasar nagari, kebun plasma, dan objek wisata dapat
dikelola oleh unit-unit usaha BUMNag. Semua aset tersebut berpotensi menghasilkan
pendapatan asli bagi nagari. Dengan dikelolanya asset-aset tersebut dalam bentuk BUMNag,
pendapatan asli nagari dari pemanfaatan ulayat nagari menjadi lebih memiliki kekuatan hokum.
Disamping kepentingan untuk memperoleh pendapatan asli nagari, pembentukan BUMnag juga
secara tidak langsung akan meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat.

Persepsi dalam bentuk sikap penerimaan oleh pemerintahan nagari terhadap proses
manajemen BUMNag di Nagari Lubuak Malako dapat terlihat dengan adanya stimulus dari
Pemerintah Nagari Lubuak Malako berupa penyiapan dan pengusulan kepada BAMUS untuk
dilakukan pembahasan regulasi Rancangan Peratutan Nagari Lubuak Malako tentang BUMNag
yang dapat dijadikan sebagai dasar hukum dalam memanajemen BUMNag. Selanjutnya dalam
proses manajemen BUMNag persepsi dari Pemerintah Nagari Lubuak Malako sebagai wujud
penerimaannya terhadap BUMNag adalah berupa penyiapan alokasi anggaran dan kegiatan di
tahun anggaran 2016 sekaligus menyiapkan personil yang ada di Kantor Wali Nagari Lubauk
Malako untuk melakukan manajemen terhadap BUMNag. Dengan adanya persepsi dalam bentuk
stimulus terhadap proses manajemen BUMNag oleh Pemerintah Nagari Lubuak Malako berupa
penyiapan elemen-elemen pendukung, diharapkan proses manajmen BUMNag dapat berjalan
dengan efektif. Namun dalam proses pembentukan dan manajemen BUMNag tentunya bisa saja
terjadi masalah yang dapat menghambat proses kegiatan unit-ubit usaha yang ada di dalam
BUMNag. Hambatan secara institusi dari Pemerintah Nagari dalam pembentukan BUMNag

29
dapat dikatakan tidak terjadi. Hambatan lebih bersifat teknis sseperti keterbatasan Sumber Daya
Manusia dan juga keterbatasan teknologi.

Dalam pembentukan dan proses manajemen BUMNag Bamus Nagari Lubuak Malako,
sebagai lembaga yang berfungsi sebagai mitra Pemerintah Nagari, seperti halnya legilslatifnya
desa, juga memiliki pandangan atau persepsi terhadap proses manajemen BUMNag yang hampir
sama dengan pandangan atau persepsi Pemerintah Nagari. Persepsi yang dihasilkan Bamus
terhadap proses manajemen BUMNag berupa penerimaan adanya BUMNag di Lubuak Malako.
Stimulus yang diberikan oleh Bamus dalam proses manajemen BUMNag dengan melakukan
pembahasan Ranperna tentang BUMNag, kemudian melakukan pengawasan terhadap jalannya
kegiatan unit-unit usaha pada BUMNag. Hal ini mencerminkan bahwa Bamus menyadari
pembentukan dan proses manajemen BUMnag merupakan kebutuhan yang mendesak dalam
mengelola ulayat-ulayat nagari yang dapat memberikan pendapatan asli bagi nagari sehingga
dapat meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat nantinya. Dalam proses
pembentukan dan manajemen BUMNag tentunya juga bisa terjadi masalah yang dapat
menghambat proses kegiatan unit-ubit usaha yang ada di dalam BUMNag. Secara institusi, tidak
ada hambatan yang datang dari Bamus Nagari. Namun kendala utama yang terjadi adalah masih
terdapatnya ketidakpahaman sebagian kecil anggota Bamus terkait dengan keberadaan BUMNag
ini.

30
BAB V
KESIMPULAN

Persepsi Pemerintahan Nagari terhadap proses manajemen BUMNag di Nagari Lubuak


Malako dapat terlihat dengan adanya stimulus dalam bentuk sikap penerimaan terhadap
BUMNag dari Pemerintah Nagari Lubuak Malako berupa penyiapan dan pengusulan kepada
BAMUS untuk dilakukan pembahasan regulasi Rancangan Peratutan Nagari Lubuak Malako
tentang BUMNag yang dapat dijadikan sebagai dasar hukum dalam memanajemen BUMNag.
Selanjutnya dalam proses manajemen BUMNag persepsi dari Pemerintah Nagari Lubuak Malako
sebagai wujud penerimaannya terhadap BUMNag adalah berupa penyiapan alokasi anggaran dan
kegiatan di tahun anggaran 2016 sekaligus menyiapkan personil yang ada di Kantor Wali Nagari
Lubauk Malako untuk melakukan manajemen terhadap BUMNag. Dengan adanya persepsi
dalam bentuk stimulus terhadap proses manajemen BUMNag oleh Pemerintah Nagari Lubuak
Malako berupa penyiapan elemen-elemen pendukungnya, diharapkan proses manajmen
BUMNag dapat berjalan dengan efektif.

Bamus Nagari Lubuak Malako, sebagai lembaga yang berfungsi sebagai mitra
Pemerintah Nagari juga memiliki pandangan atau persepsi terhadap proses manajemen BUMNag
yang hampir sama dengan pandangan atau persepsi Pemerintah Nagari. Persepsi yang dihasilkan
Bamus terhadap proses manajemen BUMNag berupa penerimaan adanya BUMNag di Lubuak
Malako. Stimulus yang diberikan oleh Bamus dalam proses manajemen BUMNag, dengan
melakukan pembahasan Ranperna tentang BUMNag, kemudian melakukan pengawasan terhadap
jalannya kegiatan unit-unit usaha pada BUMNag. Hal ini mencerminkan bahwa Bamus
menyadari pembentukan dan proses manajemen BUMnag merupakan kebutuhan yang mendesak
dalam mengelola ulayat-ulayat nagari yang dapat memberikan pendapatan asli bagi nagari
sehingga dapat meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat nantinya.

31
DAFTAR PUSTAKA

A.A Navis. 1984. Alam Takambang Jadi Guru: Adat dan Kebudayaan Minangkabau. Jakarta :
Grafiti Pers.
Eko, Sutoro bersama Tim FPPD, 2013. Membangun BUMDes yang Mandiri, Kokoh dan
Berkelanjutan, Policy Paper
Hanida, Rozidateno Putri, dkk 2015 Develop Self-Reliance Of Village Government Based On
Management Of Communal Land UNIMA IAPA International Annual Conference 2015
The role Of Local Government In Global Competition” ISBN 978-602-73770-0-4,
Manado.

LKAAM. 2000. Bunga Rampai Pengetahuan Adat Minangkabau. Padang :Yayasan Sako
Batuah.

Moleong J, Lexy, 2000, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya,


Bandung.

Moleong J, Lexy, 1998, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya,


Bandung.

Strauss, A&Corbin J, 1990, Basic of Qualitative Research, SAGE Publication

Umar. 2009. Persepsi dan Perilaku Masyarakat dalam Pelestarian Fungsi Hutan sebagai
Daerah resapan. Semarang. Thesis. Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro

32
LAMPIRAN 1

CURRICULUM VITAE

Nama : Drs. Yoserizal, M.Si


NIP/NIK 196008251989011001 :
Tempat Tanggal Lahir : Koto Anau, 25 Agustus 1960
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Golongan/Pangkat : IV b
Jabatan Fungsional Akademik: Lektor Kepala
Alamat Rumah Pondok Karya Perdana A/7 Jln Adinegoro Km 12 Simp
Hilalang Koto Tangah Padang
Alamat Email jarjisyoserizal@yahoo.co.id:
RIWAYAT PENDIDIKAN PERGURUAN TINGGI
Tahun Lulus Jenjang Perguruan Tinggi Jurusan/Bidang Studi
1987 S1 Universitas Riau Administrasi Negara
2002 S2 Universitas Aandalas Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

PELATIHAN PROFESIONAL
Tahun Pelatihan Penyelenggara
2010 Pentaloka Bela Negara Dosen Pendidikan Korem 032 Wirabarja
Kewarganegaraan se Sumatera Barat
2011 Workshop Metode Pembelajaran Student Project I-MHERE Jurusan
Center Learning (SCL) Antropologi Fisip Unand
2013 Pelatihan Management dan Leadership bagi LP3M Universitas Andalas
Ketua Jurusan se Universitas Universitas
Andalas
2014 Workshop Pembelajaran Masa Datang LP3M Universitas Andalas
Lokakarya Hasil Audit Mutu Interna (AM I) LP3M Universitas Andalas
Prodi dan Hasil Evaluasi Pembelajarann
Tahun 2013 “Continous Improvement”
2014 Lokakarya Pendidikan Pancasila bagi Dosen MKDU Universitas Andalas
Universitas Andalas
International Journal Workshop Jurusan Administrasi Negara Fisip
Universitas Andalas

2014 Lokakarya Perbaikan Mutu Prodi dan U nit LP3M Universitas Andalas
Kerja

PENGALAMAN JABATAN
Jabatan Institusi Tahun...sd...
Sekretaris Prodi Ilmu Politik Fisip Universitas Andalas 1997 - 1999

33
Ketua Prodi Ilmu Politik Fisip Universitas Andalas 2004 - 2007
Ketua Prodi Administrasi Fisip Universitas Andalas 2011 – 2013
Negara
Ketua Jurusan Administrasi Fisip Universitas Andalas 2013 - 2017
Negara

PENGALAMAN PENELITIAN
Tahun Judul Penelitian Jabatan Sumber Dana /
Nominal
2010 Strategi dan Model Untuk Mengakomodasi Anggota Dikti/ Rp. 40 juta
Nilai Demokrasi Lokal dalam Pembentukan
Negara Kuat melalui Pelaksanaan Otponomi
Daerah di Sumatera Barat
2011 Kembali ke Negara : Analisis Peran Anggota Dikti/Rp. 35 juta
Otonomi Negara Dalam Mengendalikan
Proses Demoklrasi Lokal di Sumatera Barat
2011 Dari Public Administration ke New Public Ketua DIPPA Unand/
Management : Analisis Perubahan Rp. 6,5 juta
Paradigma Penyelenggaraan Pemerintah
Daerah di Sumatera Barat
2012 Kembali ke Negara : Analisis Peran Anggota Dikti/ Rp. 35 juta
Otonomi Negara Dalam Mengendalikan
Proses Demoklrasi Lokal di Sumatera Barat
2012 Model Kebijakan Pengembangan Sistem Ketua Dikti Rp. 55 juta
Pertahanan Sosial (Social Defence System)
Berdasarkan Modal Sosial Masyarakat di
Daerah Perbatasan
2012 Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Rumah Anggota Pemda Sumatera
Sakit Umum Daerah (RSUD) Solok Barat/Rp. 50 juta
2012 Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) UPTD Anggota Pemda Sumatera
DPKD Kantor Pelayanan Pendapatan Barat/ Rp. 50 juta
Propinsi di Kabupaten Tanah Datar
2012 Kepuasan masyarakat Terhadap Pemerintah Anggota Pemda Sumatera
Propinsi Sumatera Barat Barat/ R p. 165
juta
2013 Model Kebijakan Pengembangan Sistem Ketua Dikti/ Rp. 50 juta
Pertahanan Sosial (Social Defence System)
Berdasarkan Modal Sosial Masyarakat di
Daerah Perbatasan
2013 Quasi Otonomi pada Penyelenggaraan Anggota Dikti/Rp. 46 juta
Permerintahan Terendah : Analisis
Pelaksanaan Urusan Pemerintahan Nagari di
Propinsi Sumatera Barat dan Desa di Daerah
Istimewa Yogyakarta
2013 Analisis Etika Publik dalam Kompetensi Anggota DIPPA
Pejabat Publik Universitas

34
Andalas /Rp. 5
juta
2014 Pengembangan Kapasitas Sumber Daya Anggota DIPPA
aapartaur Pelayanan Publik di Garis Depan Universitas
Dalam Kerangka Reformasi Birokrasi Andalas /Rp. 5
Pemerintah Daerah Studi Kasus Kantor juta
Pelayanan Perizininan Terpadu dan
Penanaman Modal Kota Pariaman

KARYA TULIS ILMIAH

Tahun Judul Penerbit/Jurnal


2010 Preferensi dan Rasionalitas Pilihan Pokitik Buku : Adat, Islam dan Gender :
Perempunan Minang Perkotaan terhadap Pergulatan dalam merumuskan
Perilaku Memilih dalam Pemilihan Umum di iddentitas diri. Lembaga
Kota Padang Penelitian Universitas Andalas
ISBN 978-602-8821-02-5
2011 Penguatan Fungsi Legislasi Badan Jurnal Warta Pengabdian
Musyawarah Nagari Baruang-Baruang Balantai Andalas ISSN 0854-644X
Kanbupaten Pesisir Selatan Menggunakan Hak
Inisiatifnya dalam Penyusunan Pe aturan
Nagari
2011 Praktek Pemerintahan Terendah dalam Jurnal Transformasi
Pembangunan dan Implikasinya terhadap Pemerintahan IPDN Vol 3 No. 2,
Demokrasi Lokal di Sumatera Barat Oktober 2011 ISSN 2085-5192
2012 Implementasi Prinsip Akuntabilitas Publik dan Jurnal JAKP Ilmu Administrasi
Kaitannya dengan reformasi Birokrasi Publik Negara Fisip Universitas
di Sumatera Barat Andalas Vol 1 No. III, Oktober
2012 ISSN 2301-4342
2013 Ancaman terhadap Pemngembangan Sistem Jurnal Sosial dan Pembangunan
Pertahanan Sosial di daerah perbatasan Kota MIMBAR Unisba Bandung Vol
Batam 29, No.1 Juni 2013 ISSN 0215-
8175
2013 Quasi Otonomi Pada Pemerintahan di Nagari Jurnal Sosiohumaniora Unpad
Simarasok di Sumatera Barat dan D esa Bandung Vol 15 No. 2,JNuli
Ponjong Daerah Istimewa Yogyakarta 2013 ISSN 1411-0911

PESERTA KONFRENSI/SEMINAR/LOKAKARYA/SIMPOSIUM
Tahun Judul Kegiatan Penyelenggara
2011 International Seminar on Islamic Epistemology toward Andalas University
curriculum Reform and International
Institute of Islamic
Trought (IIIT) South
East Asia di Padang

2012 International Seminar Contemporary Public IAPA Pusat dan

35
Administration Learning Method and National Universitas Katholik
Workshop Socialization of National Curriculum Parahyangan Bandung
Content Public Aministration
2012 Reformasi Birokrasi Kementerian
Pendayaagunaan
Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi
Jakarta
2013 IAPA Annual Conference 2013 ” Democracy IAPA Pusat dan Fisip
andractive Reform” :L Delivering Democratic Universitas Indonesia
Advantage through an Accountable and Transparent Jakarta
Goverment
2013 RAKERNAS BKS PTN Wilayah Barat Bidang Ilmu Fisip Universitas
Sosial Palangka Raya
2014 IAPA Annual Conference 2014 ”Pembangunan IAPA Pusat dan
Ekonomi dan Reformasi Sektor Publik Menuju Fakultas Ekonomi dan
ASEAN Economic Community 2015” Ilmu Sosial UN
SUSKA Pekanbaru
2014 Se minar Nasional dan Rapat Tahunan BKS PTN Fakultas Ilmu Sosial
Wilayah Barat Bidang Ilmu Sosial Universitas Negeri
Medan

KEGIATAN PROFESIONAL/PENGABDIAN MASYARAKAT


Tahun Judul Pengabdian Jabatan Sumber Dana /
Nominal
2010 Penguatan Fungsi legislasi Badan Anggota DIPPA Universitas
Musyawarah Nagari Baruang-Baruang Andalas/ Rp 6,5 juta
Balantai Kabupaten Pesisir Selatan
Menggunakan Hak Inisiatifnya dalam
Penyusunan Peraturan Nagari
2012 Desimansi Kebijakan Belanja Hibah dan Anggota DIPPA Universitas
Bantuan Sosial yang partisipatif di Kota Andalas/ Rp. 5 juta
Solok
2013 Pelatihan Guru SMA Negeri 1 Pariaman Anggota DIPPA Universitas
dalam Penulisan Karya Tulis Ilmiah dengan Andalas/Rp. 5 juta
memamfaatkan Aplikasi WAPIK
2014 Pengenalan dan Aplikasi Buku Sekolah Anggota DIPPA Universitas
Elektronik (BSE) dalam Peningkatan Mutu Andalas Rp. 3,5 juta
Peserta Didik di SD Negeri 04 Mungo
Kecamatan Luhak Kabupaten Lima Puluh
Kota

36
ORGANISASI PROFESI/ILMIAH
Tahun Organisasi Jabatan
2014-2017 Indonesian Association of Public Anggota Departemen
Administration (IAPA) Daerah Keilmuan
Sumatera Tengah
2014-2017 Himpunan Untuk Indonsia Anggota Komisi Pengkajian
Pengembangan Ilmu-Ilmu Sosial Otonomi Daerah dan
(HIPIIS) Cabang Sumatera Barat Pelayanan Publik

Padang, 15 November 2016

Drs. Yoserizal,M.Si
NIP.196008251989011001

37

Anda mungkin juga menyukai