Anda di halaman 1dari 12

Vol 2 No 2 Des 2022

ANALISIS KECELAKAAN KAPAL LESTARI MAJU DENGAN


MENGGUNAKAN METODE ACCIDENT MAPPING (ACCIMAP)

I Komang Hedi Pramana Adiputra1 , Budi Riyanto2 , Dwi Haryanto3 ,


Danuja Wijayanto 4

Politeknik Pelayaran Sorong1 , PUI-KEKAL2 , Institut Teknologi Sepuluh Nopember3

ABSTRAK

Indonesia sebagai negara dengan perairan yang luas, membuat moda transportasi
berupa ferry ro-ro menjadi transportasi utama untuk logistic dan juga penumpang.
Diangkatnya restriksi mengenai COVID-19 juga semakin membuat kebutuhan terhadap
moda transportasi ini semakin meningkat. Namun, faktor keselamatan masih menjadi
faktor yang belum terlalu diperhatikan sehingga terdapat beberapa kecelakaan
melibatkan kapal ferry ro-ro. Salah satunya adalah miringnya kapal ferry Lestari Maju.
Kapal berlayar dari Dermaga Pelabuhan Bira menuju ke Pelabuhan Pamatata namun
di tengah pelayaran kapal dihantam ombak sehingga terdapat air yang masuk
kemudian hal tersebut mengakitbatkan miringnya kapal Lestari Maju. Selanjutnya,
analisis kecelakaan dengan menggunakan Accident Mapping (AcciMap) akan
digunakan untuk menganalisis lebih dalam penelitian ini. Faktor manusia, organisasi
antara lain perusahaan pelayaran, pemerintah lokal dan pusat menjadi beberapa factor
yang berkontribusi dalam kecelakaan tersbut. Oleh karena itu dapat ditentukan
rekomendasi yang sesuai bagi pihak terkait dan juga meminimalisir terjadinya kejadian
serupa di masa yang akan datang.

Kata kunci : Ferry Ro-Ro, Lestari Maju, Accident Causation Model, AcciMap

ABSTRACT

Indonesia as a country with vast waters, makes the mode of transportation in the
form of ferries ro-ro the main transportation for logistics as well as passengers. The
lifting of restrictions regarding COVID-19 has also increased the need for this mode
of transportation. However, the safety factor is still a factor that has not been given
much attention so that there have been several accidents involving ro-ro ferries.
One of them is the tilt of the Lestari Maju ferry. The ship sailed from the Bira Harbor
Pier to Pamatata Harbor but in the middle of the voyage the ship was hit by waves
so that water came in and this caused the Lestari Maju ship to tilt. Furthermore,
accident analysis using Accident Mapping (AcciMap) will be used to analyze more in
this study. Human factors, organizations including shipping companies, local and
central government are several factors that contribute to the accident. Therefore,
appropriate recommendations can be determined for related parties and also
minimize the occurrence of similar incidents in the future.

Keywords : Ferry Ro-Ro, Lestari Maju, Accident Causation Model, AcciMap

1|Jurnal Patria Bahari P-ISSN: 2776-5881


E-ISSN: 2776-4192
Vol 2 No 2 Des 2022

1. PENDAHULUAN Untuk mencegah terjadinya


kecelakaan pada masa yang akan datang,
1.1 Latar Belakang
mencari faktor penyebab kecelakaan pada
kejadian yang sudah terjadi menjadi sangat
Indonesia merupakan negara
penting. Laporan investigasi yang sudah
kepulauan dengan luas wilayah perairan
diterbitkan seringkali tidak menganalisis
yang lebih besar daripada wilayah daratan.
mengenai manusia mapun faktor organisasi.
Karena kondisi geografis tersebut,
Beberapa ahli telah membuat metode
pelayaran kapal ferry domestic mempunyai
analisis kecelakaan yang digunakan baik
peran yang sangat besar sebagai moda
dalam kecelakaan transportasi darat, laut
transportasi utama baik untuk logistik dan
dan udara. Dengan mempertimbangkan
juga perpindahan masyarakat dari satu
kelebihan dan kekurangan setiap metode
pulau ke pulau lainnya. Menurut Direktorat
analisis, maka dalam penelitian ini akan
Jenderal Perhubungan Darat tahun 2019,
menganalisis kecelakaan kapal Lestari
jumlah ferry penumpang bertambah dari
Maju dengan metode Accident Mapping
306 unit pada tahun 2013 menjadi 392 unit
(AcciMap) yang dikembangkan oleh
pada tahun 2018. Setelah dibukanya
Rasmussen (1997) dan Svedung &
kembali restriksi akibat pandemic COVID-
Rasmussen (2002), dimana metode ini
19, jumlah penumpang dan kendaraan
dirancang untuk menentukan kontrol teori
dengan menggunakan ferry mulai membaik.
berdasarkan pendekatan system thinking
Di tengah peran utama ferry sebagai
untuk menganalisis suatu kecelakaan
moda transportasi utama, faktor
sehingga kecelakaan dianggap sebagai hasil
keselamatan tetap menjadi isu yang penting
dari hilangnya kendali atas proses fisik
untuk dibahas. Terdapat beberapa
yang berpotensi membahayakan. Dengan
kecelakaan kapal ferry salah satunya adalah
adanya penelitian ini, diharapkan kejadian
miringnya kapal Lestari Maju di Perairan
serupa dapat diminimalisir ke depannya.
Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan.
Kejadian terjadi pada tanggal 3 Juli 2018
pada saat kapal bertolak dari Dermaga 1.2 Tujuan Penelitian
Pelabuhan Bira, Bulukumba dengan tujuan
Pelabuhan Pamatata, Kepulauran Selayar. Tujuan dari penelitian ini yaitu:
Pada saat berlayar, awak kapal
a. Menentukan causal factor (factor
mendapatkan laporan bahwa geladak utama
penyebab) kecelakaan dari kejadian
(car deck) tergenang air laut setinggi mata
kapal Lestari Maju dengan
kaki orang dewasa. Sekitar pukul 13.30
mengaplikasikan metode AcciMap.
WITA Mualim 1 melaporkan bahwa air
b. Memberikan rekomendasi dari segi
yang masuk tidak mampu diatasi dengan
teknis, manusia, dan faktor organisasi
pompa dan lubang pembuangan air
yang sesuai terhadap kejadian kapal
(scupper). Volume air yang masuk lebih
Lestari Maju.
banyak dari air laut yang dapat dibuang
sehingga kapal miring. Untuk menghindari
kapal terbalik, Nakhoda mengandaskan 1.3 Manfaat Penelitian
kapal pada pinggir Pantai Pabadilang,
sekitar 300 meter dari bibir pantai. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
Akibatnya 34 orang meninggal sementara 1 menjadi sumber informasi dan rekomendasi
orang hilang pada kejadian ini (KNKT, kepada masing-masing pihak yang terkait
2018). Kecelakaan ini juga dilaporkan dan (pelaut, pemilik kapal, pemerintah lokal dan
menjadi perhatian internasional pada pusat) supaya kejadian serupa dapat
Maritime Safety Committee Meeting pada diminimalisir kedepannya.
dokumen MSC 100/19/6 tanggal 28
September 2018 tentang considerations on
domestic ferry safety.

2|Jurnal Patria Bahari P-ISSN: 2776-5881


E-ISSN: 2776-4192
Vol 2 No 2 Des 2022

2. TINJAUAN PUSTAKA Gambar 2, sebanyak 39% kecelakaan yang


terjadi adalah kejadian terbalik atau
2.1 Kecelakaan Kapal Ferry Indonesia
tenggelam (KNKT, 2019). Data ini juga
merupakan data yang diperoleh dari KNKT
Sebagai negara kepulauan, peran kapal
selama kurun waktu 2007-2018.
menjadi sangat penting di Indonesia.
Namun permasalahan keselamatan masih Dari kedua data diatas, kapal ferry ro-
jauh dari ideal. Hal ini dapat dilihat pada ro merupakan kapal dengan kejadian
grafik pie pada Gambar 1. Grafik ini adalah kecelakaan paling tinggi dan dari data
grafik kecelakaan kapal dari tahun 2007 rangkuman kecelakaan tersebut, kecelakaan
sampai 2018 yang dihimpun oleh Komisi yang terjadi adalah kapal
Nasional Keselamatan Transportasi terbalik/tenggelam. Kecelakaan kapal
(KNKT). Dapat terlihat pada grafik, 50% Lestari Maju merupakan kapal ferry ro-ro
dari kejadian kecelakaan kapal di Indonesia dengan peristiwa yang terjadi adalah miring
didominasi oleh kapal ferry roro kemudian kemudian kandas. Sehingga dengan
diikuti dengan kapal penumpang dengan menganalisis lebih dalam mengenai
42% (KNKT, 2019). kejadian ini, diharapkan dapat
meminimalisir kejadian serupa terjadi di
masa yang akan datang.

2.2 Instansi Terkait Kapal Ferry Ro-Ro


Pengoperasian kapal ferry ro-ro di
Indonesia melibatkan banyak pihak yang
mempunyai tugas dan fungsi yang berbeda
antara satu dengan yang lainnya. Berikut
uraian secara singkat tugas dan fungsi
beberapa instansi terkait pengoperasian
ferry ro-ro.
Gambar 1 Kecelakaan kapal bersdasarkan a. Direktorat Jenderal Perhubungan
tipe kapal di Indonesia (KNKT, 2019) Laut.
Tugas : Menyelenggarakan
perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang pelayaran.
Fungsi : Perumusan kebijakan,
pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan
kriteria, pelaksanaan pemberian
bimbingan teknis dan supervise dan
pelaksanaan evaluasi dan pelaporan
di bidang penyelenggaraan
angkutan di perairan,
kepelabuhanan, sarana dan
prasarana pelayaran, perlindungan
lingkungan maritim, serta
Gambar 2 Kecelakaan Kapal berdasarkan peningkatan keselamatan dan
jenis kecelakaan kapal di Indonesia (KNKT, keamanan pelayaran;
2019) Peraturan : Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 40
Tahun 2015 Tentang Kementerian
Lebih jauh lagi, apabila melihat data Perhubungan, Pasal 12 & 13.
kecelakaan kapal berdasarkan dengan jenis
kecelakaan seperti yang ditunjukkan pada

3|Jurnal Patria Bahari P-ISSN: 2776-5881


E-ISSN: 2776-4192
Vol 2 No 2 Des 2022

b. Direktorat Jenderal Perhubungan penyeberangan pada pelabuhan


Darat. yang diusahakan secara komersial
Tugas : Menyelenggarakan dan pelabuhan yang belum
perumusan dan pelaksanaan diusahakan secara komersial.
kebijakan di bidang transportasi Fungsi :
darat. - Tipe A
Fungsi : Perumusan kebijakan, - Tipe B
pelaksanaan kebijakan, penyusunan - Tipe C
norma, standar, prosedur, dan Peraturan : Peraturan Menteri
kriteria, pelaksanaan pemberian Perhubungan Republik Indonesia
bimbingan teknis dan supervisi, Nomor PM 154 Tahun 2016
pelaksanaan evaluasi dan pelaporan tentang Organisasi dan Tata Kerja
di bidang penyelenggaraan lalu Balai Pengelola Transportasi Darat.
lintas, angkutan, sarana, prasarana,
sistem lalu lintas dan angkutan e. Biro Klasifikasi Indonesia (BKI)
jalan, sungai, danau, Tugas : BKI mempunyai tugas
penyeberangan, dan angkutan yaitu dalam lapangan klasifikasi
multimoda, serta peningkatan dan konstruksi kapal-kapal dan
keterpaduan sistem antar moda dan dalam lapangan lain yang baik
keselamatan transportasi darat langsung maupun tidak langsung
Peraturan : Peraturan Presiden bersangkut paut dengan
Republik Indonesia Nomor 40 pembangunan, pemeliharaan dan
Tahun 2015 Tentang Kementerian perbaikan kapal-kapal.
Perhubungan, Pasal 9 & 10. Peraturan : Peraturan Pemerintah
Nomor 28 Tahun 1964 tentang
c. Syahbandar : Pendirian Perusahaan Negara Biro
Fungsi : Klasifikasi Indonesia, Pasal 6.
- Keselamatan dan keamanan
pelayaran yang mencakup, f. Badan Search and Rescue Nasional
pelaksanaan, pengawasan dan (BASARNAS)
penegakan hukum di bidang Fungsi :
angkutan di perairan, - Perumusan dan penetapan
kepelabuhanan, dan norma, standar, prosedur,
perlindungan lingkungan kriteria, serta persyaratan dan
maritim di pelabuhan. prosedur perizinan dan/atau
- Membantu pelaksanaan rekomendasi penyelenggaraan
pencarian dan penyelamatan operasi pencarian dan
(Search and Rescue/SAR) di pertolongan;
pelabuhan sesuai dengan - Perumusan, penetapan, dan
ketentuan peraturan perundang- pelaksanaan kebijakan di bidang
undangan. penyelenggaraan operasi
Peraturan : Undang-Undang pencarian dan pertolongan,
Republik Indonesia pembinaan tenaga dan potensi,
Nomor 17 Tahun 2008 sarana dan prasarana dan sistem
Tentang Pelayaran, Pasal 207, 208 komunikasi;
dan 209. - Perumusan, penetapan, dan
pelaksanaan standarisasi siaga,
d. Balai Pengelola Transportasi Darat latihan, dan pelaksanaan operasi
(BPTD) pencarian dan pertolongan ;
Tugas : Melaksanakan pengelolaan - Perumusan dan penetapan
lalu lintas dan angkutan jalan, kebutuhan siaga, latihan, dan
sungai danau dan penyeberangan, pelaksanaan operasi pencarian
serta penyelenggaraan pelabuhan dan pertolongan;

4|Jurnal Patria Bahari P-ISSN: 2776-5881


E-ISSN: 2776-4192
Vol 2 No 2 Des 2022

- Koordinasi pelaksanaan kecelakaan tersebut. Terdapat beberapa


penyelenggaraan operasi model yang telah dikembangkan oleh para
pencarian dan pertolongan, ahli. Untuk memudahkan mengidentifikasi
pembinaan tenaga dan potensi, model tersebut, Fu et al (2020)
sarana dan prasarana dan sistem mengelompokkan menjadi 2 model secara
komunikasi; umum yaitu Nonlinear accident models
- Pengembangan dan pelaksanaan (NAM) dan Linear accident models (LAM)
sistem informasi dan (Gambar 3). Pada kelompok NAM terdapat
komunikasi pencarian dan kategori yaitu Human-based accident
pertolongan; models, Statistics-based accident models,
- Pelayanan informasi Energy-based accident models, dan System-
penyelenggaraan pencarian dan based accident models. Pada LAM terdapat
pertolongan; beberapa model yang telah dikembangkan
- Pemantauan, analisis,evaluasi, dan sering digunakan untuk menganalisis
dan pelaporan di bidang sebuah atau beberapa kecelakaan
pencarian dan pertolongan; diantaranya seperti HFACS, SCM, 24model
- Pelaksanaan bimbingan dan dan lain-lain.
penyuluhan bidang pencarian
dan pertolongan; Setiap model memiliki kelebihan dan
- Pengelolaan barang milik atau kekurangan sehingga untuk lebih
kekayaan negara yang menjadi memfokuskan analisis pada penelitian ini,
tanggung jawab Badan Nasional penulis hanya membandingkan 3 model
Pencarian dan Pertolongan; yang termasuk dalam kategori System-
- Koordinasi pelaksanaan tugas, based accident models yaitu STAMP
pembinaan dan pemberian (Systems Theoretic Accident Modelling and
dukungan administrasi kepada Processes), FRAM (Functional Resonance
seluruh unsur organisasi di Analysis Method) dan AcciMap (Accident
lingkungan Badan Nasional Mapping). Hal ini juga didukung oleh
Pencarian dan Pertolongan; penelitian Grant et al (2018) yang
- Pengawasan intern atas menyebutkan 5 popular model sesuai
pelaksanan tugas di bidangnya; dengan banyaknya sitasi oleh para ahli
dan analisa kecelakaan antara lain STAMP,
- Pelaksanaan dukungan yang AcciMap, Normal Accident Theory, Drift
bersifat substantif kepada into Failure Model dan FRAM. Pada Tabel
seluruh unsur organisasi di 1 dapat dilihat bahwa model yang
lingkungan Badan Nasional menduduki posisi pertama adalah STAMP
Pencarian dan Pertolongan; yang dikembangkan oleh Nancy Laveson
Peraturan : Nasional Pencarian tahun 2004 dengan jumlah sitasi 3950 pada
Dan Pertolongan Republik tahun 2016. Posisi kedua adalah Jens
Indonesia Nomor 8 Tahun 2020 Rasmussen dengan model risk management
Tentang Organisasi dan Tata Kerja framework yaitu AcciMap dengan jumlah
Badan Nasional Pencarian Dan 3486 sitasi. Selanjutnya Normal Accident
Pertolongan. Theory oleh Charles Perrow, Sidney
Dekker dengan model Drift Into Failure
Model dan urutan kelima adalah FRAM
3. METODE PENELITIAN
oleh Erik Hollnagel dengan 672 sitasi.
3.1 Model Penyebab Kecelakaan
(Accident causation model)

Accident causation model merupakan


suatu metode atau model yang diperlukan
untuk menganalisis sebuah kecelakaan
sehingga menemukan root cause dari
5|Jurnal Patria Bahari P-ISSN: 2776-5881
E-ISSN: 2776-4192
Vol 2 No 2 Des 2022

Tabel 1 Lima urutan teratas accident Dari Tabel 2 diatas, dapat disimpulkan
causation model pada tahun 2016 (Grant et bahwa ketiga model mempunyai kelebihan
al, 2018) dan kekurangan masing-masing. Dengan
mempertimbangkan berbagai aspek tersebut
diatas, maka penulis memilih menggunakan
model AcciMap dalam penelitian ini.

AcciMap (Diagram AcciMap)

AcciMap dikembangkan oleh


Selanjutnya, Adiputra, I (2020) telah Rasmussen (1997) dimana model ini
membandingkan beberapa model analisis merupakan bagian dari sebuah proses untuk
kecelakaan yaitu 3 diantaranya adalah 3 menghasilkan strategi manajemen resiko
Model (STAMP, AcciMap dan FRAM) proaktif untuk sistem sosial teknis yang
yang menjadi perbandingan dalam komplek (Branford, Hopkins & Naikar,
penelitian ini. Kelebihan dan kekurangan 2009). Model ini terbentuk dari beberapa
setiap model diuraikan pada Tabel 2 di layer yang terdiri dari beberapa penyebab
bawah ini. kecelakaan yang berhubungan dengan hasil
dari sebuah kejadian kecelakaan. Oleh
Tabel 2 Perbandingan STAMP, AcciMap, dan
karena itu, apabila identifikasi keterkaitan
FRAM (Adiputra, 2020)
satu sama lain penyebab kecelakaan dapat
diketahui maka peningkatan sistem
keselamatan dapat dilakukan dan kejadian
serupa tidak terulang lagi pada masa
mendatang.
Branford, Hopkins & Naikar (2009)
mengemukakan bahwa AcciMap telah di
aplikasikan ke beberapa kejadian
kecelakaan yaitu kontaminasi air minum,
sindrom pernafasan akut di Toronto,
ledakan gas di Esso Longford, tubrukan
keretaapi Glenbrook, beberapa kecelakaan
pesawat tentara Australia, dan lain
sebagainya. Pada bidang transportasi ada
beberapa kejadian yang telah dianalisis
menggunakan AcciMap antara lain
kecelakaan Sewol Ferry pada tahun 2014 di
Korea Selatan (Lee et al, 2017) dan
beberapa factor penyebab kecelakaan kapal
kandas (Akyuz, 2015).
Secara teknis, Branford, Hopkins &
Naikar (2009) mengemukakan beberapa
kelebihan AcciMap yaitu yang pertama
mampu menganalisis kompilasi informasi
yang sangat luas berdasarkan beberapa
penyebab kecelakaan dari faktor organisasi,
area sistem sosial-teknis dan digambarkan
dalam sebuah diagram sehingga
mendapatakan gambaran jelas faktor
penyebab yang dapat meinimbulkan output
kecelakaan. Kedua, model pendekatan ini
memberikan pandangan sistematis
6|Jurnal Patria Bahari P-ISSN: 2776-5881
E-ISSN: 2776-4192
Vol 2 No 2 Des 2022

penyebab kelakaan dimana diagram


AcciMap mengidentifikasi secara langsung
dan tidak langsung faktor penyebab 4. PEMBAHASAN
kecelakaan. Selain itu, diagram juga berisi
4.1 Diagram AcciMap pada Kecelakaan
tentang keputusan, kejadian, kondisi dan
hal-hal terkait dengan kecelakaan. Terakhir, KM Lestari Maju
AcciMap membantu dalam pengembangan
Hasil diagram AcciMap setelah
rekomendasi keselamatan dimana dalam
dilakukan analisis pada laporan akhir (final
diagram terlihat jelas seperti instansi
report) KNKT kecelakaan kapal Lestari
terkait/organisasi dan beberapa aspek
Maju dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah
seperti peraturan dan keputusan/kebijakan
ini.
pemerintah. Sehingga, jika
mengembangakan rekomendasi
keselamatan dapat focus kepada organisasi
atau peraturan yang harus dikembangkan.
Langkah-langkah dalam menerapkan
AcciMap ke dalam suatu kecelakaan, dapat
dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.
Sedangkan diagram AcciMap dapat dilihat
pada Gambar.

Tabel 3 Langkah-langkah penerapan


AcciMap (Akyuz, 2015)

Gambar 3 Diagram AcciMap pada


Kecelakaan kapal Lestari Maju
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
4.2 Pembahasan Diagram AcciMap
Penelitian ini dilakukan di Politeknik 4.2.1 Tingkat Pemerintah (Government)
Pelayaran Sorong dalam kurun waktu 4
bulan. Untuk mengetahui lebih lanjut
mengenai root cause dari kecelakaan kapal
Lestari Maju, hal yang dapat menjadi
3.2 Jenis Penelitian perhatian secara umum adalah penggunaan
kapal bekas yang dalam beberapa kasus
Jenis penelitian ini adalah penelitian sudah melewati masa umur ekonomis kapal.
deskritpitf kualitatif. Selain itu untuk meningkatkan keuntungan
operasi kapal, pada beberapa kapal
dilakukan modifikasi atau konversi kapal.
3.3 Data Penelitian Secara teknis, modifikasi atau
konversi kapal dapat dilakukan dengan
Penelitian ini menggunakan data memenuhi beberapa persyaratan dan
laporan kecelakaan yang diterbitkan oleh perhitungan dari desain kapal. Analisis
KNKT yaitu Laporan Investigasi teknis harus dilakukan sesuai dengan
Kecelakaan Pelayaran Nomor Peraturan Menteri Perhubungan No. 39 Dan
KNKT.18.07.22.03 tentang Miringnya No. 80 Tentang Standar Minimum
Kapal Lestari Maju (IMO 8720541) Di Angkutan Penyeberangan, pemenuhan
Perairan Pabadilang Kepulauan Selayar, kriteria kekuatan konstruksi kapal,
Sulawesi Selatan, Republik Indonesia pada freeboard, tonase, dan stabilitas kapal
tanggal 3 Juli 2018. (Rohmadhana & Kurniawati, 2016).

7|Jurnal Patria Bahari P-ISSN: 2776-5881


E-ISSN: 2776-4192
Vol 2 No 2 Des 2022

Penggunaan kapal yang sudah aspek keselamtan, keamanan, kenyamanan,


melebihi umur dan dilakukan modifikasi kemudahan, dan kesetaraan. Pada kasus
yang tidak sesuai akan sangat Lestari Maju, Ruang akomodasi
membahayakan karena faktor keselamatan penumpang Lestari Maju tidak semuanya
yang diabaikan. Dalam beberapa kasus, sesuai dengan aturan Standar Pelayanan
ditemukan juga manipulasi umur kapal Minimal Angkutan Penyeberangan
yang beroperasi. Dari 31 kapal Ro-Ro yang (SPMAP) yang diatur oleh Direktur
beroperasi di lintasan Merak-Bakauheni, 13 Jenderal Perhubungan Darat No:
kapal ditemukan melebihi umur tertulisnya SK.4608/AP.005/DRJD/2012 (KNKT,
(Habibi, 2018). 2018).
Hal ini menjadi suatu perhatian khusus Rekomendasi yang dikeluarkan oleh
dalam tingkat pemerintah untuk lebih ketat Direktorat Perkapalan dan Kepelautan
dalam hal perijinan kapal yang beroperasi berupa pemeriksaan gambar Safety & Fire
di Indonesia. Aspek keselamatan harus Control Plan, agar pemilik menyampaikan
menjadi prioritas utama supaya kecelakaan dokumen tersebut untuk dilakukan
dapat diminimalisir. pemeriksaan dan pengesahan dan
selanjutnya dipasang dikapal sebagai acuan
dalam pemeriksaan perlengkapan
4.2.2 Tingkat Regulator
keselamatan dan alat pemadam di atas
Pemerintah sudah melarang konversi kapal. Sampai kapal mengalami kecelakaan
kapal LCT untuk digunakan menjadi Kapal gambar Safety & Fire Control Plan belum
Ro-Ro dengan mengeluarkan Surat pernah diperiksa dan disahkan oleh
Keputusan Dirjen Perhubungan Darat No. Direktorat Perkapalan dan Kepelautan,
SK 885/AP.005/DRJD/2015 yang tetapi Sertifikat Keselamatan Kapal
dikeluarkan pada tanggal 15 Maret 2015. Penumpang telah diterbitkan oleh Kantor
Dalam perjalanannya, surat larangan ini Kesyahbandaran Utama Makassar (KNKT,
mendapatkan tentangan dari Gagasdap 2018).
(Gabungan Pengusaha Nasional Angkutan Pada gambar rencana umum terdapat
Sungai, Danau, dan Penyeberangan). Merka sekat depan yang membatasi antara ruang
tidak setuju dengan surat larangan ini akomodasi penumpang dengan ruang
karena dirasa memberatkan pihak Gagasdap kendaraan, tetapi pada kenyataannya tidak
yang belum bisa menyiapkan kapal terdapat sekat tersebut. Tidak ada batas
pengganti yang memenuhi standar dan antara ruang akomodasi penumpang dengan
spesifikasi angkutan penyeberangan dalam ruang kendaraan, sehingga tidak
waktu yang singkat. Surat keputusan memungkinkan diadakan pengukuran
dikeluarkan lebih cepat dari rencana awal ruangan tersebut. Ruang akomodasi
pada awal tahun 2017 (Rohmadhana & penumpang Lestari Maju mempunyai
Kurniawati, 2016) . Dalam konstruksi terbuka dan hanya ditandai
perkembangannya, praktek konversi kapal dengan atap tempat duduk penumpang
tetap dilakukan sehingga menyebabkan (KNKT, 2018).
kecelakaan seperti yang terjadi pada kapal Perombakan konstruksi ruangan
Lestari Maju. Kecelakaan kapal terjadi pada akomodasi Lestari Maju, tidak mampu
tahun 2018, 3 tahun semenjak dikeluarkan menjamin kekuatan konstruksi kapal,
peraturan tersebut (KNKT, 2018). karena konstruksi dan bahan yang
Sesuai dengan Peraturan Menteri digunakan tidak sesuai dengan gambar yang
Perhubungan Republik Indonesia Nomor telah disetujui oleh BKI. Begitu juga ruang
PM 62 Tahun 2019 Tentang Standar akomodasi penumpang tidak sesuai dengan
Pelayanan Minimal Angkutan PP Nomor 51 Tahun 2002 tentang
Penyeberangan, Badan Usaha Angkutan Perkapalan Pasal 79 ayat (5), (7) dan (11),
Penyeberangan yang mengoperasikan kapal di mana telah diatur persyaratan untuk
angkutan penyeberangan harus memenuhi ruang akomodasi penumpang. Ruang
Standar Pelayanan Minimal (SPM) akomodasi harus sepenuhnya terlindungi
Angkutan Penyeberangan yang meliputi dan juga nyaman digunakan sebagai ruang

8|Jurnal Patria Bahari P-ISSN: 2776-5881


E-ISSN: 2776-4192
Vol 2 No 2 Des 2022

penumpang. Pada ruang akomodasi kepada Direktorat Perkapalan dan


penumpang ini juga tidak tersedia kamar Kepelautan.
kecil (toilet) untuk penumpang (KNKT,
2018).
Dari 5 poin rekomendasi tersebut,
Dengan begitu banyaknya hal yang
belum sepenuhnya dilaksanakan tetapi
tidak sesuai secara aturan, KM Lestari Maju
Kantor Kesyahbandaran Utama Makassar
tetap diijinkan untuk beroperasi. Aturan-
telat menerbitkan Sertifikat Keselamatan
aturan mengenai keselamatan kapal harus
Kapal Penumpang (Pembaharuan) (KNKT,
diperketat dan juga secara tegas diperiksa
2018).
untuk memastikan bahwa aspek
Inclining test dilakukan setelah
keselamatan kapal dapat terjaga.
modifikasi selesai dilakukan namun setelah
diperiksa ditemukan bahwa inclining test
1. Tingkat Perusahaan dan Pemerintahan yang dilakukan kapal Lestari Maju
Lokal dilakukan sebelum modifikasi dilakukan
sehingga hasilnya tidak valid (KNKT,
Direktorat Perkapalan dan 2018).
Kepelautan sudah memberikan surat Selain itu terdapat juga rekomendasi
yang ditujukan kepada pemilik Lestari dari Balai Pengelolaan Transportasi Darat
Maju pada tanggal 18 Oktober 2016. Sulawesi Selatan dan Barat yang telah
Surat tersebut berisikan petunjuk dan melaksanakan pemeriksaan rampa Lestari
syarat pelaksanaan perombakan Lestari Maju pada tanggal 10 Mei 2018 (KNKT,
Maju dari kapal pengangkut kendaraan 2018). Temuan tersebut yaitu:
menjadi kapal penyeberangan a. Kapal tidak dapat memperlihatkan Izin
pengangkut penumpang dan kendaraan. Operasional dari Dinas Perhubungan
Dalam surat tersebut, terdapat beberapa Provinsi Sulawesi Selatan.
rekomendasi yang harus dilakukan oleh b. Dari aspek operasional dan efisiensi
pemilik kapal yaitu: waktu Lestari Maju membutuhkan
a. Akibat penambahan ruangan waktu tempuh selama 4 jam untuk rute
akomodasi, maka agar segera Bira – Pamatata, sedangkan kapal
dilakukan penentuan berat dan titik sejenis lainnya hanya membutuhkan
berat kapal kosong (lightweight) waktu tempuh 2 jam.
melalui inclining test dengan diawasi c. Sering terjadi kerusakan mesin sehingga
oleh Marine Inspector setempat. mengakibatkan tidak dapat memberikan
b. Pemeriksaan gambar ini tidak pelayan yang baik kepada pengguna jasa
termasuk gambar Safety & Fire angkutan penyebarangan.
Control Plan dan Buku Perhitungan d. Pada beberapa bagian struktur kapal
Stabilitas (final stability booklet) mengalami korosi (deck beam, frame,
yang telah disetujui oleh Badan stiffiner, deck plate) sehingga perlu
Klasifikasi. Pemilik harus diperhitungkan ulang kekuatan struktur
menyampaikan dokumen tersebut memanjang kapal.
setelah dilakukan untuk pemeriksaan
dan disahkan. Dari hasil temuan pemeriksaan
c. Water sprinkler dan smoke detector tersebut, oleh Balai Pengelolaan
yang mencukupi harus terpasang di Transportasi Darat Sulawesi Selatan Dan
geladak bawah (below car deck). Barat, menyampaikan untuk menghentikan
d. Pemilik atau galangan harus sementara pengoperasian Lestari Maju
memastikan kekedapan pintu rampa tetapi sampai Lestari Maju mengalami
(ramp door). kecelakaan rekomendasi ini tidak
e. Selesai perombakan agar dilakukan dilaksanakan. Pada saat kejadian KM
uji coba berlayar (sea trial) dengan Lestari Maju mendapatkan ijin dari
diawasi oleh Marine Inspector Syahbandar UPP Bulukumba (KNKT,
setempat dan hasilnya dilaporkan 2018).

9|Jurnal Patria Bahari P-ISSN: 2776-5881


E-ISSN: 2776-4192
Vol 2 No 2 Des 2022

4.2.4 Technical Operation yang tidak diikat juga menambah


kemiringan kapal (KNKT, 2018).
Kapal Lestari Maju merupakan kapal
LCT yang dikonversi menjadi kapal Ro-Ro,
Kondisi Pemuatan Overdraft
dari data kecelakaan, selain banyak regulasi
dan aturan yang dilanggar oleh pemilik
Untuk mengetahui stabilitas kapal
kapal, dari teknis desain, kapal Lestari
pada saat berangkat, investigasi KNKT
Maju juga mempunyai banyak kekurangan
melakukan perhitungan dengan didasarkan
yang membahayakan operasional kapal.
pada penempatan kendaraan pada saat kapal
berangkat. Tinggi sarat rata-rata kapal pada
Free Board (Lambung Timbul) Kapal dan
saat berangkat adalah 2,02 meter sedangkan
Freeing Port (Lubang Pembebasan)
tinggi sarat maksimal yang disetujui untuk
kapal Lestari Maju setinggi 1,75 meter.
Tinggi bukaan kapal kapal setelah
Kondisi kapal ini telah kelebihan sarat
dikonversi tercatat hanya 0.7 meter pada
(over draft) pada saat kapal beroperasi dan
bukaan sisi buritan kiri dan kanan,
ini sangat berbahaya (KNKT, 2018).
sedangkan bukaan lainnya setinggi 1,0
meter. Dengan kondisi seperti ini, pada saat
Kondisi Kru yang Tidak Sesuai Spesifikasi
sarat kapal mencapai 2,0 meter dan tinggi
gelombang sampai dengan 3,0 meter air
Kualifikasi awak kapal Lestari Maju
laut dapat dengan mudah masuk ke geladak
dengan ukuran 1.519 GT, maka Nakhoda
utama kapal. Lubang pengering (scupper)
seharusnya berijazahkan Ahli Nautika
di geladak utama yang berjumlah 4 titik
Tingkat III (ANT-III) Management,
serta pompa celup yang berukuran kecil
sedangkan Nakhoda Lestari Maju saat ini
tidak mampu untuk mengatasi air yang
hanya memiliki sertifikat kompetensi ANT
masuk ke dek kapal (KNKT, 2018).
IV yang diterbitkan pada tahun 2017 di
Air menjadi terakumulasi akibat
Semarang. Demikian pula dengan Kepala
adanya free surface effect. Free surface
Kamar Mesin (KKM) untuk Lestari Maju
effect merupakan perpindahan zat cair yang
seharusnya berijizahkan Ahli Teknika
berpindah ke arah kemiringan kapal. Hal ini
Tingkat III (ATT-III) Management,
dapat menyebabkan Center of Gravity (CG)
sedangkan KKM yang ada saat ini memiliki
berpindah ke arah kemiringan kapal. Lebih
sertifikat kompetensi ATT IV yang
jauh lagi hal ini dapat menyebabkan kapal
diterbitkan pada tahun 2010 di Jakarta. Dari
menjadi kehilangan righting arm dan
aturan tersebut dapat dikatakan bahwa
mengurangi stabilitas kapal (Roh, 2017) .
kualifikasi Nakhoda dan KKM tidak
Pada kasus Lestari Maju, jumlah air yang
memenuhi persyaratan yang ada. (KNKT,
terus masuk akhirnya membuat kapal
2018).
semakin miring.
Pada saat kapal miring sampai dengan
8 derajat, ambang bukaan buritan kiri telah 4.2.5 Accidental Flow of Events
sejajar dengan muka air laut. Kondisi
demikian meningkatkan laju masuknya air Kapal berlayar pada tanggal 3 Juli
laut geladak utama. Pada kemiringan 2018 pukul 08.00 WITA. Meskipun
dimaksud, diperkirakan air laut yang masuk memiliki banyak ketidaksesuaian, pihak
sudah mencapai sekitar 86 ton. Selanjutnya Syahbandar KUPP Bulukumba tetap
kemiringan terus bertambah mencapai 11 menerbitkan Surat Persetujuan Berlayar
derajat. Pada kemiringan ini, ambang (SPB) untuk Lestari Maju. Kondisi cuaca
bukaan sisi kapal mencapai muka air laut. pada saat itu adalah hujan disertai angin
Hasil analisis grafis pada saat kapal miring dimana tinggi gelombang di perairan antara
sampai dengan 11 derajat menunjukkan Pelabuhan Bira, Bulukumba – Pelabuhan
sebanyak 159 ton air laut menggenangi Pamatata berkisar rata-rata 0.5 – 2.0 meter
geladak utama. Secara gradual volume air (KNKT, 2018).
laut yang masuk bertambah seiring dengan
kemiringan kapal. Selain itu kondisi mobil 4.2.6 Outcome

10 | J u r n a l P a t r i a B a h a r i P-ISSN: 2776-5881
E-ISSN: 2776-4192
Vol 2 No 2 Des 2022

Di tengah perjalanan cuaca memburuk akan berangkat dengan kesesuaian


dengan tinggi gelombang mencapai 3 meter. dokumen sehingga operasional kapal dapat
Air laut yang masuk ke dek kapal dan tidak terjamin keselamatan dan keamanannya.
bisa dikeluarkan karena desain kapal yang
tidak sesuai menyebabkan kapal miring.
Kemudian, Nakhoda kapal mengandaskan 5.2 Rekomendasi
kapal di perairan 300 meter dari tepi Pantai
Pabadilang. Setelah itu, Nakhoda a. Segi Teknis
memerintahkan untuk menurunkan 8 unit Bagi pemilik kapal diharapkan
liferaft serta mengevakuasi penumpang. untuk mematuhi regulasi yang ada
Banyak penumpang yang melompat karena seputar konversi kapal dan juga
panik dan beberapa penumpang tidak memenuhi semua persyaratan yang
menggunakan life jacket. Berdasarkan data berlaku. Selain itu, pada saat operasional
kecelakaan kapal, sebanyak 34 orang pelayaran, pemilik kapal juga
meninggal dunia, 1 orang hilang dan 155 diwajibkan memenuhi persyaratan
orang selamat (KNKT, 2018). pengawakan kapal sesuai dengan ukuran
kapal.

b. Segi Manusia
5. KESIMPULAN DAN
Bagi pelaut agar memperhatikan
REKOMENDASI draft kapal pada saat akan berlayar agar
tidak over-draft. Selain itu latihan
5.1 Kesimpulan
tanggap darurat juga harus diadakan
Kecelakaan kapal seringkali harus untuk menguji kesiapan kru pada saat
dilihat secara lebih luas untuk mengetahui kondisi darurat.
penyebab kecelakaan sehingga kejadian
serupa dapat diminimalisir selanjutnya. c. Segi Organisasi
Laporan investigasi yang sudah diterbitkan Pemerintah atau regulator dalam
seringkali tidak menganalisis mengenai hal ini Direktorat Jenderal Perhubungan
manusia mapun faktor organisasi. Dengan Perhubungan Darat melalui Balai
menggunakkan metode Accident Mapping Pengelola Transportasi Darat dan Badan
(AcciMap) suatu penyebab kecelakaan Klasifikasi harus melakukan
dapat ditelusuri dan dianalisis secara system pengawasan (monitoring) berkala ke
thinking. seluruh armada penyebrangan yang
dimiliki oleh perusahaan kapal
Pada kasus KM Lestari Maju, setelah penyebrangan sehingga tidak terjadi
dianalisis menggunakan AcciMap hal yang pelanggaran peraturan perundangan
dapat diperoleh yaitu pertama, penyiapan yang berlaku yang dapat mengakibatkan
dan sosialisasi mengenai larangan konversi kecelakaan yang terulang di masa
LCT harus disertai dengan diskusi dengan mendatang.
Gagasdap (Gabungan Pengusaha Nasional
Angkutan Sungai, Danau, dan
Penyeberangan) agar pihak pengusaha bisa
menyiapkan armada untuk memenuhi
kondisi pasar tanpa memaksakan
menggunakan LCT atau kapal yang
dikonversi. Kedua, proses persyaratan
konversi kapal harus diperketat sehingga
desain kapal pada saat sudah dikonversi
sudah sesuai dengan kaidah teknis dan telah
terverifikasi. Ketiga, pemberian SPB
kepada kapal yang berlayar harus diperketat
dengan melihat kondisi eksisting kapal saat

11 | J u r n a l P a t r i a B a h a r i P-ISSN: 2776-5881
E-ISSN: 2776-4192
Vol 2 No 2 Des 2022

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra, I. (2020). Analysis domestic ferry safety in Indonesia. Malmo: World Maritime
University.
Akyuz, E. (2015). A hybrid accident analysis method to assess potential navigational
contingencies: The case of ship grounding. Safety Science 79, 268-276.
Branford, K., Hopkins, A., & Naikar, N. (2009). Guidelines for AcciMap analysis in Learning
from High Reliability Organization. Canberra: CCH Australia Ltd.
Fu, G., Xie, X., Jia, Q., Li, Z., Chen, P., & Ge, Y. (2020). The development history of accident
causation models in the past 100 years: 24Model, a more modern accident causation
model. Process Safety and Environmental Protection 134, 47-82.
Grant, E., Salmon, P., Stevens, N., Goode, N., & Read, G. (2018). Back to the future: What do
accident causation models tell us about accident prediction? Safety Science 104, 99-109.
Habibi. (2018). Kegagalan Sistem Keselamatan Transportasi Laut di Indonesia. Jurnal Aplikasi
Pelayaran dan Kepelabuhanan Vol. 8, No. 2.
Kim, T.-e., Nazir, S., & Øvergård, K. (2015). A STAMP-based Causal Analysis of the Korean
Sewol Ferry Accident. Safety Science 83, 93-101.
KNKT. (2018). Laporan Investigasi Kecelakaan Pelayaran Miringnya Kapal Lestari Maju
(IMO 8720541). Jakarta: KNKT.
KNKT. (2019). Safety issues in ferry operation: development and challenge. 3rd Workshop on
ferry safety. Guangzhou.
Lee, S., Moh, Y., Tabibzadeh, M., & Meshkati, N. (2017). Applying the AcciMap methodology
to investigate the tragic Sewol Ferry Accident in South Korea. Applied Ergonomics 59,
517-525.
Rasmussen, J. (1997). Risk management in a dynamic society: a modelling problem. Safety
Science 27 (2-3), 183-213.
Roh, M.-I. (2017). Free Surface Effect. In M.-I. Roh, Ship Stability. Seoul: Department of Naval
Architecture and Ocean Engineering, Seoul National University.
Rohmadhana, F., & Kurniawati, H. (2016). Analisis Teknis dan Ekonomis Konversi Landing
Craft Tank (LCT). JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2.
Svedung, I., & Rasmussen, J. (2002). Graphic representation of accident scenarios: mapping
system structure and the causation of accidents. Safety Science 40 (5), 397-417.
Underwood, P., & Waterson, P. (2012). A critical review of the STAMP, FRAM, and AcciMap
system accident analysis models. Advance in human aspects of road and rail
transportation, 385-394.

12 | J u r n a l P a t r i a B a h a r i P-ISSN: 2776-5881
E-ISSN: 2776-4192

Anda mungkin juga menyukai