Anda di halaman 1dari 13

TEKNIK DAN STRATEGI RESOLUSI KONFLIK (STUDI

KASUS RASISME ETNIS TIONGHOA SEBAGAI PEMBAWA


VIRUS COVID-19)

Disusun oleh:

NAMA : SYIFA FADHILAH

NIM : 200701500033

KELAS : D/04

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah ini. Dan juga penulis berterima kasih pada Ibu Nur
Fitriany Fakhry, S. Psi., M. A. Dan Ibu Irdianti, S. Psi., M. Si. selaku dosen
pengampu mata kuliah Resolusi Konflik dan Perdamaian yang telah memberikan
tugas ini serta orang-orang sekitar yang telah membantu untuk menyelesaikan
makalah ini.
Penulis sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan dan pengetahuan tentang konflik dalam setting masyarakat dan teknik
dan strategi resolusinya. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Untuk itu,
penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang
membangun.
Semoga laporan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi
penulis sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya penulis mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata yang kurang berkenan dan penulis memohon
kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Makassar, 19 November 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman Sampul ·········································································· i

Kata Pengantar ············································································· ii

Daftar Isi ···················································································· iii

BAB I : PENDAHULUAN ····························································· 1

A. Latar Belakang ···································································· 1


B. Rumusan Masalah ································································ 2
C. Tujuan ·············································································· 2
D. Manfaat ············································································ 2

BAB II : TINJAUAN KONSEPTUAL··············································· 4

BAB III : ANALISIS PEMBAHASAN ·············································· 6

BAB IV : RANCANGAN TEKNIK DAN STRATEGI KONFLIK ············ 7

REFERENSI ·············································································· 8

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
COVID-19 merupakan virus mewabah sejak 2020 dan ditetapkan sebagai
pandemi oleh WHO pada 11 Maret 2020 akibat penyebarannya lebih dari
118.000 kasus di 114 negara dan menewaskan 4.291 orang per maret 2020
(Word Healt Organization, 2020). COVID-19 diketahui disebarkan oleh
hewan dan dapat dijangkitkan kepada manusia. Kasus COVID-19 menjangkit
manusia pertama kali ditemukan di Kota Wuhan, Cina pada Desember 2019
dengan gejala berupa demam, batuk, dan sesak napas, bahkan dapat
berevolusi menjadi pneumonia berat. COVID-19 tidak hanya menyebakan
masalah kesehatan, namun juga masalah dalam kehidupan sosial.
Kemunculan dan penyebaran COVID-19 menyebabkan keturunan Tionghoa
mengalami sentiment rasis di berbagai negara (Pemerintah Kabupaten
Kendal, 2023).
Dilansir melalui Kompas.com (2020) bahwa kecenderungan rasisme
terjadi di beberapa negara terhadap keturunan Tionghoa setelah munculnya
wabah COVID-19 terjadi. Masyarakat dengan ras Tionghoa atau Asia di
negara barat bahkan dalam negara Asia sendiri, seringkali diidentikkan
sebagai pembawa virus. Bahkan, ada beberapa restoran yang membanned ras
Tionghoa bahkan pembullyan terjadi kepada anak-anak keturunan Asia
khususnya Tionghoa. Di sosial media juga serupa dimana terhadap beberapa
hastag yang viral dan merujuk kepada bentuk rasisme seperti
#ChineseDon’tComeToJapan.
Rasisme merupakan merupakan bentuk kebencian yang didasari oleh
adanya kontras atau perbedaan antara satu kelompok terhadap kelompok lain
biasanya berupa warna kulit, suku, etnis, dan agama (Alam, 2020). Rasisme
merupakan salah satu konflik antar masyarakat yang sering ditemukan dalam
kehidupan sosial dimana perilaku ini dapat menimbulkan dampak negatif
berupa perenggangan hubungan sosial dalam kehidupan bermasyarakat
(Pertiwi dan Dewi, 2021).

1
2

Dari kasus yang penulis angkat, diketahui bahwa rasisme yang dialami
oleh masyarakat keturunan Tionghoa disebabkan adanya prasangka buruk
terhadap ras Tionghoa sebagai pembawa virus imbas dari pandemi COVID-
19. Hal tersebut membuat masyarakat Tionghoa baik di dalam Asia maupun
di luar Asia menerima berbagai perilaku diskriminatif dari beberapa oknum
yang memiliki pemikiran rasis. Permasalahan rasisme dapat diatasi atau
diminimalisasi melalui peacebuilding, dimana peacebuilding merupakan
resolusi konflik untuk jangka panjang, berfokus pada penyelesaian akar
konflik, prosesnya menitikberatkan pada konstruksi perdamaian kultural,
serta di dalam prosesnya aspek kekerasan tidak berlaku dan biasa diterapkan
melalui program pendidikan atau pemberian bantuan (Putri, 2022). Melalui
program pendidikan atau edukasi sehingga masyarakat luas dapat diberikan
edukasi dan pemahaman terkait rasisme atau diskrimanasi serta bentuk
pemicu lain dari konflik sosial agar rasisme dan pemicu konflik lainnya dapat
diminimalisasi.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah berdasarkan latar belakang permasalahan di atas
adalah: Bagaimana strategi dan resolusi konflik antar masyarakat berupa
rasisme?

C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan laporan ini adalah untuk
mengetahui strategi dan resolusi konflik antar masyarakat berupa rasisme.

D. Manfaat
Adapun manfaat dari laporan ini adalah sebagai berikut.
1. Menambah wawasan terkait konflik dalam setting masyarakat dan
resolusi konflik.
2. Menambah wawasan terkait peacebuilding dalam menyelesaikan konflik.
3

3. Memberikan alternatif penyelesaian bagi pihak yang bersangkutan atau


pihak lain yang mengalami permasalahan serupa.
BAB II
TINJAUAN KONSEPTUAL
Konflik merupakan pertentangan atau perselisihan antarindividu, kelompok,
maupun individu dengan kelompok dimana salah satu isu yang biasa menjadi
penyebab konflik dalam kehidupan masyarakat heterogen adalah perbedaan
pendapat, nilai, dan norma (Rahmawati, 2022). Konflik membuka potensi untuk
munculnya kekerasan dan perang (Firdaus, Agniawati, dan Solahudin, 2021).
Setiap permasalahan memiliki jalan keluar atau cara untuk meminimalisasi
masalah itu sendiri. Shonk (dalam Putri, 2022) mengemukakan resolusi konflik
merupakan proses nonformal dan formal yang biasa digunakan oleh kedua atau
lebih pihak yang bersangkutan untuk mendapatkan jalan atau solusi damai atas
permasalahan yang mereka alami yang bertujuan untuk mengurangi intensitas
konflik atau mencegah konflik yang lebih parah ke depannya.
Galtung (dalam Aji dan Indrawan, 2019) mengemukakan ada tiga model
resolusi konflik antara lain sebagai berikut.
1. Peacemaking yakni proses yang tujuannya adalah untuk mempertemukan
sikap politik dan strategi dari pihak yang bertikai melalui mediasi, negosiasi,
dan arbitrasi.
2. Peacekeeping merupakan proses untuk mengurangi aksi kekerasan melalui
intervensi militer yang menjalankan peran sebagai penjaga perdamaian yang
netral.
3. Peacebuilding merupakan proses implementasi perubahan atau rekonstruksi
sosial, politik, dan ekonomi dengan tujuan untuk menciptakan perdamaian
dalam jangka panjang.
Webel dan Galtung (2007) menambahkan bahwa peacebuilding tidak hanya
menggerakkan individu atau kelompok ke tindakan baru, tetapi juga dapat
mengubah pihak yang bersangkutan dari segi perkataan dan pemikiran. Dalam
prosesnya, peacebuilding menitikberatkan pada konstruksi perdamaian kultural,
serta di dalam prosesnya aspek kekerasan tidak berlaku dan biasa diterapkan
melalui program pendidikan atau pemberian bantuan (Putri, 2022).

4
5

Berdasarkan Putri (2022) bahwa peacebuilding dapat diterapkan melalui program


pendidikan. Salah satu program pendidikan adalah sosialisasi. Conciliation
Resources (2023) juga mengemukakan bahwa bentuk upaya peacebuilding dapat
diterapkan melalui berbagai cara misalnya melalui film atau tontonan lainnya
melalui media dengan tujuan untuk mengubah sudut pandang dan memahami
sudut pandang dari point of view orang lain.
Penelitian yang dilakukan oleh Satiya, Ferdiansyah, dan Said (2022)
menemukan bahwa melalui video edukasi, masyarakat dapat mendapatkan
gambaran terkait isu diskriminasi dan rasial sebagai bentuk pelanggaran hak asasi
manusia dan isu tersebut merupakan isu yang layak untuk mendapatkan perhatian
publik yang lebih luas. Hal ini juga sejalan dengan penemuan penelitian oleh
Febria, Marsevani, Catherine, Sinurat, Tan, dan Julia (2022) bahwa melalui
webinar dan video edukasi dapat meningkatkan pemahaman dan kesadaran terkait
rasisme.
BAB III
ANALISIS PEMBAHASAN
Kasus yang diangkat dalam laporan ini adalah kasus rasisme yang dialami
oleh keturunan Asia terutama keturunan Tionghoa, yang dimana keturunan ras
Tionghoa dianggap sebagai pembawa atau memiliki potensi untuk menyebarkan
wabah virus. Dari kasus tersebut, diketahui faktor yang menyebabkan kasus
tersebut adalah adanya prasangka buruk terhadap ras Tionghoa dimana hal ini
sejalan dalam Febrianti (2023) bahwa rasisme dapat ditemukan dalam berbagai
bentuk dan salah satunya yaitu stereotip negatif dan prasangka buruk. Dalam
kasus itu ras Tionghoa dikenakan diskrimanasi dan dikenakan prasangka buruk
bahwa seluruh orang Tionghoa berpotensi untuk menyebarkan COVID-19.
Kasus tersebut juga berujung pada pembullyan pada anak-anak keturunan
Asia bahkan menyebarkan hastag yang mengarah pada kekerasan secara verbal
via virtual. Hal tersebut sejalan dengan teori galtung terkait konflik dan kekerasan
yang menyatakan bahwa konflik merupakan suatu hal yang potensial timbulnya
kekerasan (Firdaus dkk, 2021). Selanjutnya, konflik rasis tersebut dapat
diminimalisasi melalui penayangan video atau pemanfaatan teknologi lainnya
dalam upaya untuk membuat masyarakat luas mendapatkan pengalaman
memandang suatu hal dalam sudut pandang yang berbeda. Penayangan video dan
sejenisnya tersebut sejalan dengan pernyataan bahwa peacebuilding dalam
prosesnya menitikberatkan pada konstruksi perdamaian kultural, serta di dalam
prosesnya aspek kekerasan tidak berlaku dan biasa diterapkan melalui program
pendidikan atau pemberian bantuan (Putri, 2022).

6
BAB IV
RANCANGAN TEKNIK DAN STRATEGI RESOLUSI KONFLIK
Rasisme merupakan tindakan yang akarnya dapat darimana saja dan susah
untuk diidentifikasi asal-muasalnya dan bahkan saat ini rasisme dapat dijumpai
dalam kehidupan sehari-hari. Rasisme tidak hanya dapat berujung pada kekerasan
verbal, namun juga dapat ditemukan dalam bentuk kekerasan secara fisik
misalnya bullying. Rasisme ini merupakan tindakan yang disebabkan oleh adanya
sudut pandang tertentu oleh seseorang atau sekelompok orang terkait kelompok
lainnya. Sehingga menurut penulis, rancangan teknik dan strategi yang dapat
diterapkan untuk mengubah sudut pandang atau cara pandang orang rasis secara
perlahan tanpa menggunakan kekerasan adalah sebagai berikut.
1. Mencoba memahami rasisme dan bentuk-bentuknya.
2. Melaporkan segala bentuk rasis dan diskriminasi baik dalam bentuk
konten secara online maupun menyaksikannya secara langsung. Misalnya,
melaporkan kepada pihak berwajib atau pihak yang dapat menengahi
apabila melihat orang rasis yang berujung kekerasa baik secara verbal
maupun fisik kepada orang yang tidak bersalah.
3. Senantiasa menyuarakan pendapat yang sekiranya dapat mengubah sudut
pandang orang lain dan meminimalisasi terjadi rasisme. Misalnya,
memberitahu orang lain bahwa COVID-19 tidak disebabkan atau
ditularkan berdasarkan ras.
4. Berusaha mengedukasi orang sekitar bahwa tidak semua orang Tionghoa
atau Asia membawa COVID-19 dan COVID-19 dapat dicegah melalui
perlindungan diri sendiri misal menggunakan masker dan perlindungan
lainnya.

7
REFERENSI
Webel. C., dan Galtung, J. (2007). Handbook of Peace and Conflict Studies. New
York: Routledge Taylor & Francis Group.
Aji, M. P., dan Indrawan, J. (2019). Memahami studi perdamaian sebagai bagian
dari ilmu hubungan internasional (Understanding peace studies as part
of international relations). Jurnal Pertahanan & Bela Negara, 9(3),
65-83.
Alam, S. (2020). Jurnalisme damai dalam pembingkaian berita rasisme mahasiswa
papua di tribunnews.com dan detik.com. Jurnal Pewarta Indonesia,
2(2), 121-136. DOI: https://doi.org/10.25008/jpi.v2i2.33.
Febria, D., Marsevani, M., Catherine, C., Sinurat, C. P., Tan, J., dan Julia, J.
(2022). Upaya pencegahan rasisme dan radikalisme pada sekolah
menengah kejuruan mahardika. The 4th National Conference of
Community Service Project 2022, 4(1), 1699-1704. e-ISSN: 2714-
8599.
Febrianti, V., Anniqa, A., dan Herlianti, K. P. (2023). Implementasi nilai
pancasila dalam menghadapi persoalan rasisme. Nusantara: Jurnal
Pendidikan, Seni, Sains dan Sosial Humanioral, 1(2), 1-25. DOI:
10.11111/nusantara.xxxxxxx.
Firdaus, M. R., Agniwati, N. G., dan Solahudin, M. (2021). Johan galtung’s
theory of violence and conflict: A study of pela gandong’s local
wisdom as a media for conflict resolution in ambon (Teori kekerasan
dan konflik johan galtung: Studi kearifan lokal pela gandong sebagai
media resolusi konflik di ambon). Gunung Djati Conference Series,
4(2021), 831-848. ISSN: 2774-6585.
Pertiwi, A. D., dan Dewi, D. A. (2021). Implementasi nilai pancasila sebagai
landasan bhinneka tunggal ika. Jurnal Kewarganegaraan, 5(1), 212-
221. p-ISSN: 1978-0184, e-ISSN: 2723-2328.
Putri, P. K. (2022). Manajemen konflik dan resolusi konflik: Sebuah pendekatan
terhadap perdamaian. Papua Journal of Diplomacy and International
Relations, 2(1), 16-34. DOI: 10.31957/pjdir.v2i1.1945.
Rahmawati, I. (2022). Pengantar Psikologi Sosial. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Satiya, F. D., Ferdiansyah. M. R., dan Said, M. P. (2022). Wacana edukasi
antirasisme pada kanal youtube dramatizeme. Warta: Ikatan Sarjana
Komunikasi Indonesia, 5(1), 55-71. p-ISSN: 0853-3370, e-ISSN:
2686-0724.

8
Conciliation Resources. (2023). What is peacebuilding. Diakses melalui
https://www.c-r.org/who-we-are/why-peacebuilding/what-
peacebuilding pada 19 November 2023 pukul 22.40 WITA.
Pemerintah Kabupaten Kendal. (2023). Kenalan dengan covid-19. Diakses
melalui https://corona.kendalkab.go.id/berita/profil/kenalan-dengan-
covid-
19#:~:text=Sampai%20saat%20ini%20belum%20diketahui,dan%20m
uncul%20pada%20Desember%202019. Pada 19 November 2023 pada
pukul 19.01 WITA
World Health Organization. (2020). Who director-general’s opening remarks at
the media briefing on covid-19 – 11 march 2020. Diakses melalui
https://www.who.int/director-general/speeches/detail/who-director-
general-s-opening-remarks-at-the-media-briefing-on-covid-19---11-
march-2020 pada 19 November 2023 pukul 18.43 WITA.

Anda mungkin juga menyukai