Anda di halaman 1dari 4

1.

September 1998 Diva, Hanada

/yayasan yang dikelola Soeharto. Indikasi penyimpangan terlihat dari anggaran dasar
yayasan tersebut.

Jaksa penyelidik : "permisi pak, ada yang ingin saya sampaikan."


Pimpinan jaksa p : "sebentar, silahkan kamu duduk dahulu."
jaksa penyelidik : "baik pak, terimakasih"
pimpinan : "apa yang ingin kamu sampaikan?"
jaksa penyelidik : "terkait yayasan yang dikelola pak soeharto, saya telah menemukan
indikasi penyelewengan dana."
pimpinan : "ha bagaimana bisa? kamu jangan mengada-ada"
jaksa penyelidik : "sebenernya kita sudah diberi clue pak sejak tahun 1976, tanpa kita
sadari"
pimpinan : "apa, maksudnya seperti apa?"
jaksa penyelidik : "lebih baik bapak langsung melihat beberapa bukti ini, untuk selanjutnya
saya minta pertimbangan untuk dilakukannya audit bersama tim terkait."
jaksa penyelidik memberikan bukti yang telah dia kumpulkan.
pimpinan "sudah menjadi rahasia umum bahwa banyak penyelewengan yang dilakukan pak
harto, nanti saya akan kabarkan jika kita sudah harus melangkah. mungkin nanti akan kita
rapatkan lebih dahulu."

2. 6 September 1998 Dheafin, Juan, Aril

/lewat Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) pada 6 september 1998 Soeharto berdialog
mengenai harta kekayaannya.

Soeharto : "Berbagai isu sebenarnya telah lama kita dengar terutama mengenai kekayaan
pribadi saya dan keluarga. Selama 32 tahun seolah-olah memupuk kekayaan sehingga saya
dinilai sebagai orang terkaya didunia.Saudara-saudara sekalian, saya memang berdiam
karena saya mengetahui bahwasanya isu itu tidak benar. Isu-isu yang berkembang dari luar
negeri yang dilemparkan ke dalam negeri saya hadapi dengan segala ketenangan, karena
memang kenyataan saya tidak memiliki sesenpun."

9 september 1998 Qonita, Desyi, Atmaja

/Tim konsultan cendana meminta kepada presiden habibie serta menteri pertahanan dan
keamanan agar memberikan perhatian ekstra ketat dan melindungi soeharto dan
penghinaan, cercaan, dan hujatan.

15 September 1998 Hanada, Diva, Afrisia, ika, Veyla

/Para jaksa penyelidik mengadakan rapat yang masih membahas mengenai dugaan
penyelewengan dana oleh yayasan yang dimiliki Soeharto. Kemudian diputuskan untuk
membuat sebuah tim investigasi kekayaan Soeharto, yang diketuai oleh
Jaksa Agung Andi M. Ghalib.
7 desember 1998 Afrisia, Amal

jaksa agung : "disini kami dari kejaksaan agung ingin membeberkan fakta terbaru tentang
kasus penyelewengan dana dari 7 yayasan milik mantan presiden Soeharto yaitu Dharmais,
Dakab (Dana Abadai Karya Bhakti), Supersemar, Amal Bhakti Muslim Pancasila, Dana
Mandiri, Gotong Royong, dan Trikora."
pimpinan komisi I DPR : "dipersilahkan"
Jaksa Agung : "kami menemukan bukti dan indikasi Sejumlah yayasan memiliki kekayaan
senilai Rp4,014 triliun. kami juga menemukan rekening atas nama Soeharto di 72 bank di
dalam negeri senilai deposito Rp24 miliar, dengan Rp23 miliar tersimpan di rekening BCA,
serta tanah seluas 400 ribu hektare atas nama Keluarga Cendana."
Pimpinan Komisi I DPR : "baik, silahkan untuk kasus ini dilanjutkan"
Jaksa Agung : "terimakasih, akan saya selesaikan"

9 desember 1998 Ika, Dheafin

/soeharto datang ke kejagung

Tim Kejaksaan Agung : "atas nama DR dr hR Soeharto, disini kejaksaan agung akan
meminta keterangan kepada saudara"
Soeharto : "saya siap"
Tim Kejaksaan Agung : "saudara diduga melakukan penyalahgunaan dana di yayasan
saudara pimpin,program mobil nasional, kekayaan di luar negeri, perkebunan dan
pertenakan tapos"
Pemeriksaan Soeharto selama empat jam dipimpin Jampidsus Antonius Sujata di Gedung
Kejaksaan Tinggi Jakarta. Pemeriksaan saat itu batal dilakukan di Gedung Kejaksaan
Agung dengan alasan keamanan.

4 februari 1999 Dina

/Kejaksaan Agung memeriksa Siti Hardiyanti Rukmana alias Mbak Tutut, putri sulung
Soeharto, selaku Bendahara Yayasan Dana Gotong Royong Kemanusiaan yang dipimpin
Soeharto.

11 maret 1999 Atmaja

/Soeharto, melalui kuasa hukumnya Juan Felix Tampubolon, meminta Jaksa Agung
menghentikan penyelidikan terhadapnya atas dugaan korupsi kolusi nepotisme.

Juan Felix : "disini saya sebagai kuasa hukum dari DR dr h R soeharto, meminta
penyelidikan dihentikan oleh kejagung, karena klien saya sedang mengalami sakit, mohon
untuk keringananya"

9 juli 1999 Juan, Wildhan, Aril

/Tiga kroni Soeharto –Bob Hasan, Kim Yohannes Mulia dan Deddy Darwis– diperiksa
Kejaksaan Agung dalam kasus yayasan yang dikelola Soeharto.
31 Maret 2000 Dheafin

/Soeharto dinyatakan sebagai tersangka penyalahgunaan uang dana yayasan sosial yang
dipimpinnya.

3 April 2000 Hanada, Veyla, Ika, Rohman, Dheafin, Nanda

/Tim Pemeriksa Kejaksaan Agung mendatangi kediaman Soeharto di Jalan Cendana. Baru
dua pertanyaan diajukan, tiba-tiba tekanan darah Soeharto naik.

13 April 2000 Dheafin, Rohman, Dina

/Soeharto dinyatakan sebagai tahanan kota.

29 Mei 2000 Dheafin, Dina

/Soeharto dikenakan tahanan rumah.

23 September 2000 Dheafin, Nanda, Atmaja

/Soeharto menjalani pemeriksaan di RS Pertamina selama sembilan jam oleh 24 dokter


yang diketuai Prof dr M Djakaria. Hasil pemeriksaan menunjukkan, Soeharto sehat secara
fisik, namun mengalami berbagai gangguan syaraf dan mental sehingga sulit diajak
komunikasi. Berdasar hasil tes kesehatan ini, pengacara Soeharto menolak menghadirkan
kliennya di persidangan.

27 maret 2008 Keli, Diva, Atmaja

PN Jakarta Selatan mengabulkan gugatan Kejaksaan Agung dan menghukum Yayasan


Supersemar yang diketuai Soeharto membayar ganti rugi kepada negara sebesar Rp46
miliar karena menyelewengkan pengelolaan dana pendidikan. Saat itu Soeharto telah wafat,
sehingga tanggung jawab jatuh kepada keluarganya selaku ahli waris"

Keli : "Atas nama terdakwah Soeharto dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum, sidang
kita lanjutkan sesuai dengan berita acara persidangan yang lalu hari ini kita membacakan
yang diajukan oleh penasehat hukum terdakwah. dengarkan baik-baik Pak jadi utusan selain
ini akan kita baca yang pokok-pokoknya saja. demikian juga mengenai surat kawan dan juga
jawaban atau tanggapan dari penuntut umum. Putusan sela nomor 55 petsus TPK 2008
pengadilan tindak pidana korupsi pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat demikian
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa pengadilan tindak pidana korupsi para
pengendalian Negeri kelas 1, Maret 2008 Jakarta Pusat yang bisa mengadili perkara-
perkara tindak pidana korupsi pada pengadilan tidak bertingkat pertama dengan acara
pemeriksaan biasa telah menjatuhkan putusan sela sebagai berikut dalam perkara
terdakwah nama lengkap Soeharto alm tempat lahir 8 Juni 1921 umur 86 tahun jenis
kelamin laki-laki kebangsaan Indonesia tempat tinggal Jl. Cendana No 08 Menteng Jakarta
Pusat agama Islam pekerjaan Ketua Yayasan pendidikan terakhir Sekolah staff komando
Angkatan Darat.
diva : "kepada kuasa hukum dari terdakwa dipersilahkan menyampaikan bukti pengungat
dari banding yang diminta"
atmaja : "baik yang mulia, disini saya ingin mengajukan banding atas klien yang saya sudah
meninggal. disini saya sebagai kuasa hukum ingin mengatakan dengan sebenar-benarnya"
diva : "tolong jangan berbelit-belit"
atmaja : "maaf yang mulia, dari kesaksian yang sudah kami kumpulkan saya ingin untuk
mendapatkan keringanan, seperti yang sudah disampaikan oleh kejaksaan agung untuk
memberhentikan kasus ini apalagi terdakwa sudah wafat"
diva: "lalu untuk kerugian negara, anda beragumen seperti apa?"
atmaja : "sesuai dengan peraturan kita dengan siap mengganti rugi senilai kerugian negara
yang tercatat sebesar 46 miliar"
hakim ketua dan beberapa jajaranya menghentikan sementara waktu sidang pada saat itu,
setelah beberapa saat sidang dilanjutkan dengan hasil yaitu
diva : "baik sidang tanggal 27 maret 2008 resmi ditutup dengan hasil yaitu menghukum
yayasan supersemar dan membayar ganti rugi sebesar 46 miliar"
kuasa hukum dari soeharto tentu tidak terima tetapi ketukan palu hakim sudah terketuk"

Anda mungkin juga menyukai