Anda di halaman 1dari 34

PEMBELAAN SUSNO DUADJI (DUPLIK)

Dibaca:  335  kaliDitulis oleh Redaksi Susnoduadji.comSelasa, 15 Maret 2011


15:17

Susno Menjawab

BISMILLAAHIR RAHMAANIR RAHIIM,


ASSALAMUALLAIKUM WAROKHMATULLAHI WABARROHKATU

Yang Mulia Majelis hakim,


Yang terhormat Jaksa Penuntut Umum,
Yang saya banggakan Tim Advokat Susno Duadji,
Yang saya hormati Panitera,
Yang saya hormati Rekan-rekan wartawan,
Hadrin yang saya muliakan,
Dan rasa hormat khusus saya sampaikan kepada Anak Bangsa yang
merindukan kebenaran dan keadilan yang dengan setia menyaksikan dan
memantau jalanya persidangan ini.

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan
karunia dan rahmadnya kepada kita berupa nikmat kesehatan, dan keimanan
sehingga kita dapat mengikuti, menyaksikan, dan memantau jalanya
persidangan yang mulia ini.

Yang Mulia Majelis Hakim dan Hadirin yang saya hormati,


Perkenankan pada kesempatan yang baik ini saya menyampaikan rasa
hormat, penghargaan yang tinggi, dan ucapan terima kasih kepada Yang Mulia
Majelis Hakim yang memimpin dan menyidangkan perkara yang didakwakan
kepada saya secara profesional, arif, bijak, sabar, tekun, dan penuh
kewibawaan dalam rangka mencari kebenaran materil guna menegakan
kebenaran dan keadilan yang dipertanggung jawabkan kepada Sang Khaliq
Allah Swt, Tuhan semesta alam yang merupakan Hakim Yang Maha Adil .

Ijinkan pada kesempatan ini saya menyampaikan Duplik atas Replik yang
diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum pada persidangan hari Kamis tanggal 3
Maret 2011 yang lalu.

Awalnya saya beranggapan bahwa Replik yang akan disampaikan oleh JPU
adalah Replik yang disusun secara ilmiah, sistematis, argumentatif,
berlandaskan yuridis
dan didukung oleh fakta serta alat bukti yang diakui oleh undang-undang
sebagai tolak ukur pembuktian dalam rangka menanggapi pointer-pointer
Pleidooi yang telah kami sampaikan pada sidang hari Kamis tanggal 24
Febuari 2011 yang lalu.
Namun, begitu saya menyimak dengan cermat Replik yang dibacakan oleh Tim
JPU, saya sangat kaget karena jauh dari anggapan saya.
Pointer-pointer yang kami sampaikan dalam Naskah pembelaan tidak 
ditanggapi secara ilmiah, argumentatif,  berlandaskan yuridis dan didukung
oleh fakta serta alat bukti yang diakui oleh undang-undang sebagai tolak ukur
pembuktian dalam rangka mencari kebenaran materiel yang berkeadilan.

Saya tak mengerti mengapa Tim JPU lebih senang membuang energi untuk
mengurai makna kata " rekayasa "  dan kata " dholim "  padahal kedua kosa
kata tersebut sudah sangat dimi maknanya manakala dipadankan dengan
pokok perkara ini.

Semakin tidak mengerti lagi setelah mendengar dan mebaca Replik bahwa
JPU mengangkat dua nama pendekar penegak hukum Republik negeri ini,
yaitu Almarhum Jenderal Polisi Drs. Hoegeng Imam Santoso dan Mantan
Jaksa Agung Baharudin Lopa, yang tersirat dibandingkan dengan diri saya.
Namun sayang uraiannya tidak jelas dan tidak tuntas sehingga sulit
memahami apa
maksudnya dan apa tujuanya memasukan kedua nama tersebut ke dalam
Replik, oleh karenanya tidak perlu saya tanggapi lebih rinci.

Semakin terbukti apa yang saya sampaikan dalam pleidooi saya pada tanggal
24 Febuari 2011 yang lalu bahwa JPU terlalu "mendewakan" Sjahrir Djohan
dan Maman Abdulrachman Pasya, saya katakan demikian karena dengan
tegas JPU menyebut Sjahrir Djohan adalah "ksatria" dan saya disuruh untuk
mencontoh Sjahrir Djohan.
Tanggapan saya adalah sebagai berikut :
Kstaria sangat erat kaitanya dengan sikap dan perilaku dari sesorang yang
berprilaku baik yang patut diteladaani.
Dalam lingkungan Militer dan Kepolisian sikap ksatria dilukiskan dengan
perilaku ; jujur, berani, bertanggung jawab, menjaga kehormatan, adil, rela
berkorban, suka menolong.

Apakah sikap dan perilaku Sjahrir djohan dapat dikatakan sebagai sikap dan
perilaku seorang kstaria ?
Saya kira tidak perlu saya jelaskan karena  siapa Sjahrir djohan, bagaimana
sikap dan perilaku Sjahriri djohan sudah menjadi pengetahuan umum.

Apakah masyarakat sependapat dengan JPU yang menyatakan bahwa Sjahriri


djohan adalah seorang " kstaria "  ?
Untuk menjawab pertanyaan ini secara jujur dan objektif dilampirkan dalam
duplik ini  pendapat dan komentar masyarakat pada berbagai media online
yang pada umumnya menyatakan bahwa Sjahriri djohan adalah Mafia Hukum
dan Pembohong.

Sehingga timbul pertanyaan ; Tolak ukur apa yang dipakai oleh JPU sehingga
menyimpulkan bahwa Sjahrir djohan adalah seorang " kstaria "

Terkait dengan pernyataan sdr JPU yang meminta saya agar mencontoh
Sjahriri djohan, dengan tegas saya nyatakan bahwa sampai titik darah
penghabisan permintaan tersebut tidak akan saya penuhi, dan silahkan Sdr
JPU untuk mencotoh sikap dan perilaku Sjahrir djohan.

Saya yakin masih banyak Jaksa di Republik ini yang berpikiran sehat , yang
punya integritas, cerdas dan jujur dan pasti mereka tidak akan mau mengikuti
anjuran Tim JPU perkara ini dengan menjadikan dan mencontoh " kstaria "
model Sjahrir djohan.

Yang Mulia Majelis Hakim,


Tim JPU, Tim Advokad dan hadirin yang saya hormati,

Berikut saya akan menanggapi Replik JPU pada halaman 5 alenia paling
bawah :
" Kita semua dapat bertanya kepada masyarakat pada umumnya, yakinkah
saudara bahwa Terdakwa menerima sejumlah uang Rp 500 juta dari Sjahrir
Djohan atau bertanya apakah pemotongan anggaran Polda Jabar benar-benar
dilakukan oleh Terdakwa ? Sungguh ! Hati nurani mereka akan menjawab
dengan logika sederhana Yakin ! Peristiwa itu benar-benar terjadi "

Tanggapan saya sebagai berikut :


Tuduhan JPU tersebut di atas sungguh kejam dan keji , karena TIDAK
DIDUKUNG dengan BUKTI,  tuduhan yang tidak didukung dengan bukti itu
sama dengan fitnah.
Perbuatan menuduh tanpa bukti itu adalah REKAYASA, memaksakan
kehendak untuk menuruti rekayasa itu adalah REKAPAKSA.

Mari kita buktikan apakah tuduhan JPU tersebut di atas BENAR atau FITNAH ?

Rakyat Indonesia tidak bodoh, mereka pintar bahkan jauh lebih pintar dari
kita, mereka kritis dan tidak bisa dibodohi.
Hanya orang bodoh dan orang yang tidak mau melihat kenyataan saja yang
merasa dirinya pintar dan menganggap rakyat bodoh.

Menanggapi hal ini, Saya heran !  Apakah JPU sudah prustasi sehingga
kehilangan akal sehat untuk membuktikan dakwaanya.
Mestinya membuktikan unsur pasal yang didakwakan dilakukan berdasarkan
hukum pembuktian yang berlaku, sesuai dengan standar alat bukti yang diakui
oleh undang-undang, bukan dengan main fitnah.

Fakta yang terungkap dipersidangan sebagaimana yang telah saya dan Tim
Advokad sampaikan pada pleidooi di persidangan pada tanggal 24 Febuari
2011 yang lalu, bahwa :
Petama TIDAK ADA SATU ALAT BUKTIPUN yang membuktikan bahwa saya
telah menerima uang dari Sjahriri djohan sebesar Rp 500 Juta di rumah Jl.
Abusirin No 2 B pada tanggal 4 Desember 2008, kecuali keterangan satu orang
yaaitu sdr Sjahrir djohan yang tentunya tidak bisa dikatagorikan sebagai alat
bukti ( vide pasal 185 KUHAP ).
Kedua justeru terungkap fakta tentang segudang KEBOHONGAN Sjahriir
djohan sebagaimana yang telah kami sampaikan pada pleidooi tanggal 24
Febuari 2011 yang lalu.

Terhadap Statment kosong JPU ini saya tidak mau debatable, saya akan
kemukakan BUKTI berupa tanggapan dan komentar masyarakat sebagai
berikut :
Pertama tanggapan dan komentar melalui media online detik.com,
tribunenews.com,  rakyatmerdeka.com, mediaindonesia.com, kompas.com,
dan metronews. dimana sampling berita yang diambil secara acak, dengan
hasil sebagai berikut ;  jumlah media  6 ( enam ), jumlah judul berita 56 (Lima
Puluh Enam), jumlah penanggap/kometator 731 (Tujuh Ratus Tiga Puluh Satu),
pendukung/penanggap yang kontra 26 (3%), pendukung/penanggap Pro 705
(97%).   Yang dimaksud dengan Pro adalah penanggap/komentator yang
menyatakan Susno duadji tidak bersalah, Susno duadji korban rekayasa,
Susno duadji harus disupport, dan Susno duadji harus dibebaskan.
Kedua facebook account dukung Susno duadji untuk kebenaran  dengan
pendukung sebanyak 315.937 ( Posisi pada tanggal 8 Febuari 2011
Ketiga facebook account Susno duadji  dengan pendukung sebanyak 23.748
( posisi tanggal 8 Febuari 2011 )
Keempat surat dukungan dari para tokoh masyarakat, tokoh adat, LSM,
Pemuda< Akademisi.
Kelima Statment dukungan dari tokoh Formal dan Informal tingkat Nasional
yang disampaikan melalui berbagai media seperti yang saya lampirkan pada
duplik ini.

Bukti tersebut di atas saya sampaikan dalam rangka membantah tuduhan JPU
yang yang kejam dan keji tanpa dilandasi alat bukti yang syah.
Saya sangat sadar bahwa forum ini adalah Forum Sidang yang mulia oleh
karenanya kita tidak boleh sembarang bicara apalagi sembarang menuduh
tanpa adanya bukti.

Yang Mulia Majelis hakim,


Yang terhormat Jaksa Penuntut Umum,
Yang saya banggakan Tim Advokat Susno Duadji,
Dan anak bangsa pecinta kebenaran dan keadilan

Berikut saya akan menanggapi Replik JPU seperti yang tertera pada halaman
8 dan 9, dimana JPU mengangkat isu seolah-olah saya ingin bebas dari jeratan
hukum dengan menggunakan alasan Kadaluarsa.
Saya tidak tau mengapa JPU mengangkat issu ini karena saya dan Tim
Advokat
tidak pernah mengangkat isu ini baik dalam persidangan maupun dalam
pleidooi.
Saya kawatir jangan-jangan Replik yang dibaca bukan untuk persidangn  saya
mungkin untuk persidangan lain.
Sekali lagi saya tegaskan bahwa JPU telah menyusupkan persoalan yang
tidak pernah dipermasalahkan.

Menanggapi  Replik  JPU pada halaman 9 alenia ke 2 , saya kutip sebagai


berikut :
“dari fakta-fakta persidanga tampak bahwa terdakkwa mengunakan pola-pola
pencucian uang sehungan seolah-olah harta hasil kejahatan itu bersal dari
kegiatan yang sah , Latar belakang terdakwa dibidang penyidikan pun
membuat terdakwa menyusun suatu kontruksi dan argumentasi bahwa ada
perbuatan yang terputus dari tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa,
namun dengan tehnik Folow the money menjadi jelas dan terang tindak pidana
yang dilakukan oleh terdakwa “
Tanggapan saya :
Sungguh saya tidak bisa memahami  apa makna dari kalimat ini.
Apakah JPU ingin menjelaskan pola-pola pencucian uang, atau ;
Apakah JPU ingin menjelaskan konstrusi suatu kejahatan,  dan ;
Apakah JPU ingin menjelaskan tehnik follow the money ?

Saya katakan demikian karena  antara satu anak kalimat  dengan  anak
kalimat yang lainya sama sekali tidak nyambung, dan tidak diketahui pula apa
maksud dan maknanya.

Bukan kah pada persidangan perkara ini, saya pernah menjelaskan bahwa
transaksi dengan menggunaka travel cheque dan transaksi dengan
menggunakan uang tunai adalah transaksi terang benderang  yang  berani
melakukan transaksi demikian  hanya orang yang mempunyai uang yang
bersih atau clear money.
Transaksi demikian bukan  merupakan  modus untuk meyamarkan asal-usul
uang seperti apa yang dikatakan JPU.
Saya yakin bahwa JPU tidak memahami kejahatan tindak pidana pencucian
uang secara utuh dan benar, termasuk tidak memahami istilah-istilah yg lazim
digunakan dalam tindak piddana pencucian uang.

JPU tidak memahami apa makna istilah follow the money, ijinkan saya
menjelaskan secara singkat bahwa yang dimaksud dengan follow the money
adalah kegiatan yang dilakukan oleh analis PPATK dalam rangka menganalisa
transaksi keuangan yang mencurigakn untuk mengetahui underlying dari
transaksi tersebut.
Dalam perkara ini tidak pernah JPU melakukan analisis transaksi keuangan
apapun, tapi heranya menyatakan melakukan  follow the money.

Yang Mulia Majelis hakim,


Yang terhormat Jaksa Penuntut Umum,
Yang saya banggakan Tim Advokat Susno Duadji,
Dan anak bangsa pecinta kebenaran dan keadilan

Perkenankan saya mengutip replik JPU pada halaman 14


“Yang jelas telah terbukti dihadapan hukum adalah bahwa Sahril Djohan telah
terbukti telah bersekongkol dengan memberikan  uang sebesar
Rp.500.000.000,- (limaratus juta rupiah ) kepada terdakwa Komjen Pol Susno
Dujaji Sh,Mh.Msc dimana Sjahril Djohan telah mengakui kesalahnnya dan telah
mendapat hukum yang setimpal. Dengan demikian yang merusak jalannya
penegakan hukum karena mempercayai makelar kasus seperti Sjahrir Djohan ,
bukankah Terdakwa sendiri ? yakni Komjen Pol Susno Dujaji SH,Mh.Msc “

Menanggapi hal ini ;


Orang awam hukum pun akan bertanya-tanya mengapa JPU memaksa
terdakwa untuk menuruti keterangan Sjahrir Djohan yang sudah jelas dan
nyata pasang badan untuk menghukum terdakwa.
Mengapa JPU tidak mau berpikir, bukankah yang menyatakan bahwa saya
telah menerima uang darinya Rp 500 Juta dari Sjahrir djohan hanyalah
keterangan saksi Sjahrir djohan sendirian, yang merupakan keterangan saksi
yang berdiri sendiri yang tidak didukung oleh keterangan saksi lain dan tidak
juga diperkuat oleh alat bukti yang lain"
Maka berdasarkan pasal 185 KUHAP kesaksian ini tidak ada nilai sama sekali
karena tidak mempunyai nilai pembuktian yang sempurna.
Mestinya JPU harus malu menyampaikan hal ini diforum  persidangan yang
mulia yang dipantau luas oleh segnap lapasian masyarakat di tanah air.

Keterangan Saksi yang lain seperti Haposan Hutagalung, Wani Sabu, dan
saksi lainya serta alat bukti yang lain dengan jelas dan terang membuktikan
bahwa Uang Rp 500 Juta BENAR dari Haposan Hutagalung telah diterima oleh
Sjahriri djohan.
Dan Tidak ada satu alat bukti pun yang membuktikan bahwa uang tersebut
diserahkan kepada saya.
Orang awam hukum pun  akan mengartikan fakta ini bahwa Sjahrir djohan
telah terbukti secara syah dan meyakinkan melakukan penggelapan.

Mengapa JPU tetap ngotot mempertahankan kekeliruanya, tidak mau berpikir


yuridis normatif, sehingga kita bertanya-tanya apakah ada sesuatu yang keliru
dalam sistem penuntutan, apakah benar ada issu kalau JPU tidak bisa
membuktikan dakwaanya maka dia akan diberi sanksi administratif.
Maka kalau hal ini benar sungguh ironis sistem penuntutan yang terjadi dalam
suatu negara yang menjung tinggi hukum dan HAM serta menghormati dan
menjunjung tinggi azas praduga tidak bersalah.
Bukankah semestinya JPU bertindak selaku aparat penegak hukum yang
mewakili negara dalam menegakan hukum yang berkeadilan, artinya kalau
terdakwa memang tidak terbukti bersalah maka JPU wajib hukumnya untuk
menuntut bebas.

Tapi apa yang terjadi ?


terbukti bahwa  keterangan  saksi Sjahriri djohan  penuh kebohongan, hal
kebohongan ini diperkuat oleh alat bukti berupa keterangan saksi, bukti surat,
keterangan terdakwa yang satu sama lain bersesuaian membuktikan bahwa
Sjahriir djohan telah berbohong.
Dari kebohongan itu terbukti  bahwa Sjahriri djohan TIDAK PERNAH DATANG
ke rumah di Jl. Abusirin No 2 B Jakarta Selatan, artinya penyerahan Uang Rp
500 Juta kepada saya tidak pernah terjadi.

Saya kaget mengapa JPU malas untuk mencari fakta hukum untuk
membuktikan apa yang didakwakan, koq malah " memplagiat " pembuktian
perkara lain, yang tidak sama konstruksi hukumnya dengan perkara saya.
Harus diingat bahwa pembuktian dengan cara " memplagiat " tidak dikenal
dalam dalam sistem hukum pidana.

Kalau demikian siapa yang merusak sitem hukum, JPU atau saya ?
Jawabanya saya serahkan kepada Yang Mulia Majelis Hakim.

Yang Mulia Majelis Hakim,


Yang terhormat Jaksa Penuntut Umum,```
Yang saya banggakan Tim Advokat Susno Duadji,
Dan anak bangsa yang merindukan kebenaran dan keadilan
Menanggapi Replik JPU terkait kedatangan Samsulrizal mokoagow
sebagaimana tertulis pada halaman 17  pada angka 7, sebagai berikut :
“bahwa dapat dimungkinkan paraf terdakwa tertanggal 27 Desember 2008
merupakan rekaan terdakwa sendiri karena dengan kedudukanya tedakwa
selaku mantan kabareskrim memungkinkan berbuat demikian walaupun
terdakwa di dalam tahan sekalipun”

Menanggapi hal ini :


JPU seharusnya sangat berhati –hati dalam menyampaikan tuduhannya.
Bahwa tuduhan yang tanpa didukung alat bukti sama dengan fitnah.

Perlu saya jelaskan bahwa bukti Surat tugas perjalan Sdr SAMSULRIZAL
MOKOAGOW adalah salah satu bentuk surat resmi dalam sitem Administrasi
Polri.
Administrasi surat menyurat di lingkungan Polri sangat tertib, berpedoman
pada petunjuk administrasi umum Polri ( Jukminu Polri ) yang baku, yang
dipatuhi dengan ketat, diawaki oleh personil administrasi yang terdidik,
terlatih dan berpengalaman yang diawasi dengan ketat menjadi objek dalam
pengawasan dan pemeriksaan oleh inspektorat.
Saya sebagai anggota Polri dan tentunya institusi Polri sangat tersinggung
dengan fitnah dan tuduhan JPU tersebut di atas.
Apabila JPU  TIDAK BISA MEMBUKTIKAN tuduhan kejam dan keji yang telah
menghina dan merendahkan martabat Institusi Polri , saya dan anggota POlri
yang lainya sangat tersinggung dan mempertimbangkan langkah-langkah
hukum terkait dengan penghinaan terhadap institusi Polri tersebut di atas.

Statment negatif JPU ini telah menuai protes keras dari masyarakat, untuk
membuktikan  saya lampirkan pada duplik ini beberapa komentar masyarakat
terkait pemberitaan hal ini.

Yang Mulia Majelis hakim,


Yang terhormat Jaksa Penuntut Umum,
Yang saya banggakan Tim Advokat Susno Duadji,
Dan anak bangsa pecinta kebenaran dan keadilan

Menanggapi Replik JPU halaman 20 s/d 23 tentang Pembelian Mobil Sedan


Toyota Camry dan Travel Cheque, secara lengkap akan ditanggapi oleh Tim
Advokad Susno duadji, namun secara umum akan saya sampaikan sebagai
berikut.

Pembelian Mobi Sedan Toyota Camry ;


Sesuai keterangan Saksi Abdulrachman Pasya, Saksi Binsar Sitompul
( Mantan Dirlantas Polda Jabar ) dan Saksi dari PT. Astra Internasional Toyota
Tbk, Cabang Bandung dan barang bukti berupa surat dan Nota saya, dapat
sampaikan sebagai berikut :
Saya tidak pernah memerintahkan Sdr Maman Abdulrachman Pasya untuk
mencari dan membeli mobil Sedan Toyota Camry, yang saya  saya perintahkan
untuk mencari dan membeli adalah sdr Binsar Sitompul.
Maman Abdulrachman Pasya, saya perintahkan untuk mengeluarkan uang 
yang berasal dari insentif Dispenda Jabar dan bukan uang yang berasal dari
pemotongan dana pengamanan Pilkada Jabar guna membayar Sedan Toyota
Camry tersebut.
Bahwa terkait pemotongan dana pengamanan Pilkada Jabar, saya sama sekali
tidak mengetahui.,
Bahwa keterangan saya ini bersesuaian dengan keterangan Binsar Sitompul,
saksi dari Dealer Astra Internasional Tbk Cabang Bandung, dan diperkuat
dengan alat bukti lain berupa surat ( Nota Kapolda Kepada Kabidku )
Sedangkan keterangan saksi Maman Abdulrachman adalah hanya keterangan
seoramng saksi yang tidak didukung oleh saksi lain maupun alat bukti yang
lain, jadi keterangan Maman Abdulrachman bukanlah alat bukti, melainkan
keterangan bohong.
Aneh sekali ! JPU  mempercayai keterangan bohong dari pada alat bukti yang
diakui oleh hukum pembuktian.
Saya mohon kepada JPU untuk mengingat kembali ketentuan pasal 185
KUHAP yang intinya ; harus ada persesuaian antara keterangan saksi satu
dengan yang lain, dan persesuaian antara keterangan saksi dengan alat bukti
lain.

Terkait dengan travel cheque ;


Bukankah saya dan Tim Advokad Susno duadji telah menyampaikan lugas dan
tegas dalam pleidooi yang kami bacakan pada persidangan hari Kamis tanggal
24 Febuari 2011 yang lalu, yang intinya ;
Pembelian Travel Cheque telah saya jelaskan secara tuntas mulai dari sumber
uang sehingga peristiwa pembelian dan penggunaan travel cheque tersebut
dengan didukung alat bukti berupa surat ( Akte Notaris, Kwitansi, cipy
serifikat, dan Nota Kapolda kepada Kabidku ), jadi pembuktian sudah
sempurna karena keterangan terdakwa didukung alat bukti dokumen
authentik.
Sedangkan keterangan saksi Maman Abdulrachman adalah hanya keterangan
seoramng saksi yang tidak didukung oleh saksi lain maupun alat bukti yang
lain, jadi keterangan Maman Abdulrachman bukanlah alat bukti, melainkan
keterangan bohong.
saya yakin bahwa JPU tau bahwa keterangan seorang saksi saja tidak cukup
untuk membuktikan bahwa saya bersalah terhadap perbuatan yang
didakwakan ( vide pasal 185 KUHAP )

Yang Mulia Majelis hakim,


Yang terhormat Jaksa Penuntut Umum,
Yang saya banggakan Tim Advokat Susno Duadji,
Dan anak bangsa pecinta kebenaran dan keadilan.

Sebenarnya inti dari dua perkara yang didakwakan oleh JPU kepada saya
adalah ;

Dakwaan Pertama dengan alternatif 5 ( lima ) dakwaan yang intinya adalah


ADA atau TIDAK ADA penyerahan uang Rp 500 Juta dari Sjahrir djohan kepada
saya yang konon katanya pada hari Kamis tanggal 4 Desember 2008 di rumah
Jl. Abusirin No 2 B Jakarta Selatan.

Faktanya sebagaimana telah terungkap pada persidangan perkara ini dan juga
sebagai mana saya dan Tim Advokad Susno duadji uraikan pada Naskah
Pleidooi pada sidang hari Kamis tanggal 24 Febuari 2011 jangankan  peristiwa
penyerahan uang, peristiwa kedatangan Sjahrir djohan ke rumah di Jl.
Abusirin No 2 B Jakarta Selatan TIDAK PERNAH TERJADI.
Yang ada dan terbukti adalah SEGUDANG KEBOHONGAN Sjahrir djohan yang
justeru MEMBUKTIKAN bahwa saya TIDAK PERNAH melakukan perbuatan
yang didakwakan oleh JPU pada dakwaan pertama.

Dakwan kedua dengan 4 ( empat ) alternatif dakwan yang intinya adalah ADA
atau TIDAK ADA PERINTAH TERTULIS atau PERINTAH LISAN dari saya untuk
memotong Dana Pengamanan Pilkada Jabar 2008  ; dan
Apakah saya MENERIMA atau TIDAK MENERIMA uang, barang atau jasa yang
berasal dari pemotongan Dana Pengamanan Pilkada Jabar 2008.

Faktanya sebagaimana telah terungkap pada persidangan perkara ini dan juga
sebagai mana saya dan Tim Advokad Susno duadji uraikan pada Naskah
Pleidooi pada sidang hari Kamis tanggal 24 Febuari 2011 jangankan 
PERINTAH TERTULIS PERINTAH LISAN PUN TIDAK PERNAH TERBUKTI, dan
juga TIDAK ADA SECUIL PUN BUKTI TERTULIS, dan TIDAK SEORANG
SAKSIPUN yang membuktikan bahwa saya menerima uang, barang atau pun
jasa yang berasal dari pemotongan Dana Pengamanan Pilkada Jabar 2008.
Yang  ADA adalah SEGUDANG KEBOHONGAN Saksi Maman Abdulrachman
Pasya.
Kebohongan tersebut didukung oleh alat bukti keterangan saksi, keterangan
terdakwa dan Alat Bukti Surat ( Bukti tertulis ) yang bersesuaian satu sama
lainya.
Yang pada intinya membuktikan bahwa saya TIDAK MELAKUKAN Perbuatan
yang didakwakan oleh JPU pada dakwaan ke dua.

Mestinya JPU dalam melakukan PEMBUKTIAN harus selaras dengan


Pembuktian yang dilakukan oleh Majelis Hakim, yaitu untuk mendapatkan "
Keyakinan Jaksa " harus terlebih dahulu mendapatkan Dua Alat Bukti Yang
Syah menurut hukum, dan untuk mendapatkan Alat Bukti Petunjuk harus ada
Persesuaian antara alat bukti yang satu dengan yang lain.

Dalam hal perkara saya,  baik dakwaan pertama maupun dakwaan kedua
TIDAK ADA SATU Alat Buktikan yang berhasil ditemukan oleh JPU karena
dalam masing-masing dakwaan hanya ada satu orang saksi rekayasa yang
tidak didukung saksi lain dan tidak juga didukung oleh alat bukti lainya.
Jadi tidak ada alat bukti apapun, nah bagaimana Jaksa mau mendapatkan
Alat bukti petunjuk, bagaimana pula JPU bisa mendapatkan " keyakinan jaksa
"

Kalau sudah terbukti demikian apakah Tim JPU masih ngotot dan ngeyel
untuk menghukum saya walaupun tanpa alat bukti apapun.
Kalau JPU masih juga mau menghukum dengan alasan OPINI MASYARAKAT
yang dibahasakan dengan bahasa ilmiah  " VOX  POPULI VOX DEI "   akan
dibuktikan oleh Tim Advokad Susno Duadji bahwa 96, 7 % masyarakat
memberikan komentar melalui berbagai media yang pada intinya
menyatakan ;
Susno duadji tidak bersalah,
Susno duadji Korban Rekayasa,
Bebaskan Susno duadji,
Dan sebagainya yang pada intinya memberikan dukungan moral.

Dengan tidak mengurangi rasa hormat pada JPU bahwa ;


Lebih dari 1.725.000 Pengunjung web : www.susnoduadji.com yang dikelola
oleh para pendukung Susno duadji untuk kebenaran yang memberikan
dukungan kepada saya.
Lebih dari 325.000 facebookers yang memberikan dukungan kepada saya
melalui Facebook.
Masih ada lagi dukungan persurat dari tokoh-tokoh masyarakat, LSM, Pemuda
dan Tokoh adat dari seluruh pelosok Indonesia yang mendukung Susno
duadji,.
Masih ada komentar positif dan dukungan dari sejumlah pejabt Formal kepada
Susno duadji.

Dengan demikian bukti apa lagi yang TIm JPU perlukan !


Dan juga dengan uraian pada duplik ini saya tidak ingin mengatakan bahwa
Tim JPU memanipulasi fakta, biarkankan Majelis Hakim dan masyarakat yang
menilai.

Yang Mulia Majelis hakim,


Yang terhormat Jaksa Penuntut Umum,
Yang saya banggakan Tim Advokat Susno Duadji,
Dan anak bangsa yang merindukan kebenaran dan keadilan.,

Diakhir duplik ini dengan segala hormat perkenankan saya mohon Majelis
Hakim Yang Mulia mempertimbangkan dan menerima Duplik yang saya
sampaikan sendiri maupun yang disampaikan oleh Tim Advokad Susno duadji
dengan memberikan keputusan membebaskan saya dari segala tuntutan dan
dakwaan Jaksa Penuntut umum dalam peradilan yang baik yang merupkan
cita-cita para pencari keadilan.
Apabila Yang Mulia Majelis Hakim berpendapat lain saya mohon keputusan
yang seadil-adilnya.

Ahir kata apabila ada perkataan, ucapan, dan tingkah laku saya selama
persidangan perkara saya berlangsung sampai dengan hari ini, perkenankan
saya mohon untuk dimaafkan.

Sebagai anak bangsa dari suatu bangsa yang menjunjung budaya yang
adiluhung, Perkenankan saya menyampaikan pantun sebagai berikut :

Barat mata hari tidak di gunung,


Patah tertancap ketuk bendi kendaraan sultan,
Niat hati tidak untuk menyinggung,
Kata terucap adalah untuk kebenaran keadilan.

Kalau ada jarum yang patah tertancap,


Jangan disimpan di dalam peci,
Kalau ada kata yang salah ucap,
Jangan disimpan di dalam hati.
WABILLAHI TAUFIK WALHIDAYAH,
WASSALAMUALLAIKUM WAROKHMATULLAHI WABARROHKATU

Jakarta, 10 Maret 2011

Susno duadji

PEMBELAAN SUSNO DUADJI (PLEDOI)

Dibaca:  245  kaliDitulis oleh Redaksi susnoduadji.comSelasa, 15 Maret 2011


13:51

Susno Menjawab

KEBENARAN DAN KEADILAN TIDAK AKAN SIRNA OLEH KEZOLIMAN


Dibacakan pada sidang di PN Jaksel, kamis 24 Febuari 2011 

Aswwb, 
Yang Mulia Majelis hakim,
Yang terhormat Jaksa Penuntut Umum,
Yang saya banggakan Tim Advokat SD,
Yang saya hormati Panitera,
Yang saya hormati Rekan-rekan Journalis,
Hadrin yang saya muliakan,
Dan rasa hormat khusus saya sampaikan kepada Anak Bangsa yang
merindukan kebenaran dan keadilan yang dengan setia menyaksikan dan
memantau jalanya persidangan ini.

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan
karunia dan rahmadnya kepada kita berupa nikmat kesehatan, dan keimanan
sehingga kita dapat menyaksikan dan memantau jalanya persidangan ini baik
di Ruang persidangan yang terhormat ini maupun di tempat-tempat lain di
seluruh pelosok negeri tercinta.

Yang Mulia Majelis Hakim dan Hadirin yang saya hormati,

Perkenankan pada kesempatan yang baik ini saya menyampaikan rasa


hormat, penghargaan yang tinggi, dan ucapan terima kasih kepada Yang Mulia
Majelis Hakim yang telah memimpin dan menyidangkan perkara yang
didakwakan kepada saya secara profesional, arif, bijak, sabar, dan tekun, dan
penuh kewibawaan dalam rangka mencari kebenaran materil guna menegakan
kebenaran dan keadilan yang dipertanggung jawabkan kepada Sang Khaliq
Allah Swt, Tuhan semesta alam yang merupakan Hakim Yang Maha Adil .
Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada Tim Jaksa Penuntut
Umum, 
Dimana Awalnya saya banyak menaruh harapan bahwa Jaksa Penuntut Umum
adalah aparat penegak hukum penegak kebenaran dan keadilan yang akan
bekerja dengan tekun dan profesional, jujur, menjunjung tinggi azas Praduga
Tak Bersalah, bebas dari tekanan dan campur tangan dari pihak-pihak yang
ingin membengkokan hukum dengan segala cara, menjunjung tinggi dan
menghargai fakta-fakta yang terungkap dipersidangan, menjauhkan diri dari
sifat-sifat buruk seperti ; suka berbohong, tidak jujur, merekayasa fakta,
menghalalkan segala cara untuk menghukum terdakwa.
Saya yakin dan percaya bahwa semua Anak Bangsa yang merindukan
kebenaran dan keadilan menghendaki agar Jaksa Penuntut Umum  TIDAK
memposisikan diri sebagai musuh terdakwa, justeru menganggap bahwa
terdakwa adalah Mahluk Allah Swt yang sedang berjuang mencari kebenaran
dan keadilan yang belum tentu melakukan kesalahan seperti yang
didakwakan.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Tim Advokat Susno duadji yang
telah bekerja dengan serius siang dan malam, tidak kenal lelah, tanpa dibayar
satu senpun, motivasi yang melandasi keseriusan bekerja adalah rasa " Benci
dan Cinta " , Benci akan ketidak adilan, benci akan kebohongan / kepalsuan,
benci pada kezoliman, benci pada rekayasa dan rekapaksa. Cinta akan
kebenaran dan keadilan. semoga niat dan perbuatan baik ini mendapat
ganjaran pahala dari Allah Swt, amin 

Terima Kasih saya sampaikan kepada LPSK yang telah memberikan


perlindungan hukum dan perlindungan Phisik kepada saya, yang dengan rajin
dan tekun memantau perkembangan perkara yang didakwakan kepada saya. 

Ucapan terima kasih dan penghargaan  juga saya sampaikan kepada Panitera
Pengganti  yang denga rajin, tekun dan teliti telah mecatat jalannya
persidangan ini dalam rangka mencari kebenaran materil demi menegakan
kebenaran dan keadilan . 
dan segenap karyawan Pengadilan Negeri Jakarta selatan yang telah bekerja
sesuai fungsi dan tugasnya sehingga persidangan perkara yang didakwakan
kepada saya dapat terselenggara dengan baik, aman, dan lancar.

Kepada Rekan-rekan journalis, dan segenap Anak Bangsa yang rindu akan
kebenaran dan keadilan yang telah meliput, menyajikan berita, menyaksikan
dan memantau jalanya persidangan ini demi tegaknya kebenaran dan keadilan
di bumi pertiwi ini saya ucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi. 

Yang Mulia Majelis Hakim dan  Hadirin yang saya hormati, 


Proses pradilan terhadap diri saya sudah berlangsung lebih dari 9 (sembilan)
bulan sejak saya ditangkap dan ditahan oleh penyidik pada tanggal 11 Mei
2010, tanpa melalui proses pemeriksaan yang dituangkan dalam Berita Acara
Pemeriksaan ( BAP ), saya ditetapkan sebagai tersangka oleh penyidik dan
ditetapkan sebagai terdakwa oleh Jaksa Penuntut Umum.
Hampir sepuluh bulan  kami sekeluarga mengalami penderitaan lahir dan
bathin ; dipisahkan dari keluarga, dipisahkan dari pergaulan dengan
masyarakat, dihentikanya hak-hak yang semestinya saya peroleh.
hal ini saya sampaikan bukan sebagai keluhan, melainkan sebagai peringatan
agar pengalaman pahit serupa tidak dialami oleh orang lain, cukup saya dan
keluarga yang merasakan.
Memang ada pepatah yang mengatakan " Pengalaman adalah guru terbaik "
tetapi lebih baik kalau belajar dari pengalaman orang lain.

Setelah berbulan-bulan dilaksanakan sidang yang cukup melelahkan banyak


fakta yang terungkap yang justeru bertolak belakang dengan keterangan yang
tertulis pada Berita Acara, sebagian besar saksi mencabut keteranganya pada
BAP, dan dengan bukti-bukti yang diajukan dipersidangan membuat kita sadar
bahwa perkara ini ternyata tidak seperti apa yang tertera di dalam Berita
Acara, ternyata benar bahwa perkara ini penuh rekayasa dan rekapaksa. 
Kita yakin bahwa orang yang beriman, berkhlak dan bermoral baik tidak akan
mau menjadi bagian dari perekayasa dan perekapaksa perkara karena
perbuatan demikian adalah bagian dari fitnah dan kezoliman yang sangat
dibenci oleh Allah Swt.
Inat, azab Allah Swt sangat perih dan dahsat !

Hari ini sesuai agenda persidangan,  saya duduk di kursi ini untuk
menyampaikan Pembelaan di hadapan Yang Mulia Majelis Hakim. 

Menegakan kebenaran dan keadilan dinegeri ini tidak semudah membalikan


telapak tangan, harus dengan perjuangan dan pengorbanan lahir batih. 

Perkara yang mendudukan saya di kursi ini diawali dengan tindakan saya
kurang lebih satu tahun yang lalu ,dengan hati nurani yang tulus saya berniat
untuk membersihkan Institusi saya tercinta dari pengaruh Mafia Hukum. 
Demi kecintaan saya kepada POLRI yang telah membesarkan saya dalam
meniti karier lebih dari 32 tahun.

Dengan tanpa memperdulikan Resiko saya lakukan upaya untuk membongkar


jaringan Mafia Hukum di institusi Polri yang saya cintai, namun upaya yang
saya lakukan tidak berjalan mulus. Apa yang terjadi ?  Ternyata kekuatan
Mafia Hukum cukup besar, jaringanya menggurita kesegala penjuru, sehingga
dampaknya saya dijerat dengan perkara yang direkaya dan rekapaksakan,
walaupun apa yang dahalu saya katakan ternyata saat ini terbukti benar
adanya. 
"Katakanlah sesuatu yang benar itu adalah benar, sesuatu yang salah itu
adalah salah walaupun pahit"

Saya yakin dan percaya saat Jaksa Penuntut Umum membacakan tuntutan
terhadap diri saya di muka persidangan ini pada hari senin tanggal 14 Febuari
2011 yang lalu, Mafia Hukum dengan kroni dan jaringanya bersorak gembira
sambil menepuk dada sebagai simbul kemenangan karena Jaksa Penuntut
Umum telah menuntut saya dengan hukuman penjara yang sangat berat dan
hukuman denda yang sangat tinggi. 
Sungguh ironis bahwa tuntutan yang dialamatkan pada saya, tanpa didasari
oleh pembuktian yang akurat, terkesan pelampiasan kebencian dan balas
dendam.

Majelis Hakim Yang Mulia, 


Tim Jaksa Penuntut Umum, Tim Advokad dan Hadirin yang saya hormati,
Sebagai orang yang beriman, kita yakin bahwa kegembiraan Mafia Hukum
dengan kroni dan jaringanya tersebut tidak akan berlangsung lama, karena
Allah Swt sangat membenci fitnah dan kezoliman dalam bentuk pemutar
balikan fakta dan rekayasa dan rekapaksa perkara, Allah Swt akan menolong
dan menyelamatkan orang yang dizolimi.
Mereka LUPA bahwa Pengadilan Negeri Jakarta Selatan tempat perkara ini
disidangkan adalah Pengadilan yang tetap setia dan kokoh berdiri sebagai
benteng yang melindungi pencari kebenaran dan keadilan.
Mereka juga LUPA bahwa Majelis Hakim yang menyidangkan perkara saya
adalah Majelis yang dipimpin oleh Hakim H. Charis Mardiyanto, SH, yang
beranggotakan Hakim Syamsudin, Sh,  Hakim Kusno, SH, Hakim Haswandi,
SH, dan Hakim Artha Teresia Silalahi, SH  yang dikenal sebagai hakim yang
profesional, jujur, arif, bijaksana, berani, dan tidak dapat ditekan atau
dipengaruhi oleh siapapun juga.

Yang Mulia Majelis Hakim, 


Tim Jaksa Penuntut Umu, Tim Advokad dan Hadirin yang saya hormati,
pada kesempatan ini ijinkan saya membaca Firman Allah untuk mengingatkan
diri saya dan hadirin sekalian agar tidak menutupi kebenaran dan tidak
mempermainkan keadilan.
Sura 4, An Nisa, ayat 58 :
BISMILLAAHIR RAHMAANIR RAHIIM,
> INNALLOHA YA'K MURUKUM AN TUADDUL
> AMANATI ILA AHLIHA  WA IZA HAKAMTUM
> BAINANAS  ANTAHKUMU BIL ADIL
> INNALLOHA NI'K IMMA YA'K  IZUKUM BIH
> INNALLOHA  KANA SAMI AMBASIRO
sadakolahulazim

ARTINYA : 
DENGAN MENYEBUT NAMA ALLAH YANG MAHA PEMURAH LAGI PENYAYANG
>  SESUNGGUHNYA ALLAH MENYURUHMU UNTUK MENYAMPAIKAN AMANAT
KEPADA YANG BERHAK MENERIMANYA,  DAN APABILA KAMU MENETAPKAN
HUKUM DIANTARA MANUSIA HENDAKNYA KAMU MENETAPKANYA DENGAN
ADIL.
>  SUNGGUH ALLAH SEBAIK-BAIKNYA YANG MEMBERI PERINGATAN
KEPADAMU
maha besar Allah dengan segala firmanya

Rekayasa dan rekapaksa perkara dengan cara ; 


>  Memakai kesaksian palsu,
>  Memalsukan fakta yang terungkap dipersidangan,
>  Menghilangkan  fakta yang benar yang terungkap dipersidangan, dan
>  Menghalalkan cara-cara lain yang kotor yang bertentangan dengan fakta
adalah finah dan kezoliman yang mencederai rasa keadilan masyarakat
Perbuatan ini  sangat dibenci oleh Allah Swt terlebih apabila dilakukan oleh
aparat penegak hukum yang berkewajiban untuk menegakan hukum,
Allah Maha mengetahui,
Allah tau apa yang kita tidak tau,
Allah mengetahui apa kata hati kita,
Kehidupan di dunia ini hanya sementara,
kehidupan yang kekal ada di akhirat,
Segala tingah laku dan perbuatan kita di dunia kelak akan kita pertanggung
jawabkan dihadapan Allah Swt.

Ingat Azab Allah Swt sangat perih dan dahsat, 


Semoga kita tidak termasuk golongan orang yang berbuat fitnah dan zolim
dengan merekayasa dan rekapaksa perkara, amin

Hadits Qudsi, Riwayat at Thabrani dalam bukunya Al-Kabir dan Al-Ansath yang
bersumber dari Ibnu Abbas. ra ) 
Artinya :
Demi kemuliaan dan keagungan KU, pasti akan KU balas si penganiaya
cepat atau lambat, dan pasti akan KU balas orang-orang yang melihat
seseorang teraniaya  tetapi ia TIDAK menolongnya padahal ia mampu
melakukanya

Ini janji Allah Swt yang sifatnya PASTI, 


Allah PASTI memberikan balasan/hukuman pada dua kelompok manusia,
yaitu ; pertama adalah sipenganiaya/orang yang berbuat zolim dan kedua
orang yang membiarkan kezoliman padaahal dia mampu untuk mencegah atau
menolongnya.

Majelis Hakim Yang Mulia, 


Tim Jaksa Penuntut Umum, Tim Advokad dan Hadirin yang saya hormati,
Perkara yang direkayasa dan reka paksakan kepada saya adalah sebagai
berikut :

Pertama : 
Perkara PT. Salma Arwana Lestari (PT.SAL ), yang dikenal dengan perkara
Arwana dimana saya didakwa denga 5 (lima) dakwaan berlapis yang pada
intinya ;
" bahwa saya pada tanggal 4 Desember 2008 di rumah di Jl. Abusirin No 2 B,
Jakarta Selatan di tuduh telah menerima suap sebesar Rp 500 Jt dari Sjahril
Djohan "

Tuduhan ini sangat menyakitkan hati dan mencederai rasa keadilan karena
orang yang mengungkap Mafia Hukum dalam perkara ini adalah saya sendiri . 
Mana mungkin saya mau menepuk air di dulang yang akan memercik  ke muka
saya sendiri.
Alangkah  bodohnya saya, kalau benar saya menerima uang dari Sjaril Djohan
yang sudah berselang waktu satu tahun, kemudian saya bongkar, dan ternyata
pelakunya adalah saya sendiri. tidak masuk akal !

Tentunya kalau saya menerima suap dari Sjahrir Djohan maka saya akan diam
seribu bahasa tidak akan membongkar perkara yang akan menyengsarakan
diri saya sendiri , tentunya akan saya tutup rapat , jangan sampai ada
seorangpun yang tau. 

Benar atau tidak  tuduhan tersebut  sangat ditentukan oleh apakah Sjahrir
djohan pada tanggal 4 Desember 2008 datang kerumah di JL Abuserin No 2 B,
Jakarta Selatan atau tidak pernah datang. 
Karena uang tidak bisa berjalan sendiri.

Majelis Hakim Yang Mulia, 


Tim Jaksa Penuntut Umum, Tim Advokad dan Hadirin serta Anak Bangsa yang
merindukan kebenaran dan keadilan yang saya hormati,
Berdasarkan keterangan Para Saksi fakta, keterangan para saksi a de chart,
keterangan terdakwa dan barang bukti yang diajukan di persidangan perkara
ini, serta hasil sidang di tempat di rumah Jl. Abusirin No 2 B, Jakarta Selatan
terungkap KEBOHONGAN Sjahrir Djohan sebagai berikut ;
Kebohongan Pertama :
" Sjahrir Djohan menerangkan bahwa pada tanggal 4 Desember 2008 menemui
Susno duadji di Rumah Jl. Abusirin No 2 B, Jakarta Selatan "
Alasan bahwa keterangan ini bohong adalah :

Pertama ; Yang Mulia Majelis Hakim dan JPU beserta Penasehat hukum, telah
menyasikan situasi rumah di Jl Abuserin No 2 B Jakarta Selatan pada saat
sidang di tempat pada tanggal 20 Januari 2011,  bagaimana mungkin Sjahrir
djohan bisa masuk ke ruang tamu TANPA DIKETAHUI oleh Penjaga Pintu
Gerbang, Pengawal Pribadi, Ajudan, atau Sopir yang siap siaga selama 24
jam. 

Kedua ;  Prosedur penerimaan tamu di rumah adalah sebagai berikut ; 


>  Tamu melapor dan diperiksa oleh pos penjaga depan,
>  Setelah diidentifikasi identitasnya dan dinilai  aman penjaga depan
melaporkan kepada Walpri atau Ajudan,
>  Kemudian tamu diantar menunggu di ruang tunggu,
>  Ajudan mendata tamu tersebut,
>  Apabila saya sedang tidak menerima tamu lain, ajudan melaporkan tamu
tersebut pada saya apakah akan saya terima atau tidak,
>  Apbila tamu saya nyatakan akan diterima maka ajudan membuka pintu
ruang tamu dan menjemput tamu untuk diantar masuk ke ruang tamu,
>  Ajudan menemani tamu di ruang tamu menunggu sampai saya keluar
menemui tamu tersebut,
>  Setelah tamu saya temui ajudan meninggalkan ruang tamu namun berada
tidak jauh dari ruang tamu,
>  Ajudan memberi tau pembantu untuk menyiapkan minuman tamu,
>  Setelah tamu selesai saya terima ajudan membuka pintu dan mengantar
tamu sampai ke gerbang depan.
>  Saya tidak akan menerima tamu secara bersamaan untuk tamu yang
berbeda kepentingan, sehingga ajudan tidak akan melapor ada tamu lain
ketika saya sedang menerima tamu, serta saya tidak mau menerima tamu di
atas jam 21.00 Wib dan malam jum'at selepas Sholat Ishak.

Majelis Hakim Yang Mulia, 


Tim Jaksa Penuntut Umum, Tim Advokad dan Hadirin serta Anak Bangsa yang
merindukan kebenaran dan keadilan yang saya hormati.
Ternyata di persidangan Perkara ini terungkap bahwa :
TIDAK ADA seorang saksipun baik Pengawal Pribadi, Sopir, Ajudan, mapun
pembantu rumah tangga yang melihat kedatangan Sjahrir djohan ke Rumah Jl.
Abusirin No 2 B Jakarta Selatan, demikian juga tidak ada satu orangpun
diantara mereka yang melihat Sjahrir djohan keluar dari Rumah Jl. Abusirin No
2 B Jakarta Selatan baik pada tanggal 4 Desember 2008 mapun pada waktu
yang lain.
Lantas Timbul pertanyaan ; Lewat mana Sjahrir djohan masuk dan keluar
rumah Jl. Abusirin No 2 B Jakarta Selatan.
Apakah karena tanggal 4 Desember 2008 itu adalah malam Jum'at dan
mungkin Jum'at Kliwon di mana orang yang punya ilmu kesaktian sedang uji
coba ilmunya.
Hanya orang yang malas menggunakan akal dan pikirannya saja yang
mempercayai keterangan Sjahrir djohan.

Majelis Hakim Yang Mulia, 


Tim Jaksa Penuntut Umum, Tim Advokad dan Hadirin serta Anak Bangsa yang
merindukan kebenaran dan keadilan yang saya hormati.
Ijinkan saya untuk melanjutkan mengurai tentang KEBOHONGAN Kedua yang
dilakukan oleh Sjahrir djohan.
Bahwa di persidangan perkara ini Sjahrir djohan menerangkan bahwa dia
sebelum ke Rumah Jl. Abusirin No 2 B  pada hari itu terlebih dahulu menemui
Haposan Hutagalung di Kudus Bar, Htl Sultan untuk mengambil uang Rp 500
Juta dari sdr Haposan Hutagalung.
Berdasarkan print out karcis parkir Htl. Sultan  dan keterangan Saksi  Upang
Supandi, Sopir dari Sjahrir djohan pada persidangan perkara ini  yang
diperkuat Kesaksian Sjahrir djohan sendiri dalam sidang perkara ini  pada hari
Kamis tanggal 4 Nopember 2010, Kesaksian sdr Abdul Somad dan Mustofa
dalam sidang   perkara ini pada hari Kamis tanggal 4 Nopember 2010,
Kesaksian Haposan Hutagalung diketahui bahwa mobil Sjahrir djohan Inova
warna hitam No Pol B 2946 BP masuk halaman Parkir tanggal 4 Desember
2008 jam 20.15 Wib dan keluar pada hari yang sama jam 21.16 Wib menuju
kekantornya di lapangan Ros Tebet yang menurut Upang Supandi jalan agak
macet sehingga memerlukan waktu sekitar 1 jam 15 menit , kemudian sampai
di kantornya Sjahrir djohan  mandi dan ganti pakaian sekitar 30 menit ,
kemudian baru menuju Jl. Abuserin 2b Jakarta Selatan, masih menurut Upang
Supandi jalan agak macet dan memerlukan waktu sekitar 1 jam 30 menit
kemudian sesampainya di jalan Abuseri 2b masih menunggu kedatangan
Susno duadji sekitar 20 menit, dengan cerita bohong demikian Sjahrir djohan
baru sampai keruang tamu di Jl Abuserin No 2 B pada  jam 00:21 Wib
keesokan harinya, Jum'at tanggal 5 Des 2008. Jelas keterangan ini bohong !
Mana mungkin saya mau menerima tamu sedemikian larut  malam.
Dan cerita ini sangat bertolak belang dengan keterangan Sjahrir djohan
sendiri yang mengatakan dia buru-buru mau pulang untuk menghadiri ulang
tahun anaknya tgl 4 Desember  2008, masak, koq, lebih mengutamakan
ngantar duit kepada orang lain dari padaa merayakan ulang tahun anak
sendiri, saya curiga jangan-jangan duit itu ditilep oleh Sjahrir djohan sendiri.
Saya tidak habis pikir, mengapa JPU tidak menaampik keterangan yang sudah
jelas dan nyata bohong ini.
Majelis Hakim Yang Mulia, 
Tim Jaksa Penuntut Umum, Tim Advokad dan Hadirin serta Anak Bangsa yang
merindukan kebenaran dan keadilan yang saya hormati.
Perkenankan saya melanjutkan bukti KEBOHONGAN Sajhrir djohan berikutnya
;
Katanya dia bertemu dengan AKBP Syamsurizal Mokoagow di rumah Jl.
Abusirin No 2 B Jakarta Selatan, pada tanggal 4 Desember 2008.
Kebohongan ini diungkap oleh Kesaksian AKBP Syamsurizal Mokoagow, saksi
Aksan NoerRosiqin, dan didukung bukti authentik Surat perintah Jalan AKBP
Sjamsurizal Mokoagow dan Kombes Charles Marpaung ke Negeri Belanda, dan
keterangan say sebagai terdakwa yang membuktikan bahwa  AKBP
Sjamsurizal Mokoagow datang menghadap saya ke rumah di Jl. Abusirin No 2
B Jakarta Selatan adalah pada hari Sabtu tanggal 27 Desember 2008 antara
jam 18 s/d jam 18.30 Wib karena saat itu terdengar suuara azan di Tv.
Jelas keterangan Sjahrir djohan BOHONG, anak kecilpun tau kalau Sjahrir
djohan berbohong.
Karena seandainya Sjahrir djohan benar datang ke Jl. Abusirin No 2 B Jakarta
Selatan pada hari Kamis tgl 4 Desember 2008 tidak akan ketemu dengan Akbp
Sjamsurizal Mokoagow yang datang ke rumah Jl. Abusirin No 2 B pada hari
Sabtu tanggal 27 Desember 2008.
Hari berbeda, tanggal berbeda, jam berbeda, ruang berbeda.
Ruang dan waktu berbeda, Apa mungkin bisa bertemu ?
Kecuali kalau Sjahrir djohan punya ilmu menerawang ke depan.

Yang Mulia Majelis Hakim, 


Penuntut Umum, dan Tim Advokad serta Hadirin yang saya hormati.
Sangat menarik sekali untuk mengungkapkan KEBOHONGAN Sjahrir djohan
yang dia sampaikan di persidangan perkara ini, yang berikut adalah :
" Kata Sjahrir djohan bahwa Susno menemuinya di ruang tamu dengan
memakai kain sarung "
Bukankah dipersidangan ini para saksi ; ajudan, pengawal pribadi, sopir dan
saksi a de charge sdr Baderun dan sdri. Sulastri  menerangkan bahwa Susno
duadji tidak pernah menerima tamu dengan memakai kain sarung.
Tak jelas dari mana Sjahrir djohan mendapat inspirasi sehiinggaa melukiskan
saya dalam cerita fiktif nya menggambarkan saya sebagai seoraang pria
yaang kalau menemui tamu dengan memakai sarung.

Ada lagi  KEBOHONGAAN Sjahrir djohan  yang membuat kita mati lemas
ketawa, yaitu : 
Katanya ; " Bahwa saya menemuinya di ruang tamu sambil menggendong cucu
".
Yang mulia Majelis Hakim dan Hadirin sekalian yang saya hormati, Cucu saya
yang tinggal di rumah Jl. Abusirin No 2 B Jakarta Selatan pada tanggal 4
Desember 2008 BELUM LAHIR, cucu saya baru lahir pada tanggal 24 Febuari
2009 . pada persidangan ini sudah diajukan barang bukti berupa akte
kelahiran Cucu saya tersebut dan diajukan pula kartu Keluarga Penghuni
Rumah Jl. Abusirin No 2 B Jakarta Selatan.
Aneh Cerita yang dikarang Sjahriri djohan semakin lucu, tapi lebih lucu lagi
kalau JPU mempercayai keterangan yang tidak masuk di akal ini.
Yang Mulia Majelis Hakim, 
Penuntut Umum, dan Tim Advokad serta Hadirin yang saya hormati.
Masih ada lagi KEBOHONGAN Sjahrir djohan yang terungkap di forum
persidangan ini, di mana dia mengatakan :
" Bahwa  bertemu dengan AKBP Syamsurizal Mokoagow di RUANG TAMU "
Di persidangan AKBP Sjamsurizal Mokoagow menerangkan bahwa  yang dia
maksud dengan "RUANG TAMU" adalah ruang yang ada televisi, kursinya
terbuat dari kulit berwarna cokelat, ada meja makan di sebelahnya .
Berdasarkan hasil sidang di tempat di Jl. Abusirin No 2 B Jakarta Selatan
pada hari Kamis tanggal 20 Januari 2011, kita tau bahwa Ruang yang
dimaksud oleh Akbp Sjamsurizal Mokoagow sebagai " RUANG TAMU ' adalah
RUANG KELUARGA.
Orang yang berada di RUANG TAMU tidak bisa melihat orang yang berada di
RUANG KELUARGA, demikian sebaliknya karena ; kedua ruangan tersebut
letaknya tidak simitris, antara kedua ruangan tersebut dipisahkan oleh
dinding sekat yang cukup tinggi, dan jaraknya cukup jauh.
Waktu sidang di tempat saya menyaksikan bahwa JPU juga ikut hadir, saya
tidak habis pikir kalau JPU masih mempercayai keterangan Sjahriri djohan ini,
bukti apalagi yang diperlukan oleh JPU untuk tidak mempercayai keterangan
ini.

Yang Mulia Majelis Hakim, 


Penuntut Umum, dan Tim Advokad serta Hadirin yang saya hormati.
Belum tuntas KEBOHONGAN Sjahrir djohan masih ada lagi, dia menerangkan
dipersidangan bahwa :
" Kursi di ruang tamu berbentuk Sofa Leter L dan warna cokelat"
>  Hasil sidang di tempat kita tau bahwa kursi di ruang tamu bukan sofa dan
tidak berbentuk L
>  Keterangan sdr Baderun dan Sulastri saksi a de charge menerangkan
bahwa kursi di ruang tamu  rumah Jl. Abusirin No 2 B bukan berbentuk Sofa
dan tidak leter L.,
>. kita tau Bahwa Sjahrir djohan tidak buta huruf, ini artinya Sjahrir djohan
bohong, yang artinya dia tidak pernah datang ke rumah Jl. abusirin No 2 B ,
Jakarta Selatan.
JPU juga mengamati ruang tamu, dan saya yakin JPU tidak menemukan sofa
warna cokelat, dan tidak menemukan susunan kursi berbentuk L, disusun
bagaimanapun kursi yang ada di ruang tamu tersebut tidak mungkin
berbentuk L.

Yang Mulia Majelis Hakim, 


Penuntut Umum, dan Tim Advokad serta Hadirin dan Anak Bangsa yang
merindukan kebenaran dan keadilan,
Ternyata masih ada lagi kebohongan Sjahrir djohan  yang terungkap dari
kesaksian Sdr Haposan Hutagalung saksi lainya yang didukung oleh alat bukti
lain  di depan Sidang Pengadilan ini menerangkan :
" bahwa  Dia satu jam setelah keluar dari halaman Htl Sultan di Tilpun oleh
Sjahrir djohan dengan kata-kata ; " Lung uang sudah saya serahkan pada
Susno "
Jelas sekali bahwa Sjahrir Djohan ngotaki ( membohongi ) Haposan
Hutagalung karena  Mobil Haposan Hutagalung No Pol B 8822 BI keluar dai
parkiran Htl Sultan pada jam 21.22 Wib artinya satu jam setelah itu yaitu  pada
jam 22:22 Wib,  Sjahrir djohan menelepon Haposan Hutagalung, pada jam
tersebut posisi mobil Sjahrir Djohan masih berada dalam perjalanan menuju ke
kantornya di Lapangan Rose , Tebet ( Vide keterangan saksi Upang Supandi
dan keterangan Sjahrir Djohan sendiri ).
Bisa jadi uang dari Haposan Hutagalung sebesar Rp 500 Juta tersebut sudah
ditilep (dimakan sendiri) oleh Sjahriir Djohan dengan menjual nama saya.

Yang Mulia Majelis Hakim, 


Penuntut Umum, dan Tim Advokad serta Hadirin dan Anak Bangsa yang
merindukan kebenaran dan keadilan,
KEBOHONGAN Sjahrir Djohan belum berahir, di depan persidangan terungkap
dari keterangan saksi Haposan Hutagalung yang menerangkan bahwa ;
" Pagi-pagi pada tanggal 5 Desember 2008 Sjahrir djohan memforward  sms
yang katanya berasal dari Susno duadji "
Jelas ini bohong, karena bagaimana mungkin memforward sms yang belum
ada, sebab pertama kali saya mengirim sms kepada sdr Sjahrir djohan adalah
pada tanggal 10 Desember 2008. ( vide Kesaksian Sjahrir djohan dan BAP ahli
IT

Sebenarnya masih banyak lagi kebohongan Sjahrir djohan yang terungkap di


Persidangan perkara ini, namun saya yakin dengan telah diungkap dan
dibuktikan serentetan kebohongan Sjahrir djohan seperti apa yang telah saya
sampaikan tadi kita semua yakin dan percaya bahwa : 
Sjahrir Djohan TIDAK PERNAH DATANG ke rumah di Jl. Abusirin No 2 B
Jakarta Selatan, oleh karenanya Peristiwa yang dikatakan Sjahrir djohan
menyerahkan uang Rp 500 Juta kepada saya adalah BOHONG BESAR alias
KESAKSIAN PALSU.

Yang Mulia Majelis Hakim, 


JPU, dan Tim Advokad serta Hadirin dan Anak Bangsa yang merindukan
kebenaran dan keadilan yang saya hormati,
Bagaimana Nasib Perkara Mafia hukum dalam proses perkara PT. SAL atau
Perkara Arwana yang saya ungkap ? saya tidak tau !
Bagaimana nasib Berkas Perkara PT SAL atau perkara arwana yang konon
sudah P 21 sejak awal 2010 ? saya juga tidak tau !

Yang Mulia Majelis Hakim, 


JPU, dan Tim Advokad serta Hadirin dan Anak Bangsa yang merindukan
kebenaran dan keadilan yang saya hormati,
Kita yakin bahwa Jaksa Penuntut Umum  melakukan hal yang sama dengan
apa yang dilakukan oleh Tim Advokad dan Panitera, yaitu mencatat, dan
merekam semua fakta yang terungkap dipersidangan ini.
Namun ada keanehan yaitu ; mengapa fakta yang tertulis pada naskah
TUNTUTAN JPU berbeda dengan apa yang tercatat pada Naskah Pembelaan
kami.
Apakah hal ini disebabkan oleh Merek Alat perekam yang berbeda atau ada
faktor lain ?
Tim JPU lah yang tau, dan Allah Swt Maha Mengetahui !

Yang Mulia Majelis Hakim, 


JPU, dan Tim Advokad serta Hadirin dan Anak Bangsa yang merindukan
kebenaran dan keadilan yang saya hormati
Merasa belum cukup puas dengan rekayasa dan rekapaksa perkara pertama,
maka diciptakan perkara kedua untuk saya juga dengan methode rekayasa
dan rekapaksa dengan penuh fitnah dan kezoliman.
Perkara kedua ini adalah Perkara Pemotongan Dana Hibah Pengamanan
Pilkada Gubernur dan Wakil Gubenrnur Jabar tahun 2008, yang dikenal dengan
Perkara Pilkada.
Dalam perkara Pilkada ini pada intinya saya didakwa :
" Secara bersama-sama  menyalah gunakan kewenangan dengan cara
memerintahkan pemotongan dana hibah pengamanan pilkada Jabar tahun
2008 sehingga dapat merugikan keuangan  atau perekonomian negara"

Dakwaan dan tuntutan ini Sungguh aneh dan menyakitkan karena  sangat
bertentangan dengan kebijakan saya selaku Kapolda Jabar yang berfungsi
sebagai Kuasa Pengguna Anggaran, khususnya terkait Pengelolaan Keuangan
dana Hibah Pengamanan Pilkada Jabar tahun  2008, yang pada intinya sebagai
berikut : 
Pertama ; Memerintahkan secara lisan dan tertulis kepada jajaran untuk
mengelola dana secara bai
Kedua ; Pada tanggal 11 Maret 2008 menunjuk KABIDKU sebagai Bendahara
Operasi.
Ketiga ; Memerintahkan penyaluran dana sesuai dengan Rencana Distribusi
/Rendis
Keempat ; Dana yang disalurkan harus sesuai dengan Kwitansi (KU - 17 )
Kelima ; Penyaluran dana harus sesuai dengan tahapan opersai ( 4 tahap )
Keenam : Mengefektifkan fungsi Pengawasan dengan cara memerintahkan
Irwasda, Kabid Propam, Karo Ops, untuk melakukan Supervisi Penyaluran dan
penggunaan dana serta pelaksanaan operasi.                   .
Ketujuh ; Penyaluran dana berdasarkan perintah
Kedelapan ; Bon dana oleh Satker dibebankan pada alokasi dana satker
tersebut.
Kesembilan ; Penyaluran dana agar tepat waktu dan tepat jumlah.
Kesepuluh ; Memerintahkan merevisi dana satgas intel agar mampu
menghadapi tugas, dengan megunakan anggaran  kontijensi (tak terduga )

Kesepuluh kebijakan tersebut dituangkan dalam bentuk tertulis, dan


dilampirkan sebagai barang bukti dalam perkara ini. 

Ada kejanggalan, ada perbedaan antara dakwaan dan tuntutan yang dibuat
oleh JPU yang semestinya tidak boleh terjadi. kooq berbeda ! 
Dimana letak bedanya ?
Perbedaan yang sangat menyolok, yaitu pada surat dakwaan ditulis jo Pasal
55 ayat (1) ke 1 KUHP tentang penyertaan, koq di dalam surat tuntutan pasal
55 ayat (1) ke 1 KUHP tiba-tiba hilang.
Kemana gerangan, dan mengapa dikau menghilang ?!!
Semoga hilangnya unsur pasal tentang penyertaan ini bukan  kesengajaan dari
Yang terhormat Tim JPU.
Saya tidak tau apa penyebabnya ; Apakah karena adanya keterangan ahli
Hukum Pidana Profesor DR. Bambang Purnomo, SH dipersidangan perkara ini,
atau karena lupa, atau karena terburu-buru akibat memperpendek waktu yang
telah dialokasikan oleh Yang Muliah Majelis Hakim.
Hanya Tim JPU yang tau, dan Allah Swt Yang Maha Mengetahui.

Yang Mulia Majelis Hakim, 


JPU, dan Tim Advokad serta Hadirin dan Anak Bangsa yang merindukan
kebenaran dan keadilan yang saya hormati.
Ada yang menggelitik hati saya, yaitu apakah unsur penyertaan yang ditulis
pada Surat Dakwaan JPU hanya merupakan pajangan, atau hanya dipasang
begitu saja tanpa sadar !
Mengapa saya katakan demikian ?
Karena saya tidak pernah diperiksa sebagai saksi untuk terdakwa lain yang
konon katanya bersama saya melakukan tindak pidana yang didakwakan, dan
juga saya tidak pernah diperiksa sebagai terdakwa untuk perkara yang
didakwakan kepada saya, saya bertambah heran karena dipersidangan jaksa
tidak pernah bertanya kepada saya perihal apakah saya juga pernah diperiksa
sebagai saksi untuk terdakwa lain yang dianggap melakukan tindak pidana
yang didakwakan bersama saya "  bahkan JPU cenderung menghindari
pertanyaan itu.
Kepada saya pertanyaan tentang penyertaan sama sekali tidak pernah
dipertanyakan,
Lantas untuk apa mencantumkan pasal penyertaan itu ?
Setelah saya mendengar, menyimak dan membaca Naskah Tuntutan JPU
secara cermat, saya terperanjat !  Asataga ! Unsur Penyertaan tidak
dibuktikan sama sekali !
Nah,,,,, berarti salah satu unsur pasal tentang PENYERTAAN yang didakwakan
kepada saya TIDAK TERBUKTI dan memang TIDAK PERNAH DIBUKTIKAN.
Apa gerangan sebabnya ? Apakah karena sudah yakin tidak akan bisa
membuktikan atau karena malu dengan keterangan ahli Prof DR. Bambang
Purnomo, SH yang telah dengan tegas dan lugas menyatakan bahwa
Penempatan unsur penyertaan dalam pasal yang didakwakan tanpa diikuti
dengan adanya tersangka/terdakwa yang lain merupakan penyesatan hukum
atau RECHT DWALING.

Yang Mulia Majelis Hakim, 


JPU, Tim Advokad serta Hadirin dan Anak Bangsa yang merindukan kebenaran
dan keadilan.
Mari kita sejenak menoleh kebelakang mengamati fakta yang  terungkap
dipersidangan baik yang disampaikan oleh ; para saksi, para ahli, para saksi a
de charge, terdakwa, dan alat bukti lainya untuk menyoroti tuntutan JPU
terkait dengan dakwaan kedua nomor dua.

Nampaknya JPU terlalu "mendewakan"  saksi MAMAN ABDULRACHMAN


PASYA sebagaimana JPU "mendewakan"  saksi SJAHRIIR DJOHAAN dalam
dakwaan pertama sehingga semua kesaksianya dianggap " BENAR " oleh JPU
walaupun tanpa didukung keterangan saksi dan alat bukti yang lain. 

Mari kita lihat apakah  Maman Abdulrachman Pasya pantas untuk


"didewakan" 
Ternyata dari keterangan Saksi Maman Abdulrachman Pasya dipersidangan
perkara ini pada hari Kamis tanggal 6 Januari 2011, dan dari keterangan saksi
lain, dan alat bukti lainya terungkap rentetan KEBOHONGAN Maman
Abdurachman Pasya,

Kebohongan Pertama : 
Maman Abdulrachman Pasya dalam kesaksianya dibawah sumpah di depan
persidaangan perkara ini pada hari Kamis tanggal 6 Januari 2011
menerangkan :
" Bahwa pada hari Kamis tanggal 20 Maret 2008 sekira jam 11.00 Wib, dia
dipanggil Kapolda ke ruang kerja dan diberi perintah untuk memotong dana
pengamanan Pilkada Jabar 2008 "
Fakta yang terungkap dipersidangan, adalah sbb :
>  Kamis Tanggal 20 Maret 2008 adalah hari libur nasional yaitu Maulud Nabi
Muhammad SAW, bahkan tanggal 21 Maret 2008 pun  adalah hari libur juga
yaitu kenaikan Isa Al Masih, tgl 22 Maret 2008 juga libur hari sabtu, tanggal 23
Maret 2008 juga libur hari minggu, hari libur tentunya saya tidak masuk
kantor.
>  TIDAK ADA SAKSI yang mengetahui bahwa ada perintah tertulis atau
perintah lisan dari saya untuk memotong dana pengamanan Pilkada Jabar
2008.
>  TIDAK ADA BUKTI TERTULIS yang membuktikan bahwa saya
memerintahkan memotong dana pengamanan pilkada Jabar 2008.
>  Pada tanggal 23 Desember 2010 di muka sidang dibawah sumpah Saksi
Yultje dan diperkuat lagi dengan keterangan saksi AKBP Iwan Gustiwan yang
diperiksa dalam persidangan pada tanggal 21 Desember 2010, menerangkan
bahwa ; Perincian / daftar pemotongan dana pengamanan Pilkada Jabar
tersebut yang membuat adalah Sdr Maman Abdulrachman Pasya sendiri yang
tulisanya dikenali oleh saksi.
>  Mamam Abdulrachman Pasya adalah seorang Pamen yang sudah senior,
berdinas di bidang keuangan sudah lebih dari 30 Tahun, dan sudah sangat
faham dengan administrasi keuangan dan sudah sangat faham bagaimana
cara mentransfer perintah LISAN menjadi perintah TERTULIS, yaitu dengan
cara mengajukan Surat / Nota kepada Si pemberi Perintah dan menunggu
sampai Surat / Nota itu diberi disposisi oleh si pemberi perinta.
>  Dengan demikian tidak perlu seorang sarjana hukum untuk membuktikan
bahwa  saya, SUSNO DUADJI  TIDAK PERNAH memerintahkan maman
Abdulrachman Pasya atau memerintahkan siapapun baik secara lisan maupun
secara tertulis untuk memotong dana Pengamanan Pilkada Jabar tahun 2008,
>  Jadi tuduhan JPU bahwa saya menyalahgunakan wewenang dengan cara
memerintahkan untuk memotong dana pengamanan Pilkada Jabar tahun 2008
adalah Bohong, sama sekali tidak ada bukti.
Maman Abdulrachman Pasya Berbohong  !!!
>  Tidak jelas teori pembuktian dari mana yang dipakai oleh JPU yang
menuduh saya  menyalah gunakan wewenang, apakah Teori Pembukaan
Halusinasi atau Teori Pembuktian Persepsi yang diharamkan itu ? Tak jelas,
hanya teman- teman JPU saja yang tau.

Kebohongan kedua : 
Maman Abdulrachman Pasya dalam kesaksianya dibawah sumpah di depan
persidaangan perkara ini pada hari Kamis tanggal 6 Januari 2011
menerangkan :
" Bahwa  membeli sejumlah uang US $ dengan uang dari hasil  Pemotongan
dana pengamanan  Pilkada  Jabar 2008 kemudian uang US $ diserahkan
kepada Kapolda Jabar  Irjen Pol. Susno duadji "
Keterangan ini BOHONG, sebab    :
>  TIDAK ADA BUKTI TERTULIS yang menyatakan bahwa Susno duadji
memerintahkan Maman Abduralrachman Pasya atau siapapun juga untuk
membeli sejumlah US $ dengan menggunakan Uang Hasil Pemotongan dana
pengamanan Pilkada Jabar 2008.
>  TIDAK ADA SAKSI yang mendengar saya memerintahakan   Maman
Abduralrachman Pasya atau siapapun juga untuk membeli sejumlah US $
dengan menggunakan Uang Hasil Pemotongan dana pengamanan Pilkada
Jabar 2008.
>  TIDAK ADA NOTA dari Saya untuk mengeluarkan sejumlah uang untuk
membeli US $, karena setiap pengeluaran uang harus ada perintah tertulis.
>  TIDAK ADA BUKTI TERTULIS bahwa saya menerima sejumlah  US $ dati
Maman Abdurachman Pasya atau dari siapapun juga sejumlah US $ yang dibeli
dengan menggunakan uang hasil pemotongan dana pengamanan Pilkada
Jabar 2008.
>  TIDAK ADA SAKSI yang menyaksikan bahwa Maman Abdurachman
menyerahkan uang US $ kepada saya.
>. Apa yang saya sampaikan ini adalah fakta yng terungkap dipersidangan,
dan saya yakin bahwa JPU juga mencatat dan merekam, tapi entah mengapa
fakta yang dimasukan dalam Surat Tuntutan berbeda dengan fakta yang
terungkap dipersidangan, Heran saya ! Alat bukti apa yang digunakan oleh
JPU sehingga sampai pada kesimpulan bahwa saya menerima US $ dari
Maman Abdulrachman Pasya yang dibeli dengan uang yang berasal dari
Pemotongan Dana Pengamanan Pilkada Jabar 2008.
Heran saya, tidak bagaimana caranya sehingga sampai pada kesimpulan
demikian, ilmu pembuktian apa yang digunakan.

Kebohongan ketiga : 
Maman Abdulrachman Pasya dalam kesaksianya dibawah sumpah di depan
persidaangan perkara ini pada hari Kamis tanggal 6 Januari 2011
menerangkan :
" Bahwa Membeli 40 lembar Travel Cheque (TC) seharga Rp 1 Milyar dengan
menggunakan uang hasil pemotongan dan pengamanan Pilkada Jabar 2008 ".
Keterangan ini BOHONG, sebab :
>  TIDAK ADA BUKTI TERTULIS yang membuktikan bahwa Susno duadji
memerintahkan Maman Abdurachman Pasya untuk membeli 40 lembar Travel
Cheque (TC) dengan menggunakan uang hasil pemotongan dana Pengamanan
Pilkada jabar 2008.
>  TIDAK ADA SAKSI yang mendengar perintah lisan dari Susno duadji kepada
Maman Abdurachmman untuk membeli 40 lembar Travel Cheque (TC) dengan
menggunakan uang hasil pemotongan dana Pengamanan Pilkada jabar 2008.
>  TIDAK ADA NOTA dari saya untuk mengeluarkan sejumlah  uang untuk
membeli 40 lembar Travel Cheque (TC) dengan menggunakan uang hasil
pemotongan dana Pengamanan Pilkada jabar 2008, karena pengeluaran uang
harus menggunakan nota tertulis.
>  TIDAK ADA BUKTI TERTULIS yang membuktikan bahwa  saya menerima 40
lembar Travel Cheque (TC) yang pembeliannya dengan menggunakan uang
hasil pemotongan dana Pengamanan Pilkada jabar 2008.
>  TIDAK ADA SAKSI yang menyaksikan bahwa Maman Abdurachman
menyerahkan kepada saya 40 lembar Travel Cheque (TC) yang pembeliannya
dengan menggunakan uang hasil pemotongan dana Pengamanan Pilkada jabar
2008.

Yang BENAR, adalah  : 


>  Saya memerintahkan Sdr. Maman Abdulrachman Pasya atau stafnya untuk
membeli TC senilai Rp 1 Milyar dengan menggunakan uang MILIK PRIBADI
saya.
>  Saya punya bukti dan bisa membuktikan bahwa uang untuk membeli TC
tersebut benar-benar berasal dari uang milik pribadi saya.
Asal uang adalah dari hasil penjualan 2 ( dua ) bidang tanah milik saya pribadi
di Kartosuro, Solo pada tanggal 14 Mei 2008                            .
>  Dari hasil penjualan tanah tersebut saya menerima uang cash senilai Rp
900 Juta, sedangkan yang Rp 100 Juta adalah uang pribadi Susno duadji yang
bersumber dari gaji di PPATK.
>  Dua hari setelah menerima uang cash, yaitu pada tanggal 16 Mei 2008 saya
minta tolong untuk dibelikan TC
Bukti authentik berupa     ; Akte Notaris Penjualan Tanah,  Kwitansi
Penerimaan Uang,  Copy Sertifikat dua bidang tanah yang dijual,  Nota kepada
Kabidku untuk minta tolong dibelikan Travel Cheque tgl 16 Mei 2008
>  Semua Bukti Tertulis tersebut sudah diserahkan kepada Yang Mulia Majelis
Hakim sebagai Barang Bukti perkara ini.
>  Fakta yang demikian ini masih juga diabaikan oleh JPU, justeru keterangan
Maman Abdulrachman Pasya yang tidak didukung alat bukti lain ditelan
mentah-mentah diterima sebagai dogma.

Kebohongan keempat : 
Maman Abdulrachman Pasya dalam kesaksianya dibawah sumpah di depan
persidaangan perkara ini pada hari Kamis tanggal 6 Januari 2011
menerangkan :
" Bahwa Uang hasil pemotonngan dana Pengamanan Pilkada Jabar  tahun
2008 digunakan untuk membeli satu unit mobil Sedan Camry untuk  mobil
dinas kapolda jabar "
Keterangan ini BOHONG, sebab  :
>  TIDAK PERNAH saya memerintahakan Kabidku, Sdr. Maman Abdurachman
Pasya untuk membeli mobil Sedan Camry untuk mobil dinas Kapolda  dengan
mengunakan dana yang berasal dari pemotongan dana hibah Pengamanan
Pilkada Jabar 2008,
>   TIDAK ADA BUKTI TERTULIS bahwa saya memerintahkan Maman
Abdulrachman Pasya atau memerintahkan siapapun juga untuk membeli mobil
Sedan Camry untuk mobil dinas Kapolda dengan menggunakan uang hasil
pemotongan dana pengamanan Pilkada Jabar 2008 ".
>  TIDAK ADA seorang saksipun yang mengetahui bahwa saya pernah
memerintahkan  Sdr. Maman Abdurachman Pasya untuk membeli mobil Sedan
Camry untuk mobil dinas Kapolda  dengan mengunakan dana yang berasal
dari pemotongan dana hibah Pengamanan Pilkada Jabar 2008.
Yang BENAR adalah  : 
>  Saya memerintahkan Direktur Lalu Lintas Polda Jabar, Kombes Drs. Binsar
Situmpul  untuk membeli mobil Sedan Camry untuk mobil dinas Kapolda Jabar
karena mobil dinas Kapolda Jabar sudah tidak layak pakai sering rusak.
>  Adapun uang yang di gunakan untuk membeli mobil Sedan Camry tersebut
menggunakan uang Insentif Kapolda Jabar yang berasal dari Dispenda Jabar
>  Ada bukti tertulis perintah pembayaran Sedan Camry tersebut ( Vide Nota
Kapolda tanggal 5 Mei 2008 )
>  Bukti tertulis sudah diserahkan kepada Yang Mulia Majelis Hakim dalam
persidangan perkara ini.
>  Sudah jelas ocehan Si Maman demikian parah tanpa didukung alat bukti
lainya, tidak ubahnya oceehan orang sedang mengigau, koq digunakan oleh
sebagai alat bukti untuk menyusun surat dakwaan.

Kebohongan kelima : 
Maman Abdulrachman Pasya dalam kesaksianya dibawah sumpah di depan
persidaangan perkara ini pada hari Kamis tanggal 6 Januari 2011
menerangkan :
" Bahwa uang hasil pemotongan dana hibah Pengamanan Pilkada Jabar 2008
untuk membangun Gedung Olah Raga Brimob Polda "
Keterangan ini BOHONG, sebab  :
>  GOR Brimob Polda Jabar dibangun pada tahun 2006, sedangkan saya
diangkat menjadi Kapolda Jabar sejak 23 Januari 2008, Pilkada Jabar terjadi
Maret 2008 s/d Juni 2008, bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi,
>  Keterangan Saksi AKBP MITRA SETIADi, Wakasat Brimob Polda Jabar saat
diperiksa sebagai saksi pada persidangan perkara ini pada hari Kamis tanggal
23 Desember 2010 menerangkan bahwa GOR Brimob Polda Jabar dibangun
tahun 2006 tidak menggunakan dana dari hasil pemotongan dana pengamanan
Pilkada Jabar 2008.
>  TIDAK ADA PERINTAH TERTULIS  yang membuktikan bahwa saya
memerintahkan maman Abdurachman Pasya untuk mengeluarkan sejumlah
uang yang berasal dari pemotongan dana pengamanan Pilkada Jabar untuk
memembangun GOR Brimob Polda jabar.
>  TIDAK ADA SAKSI  yang mengetahui bahwa saya memerintahkan maman
Abdurachman Pasya untuk mengeluarkan sejumlah uang yang berasal dari
pemotongan dana pengamanan Pilkada Jabar tahun 2008 untuk
memembangun GOR Brimob Polda jabar.
>  Syukur alhamdulillah KEBOHONGAN ini diakui oleh Maman Abdurachman
Pasya pada saat diperiksa sebagai saksi dalam persidangan perkara ini pada
hari Kamis tanggal 6 Januari 2008, semoga saja pengakuan ini bisa digunakan
untuk mengurangi dosa-dosanya.

Kebohongan keenam : 
Maman Abdulrachman Pasya dalam kesaksianya dibawah sumpah di depan
persidaangan perkara ini pada hari Kamis tanggal 6 Januari 2011
menerangkan :
" Bahwa Uang hasil pemotonganan dana pengamanan Pilkada jabar 2008
digunakan untuk membeli satu unit mobil Suzuki APV dipergunakan sebagai
mobil Bhayangkari "
Keterangan ini BOHONG, sebab   :
>  TIDAK ADA BUKTI TERTULIS  yang membuktikan bahwa saya
memerintahkan Maman Abdurachman Pasya untuk membeli satu unit Mobil
Suzuki APV dengan menggunakan uang dari hasil pemotongan dana
pengamanan Pilkada Jabar 2008         >  TIDAK ADA SAKSI yang mengetahui
bahwa saya memerintahkan Mobil Suzuki dibeli dengan menggunakan dana
insentif Kapolda yang berasal dari  Dispenda Jabar
>  TIDAK ADA NOTA pengeluaran uang yang saya alamatkan pada Kabidku
untuk mengeluarkan dana.
• Sdri Yultje Apriyanti  dalam kesaksianya pada persidangan perkara ini kamis
tanggal 23 Desember 2010, sesuai juga dengan BAP Saksi Yultje Apriyanti
tanggal 11 Mei 2010 pada jawaban pertanyaan No 17 menerangkan sbb :
" Saya tambahkan bahwa UANG untuk BELI mobil Suzuki APV dan untuk PP
Polri adalah uang dari SAMSAT Dispenda, serta untuk pejabat utama Polda
yang dibagi pada waktu hari raya, dimana untuk Kapolda keuanganya yang
memegang saya, saya dapat mempertanggung jawabkan tentang uang
tersebut karena catatanya ada sama saya.,,,,,,dst "
>  Keterangan Maman yang tidak nyambung dengan fakta dimanfaatkan juga
oleh JPU untuk dasar menuntut saya, kalau demikian apa kata dunia.
>  Syukur alhamdulillah KEBOHONGAN ini diakui oleh  Maman Abdurachman
Pasya pada saat diperiksa sebagai saksi dalam persidangan perkara ini pada
hari Kamis tanggal 6 Januari 2008.

Kebohongan ketujuh : 
Maman Abdulrachman Pasya dalam kesaksianya dibawah sumpah di depan
persidaangan perkara ini pada hari Kamis tanggal 6 Januari 2011
menerangkan :
" Bahwa uang hasil pemotongan dana pengamanan Pilkada Jabar 2008
digunakan untuk menyumbang acara HUT Bhayangkari 2008"
Keterangan ini BOHONG, sebab :
>   HUT Bhayangkari ahir Nopember 2008, saya sudah tidak menjadi Kapolda,
ahir Oktober 2008 saya sudah menjadi Kabareskrim.
>  TIDAK ADA BUKTI TERTULIS  yang membuktikan bahwa saya
memerintahkan Maman Abdurachman Pasya untuk menyumbang bacara HUT
Bhayangkari dengan menggunakan uang dari hasil pemotongan dana
pengamanan Pilkada Jabar 2008.
>  TIDAK ADA SAKSI yang mengetahui adanya perintah saya untuk  
menyumbang bacara HUT Bhayangkari dengan menggunakan uang dari hasil
pemotongan dana pengamanan Pilkada Jabar 2008
>  Pilkada Jabar dilaksanakan Maret 2008 s/d Juni 2008, ahir Nopember sudah
tutup buku, jelas tidak mungkin masih ada uang.
>  Syukur alhamdulillah KEBOHONGAN ini diakui oleh  Maman Abdurachman
Pasya pada saat diperiksa sebagai saksi dalam persidangan perkara ini pada
hari Kamis tanggal 6 Januari 2008.

Kebohongan kedelapan : 
Maman Abdulrachman Pasya dalam kesaksianya dibawah sumpah di depan
persidaangan perkara ini pada hari Kamis tanggal 6 Januari 2011
menerangkan :
" Bahwa uang hasil pemotongan dana pengamanan pilkada Jabar 2008
digunakan     untuk memberi hadiah lebaran kepada Staf Polda Jabar "
Keterangan ini BOHONG, sebab :
>  TIDAK ADA BUKTI TERTULIS yang membuktikan bahwa saya
memerintahkan Maman Abdurachman Pasya untuk mengeluarkan sejumlah
uang yang berasala dari hasil pemotonganan dana pengamanan Pilkada jabar
2008 untuk hadiah lebaran Staf Polda Jabar.
>  TIDAK ADA SAKSI yang membuktikan bahwa saya memerintahkan Maman
Abdurachman Pasya untuk mengeluarkan sejumlah uang yang berasala dari
hasil pemotonganan dana pengamanan Pilkada jabar 2008 untuk hadiah
lebaran Staf Polda Jabar.
>  Lebaran 2008 adalah pada ahir Oktober 2008 dimana Pilkada jabar yang
dilaksanakan Maret 2008 sd pertengahan Juni 2008, bulan Oktober Operasi
sudah tutup buku, mana mungkin uangnya bisa disumbangkan untuk lebaran.
>  Sdri Yultje Apriyanti  dalam kesaksianya pada persidangan perkara ini pada
hari Kamis tanggal 23 Desember 2010, sesuai juga dengan BAP Saksi Yultje
Apriyanti tanggal 11 Mei 2010 pada jawaban pertanyaan No 17 menerangkan
sbb         :
" Saya tambahkan bahwa UANG untuk BELI mobil Suzuki APV dan untuk PP
Polri adalah uang dari SAMSAT Dispenda, serta untuk pejabat utama Polda
yang dibagi pada waktu hari raya, dimana untuk Kapolda keuanganya yang
memegang saya, saya dapat mempertanggungu jawabkan tentang uang
tersebut karena catatanya ada sama saya.,,,,,,dst "
>. Heran saya, koq Maman tidak takut berbohong dengan menggunakan hari
besar keagamaan, apakah dia tidak takut kualat.
>  Syukur alhamdulillah KEBOHONGAN ini diakui oleh  Maman Abdurachman
Pasya pada saat diperiksa sebagai saksi dalam persidangan perkara ini pada
hari Kamis tanggal 6 Januari 2008, sehingga mengurangi dosa yang harus
ditanggung.

Yang Mulia Majelis Hakim, 


JPU, Tim Advokad serta Hadirin dan Anak Bangsa yang merindukan kebenaran
dan keadilan.
Semoga kita masih diberi kesabaran, tidak marah dan tidak dongkol
mendengarkan rentetan fakta kebohongan Maman Abdulrachman Pasya yang
terungkap di persidangan perkara ini.
Yang saya sampaikan ini adalah Fakta persidangan , bukan karangan Susno,
dan saya yakin Tim JPU mencatat dan merekam fakta ini, dan saya yakin juga
bahwa catatan dan rekaman kita sama bunyinya walaupun alat perekam kita
berbeda mereknya.
Tentang keberanian kita untuk menuangkan fakta yang kita temukan secara
jujur dan adil ke dalam Surat tuntutan dan Naskah Pembelaan sangat
ditentukan oleh hati nurani dan keimanan serta tanggung jawab kita kepada
Allah Swt, Yang Maha Melihat dan Maha Mengetahui.
Ingat bahwa Azab Allah sungguh perih dan dahsyat.
Janganlah kita pernah menjual dan menggadaikan kebenaran dan keadilan
dengan duniawi.

Ijinkankan saya untuk melanjutkan menyampaikan kebohongan Maman


Abdulrachman Pasya yang menjadi Fakta di muka persidangan perkara ini. 
Kebohongan kesembilan : 
Maman Abdulrachman Pasya dalam kesaksianya dibawah sumpah di depan
persidaangan perkara ini pada hari Kamis tanggal 6 Januari 2011
menerangkan :
" Bahwa terdakwa melakukan perubahan alokasi distribusi dana hibah
Pengamanan Pemilihan Gubernurdan Wakil Gubernur Jawa Barat Tahun 2008
dan membuat daftar perincian pemotongan dana hibah tahap IV "
Keterangan ini BOHONG, sebab :
>  Saksi Yultje Apriyanti dipersidangan menerangkan bahwa daftar perincian
pemotongan dana hibah tahap IV diserahkan oleh Maman Abdurachman Pasya
dan saksi mengenali bahwa daftar perincian tersebut dibuat dengan tulisan
tangan  seperti tulisan tangan Maman Abdurachman Pasya.
>  Keterangan Yultje diperkuat lagi dengan keterangan saksi AKBP Iwan
Gustiwan yang diperiksa dalam persidangan pada tanggal 21 Desember 2010.
>  Barang bukti berupa Nota Kapolda kepada Kabidku tanggal 2 April 2008
yang intinya Mengirimkan Rendis yang dibuat oleh  Karo Renbang dan
memerintahkan agar Rendis tersebut harus dijadikan pedoman dalam
penyaluran dana Pengmanan Pilkada Jabar 2008.

Kebohongan kesepuluh : 
Maman Abdulrachman Pasya dalam kesaksianya dibawah sumpah di depan
persidaangan perkara ini pada hari Kamis tanggal 6 Januari 2011
menerangkan :
" Bahwa  penunjukanya selaku bendahara operasi  tanpa surat penunjukan "
Keterangan ini BOHONG, sebab :
>  Fakta di persidangan membuktikan bahwa  ada bukti tertulis Nota Kapolda
tanggal  11 Maret 2008 yang isinya menunjuk Kabidku selaku Bendahara
Operasi Pengamanan Pilkada Jabar 2008 terhitung tanggal 11 Maret 2008.
>  Penyiapan administrasi lainya terkait penunjukan Kabidku sebagai
bendahara , tentunya disiapkan sendiri oleh Kabidku, hal ini sesuai dengan
tugas dan fungsinya adalah menjadi kewajiban Kabidku.

Kebohongan kesebelas  : 


Maman Abdulrachman Pasya dalam kesaksianya dibawah sumpah di depan
persidaangan perkara ini pada hari Kamis tanggal 6 Januari 2011
menerangkan :
" Bahwa dokumen-dokumen terkait dengan dana hibah pengamanan pilkada
Jabar 2008 diserahkan kepada kapolda Jabar Irjen Susno duadji di ruang kerja
kapolda Jabar “
Keterangan ini BOHONG, sebab :
>  TIDAK ADA bukti tertulis yang membuktikan bahwa dokumen-dokumen
terkait dengan dana hibah pengamanan pilkada Jabar 2008 diserahkan
kepada saya di ruang kerja.
>  TIDAK ADA SAKSI  yang menerangkan bahwa dokumen-dokumen terkait
dengan dana hibah pengamanan pilkada Jabar 2008 diserahkan kepada saya
di ruang kerja.                  .
>  Maman Abdurachman Pasya menerangkan dipersidangan ini bahwa
Dokumen-dokumen ter terkait dana hibah Pengamanan Pilkada Jabar 2008,
dia yang membakarnya pada tahun 2009.
>  Kesaksian Yultje Apriyanti pada saat diperiksa sebagai saksi dalam sidang
perkara ini pada  hari Kamis tanggal 23 Desember 2010 bahwa dokumen-
dokumen terkait dengan dana hibah pengamanan Pilkada jabar 2008 yang
disimpannya dia  dibakar atas perintah Maman Abdurachman pada tahun
2009.
>  Bagaimana mungkin dokumen yang diakui dan diperkuat dengan
keterangan saksi mereka bakar sendiri, koq dikatakan diserahkan pada saya ,
ngawur, gak masuk akal. kecuali kalau yang diserahkan pada saya adalah abu
dari dokumen tersebut, tapi penyerahannya jangan dikatakan di Bandung,
katakan di Jakarta, karena tahun 2009 saya sudah tidak menjadi Kapolda
Jabar.

Kebohongan keduabelas  : 


Maman Abdulrachman Pasya dalam kesaksianya dibawah sumpah di depan
persidaangan perkara ini pada hari Kamis tanggal 6 Januari 2011
menerangkan :
" Bahwa pertanggung  jawabkan penggunaan Anggaran Dana Hibah
Pengamanan pilkada Jabar 2008 kepada kepada Kapolda, dengan uraian sbb :
Penerimaan dana Hibah                Rp.27.732.174.224,-
Pengeluaran              Rp.27.730.112.215,-
Sisa      Rp. 2.203.029.-
adalah sudah benar "
Keterangan ini BOHONG, sebab  :
>  Berdasarkan kesaksian sdr.  Yultje Apriyanti pada persidangan perkara ini
pada hari Kamis tanggal 23 Desember 2010, dan Jawaban pertanyaan No 12
BAP Saksi Yultje Apriyanti pada BAP tanggal 11 Mei 2010, menerangkan
bahwa :
" Yang membuat laporan pertanggung jawaban ke Kapolda adalah saya
( YULTJE) dengan sisa Rp. 2.203.029,-  hitungan tersebut saya sesuaikan
dengan kwitansi KU-17, ....dst
>  BAP Saksi Yultje Apriyanti tanggal 15 April 2010, Pertanyaan dan Jawaban
pertanyaan No 18, yang juga diterangkan dalam kesaksianya pada sidang
perkara ini hari Kamis tanggal 23 Desember 2010, yang menerangkan sbb  :
" Kabidku Kombes M. ANDURACHMAN PASYA justeru YANG
MEMERINTAHKAN kepada saya ( YULTJE ) dan AKBP. IWAN GUSTIWAN,
dimana saya dan AKBP. IWAN GUSTIWAN dipanggil di ruang kerjanya ( Ruang
Kerja Maman Abdulrachman ) dan diperintahkan agar membuat laporan
Pertanggung jawaban keuangan dana Rp. 27.732.147.244,-  disesuaikan
dengan kwitansi yang ada, dan SEOLAH - OLAH potongan Rp. 8 milyar TIDAK
ADA POTONGAN."
>  Keterangan ini juga dibenarkan oleh sdr Saksi AKBP Iwan Gustiwan saat
memberikan kesaksian pada sidang perkara ini pada hari selasa tanggal 21
Desember 2010.
>  Apa sih, maksud si Maman, koq nyuruh anak buah buat laporan palsu ?
Pasti untuk mboongi saya, Logikanya kalau saya ikut bermain ngapain dia
harus buat laporan palsu kepada saya.

Kebohongan ketigabelas  : 


Maman Abdulrachman Pasya dalam kesaksianya dibawah sumpah di depan
persidaangan perkara ini pada hari Kamis tanggal 6 Januari 2011
menerangkan :
" Bahwa melaksanakan perintah Kapolda Irjen Pol Susno duadji karena takut
kepada Kapolda  Susno duadji dengan  alasan  Kapolda Susno duadji tegas
dan Takut dipindah "
Keterangan ini BOHONG, sebab  :
>  Kapolda TIDAK BISA memindahkan, mengganti, atau memberhentikan
Kabidku bahkan pejabat satu tingkat berada di bawah Kabidk ku, yaitu
Kasubbid seperti AKBP Iwan Gustiwan,  AKBP Agus Hidayat.
>  Lagi pula ngapain si Maman harus takut pada saya, emangnya saya ini
harimau lapar ?
>  Untuk alasan yang satunya saya sependapat, Maman takut sama saya
karena saya tegas. Ya harus takut, karena kalau menyeleweng ketahuan
sama saya, pasti saya sikat habis.

Kebohongan keempat belas : 


Maman Abdulrachman Pasya dalam kesaksianya dibawah sumpah di depan
persidaangan perkara ini pada hari Kamis tanggal 6 Januari 2011
menerangkan :
" Bahwa ia pada tanggal 9 Mei 2008 di perintahkan untuk untuk membagikan
uang kepada pejabat utama  Polda Jabar  dengan mengunakan uang hasil
pemotongan dana hibah pengamanan pilkada jabar 2008. "
Keterangan ini BOHOANG, sebab :
>  BARANG BUKTI berupa daftar penerima uang yang diajukan oleh JPU
dimana mencantumkan nama saya baik sebagai penerima uang maupun
sebagai Kapolda yang mengesahkan daftar tersebut ternya tidak ada tanda
tangan saya, dan untuk daftar yang ada tanda tangan saya ternyata tanda
tangan saya tersebut adalah palsu, untuk paraf atas nama saya ternyata juga
palsu dan diakui oleh Mama Abdulrachman Pasya bahwa yang membubuhkan
Paraf tersebut adalah dirinya dan diperkuat dengan kesaksian Yultje di muka
sidang.
>  Tidak Bukti tertulis dan tidak ada Saksi yang membuktikan bahwa
pembagian uang tersebut adalah perintah saya,
>  Tidak ada Nota tertulis dari saya untuk mengeluarkan uang yang
kegunaanya sebagai mana tercantum pada daftar tersebut, karena dalam
administrasi keuangan untuk mengeluarkan uang dalam jumlah berapapun
harus ada perintah tertulis dari yang berhak mengeluarkan uang tersebut.
>  Aneh ! Daftar yang demikian amburadul, dengan tanda tangan yang palsu,
tanpa ada alat pendukung berupa saksi dan alat bukti lain, koq oleh JPU
ditake over sebagai alat bukti untuk menjustifikasi tuntutanya, kalau demikian
sistem pembuktian pidana di negeri ini, gawat !!! terus apa kata dunia !

Yang Mulia Majelis Hakim, 


JPU, Tim Advokad serta Hadirin dan Anak Bangsa yang merindukan kebenaran
dan keadilan.
Sebenarnya masih terlalu banyak fakta yang mengungkap tentang
kebohongan si Maman di depan persidangan ini, namun kalau keseluruhan
saya beberkan pada forum yang mulia ini maka waktu akan habis hanya untuk
membicarakan kebohongan.
Saya yakin dan seyakin-yakinya bahwa dibalik kebohongan-kebohongan inilah
akan lahir suatu kebenaraan yang hakiki.
Kemudian saya ingin menyoroti lagi Surat Tuntutan JPU yang tanpa didukung
alat bukti apapun, ujug-ujug menuduh  bahwa uang pembelian Travel Cheque
adalah berasal dari uang pemotongan dana hibah pengamanan Pilkada Jabar,
alangkan menyakitkan tuduhan itu, tuduhan yang tanpa didukung alat bukti itu
artinya sama saja dengan fitnah yang konon khabarnya lebih kejam dari pada
pembunuhan. 

Kemudian TC tersebut dikait-kaitkan dengan pembelian Rumah di Jl. Wijaya IV


oleh anak menantu saya yang diatas namakan kepada isterinya. 
Pembelian rumah tersebut dilakukan secara jelas, sesuai hukum jual beli,
tidak ada unsur kebohongan, dan dengan menggunakan uang halal.
Koq JPU menuduh bahwa pembelian rumah tersebut menggunakan uang hasil
dari jehatan dari Pemotongan dana Pengamanan Pilkada Jabar 2008 dan
pe,mbelian tersebut dituduh sebagai wujud dari Tindak Pidana Pencuccian
Uang.
Saat saya diperiksa sebagai terdakwa sudah saya jelaskan mengapa anak
mantu saya tidak takut bertransaksi dengan uang cash, yang toh sudah pasti
dipantau dan dianalisis oleh PPATK.  ketidak takutan itu dilandasi karena
uang mereka adalah uang halal, " Kenapa risih kalau bersih " dan Kenapa
takut kalau kita benar.
Lagi pula saya ini mantan Wakil Kepala PPATK yang sudah mengabdi selama 4
(empat) tahun, dan pekerjaan saya sehari-hari adalah menganalisis segala
macam transaksi  keuangan. Bodoh benar diri saya ini kalau terjerumus dalam
lubang yang saya buat sendiri.
Alat bukti apa yang digunakan oleh JPU untuk membuat tuduhan yang
demikian kejinya, apakah motivasi tuduhan ini ; kecurigaan, atau kemburuan
sosial, atau ketidak mampuan dan ketidak profesionalan dalam menjalankan
tugas selaku JPU dalam rangka membuktikan dakwaanya.
Bukankah pada saat saya diperiksa sebagai terdakwa di persidangan ini telah
menerangkan bahwa transaksi sebesar itu adalah transaksi yang wajar bagi
anak mantu saya, transaksi tersebut masih sesuai dengan profil dan
kebiasaan transaksi anak mantu saya yang Profilnya adalah :
- Pengusaha dan pemilik Tambang Batu Bara di Jambi, Sumsel, dan
Kalimantan.
- Pemilik Perusahaan Trading Batu Bara yang eksportnya ke beberapa negara,
- Pemilik Perusahaan Transportasi dengan armada ratusan truk
- Pemilik dan Pengusa Pelabuhan
Mohon maaf dan mohon ampun kepada Allah Swt bahwa saya menyampaikan
hal ini bukan karena congkak, sombong dan takabur melainkan karena
keterpaksaan dalam rangka menolak fitnah yang dialamatkan kepada diri
saya secara keji, inilah salah satu wujud kezoliman !!

Yang Mulia Majelis Hakim, 


JPU, Tim Advokad serta Hadirin dan Anak Bangsa yang merindukan kebenaran
dan keadilan.
Sebenarnya tanpa kita sadari apa yang saya dan Tim Advokad lakukan pada
hari ini dan apa yang telah diwacanakan oleh para ahli hukum tentang
pembuktian terbalik dalam perkara korupsi pada dasarnya hari ini sudah kita
praktekan, saya dan Tim Advokad hari ini membuktikan bahwa saya tidak
melakukan Tindak Pidana Korupsi seperti apa yang didakwakan oleh JPU.
Sebelum saya ahiri pembacaan naskah pembelaan ini, ijinkan saya
mebacakan pantun. 

Udang lalu susu di mata, 


Jati mampat bersab bersih,
Orang yang selalu memalsu fakta,
Pasti mendapat azab yang perih.

Pembelaan ini, saya sampaikan tiada sedikitpun bermaksud untuk menggurui


Yang Mulia  Majelis Hakim, melainkan sebagai upaya untuk mendapatkan
kebenaran dan keadilan atas kezoliman yang menimpa diri saya, yang
dampaknya menimbulkan derita bagi anak dan isteri saya tercinta serta sanak
famili  dan keluarga besar saya. 
Mereka yakin apa yang telah saya perbuat tidak menyimpang dari peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan saya tetap memegang teguh amanah
dari Almarhum dan almarhumah ke dua orang tua saya " Janganlah kau
menghidupi anak isterimu dengan uang haram "

PERMOHONAN 

MAJELIS HAKIM YANG MULIA 


JAKSA PENUNTUT UMUM YANG SAYA HORMATI
SERTA HADIRIN   DAN ANAK BANGSA YANG MERINDUKAN KEBENARANN
DAN KEADILAN

DI akhir Pledoi yang saya bacakan ini dengan penuh kerendahan hati saya
mengajukan permohonan sebagi berikut : 

1. Membebaskan saya dari seluruh DAKWAAN atau setidak-tidanya


melepaskan 
saya dari   TUNTUTAN HUKUM
2 .Apabila Majelis Hakim bependapat lain mohon Putusan Seadil-adilnya

Yang Mulia Majelis Hakim 


JPU ,Tim Advokat serta hadirin dan Anak Bangsa yang merindukan kebenaran
dan keadilan
Sebagai  seorang manusia sudah barang tentu tidak terlepas dari kesalahan
dan kehilafan ,oleh karenanya tidak berkelebihan apabila dalam Nota
pembelaan ini  saya mengaturkkan maaf yang sebesar-besarnya atas
perkataan dan tingkah lakua saya selama persidangan perkara ini yang
menimbullkan persaan kurang enak bagi pihak manapun juga , tiada niat dan
kesengajaan saya untuk menyinggung perasaan orang laiin.
Apa yang saya sampaikan adalah ekspresi dan jeritan seorang hamba Allah
SWT yang Terzolimi

Wabillahi tauufik wal hidayahh 


Wassalam Mualaikum wr.wb

Jakarta 24 Febuari 2011 


Susno Duadji

Anda mungkin juga menyukai