Susno Menjawab
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan
karunia dan rahmadnya kepada kita berupa nikmat kesehatan, dan keimanan
sehingga kita dapat mengikuti, menyaksikan, dan memantau jalanya
persidangan yang mulia ini.
Ijinkan pada kesempatan ini saya menyampaikan Duplik atas Replik yang
diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum pada persidangan hari Kamis tanggal 3
Maret 2011 yang lalu.
Awalnya saya beranggapan bahwa Replik yang akan disampaikan oleh JPU
adalah Replik yang disusun secara ilmiah, sistematis, argumentatif,
berlandaskan yuridis
dan didukung oleh fakta serta alat bukti yang diakui oleh undang-undang
sebagai tolak ukur pembuktian dalam rangka menanggapi pointer-pointer
Pleidooi yang telah kami sampaikan pada sidang hari Kamis tanggal 24
Febuari 2011 yang lalu.
Namun, begitu saya menyimak dengan cermat Replik yang dibacakan oleh Tim
JPU, saya sangat kaget karena jauh dari anggapan saya.
Pointer-pointer yang kami sampaikan dalam Naskah pembelaan tidak
ditanggapi secara ilmiah, argumentatif, berlandaskan yuridis dan didukung
oleh fakta serta alat bukti yang diakui oleh undang-undang sebagai tolak ukur
pembuktian dalam rangka mencari kebenaran materiel yang berkeadilan.
Saya tak mengerti mengapa Tim JPU lebih senang membuang energi untuk
mengurai makna kata " rekayasa " dan kata " dholim " padahal kedua kosa
kata tersebut sudah sangat dimi maknanya manakala dipadankan dengan
pokok perkara ini.
Semakin tidak mengerti lagi setelah mendengar dan mebaca Replik bahwa
JPU mengangkat dua nama pendekar penegak hukum Republik negeri ini,
yaitu Almarhum Jenderal Polisi Drs. Hoegeng Imam Santoso dan Mantan
Jaksa Agung Baharudin Lopa, yang tersirat dibandingkan dengan diri saya.
Namun sayang uraiannya tidak jelas dan tidak tuntas sehingga sulit
memahami apa
maksudnya dan apa tujuanya memasukan kedua nama tersebut ke dalam
Replik, oleh karenanya tidak perlu saya tanggapi lebih rinci.
Semakin terbukti apa yang saya sampaikan dalam pleidooi saya pada tanggal
24 Febuari 2011 yang lalu bahwa JPU terlalu "mendewakan" Sjahrir Djohan
dan Maman Abdulrachman Pasya, saya katakan demikian karena dengan
tegas JPU menyebut Sjahrir Djohan adalah "ksatria" dan saya disuruh untuk
mencontoh Sjahrir Djohan.
Tanggapan saya adalah sebagai berikut :
Kstaria sangat erat kaitanya dengan sikap dan perilaku dari sesorang yang
berprilaku baik yang patut diteladaani.
Dalam lingkungan Militer dan Kepolisian sikap ksatria dilukiskan dengan
perilaku ; jujur, berani, bertanggung jawab, menjaga kehormatan, adil, rela
berkorban, suka menolong.
Apakah sikap dan perilaku Sjahrir djohan dapat dikatakan sebagai sikap dan
perilaku seorang kstaria ?
Saya kira tidak perlu saya jelaskan karena siapa Sjahrir djohan, bagaimana
sikap dan perilaku Sjahriri djohan sudah menjadi pengetahuan umum.
Sehingga timbul pertanyaan ; Tolak ukur apa yang dipakai oleh JPU sehingga
menyimpulkan bahwa Sjahrir djohan adalah seorang " kstaria "
Terkait dengan pernyataan sdr JPU yang meminta saya agar mencontoh
Sjahriri djohan, dengan tegas saya nyatakan bahwa sampai titik darah
penghabisan permintaan tersebut tidak akan saya penuhi, dan silahkan Sdr
JPU untuk mencotoh sikap dan perilaku Sjahrir djohan.
Saya yakin masih banyak Jaksa di Republik ini yang berpikiran sehat , yang
punya integritas, cerdas dan jujur dan pasti mereka tidak akan mau mengikuti
anjuran Tim JPU perkara ini dengan menjadikan dan mencontoh " kstaria "
model Sjahrir djohan.
Berikut saya akan menanggapi Replik JPU pada halaman 5 alenia paling
bawah :
" Kita semua dapat bertanya kepada masyarakat pada umumnya, yakinkah
saudara bahwa Terdakwa menerima sejumlah uang Rp 500 juta dari Sjahrir
Djohan atau bertanya apakah pemotongan anggaran Polda Jabar benar-benar
dilakukan oleh Terdakwa ? Sungguh ! Hati nurani mereka akan menjawab
dengan logika sederhana Yakin ! Peristiwa itu benar-benar terjadi "
Mari kita buktikan apakah tuduhan JPU tersebut di atas BENAR atau FITNAH ?
Rakyat Indonesia tidak bodoh, mereka pintar bahkan jauh lebih pintar dari
kita, mereka kritis dan tidak bisa dibodohi.
Hanya orang bodoh dan orang yang tidak mau melihat kenyataan saja yang
merasa dirinya pintar dan menganggap rakyat bodoh.
Menanggapi hal ini, Saya heran ! Apakah JPU sudah prustasi sehingga
kehilangan akal sehat untuk membuktikan dakwaanya.
Mestinya membuktikan unsur pasal yang didakwakan dilakukan berdasarkan
hukum pembuktian yang berlaku, sesuai dengan standar alat bukti yang diakui
oleh undang-undang, bukan dengan main fitnah.
Fakta yang terungkap dipersidangan sebagaimana yang telah saya dan Tim
Advokad sampaikan pada pleidooi di persidangan pada tanggal 24 Febuari
2011 yang lalu, bahwa :
Petama TIDAK ADA SATU ALAT BUKTIPUN yang membuktikan bahwa saya
telah menerima uang dari Sjahriri djohan sebesar Rp 500 Juta di rumah Jl.
Abusirin No 2 B pada tanggal 4 Desember 2008, kecuali keterangan satu orang
yaaitu sdr Sjahrir djohan yang tentunya tidak bisa dikatagorikan sebagai alat
bukti ( vide pasal 185 KUHAP ).
Kedua justeru terungkap fakta tentang segudang KEBOHONGAN Sjahriir
djohan sebagaimana yang telah kami sampaikan pada pleidooi tanggal 24
Febuari 2011 yang lalu.
Terhadap Statment kosong JPU ini saya tidak mau debatable, saya akan
kemukakan BUKTI berupa tanggapan dan komentar masyarakat sebagai
berikut :
Pertama tanggapan dan komentar melalui media online detik.com,
tribunenews.com, rakyatmerdeka.com, mediaindonesia.com, kompas.com,
dan metronews. dimana sampling berita yang diambil secara acak, dengan
hasil sebagai berikut ; jumlah media 6 ( enam ), jumlah judul berita 56 (Lima
Puluh Enam), jumlah penanggap/kometator 731 (Tujuh Ratus Tiga Puluh Satu),
pendukung/penanggap yang kontra 26 (3%), pendukung/penanggap Pro 705
(97%). Yang dimaksud dengan Pro adalah penanggap/komentator yang
menyatakan Susno duadji tidak bersalah, Susno duadji korban rekayasa,
Susno duadji harus disupport, dan Susno duadji harus dibebaskan.
Kedua facebook account dukung Susno duadji untuk kebenaran dengan
pendukung sebanyak 315.937 ( Posisi pada tanggal 8 Febuari 2011
Ketiga facebook account Susno duadji dengan pendukung sebanyak 23.748
( posisi tanggal 8 Febuari 2011 )
Keempat surat dukungan dari para tokoh masyarakat, tokoh adat, LSM,
Pemuda< Akademisi.
Kelima Statment dukungan dari tokoh Formal dan Informal tingkat Nasional
yang disampaikan melalui berbagai media seperti yang saya lampirkan pada
duplik ini.
Bukti tersebut di atas saya sampaikan dalam rangka membantah tuduhan JPU
yang yang kejam dan keji tanpa dilandasi alat bukti yang syah.
Saya sangat sadar bahwa forum ini adalah Forum Sidang yang mulia oleh
karenanya kita tidak boleh sembarang bicara apalagi sembarang menuduh
tanpa adanya bukti.
Berikut saya akan menanggapi Replik JPU seperti yang tertera pada halaman
8 dan 9, dimana JPU mengangkat isu seolah-olah saya ingin bebas dari jeratan
hukum dengan menggunakan alasan Kadaluarsa.
Saya tidak tau mengapa JPU mengangkat issu ini karena saya dan Tim
Advokat
tidak pernah mengangkat isu ini baik dalam persidangan maupun dalam
pleidooi.
Saya kawatir jangan-jangan Replik yang dibaca bukan untuk persidangn saya
mungkin untuk persidangan lain.
Sekali lagi saya tegaskan bahwa JPU telah menyusupkan persoalan yang
tidak pernah dipermasalahkan.
Saya katakan demikian karena antara satu anak kalimat dengan anak
kalimat yang lainya sama sekali tidak nyambung, dan tidak diketahui pula apa
maksud dan maknanya.
Bukan kah pada persidangan perkara ini, saya pernah menjelaskan bahwa
transaksi dengan menggunaka travel cheque dan transaksi dengan
menggunakan uang tunai adalah transaksi terang benderang yang berani
melakukan transaksi demikian hanya orang yang mempunyai uang yang
bersih atau clear money.
Transaksi demikian bukan merupakan modus untuk meyamarkan asal-usul
uang seperti apa yang dikatakan JPU.
Saya yakin bahwa JPU tidak memahami kejahatan tindak pidana pencucian
uang secara utuh dan benar, termasuk tidak memahami istilah-istilah yg lazim
digunakan dalam tindak piddana pencucian uang.
JPU tidak memahami apa makna istilah follow the money, ijinkan saya
menjelaskan secara singkat bahwa yang dimaksud dengan follow the money
adalah kegiatan yang dilakukan oleh analis PPATK dalam rangka menganalisa
transaksi keuangan yang mencurigakn untuk mengetahui underlying dari
transaksi tersebut.
Dalam perkara ini tidak pernah JPU melakukan analisis transaksi keuangan
apapun, tapi heranya menyatakan melakukan follow the money.
Keterangan Saksi yang lain seperti Haposan Hutagalung, Wani Sabu, dan
saksi lainya serta alat bukti yang lain dengan jelas dan terang membuktikan
bahwa Uang Rp 500 Juta BENAR dari Haposan Hutagalung telah diterima oleh
Sjahriri djohan.
Dan Tidak ada satu alat bukti pun yang membuktikan bahwa uang tersebut
diserahkan kepada saya.
Orang awam hukum pun akan mengartikan fakta ini bahwa Sjahrir djohan
telah terbukti secara syah dan meyakinkan melakukan penggelapan.
Saya kaget mengapa JPU malas untuk mencari fakta hukum untuk
membuktikan apa yang didakwakan, koq malah " memplagiat " pembuktian
perkara lain, yang tidak sama konstruksi hukumnya dengan perkara saya.
Harus diingat bahwa pembuktian dengan cara " memplagiat " tidak dikenal
dalam dalam sistem hukum pidana.
Kalau demikian siapa yang merusak sitem hukum, JPU atau saya ?
Jawabanya saya serahkan kepada Yang Mulia Majelis Hakim.
Perlu saya jelaskan bahwa bukti Surat tugas perjalan Sdr SAMSULRIZAL
MOKOAGOW adalah salah satu bentuk surat resmi dalam sitem Administrasi
Polri.
Administrasi surat menyurat di lingkungan Polri sangat tertib, berpedoman
pada petunjuk administrasi umum Polri ( Jukminu Polri ) yang baku, yang
dipatuhi dengan ketat, diawaki oleh personil administrasi yang terdidik,
terlatih dan berpengalaman yang diawasi dengan ketat menjadi objek dalam
pengawasan dan pemeriksaan oleh inspektorat.
Saya sebagai anggota Polri dan tentunya institusi Polri sangat tersinggung
dengan fitnah dan tuduhan JPU tersebut di atas.
Apabila JPU TIDAK BISA MEMBUKTIKAN tuduhan kejam dan keji yang telah
menghina dan merendahkan martabat Institusi Polri , saya dan anggota POlri
yang lainya sangat tersinggung dan mempertimbangkan langkah-langkah
hukum terkait dengan penghinaan terhadap institusi Polri tersebut di atas.
Statment negatif JPU ini telah menuai protes keras dari masyarakat, untuk
membuktikan saya lampirkan pada duplik ini beberapa komentar masyarakat
terkait pemberitaan hal ini.
Sebenarnya inti dari dua perkara yang didakwakan oleh JPU kepada saya
adalah ;
Faktanya sebagaimana telah terungkap pada persidangan perkara ini dan juga
sebagai mana saya dan Tim Advokad Susno duadji uraikan pada Naskah
Pleidooi pada sidang hari Kamis tanggal 24 Febuari 2011 jangankan peristiwa
penyerahan uang, peristiwa kedatangan Sjahrir djohan ke rumah di Jl.
Abusirin No 2 B Jakarta Selatan TIDAK PERNAH TERJADI.
Yang ada dan terbukti adalah SEGUDANG KEBOHONGAN Sjahrir djohan yang
justeru MEMBUKTIKAN bahwa saya TIDAK PERNAH melakukan perbuatan
yang didakwakan oleh JPU pada dakwaan pertama.
Dakwan kedua dengan 4 ( empat ) alternatif dakwan yang intinya adalah ADA
atau TIDAK ADA PERINTAH TERTULIS atau PERINTAH LISAN dari saya untuk
memotong Dana Pengamanan Pilkada Jabar 2008 ; dan
Apakah saya MENERIMA atau TIDAK MENERIMA uang, barang atau jasa yang
berasal dari pemotongan Dana Pengamanan Pilkada Jabar 2008.
Faktanya sebagaimana telah terungkap pada persidangan perkara ini dan juga
sebagai mana saya dan Tim Advokad Susno duadji uraikan pada Naskah
Pleidooi pada sidang hari Kamis tanggal 24 Febuari 2011 jangankan
PERINTAH TERTULIS PERINTAH LISAN PUN TIDAK PERNAH TERBUKTI, dan
juga TIDAK ADA SECUIL PUN BUKTI TERTULIS, dan TIDAK SEORANG
SAKSIPUN yang membuktikan bahwa saya menerima uang, barang atau pun
jasa yang berasal dari pemotongan Dana Pengamanan Pilkada Jabar 2008.
Yang ADA adalah SEGUDANG KEBOHONGAN Saksi Maman Abdulrachman
Pasya.
Kebohongan tersebut didukung oleh alat bukti keterangan saksi, keterangan
terdakwa dan Alat Bukti Surat ( Bukti tertulis ) yang bersesuaian satu sama
lainya.
Yang pada intinya membuktikan bahwa saya TIDAK MELAKUKAN Perbuatan
yang didakwakan oleh JPU pada dakwaan ke dua.
Dalam hal perkara saya, baik dakwaan pertama maupun dakwaan kedua
TIDAK ADA SATU Alat Buktikan yang berhasil ditemukan oleh JPU karena
dalam masing-masing dakwaan hanya ada satu orang saksi rekayasa yang
tidak didukung saksi lain dan tidak juga didukung oleh alat bukti lainya.
Jadi tidak ada alat bukti apapun, nah bagaimana Jaksa mau mendapatkan
Alat bukti petunjuk, bagaimana pula JPU bisa mendapatkan " keyakinan jaksa
"
Kalau sudah terbukti demikian apakah Tim JPU masih ngotot dan ngeyel
untuk menghukum saya walaupun tanpa alat bukti apapun.
Kalau JPU masih juga mau menghukum dengan alasan OPINI MASYARAKAT
yang dibahasakan dengan bahasa ilmiah " VOX POPULI VOX DEI " akan
dibuktikan oleh Tim Advokad Susno Duadji bahwa 96, 7 % masyarakat
memberikan komentar melalui berbagai media yang pada intinya
menyatakan ;
Susno duadji tidak bersalah,
Susno duadji Korban Rekayasa,
Bebaskan Susno duadji,
Dan sebagainya yang pada intinya memberikan dukungan moral.
Diakhir duplik ini dengan segala hormat perkenankan saya mohon Majelis
Hakim Yang Mulia mempertimbangkan dan menerima Duplik yang saya
sampaikan sendiri maupun yang disampaikan oleh Tim Advokad Susno duadji
dengan memberikan keputusan membebaskan saya dari segala tuntutan dan
dakwaan Jaksa Penuntut umum dalam peradilan yang baik yang merupkan
cita-cita para pencari keadilan.
Apabila Yang Mulia Majelis Hakim berpendapat lain saya mohon keputusan
yang seadil-adilnya.
Ahir kata apabila ada perkataan, ucapan, dan tingkah laku saya selama
persidangan perkara saya berlangsung sampai dengan hari ini, perkenankan
saya mohon untuk dimaafkan.
Sebagai anak bangsa dari suatu bangsa yang menjunjung budaya yang
adiluhung, Perkenankan saya menyampaikan pantun sebagai berikut :
Susno duadji
Susno Menjawab
Aswwb,
Yang Mulia Majelis hakim,
Yang terhormat Jaksa Penuntut Umum,
Yang saya banggakan Tim Advokat SD,
Yang saya hormati Panitera,
Yang saya hormati Rekan-rekan Journalis,
Hadrin yang saya muliakan,
Dan rasa hormat khusus saya sampaikan kepada Anak Bangsa yang
merindukan kebenaran dan keadilan yang dengan setia menyaksikan dan
memantau jalanya persidangan ini.
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan
karunia dan rahmadnya kepada kita berupa nikmat kesehatan, dan keimanan
sehingga kita dapat menyaksikan dan memantau jalanya persidangan ini baik
di Ruang persidangan yang terhormat ini maupun di tempat-tempat lain di
seluruh pelosok negeri tercinta.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Tim Advokat Susno duadji yang
telah bekerja dengan serius siang dan malam, tidak kenal lelah, tanpa dibayar
satu senpun, motivasi yang melandasi keseriusan bekerja adalah rasa " Benci
dan Cinta " , Benci akan ketidak adilan, benci akan kebohongan / kepalsuan,
benci pada kezoliman, benci pada rekayasa dan rekapaksa. Cinta akan
kebenaran dan keadilan. semoga niat dan perbuatan baik ini mendapat
ganjaran pahala dari Allah Swt, amin
Ucapan terima kasih dan penghargaan juga saya sampaikan kepada Panitera
Pengganti yang denga rajin, tekun dan teliti telah mecatat jalannya
persidangan ini dalam rangka mencari kebenaran materil demi menegakan
kebenaran dan keadilan .
dan segenap karyawan Pengadilan Negeri Jakarta selatan yang telah bekerja
sesuai fungsi dan tugasnya sehingga persidangan perkara yang didakwakan
kepada saya dapat terselenggara dengan baik, aman, dan lancar.
Kepada Rekan-rekan journalis, dan segenap Anak Bangsa yang rindu akan
kebenaran dan keadilan yang telah meliput, menyajikan berita, menyaksikan
dan memantau jalanya persidangan ini demi tegaknya kebenaran dan keadilan
di bumi pertiwi ini saya ucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi.
Hari ini sesuai agenda persidangan, saya duduk di kursi ini untuk
menyampaikan Pembelaan di hadapan Yang Mulia Majelis Hakim.
Perkara yang mendudukan saya di kursi ini diawali dengan tindakan saya
kurang lebih satu tahun yang lalu ,dengan hati nurani yang tulus saya berniat
untuk membersihkan Institusi saya tercinta dari pengaruh Mafia Hukum.
Demi kecintaan saya kepada POLRI yang telah membesarkan saya dalam
meniti karier lebih dari 32 tahun.
Saya yakin dan percaya saat Jaksa Penuntut Umum membacakan tuntutan
terhadap diri saya di muka persidangan ini pada hari senin tanggal 14 Febuari
2011 yang lalu, Mafia Hukum dengan kroni dan jaringanya bersorak gembira
sambil menepuk dada sebagai simbul kemenangan karena Jaksa Penuntut
Umum telah menuntut saya dengan hukuman penjara yang sangat berat dan
hukuman denda yang sangat tinggi.
Sungguh ironis bahwa tuntutan yang dialamatkan pada saya, tanpa didasari
oleh pembuktian yang akurat, terkesan pelampiasan kebencian dan balas
dendam.
ARTINYA :
DENGAN MENYEBUT NAMA ALLAH YANG MAHA PEMURAH LAGI PENYAYANG
> SESUNGGUHNYA ALLAH MENYURUHMU UNTUK MENYAMPAIKAN AMANAT
KEPADA YANG BERHAK MENERIMANYA, DAN APABILA KAMU MENETAPKAN
HUKUM DIANTARA MANUSIA HENDAKNYA KAMU MENETAPKANYA DENGAN
ADIL.
> SUNGGUH ALLAH SEBAIK-BAIKNYA YANG MEMBERI PERINGATAN
KEPADAMU
maha besar Allah dengan segala firmanya
Hadits Qudsi, Riwayat at Thabrani dalam bukunya Al-Kabir dan Al-Ansath yang
bersumber dari Ibnu Abbas. ra )
Artinya :
Demi kemuliaan dan keagungan KU, pasti akan KU balas si penganiaya
cepat atau lambat, dan pasti akan KU balas orang-orang yang melihat
seseorang teraniaya tetapi ia TIDAK menolongnya padahal ia mampu
melakukanya
Pertama :
Perkara PT. Salma Arwana Lestari (PT.SAL ), yang dikenal dengan perkara
Arwana dimana saya didakwa denga 5 (lima) dakwaan berlapis yang pada
intinya ;
" bahwa saya pada tanggal 4 Desember 2008 di rumah di Jl. Abusirin No 2 B,
Jakarta Selatan di tuduh telah menerima suap sebesar Rp 500 Jt dari Sjahril
Djohan "
Tuduhan ini sangat menyakitkan hati dan mencederai rasa keadilan karena
orang yang mengungkap Mafia Hukum dalam perkara ini adalah saya sendiri .
Mana mungkin saya mau menepuk air di dulang yang akan memercik ke muka
saya sendiri.
Alangkah bodohnya saya, kalau benar saya menerima uang dari Sjaril Djohan
yang sudah berselang waktu satu tahun, kemudian saya bongkar, dan ternyata
pelakunya adalah saya sendiri. tidak masuk akal !
Tentunya kalau saya menerima suap dari Sjahrir Djohan maka saya akan diam
seribu bahasa tidak akan membongkar perkara yang akan menyengsarakan
diri saya sendiri , tentunya akan saya tutup rapat , jangan sampai ada
seorangpun yang tau.
Benar atau tidak tuduhan tersebut sangat ditentukan oleh apakah Sjahrir
djohan pada tanggal 4 Desember 2008 datang kerumah di JL Abuserin No 2 B,
Jakarta Selatan atau tidak pernah datang.
Karena uang tidak bisa berjalan sendiri.
Pertama ; Yang Mulia Majelis Hakim dan JPU beserta Penasehat hukum, telah
menyasikan situasi rumah di Jl Abuserin No 2 B Jakarta Selatan pada saat
sidang di tempat pada tanggal 20 Januari 2011, bagaimana mungkin Sjahrir
djohan bisa masuk ke ruang tamu TANPA DIKETAHUI oleh Penjaga Pintu
Gerbang, Pengawal Pribadi, Ajudan, atau Sopir yang siap siaga selama 24
jam.
Ada lagi KEBOHONGAAN Sjahrir djohan yang membuat kita mati lemas
ketawa, yaitu :
Katanya ; " Bahwa saya menemuinya di ruang tamu sambil menggendong cucu
".
Yang mulia Majelis Hakim dan Hadirin sekalian yang saya hormati, Cucu saya
yang tinggal di rumah Jl. Abusirin No 2 B Jakarta Selatan pada tanggal 4
Desember 2008 BELUM LAHIR, cucu saya baru lahir pada tanggal 24 Febuari
2009 . pada persidangan ini sudah diajukan barang bukti berupa akte
kelahiran Cucu saya tersebut dan diajukan pula kartu Keluarga Penghuni
Rumah Jl. Abusirin No 2 B Jakarta Selatan.
Aneh Cerita yang dikarang Sjahriri djohan semakin lucu, tapi lebih lucu lagi
kalau JPU mempercayai keterangan yang tidak masuk di akal ini.
Yang Mulia Majelis Hakim,
Penuntut Umum, dan Tim Advokad serta Hadirin yang saya hormati.
Masih ada lagi KEBOHONGAN Sjahrir djohan yang terungkap di forum
persidangan ini, di mana dia mengatakan :
" Bahwa bertemu dengan AKBP Syamsurizal Mokoagow di RUANG TAMU "
Di persidangan AKBP Sjamsurizal Mokoagow menerangkan bahwa yang dia
maksud dengan "RUANG TAMU" adalah ruang yang ada televisi, kursinya
terbuat dari kulit berwarna cokelat, ada meja makan di sebelahnya .
Berdasarkan hasil sidang di tempat di Jl. Abusirin No 2 B Jakarta Selatan
pada hari Kamis tanggal 20 Januari 2011, kita tau bahwa Ruang yang
dimaksud oleh Akbp Sjamsurizal Mokoagow sebagai " RUANG TAMU ' adalah
RUANG KELUARGA.
Orang yang berada di RUANG TAMU tidak bisa melihat orang yang berada di
RUANG KELUARGA, demikian sebaliknya karena ; kedua ruangan tersebut
letaknya tidak simitris, antara kedua ruangan tersebut dipisahkan oleh
dinding sekat yang cukup tinggi, dan jaraknya cukup jauh.
Waktu sidang di tempat saya menyaksikan bahwa JPU juga ikut hadir, saya
tidak habis pikir kalau JPU masih mempercayai keterangan Sjahriri djohan ini,
bukti apalagi yang diperlukan oleh JPU untuk tidak mempercayai keterangan
ini.
Dakwaan dan tuntutan ini Sungguh aneh dan menyakitkan karena sangat
bertentangan dengan kebijakan saya selaku Kapolda Jabar yang berfungsi
sebagai Kuasa Pengguna Anggaran, khususnya terkait Pengelolaan Keuangan
dana Hibah Pengamanan Pilkada Jabar tahun 2008, yang pada intinya sebagai
berikut :
Pertama ; Memerintahkan secara lisan dan tertulis kepada jajaran untuk
mengelola dana secara bai
Kedua ; Pada tanggal 11 Maret 2008 menunjuk KABIDKU sebagai Bendahara
Operasi.
Ketiga ; Memerintahkan penyaluran dana sesuai dengan Rencana Distribusi
/Rendis
Keempat ; Dana yang disalurkan harus sesuai dengan Kwitansi (KU - 17 )
Kelima ; Penyaluran dana harus sesuai dengan tahapan opersai ( 4 tahap )
Keenam : Mengefektifkan fungsi Pengawasan dengan cara memerintahkan
Irwasda, Kabid Propam, Karo Ops, untuk melakukan Supervisi Penyaluran dan
penggunaan dana serta pelaksanaan operasi. .
Ketujuh ; Penyaluran dana berdasarkan perintah
Kedelapan ; Bon dana oleh Satker dibebankan pada alokasi dana satker
tersebut.
Kesembilan ; Penyaluran dana agar tepat waktu dan tepat jumlah.
Kesepuluh ; Memerintahkan merevisi dana satgas intel agar mampu
menghadapi tugas, dengan megunakan anggaran kontijensi (tak terduga )
Ada kejanggalan, ada perbedaan antara dakwaan dan tuntutan yang dibuat
oleh JPU yang semestinya tidak boleh terjadi. kooq berbeda !
Dimana letak bedanya ?
Perbedaan yang sangat menyolok, yaitu pada surat dakwaan ditulis jo Pasal
55 ayat (1) ke 1 KUHP tentang penyertaan, koq di dalam surat tuntutan pasal
55 ayat (1) ke 1 KUHP tiba-tiba hilang.
Kemana gerangan, dan mengapa dikau menghilang ?!!
Semoga hilangnya unsur pasal tentang penyertaan ini bukan kesengajaan dari
Yang terhormat Tim JPU.
Saya tidak tau apa penyebabnya ; Apakah karena adanya keterangan ahli
Hukum Pidana Profesor DR. Bambang Purnomo, SH dipersidangan perkara ini,
atau karena lupa, atau karena terburu-buru akibat memperpendek waktu yang
telah dialokasikan oleh Yang Muliah Majelis Hakim.
Hanya Tim JPU yang tau, dan Allah Swt Yang Maha Mengetahui.
Kebohongan Pertama :
Maman Abdulrachman Pasya dalam kesaksianya dibawah sumpah di depan
persidaangan perkara ini pada hari Kamis tanggal 6 Januari 2011
menerangkan :
" Bahwa pada hari Kamis tanggal 20 Maret 2008 sekira jam 11.00 Wib, dia
dipanggil Kapolda ke ruang kerja dan diberi perintah untuk memotong dana
pengamanan Pilkada Jabar 2008 "
Fakta yang terungkap dipersidangan, adalah sbb :
> Kamis Tanggal 20 Maret 2008 adalah hari libur nasional yaitu Maulud Nabi
Muhammad SAW, bahkan tanggal 21 Maret 2008 pun adalah hari libur juga
yaitu kenaikan Isa Al Masih, tgl 22 Maret 2008 juga libur hari sabtu, tanggal 23
Maret 2008 juga libur hari minggu, hari libur tentunya saya tidak masuk
kantor.
> TIDAK ADA SAKSI yang mengetahui bahwa ada perintah tertulis atau
perintah lisan dari saya untuk memotong dana pengamanan Pilkada Jabar
2008.
> TIDAK ADA BUKTI TERTULIS yang membuktikan bahwa saya
memerintahkan memotong dana pengamanan pilkada Jabar 2008.
> Pada tanggal 23 Desember 2010 di muka sidang dibawah sumpah Saksi
Yultje dan diperkuat lagi dengan keterangan saksi AKBP Iwan Gustiwan yang
diperiksa dalam persidangan pada tanggal 21 Desember 2010, menerangkan
bahwa ; Perincian / daftar pemotongan dana pengamanan Pilkada Jabar
tersebut yang membuat adalah Sdr Maman Abdulrachman Pasya sendiri yang
tulisanya dikenali oleh saksi.
> Mamam Abdulrachman Pasya adalah seorang Pamen yang sudah senior,
berdinas di bidang keuangan sudah lebih dari 30 Tahun, dan sudah sangat
faham dengan administrasi keuangan dan sudah sangat faham bagaimana
cara mentransfer perintah LISAN menjadi perintah TERTULIS, yaitu dengan
cara mengajukan Surat / Nota kepada Si pemberi Perintah dan menunggu
sampai Surat / Nota itu diberi disposisi oleh si pemberi perinta.
> Dengan demikian tidak perlu seorang sarjana hukum untuk membuktikan
bahwa saya, SUSNO DUADJI TIDAK PERNAH memerintahkan maman
Abdulrachman Pasya atau memerintahkan siapapun baik secara lisan maupun
secara tertulis untuk memotong dana Pengamanan Pilkada Jabar tahun 2008,
> Jadi tuduhan JPU bahwa saya menyalahgunakan wewenang dengan cara
memerintahkan untuk memotong dana pengamanan Pilkada Jabar tahun 2008
adalah Bohong, sama sekali tidak ada bukti.
Maman Abdulrachman Pasya Berbohong !!!
> Tidak jelas teori pembuktian dari mana yang dipakai oleh JPU yang
menuduh saya menyalah gunakan wewenang, apakah Teori Pembukaan
Halusinasi atau Teori Pembuktian Persepsi yang diharamkan itu ? Tak jelas,
hanya teman- teman JPU saja yang tau.
Kebohongan kedua :
Maman Abdulrachman Pasya dalam kesaksianya dibawah sumpah di depan
persidaangan perkara ini pada hari Kamis tanggal 6 Januari 2011
menerangkan :
" Bahwa membeli sejumlah uang US $ dengan uang dari hasil Pemotongan
dana pengamanan Pilkada Jabar 2008 kemudian uang US $ diserahkan
kepada Kapolda Jabar Irjen Pol. Susno duadji "
Keterangan ini BOHONG, sebab :
> TIDAK ADA BUKTI TERTULIS yang menyatakan bahwa Susno duadji
memerintahkan Maman Abduralrachman Pasya atau siapapun juga untuk
membeli sejumlah US $ dengan menggunakan Uang Hasil Pemotongan dana
pengamanan Pilkada Jabar 2008.
> TIDAK ADA SAKSI yang mendengar saya memerintahakan Maman
Abduralrachman Pasya atau siapapun juga untuk membeli sejumlah US $
dengan menggunakan Uang Hasil Pemotongan dana pengamanan Pilkada
Jabar 2008.
> TIDAK ADA NOTA dari Saya untuk mengeluarkan sejumlah uang untuk
membeli US $, karena setiap pengeluaran uang harus ada perintah tertulis.
> TIDAK ADA BUKTI TERTULIS bahwa saya menerima sejumlah US $ dati
Maman Abdurachman Pasya atau dari siapapun juga sejumlah US $ yang dibeli
dengan menggunakan uang hasil pemotongan dana pengamanan Pilkada
Jabar 2008.
> TIDAK ADA SAKSI yang menyaksikan bahwa Maman Abdurachman
menyerahkan uang US $ kepada saya.
>. Apa yang saya sampaikan ini adalah fakta yng terungkap dipersidangan,
dan saya yakin bahwa JPU juga mencatat dan merekam, tapi entah mengapa
fakta yang dimasukan dalam Surat Tuntutan berbeda dengan fakta yang
terungkap dipersidangan, Heran saya ! Alat bukti apa yang digunakan oleh
JPU sehingga sampai pada kesimpulan bahwa saya menerima US $ dari
Maman Abdulrachman Pasya yang dibeli dengan uang yang berasal dari
Pemotongan Dana Pengamanan Pilkada Jabar 2008.
Heran saya, tidak bagaimana caranya sehingga sampai pada kesimpulan
demikian, ilmu pembuktian apa yang digunakan.
Kebohongan ketiga :
Maman Abdulrachman Pasya dalam kesaksianya dibawah sumpah di depan
persidaangan perkara ini pada hari Kamis tanggal 6 Januari 2011
menerangkan :
" Bahwa Membeli 40 lembar Travel Cheque (TC) seharga Rp 1 Milyar dengan
menggunakan uang hasil pemotongan dan pengamanan Pilkada Jabar 2008 ".
Keterangan ini BOHONG, sebab :
> TIDAK ADA BUKTI TERTULIS yang membuktikan bahwa Susno duadji
memerintahkan Maman Abdurachman Pasya untuk membeli 40 lembar Travel
Cheque (TC) dengan menggunakan uang hasil pemotongan dana Pengamanan
Pilkada jabar 2008.
> TIDAK ADA SAKSI yang mendengar perintah lisan dari Susno duadji kepada
Maman Abdurachmman untuk membeli 40 lembar Travel Cheque (TC) dengan
menggunakan uang hasil pemotongan dana Pengamanan Pilkada jabar 2008.
> TIDAK ADA NOTA dari saya untuk mengeluarkan sejumlah uang untuk
membeli 40 lembar Travel Cheque (TC) dengan menggunakan uang hasil
pemotongan dana Pengamanan Pilkada jabar 2008, karena pengeluaran uang
harus menggunakan nota tertulis.
> TIDAK ADA BUKTI TERTULIS yang membuktikan bahwa saya menerima 40
lembar Travel Cheque (TC) yang pembeliannya dengan menggunakan uang
hasil pemotongan dana Pengamanan Pilkada jabar 2008.
> TIDAK ADA SAKSI yang menyaksikan bahwa Maman Abdurachman
menyerahkan kepada saya 40 lembar Travel Cheque (TC) yang pembeliannya
dengan menggunakan uang hasil pemotongan dana Pengamanan Pilkada jabar
2008.
Kebohongan keempat :
Maman Abdulrachman Pasya dalam kesaksianya dibawah sumpah di depan
persidaangan perkara ini pada hari Kamis tanggal 6 Januari 2011
menerangkan :
" Bahwa Uang hasil pemotonngan dana Pengamanan Pilkada Jabar tahun
2008 digunakan untuk membeli satu unit mobil Sedan Camry untuk mobil
dinas kapolda jabar "
Keterangan ini BOHONG, sebab :
> TIDAK PERNAH saya memerintahakan Kabidku, Sdr. Maman Abdurachman
Pasya untuk membeli mobil Sedan Camry untuk mobil dinas Kapolda dengan
mengunakan dana yang berasal dari pemotongan dana hibah Pengamanan
Pilkada Jabar 2008,
> TIDAK ADA BUKTI TERTULIS bahwa saya memerintahkan Maman
Abdulrachman Pasya atau memerintahkan siapapun juga untuk membeli mobil
Sedan Camry untuk mobil dinas Kapolda dengan menggunakan uang hasil
pemotongan dana pengamanan Pilkada Jabar 2008 ".
> TIDAK ADA seorang saksipun yang mengetahui bahwa saya pernah
memerintahkan Sdr. Maman Abdurachman Pasya untuk membeli mobil Sedan
Camry untuk mobil dinas Kapolda dengan mengunakan dana yang berasal
dari pemotongan dana hibah Pengamanan Pilkada Jabar 2008.
Yang BENAR adalah :
> Saya memerintahkan Direktur Lalu Lintas Polda Jabar, Kombes Drs. Binsar
Situmpul untuk membeli mobil Sedan Camry untuk mobil dinas Kapolda Jabar
karena mobil dinas Kapolda Jabar sudah tidak layak pakai sering rusak.
> Adapun uang yang di gunakan untuk membeli mobil Sedan Camry tersebut
menggunakan uang Insentif Kapolda Jabar yang berasal dari Dispenda Jabar
> Ada bukti tertulis perintah pembayaran Sedan Camry tersebut ( Vide Nota
Kapolda tanggal 5 Mei 2008 )
> Bukti tertulis sudah diserahkan kepada Yang Mulia Majelis Hakim dalam
persidangan perkara ini.
> Sudah jelas ocehan Si Maman demikian parah tanpa didukung alat bukti
lainya, tidak ubahnya oceehan orang sedang mengigau, koq digunakan oleh
sebagai alat bukti untuk menyusun surat dakwaan.
Kebohongan kelima :
Maman Abdulrachman Pasya dalam kesaksianya dibawah sumpah di depan
persidaangan perkara ini pada hari Kamis tanggal 6 Januari 2011
menerangkan :
" Bahwa uang hasil pemotongan dana hibah Pengamanan Pilkada Jabar 2008
untuk membangun Gedung Olah Raga Brimob Polda "
Keterangan ini BOHONG, sebab :
> GOR Brimob Polda Jabar dibangun pada tahun 2006, sedangkan saya
diangkat menjadi Kapolda Jabar sejak 23 Januari 2008, Pilkada Jabar terjadi
Maret 2008 s/d Juni 2008, bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi,
> Keterangan Saksi AKBP MITRA SETIADi, Wakasat Brimob Polda Jabar saat
diperiksa sebagai saksi pada persidangan perkara ini pada hari Kamis tanggal
23 Desember 2010 menerangkan bahwa GOR Brimob Polda Jabar dibangun
tahun 2006 tidak menggunakan dana dari hasil pemotongan dana pengamanan
Pilkada Jabar 2008.
> TIDAK ADA PERINTAH TERTULIS yang membuktikan bahwa saya
memerintahkan maman Abdurachman Pasya untuk mengeluarkan sejumlah
uang yang berasal dari pemotongan dana pengamanan Pilkada Jabar untuk
memembangun GOR Brimob Polda jabar.
> TIDAK ADA SAKSI yang mengetahui bahwa saya memerintahkan maman
Abdurachman Pasya untuk mengeluarkan sejumlah uang yang berasal dari
pemotongan dana pengamanan Pilkada Jabar tahun 2008 untuk
memembangun GOR Brimob Polda jabar.
> Syukur alhamdulillah KEBOHONGAN ini diakui oleh Maman Abdurachman
Pasya pada saat diperiksa sebagai saksi dalam persidangan perkara ini pada
hari Kamis tanggal 6 Januari 2008, semoga saja pengakuan ini bisa digunakan
untuk mengurangi dosa-dosanya.
Kebohongan keenam :
Maman Abdulrachman Pasya dalam kesaksianya dibawah sumpah di depan
persidaangan perkara ini pada hari Kamis tanggal 6 Januari 2011
menerangkan :
" Bahwa Uang hasil pemotonganan dana pengamanan Pilkada jabar 2008
digunakan untuk membeli satu unit mobil Suzuki APV dipergunakan sebagai
mobil Bhayangkari "
Keterangan ini BOHONG, sebab :
> TIDAK ADA BUKTI TERTULIS yang membuktikan bahwa saya
memerintahkan Maman Abdurachman Pasya untuk membeli satu unit Mobil
Suzuki APV dengan menggunakan uang dari hasil pemotongan dana
pengamanan Pilkada Jabar 2008 > TIDAK ADA SAKSI yang mengetahui
bahwa saya memerintahkan Mobil Suzuki dibeli dengan menggunakan dana
insentif Kapolda yang berasal dari Dispenda Jabar
> TIDAK ADA NOTA pengeluaran uang yang saya alamatkan pada Kabidku
untuk mengeluarkan dana.
• Sdri Yultje Apriyanti dalam kesaksianya pada persidangan perkara ini kamis
tanggal 23 Desember 2010, sesuai juga dengan BAP Saksi Yultje Apriyanti
tanggal 11 Mei 2010 pada jawaban pertanyaan No 17 menerangkan sbb :
" Saya tambahkan bahwa UANG untuk BELI mobil Suzuki APV dan untuk PP
Polri adalah uang dari SAMSAT Dispenda, serta untuk pejabat utama Polda
yang dibagi pada waktu hari raya, dimana untuk Kapolda keuanganya yang
memegang saya, saya dapat mempertanggung jawabkan tentang uang
tersebut karena catatanya ada sama saya.,,,,,,dst "
> Keterangan Maman yang tidak nyambung dengan fakta dimanfaatkan juga
oleh JPU untuk dasar menuntut saya, kalau demikian apa kata dunia.
> Syukur alhamdulillah KEBOHONGAN ini diakui oleh Maman Abdurachman
Pasya pada saat diperiksa sebagai saksi dalam persidangan perkara ini pada
hari Kamis tanggal 6 Januari 2008.
Kebohongan ketujuh :
Maman Abdulrachman Pasya dalam kesaksianya dibawah sumpah di depan
persidaangan perkara ini pada hari Kamis tanggal 6 Januari 2011
menerangkan :
" Bahwa uang hasil pemotongan dana pengamanan Pilkada Jabar 2008
digunakan untuk menyumbang acara HUT Bhayangkari 2008"
Keterangan ini BOHONG, sebab :
> HUT Bhayangkari ahir Nopember 2008, saya sudah tidak menjadi Kapolda,
ahir Oktober 2008 saya sudah menjadi Kabareskrim.
> TIDAK ADA BUKTI TERTULIS yang membuktikan bahwa saya
memerintahkan Maman Abdurachman Pasya untuk menyumbang bacara HUT
Bhayangkari dengan menggunakan uang dari hasil pemotongan dana
pengamanan Pilkada Jabar 2008.
> TIDAK ADA SAKSI yang mengetahui adanya perintah saya untuk
menyumbang bacara HUT Bhayangkari dengan menggunakan uang dari hasil
pemotongan dana pengamanan Pilkada Jabar 2008
> Pilkada Jabar dilaksanakan Maret 2008 s/d Juni 2008, ahir Nopember sudah
tutup buku, jelas tidak mungkin masih ada uang.
> Syukur alhamdulillah KEBOHONGAN ini diakui oleh Maman Abdurachman
Pasya pada saat diperiksa sebagai saksi dalam persidangan perkara ini pada
hari Kamis tanggal 6 Januari 2008.
Kebohongan kedelapan :
Maman Abdulrachman Pasya dalam kesaksianya dibawah sumpah di depan
persidaangan perkara ini pada hari Kamis tanggal 6 Januari 2011
menerangkan :
" Bahwa uang hasil pemotongan dana pengamanan pilkada Jabar 2008
digunakan untuk memberi hadiah lebaran kepada Staf Polda Jabar "
Keterangan ini BOHONG, sebab :
> TIDAK ADA BUKTI TERTULIS yang membuktikan bahwa saya
memerintahkan Maman Abdurachman Pasya untuk mengeluarkan sejumlah
uang yang berasala dari hasil pemotonganan dana pengamanan Pilkada jabar
2008 untuk hadiah lebaran Staf Polda Jabar.
> TIDAK ADA SAKSI yang membuktikan bahwa saya memerintahkan Maman
Abdurachman Pasya untuk mengeluarkan sejumlah uang yang berasala dari
hasil pemotonganan dana pengamanan Pilkada jabar 2008 untuk hadiah
lebaran Staf Polda Jabar.
> Lebaran 2008 adalah pada ahir Oktober 2008 dimana Pilkada jabar yang
dilaksanakan Maret 2008 sd pertengahan Juni 2008, bulan Oktober Operasi
sudah tutup buku, mana mungkin uangnya bisa disumbangkan untuk lebaran.
> Sdri Yultje Apriyanti dalam kesaksianya pada persidangan perkara ini pada
hari Kamis tanggal 23 Desember 2010, sesuai juga dengan BAP Saksi Yultje
Apriyanti tanggal 11 Mei 2010 pada jawaban pertanyaan No 17 menerangkan
sbb :
" Saya tambahkan bahwa UANG untuk BELI mobil Suzuki APV dan untuk PP
Polri adalah uang dari SAMSAT Dispenda, serta untuk pejabat utama Polda
yang dibagi pada waktu hari raya, dimana untuk Kapolda keuanganya yang
memegang saya, saya dapat mempertanggungu jawabkan tentang uang
tersebut karena catatanya ada sama saya.,,,,,,dst "
>. Heran saya, koq Maman tidak takut berbohong dengan menggunakan hari
besar keagamaan, apakah dia tidak takut kualat.
> Syukur alhamdulillah KEBOHONGAN ini diakui oleh Maman Abdurachman
Pasya pada saat diperiksa sebagai saksi dalam persidangan perkara ini pada
hari Kamis tanggal 6 Januari 2008, sehingga mengurangi dosa yang harus
ditanggung.
Kebohongan kesepuluh :
Maman Abdulrachman Pasya dalam kesaksianya dibawah sumpah di depan
persidaangan perkara ini pada hari Kamis tanggal 6 Januari 2011
menerangkan :
" Bahwa penunjukanya selaku bendahara operasi tanpa surat penunjukan "
Keterangan ini BOHONG, sebab :
> Fakta di persidangan membuktikan bahwa ada bukti tertulis Nota Kapolda
tanggal 11 Maret 2008 yang isinya menunjuk Kabidku selaku Bendahara
Operasi Pengamanan Pilkada Jabar 2008 terhitung tanggal 11 Maret 2008.
> Penyiapan administrasi lainya terkait penunjukan Kabidku sebagai
bendahara , tentunya disiapkan sendiri oleh Kabidku, hal ini sesuai dengan
tugas dan fungsinya adalah menjadi kewajiban Kabidku.
PERMOHONAN
DI akhir Pledoi yang saya bacakan ini dengan penuh kerendahan hati saya
mengajukan permohonan sebagi berikut :