Anda di halaman 1dari 13

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/358103374

BEST PRACTICE IMPLEMENTASI MODEL PROJECT BASED LEARNING UNTUK


MENGEMBALIKAN SEMANGAT BELAJAR SISWA PASCAPANDEMI PADA MATA
PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS ....

Conference Paper · January 2022

CITATIONS READS

0 7,820

2 authors, including:

Rustam Efendy Rasyid


Universitas Muhammadiyah Sidenreng Rappang
48 PUBLICATIONS 14 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Rustam Efendy Rasyid on 25 January 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


BEST PRACTICE
IMPLEMENTASI MODEL PROJECT BASED LEARNING
UNTUK MENGEMBALIKAN SEMANGAT BELAJAR SISWA PASCAPANDEMI
PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS X
SMA NEGERI 1 SIDRAP

Oleh
Rustam Efendy Rasyid
vandyv93@gmail.com
(PGRI Kecamatan Panca Rijang)

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tidak dapat dipungkiri bahwa covid-19 telah meluluhlantahkan berbagai sendi
kehidupan. Mulai dari perekonomian sampai hal-hal kecil seperti krisis sosial menjadi
dampak buruk terhadap kelansungan kehidupan manusia. Selama kurang lebih tiga
tahun lamanya sejak muncul pertama kalinya di Indonesia pada awal tahun 2020
hingga saat ini covid-19 masih menjadi PR besar bagi pemerintah dan masyarakat.
Salah satu sendi yang terkena dampak covid-19 adalah dunia pendidikan.
Adanya covid-19 ini telah mengubah berbagai bentuk paradigma pendidikan mulai
dari proses belajar hingga pada menurunnya motivasi belajar anak. Pada proses
belajar, pendidikan diarahkan pada bentuk belajar dari rumah yang diistilahkan BDR
(belajar dari rumah) untuk semua tigkatan mulai dari sekolah dasar hingga perguruan
tinggi. Hal ini diangap sebagai salah satu jalan keluar untuk memutus mata rantai
penyebaran covid-19 yang begitu ganas.
Berbagai kebijakan pemerintah pada bidang pendidikan dikeluarkan sebagai
bentuk kepedulian dengan mewabahnya covid-19 ini. Hal yang mustahil adalah
meliburkan pendidikan selama pandemi masih mewabah. Oleh karena itu, pemerintah
melalui kementerian pendidikan dan kebudayaan mengeluarkan edaran kebijakan
untuk melaksanakan pembelajaran dari rumah. Hal ini dilakukan agar pembelajaran
tidak terputus meskipun di tengah keterbatasan fasilitas yang dimiliki.
Kendala pembelajaran jarak jauh memang tidak sedikit. Beberapa penelitian
telah menunjukkan bahwa pembelajaran jarak jauh melalui jejaring sosial atau
aplikasi online lainnya dirasa tidak efektif. Menurut Agusmanto J.B. Hutauruk (2020)
dalam proses pembelajaran daring yang berlangsung tersebut, muncul kendala-
kendala yang dihadapi baik oleh pengajar maupun kendala yang dihadapi peserta

1
didik. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa kendala-kendala yang
dihadapi mahasiswa masih bersifat mendasar/fundamental.
Selain kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran jarak jauh seperti yang
diungkapkan di atas, ternyata pembelajaran seperti ini juga membawa dampak
terhadap menurunnya semangat atau motivasi belajar siswa. Hal ini tercermin dari
hasil observasi yang telah dilakukan di kelas X SMA Negeri 1 Sidrap.
Adhetya Cahyani, dkk (2020) mengungkapkan bahwa Sistem pendidikan di
Indonesia mengalami tantangan baru akibat wabah virus Covid-19 yang menyebabkan
seluruh sistem pembelajaran di lembaga pendidikan dialihkan ke metode
pembelajaran online. Terganggunya proses belajar menyebabkan beberapa perubahan
pada diri siswa yang pada akhirnya mempengaruhi motivasi belajar.
Hal serupa dikemukakan oleh Dian, dkk. (2020) yang mengungkapkan bahwa
motivasi belajar siswa pada masa Pandemi Covid-19 di masa pandemi Covid-19 dapat
dikatakan menurun, hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa dan kerajinan siswa
dalam mengerjakan tugas dari sebelum pandemi Covid-19.
Untuk membuktikan hal tersebut, penulis melakukan observasi di awal
pembelajaran tatap muka. Berdasarkan hasil observasi awal di kelas X SMA Negeri 1
Sidenreng Rappang menunjukkan bahwa motivasi belajar anak pasca pembelajaran
jarak jauh menurun. Hal ini dibuktikan berdasarkan hasil survey yang dilakukan guru
dengan memberikan sepuluh pertanyaan mendasar.
Beberapa faktor yang menyebabkan penuruan motivasi belajar ini di antaranya:
1) siswa sudah terbiasa tidak berkegiatan; 2) siswa cenderung menggunakan android
untuk menyelesaikan masalah; 3) siswa sudah merasa nyaman tidak ke sekolah; 4)
siswa tidak mengenal teman sekelas khususnya kelas X; sehingga butuh waktu untuk
penyesuaian diri.
Berdasarkan hasil observasi awal dan beberapa penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa cenderung menurun
sejak masa pandemi hingga saat ini masa pembelajaran tatap muka terbatas. Oleh
karena itu, perlu dilakukan upaya untuk mengembalikan semangat belajar siswa
menghadapi masa pembelajaran tatap muka terbatas dan masa pasca pandemi
nantinya. Hal inilah yang menarik perhatian penulis untuk menyusun sebuah best
practic dengan mengangkat topik “Implementasi Model Project Based Learning untuk
Mengembalikan Semangat Belajar Siswa Pascapandemi pada Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia di Kelas X SMA Negeri 1 Sidrap “

2
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka dapat


dirumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimanakah implementasi model project
based learning untuk mengembalikan semangat belajar siswa pascapandemi pada
mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas X SMA Negeri 1 Sidrap?”

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini adalah untuk mendeskrisikan bentuk penerapan model
pembelajaran project based learning untuk mengembalikan semangat belajar siswa
pascapandemi pada mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas X SMA Negeri 1
Sidrap.

D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang diharapkan dari tulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat teoretis
Manfaat teoretis tulisan ini adalah untuk membuktikan kebenaran teori belajar
yang mengedepankan pembelajaran berbasis proyek sebagai langkah awal
mengembalikan semangat belajar siswa
2. Manfaat praktis
Adapun manfaat yang diharapkan dalam tulisan ini adalah sebagai berikut:
a. menjadi bahan masukan bagi guru khususnya di SMA Negeri 1 Sidrap dan sekolah
lain pada umumnya tentang pentingnya mengembalikan semangat belajar siswa
pasca pandemi menuju tatap muka terbatas.
b. menjadi acuan bagi guru khususnya di SMA Negeri 1 Sidrap dan sekolah lain pada
umumnya dalam menerapkan model project based learning dalam pembelajaran.
c. Menjadi acuan bagi penulis lain yang hendak melakukan kajian yang serupa
dengan tulisan ini.

3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Belajar dan Semangat Belajar
Belajar merupakan akibat adanya intraksi antara stimulus dan respons.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan
prilakunya. Menurut Slameto (2015:2) “Belajar ialah suatu proses yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam intraksi dengan
lingkungannya”. Adapun menurut Skinner dalam Dimyati dan Mudjiono (2015:10)
“Belajar adalah suatu prilaku.Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih
baik.Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responsnya menurun”
Menurut Khuluko (2017:4) “Belajar adalah suatu aktivitas di mana terdapat
sebuah proses dari tidak tahu menjadi tahu, tidak mengerti menjadi mengerti, tidak
bisa menjadi bisa untuk mencapai hasil yang optimal”. Menurut Djamara (2014:5)
“Belajar adalah perubahan prilaku berkat pengalaman dan latihan.Artinya adalah
perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun
sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi”.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah usaha sadar manusia dalam melakukan proses ilmu pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang bertujuan terjadinya perubahan yang lebih baik secara
optimal.
Rasyid (2017) menyebutkan bahwa tugas berat seorang guru bukan
mengajar, akan tetapi menggerakkan hati anak untuk mau belajar. Pendapat ini benar
adanya, mengingat belajar membutuhkan kemauan dan keihklasan dari hati. Bukan
dalam bentuk paksaan atau tekanan untuk mendapatkan hasil yang optimal. Oleh
karena itu, kegiatan belajar khususya pascapandemi ini dimulai dengan usaha guru
untuk menggerakkan atau mengembalikan semangat belajar anak.
Motivasi belajar atau semangat belajar adalah sebuah penggerak atau
pendorong yang membuat seseorang akan tertarik kepada belajar sehingga
akan belajar secara terus-menerus. Motivasi yang rendah dapat menybabkan
rendahnya keberhasilan dalam belajar sehingga akan merendahkan
prestasi belajar siswa.
Menurut Clayton Alderfer dalam (Agustina, 2011) Motivasi belajar adalah
kecenderungan siswa dalam melakukan segala kegiatan belajar yang didorong oleh
hasrat untuk mencapai prestasi atau hasil belajar sebaik mungkin.

4
Menurut Sardiman (2012 :83) indikator semangat belajar meliputi: (1) tekun
menghadapi tugas; (2) ulet menghadapi kesulitan; (3) menunjukkan minat terhadap
bermacam-macam masalah; (4) lebih senang bekerja; (5) dapat mempertahankan
pendapatnya.
B. Pentingnya Model Pembelajaran
Di awal telah dijelaskan bahwa tugas berat seorang guru bukanlah mengajar,
melainkan menggerakkan hati anak untuk mau belajar. Untuk mencapai hal tersebut
maka hal pokok yang mesti diperhatikan adalah model pembelajaran. Mengapa
demikian? Karena model pembelajaran yang monoton akan mengakibatkan
kebosanan belajar pada siswa, sebaliknya model pembelajaran yang variatif akan
memberikan ransangan belajar sekaligus memberikan pengalaman belajar baru bagi
siswa.
Model pembelajaran adalah satu bentuk pembelajaran yang dibuat sedemikian
rupa yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa. Model
pembelajaran dapat berbentuk praktis maupun teoretis.
Joyce & Weil (dalam Rusman, 2012: 133) berpendapat bahwa model
pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk
kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-
bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.
Menurut Mulyono (2018:89), model belajar merupakan kerangka konseptual
yang menggambarkan prosedur sistematik dalam pengorganisasian pengalaman
belajar guna mencapai kompetensi belajar.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
merupakan usaha untuk menjadikan pembelajaran lebih baik, lebih menyenangkan.
Oleh karena itu, pendidik harus mampu menerapkan model pembelajaran yang
variatif untuk menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, dan
menyenangkan.
Pada dasarnya, model belajar yang baik dapat dikenali dengan beberapa ciri,
yaitu:
 mempunyai prosedur sistematik;
 hasil dan tujuan belajar ditetapkan secara khusus;
 penetapan lingkungan dilakukan secara khusus; dan
 siswa mampu berinteraksi dengan lingkungan.

5
C. Project Based Learning
Project Based Learning (PBL) merupakan satu dari banyak model pembelajaran
yang sudah banyak dikembangkan di negara-negara maju dan banyak
diimplementasikan di banyak lembaga-lembaga guruan baik lembaga guruan formal
maupun non formal. Terjemahan dalam bahasa Indonesia, Project Based Learning
bermakna sebagai pembelajaran berbasis proyek.
Project-based learning is curriculum fueled and standards based. Project Based
Learning merupakan pendekatan pembelajaran yang menghendaki adanya standar isi
dalam kurikulumnya. Melalui Project Based Learning, proses inquiry dimulai dengan
memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing siswa
dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi)
dalam kurikulum. Pada saat pertanyaan terjawab, secara langsung siswa dapat melihat
berbagai elemen mayor sekaligus berbagai prinsip dalam sebuah displin yang sedang
dikajinya (The George Lucas Educational Foundation: 2005).
PBL merupakan pendekatan inovatif yang mengajarkan beragam strategi
mencapai kesuksesan abad 21 membantu peserta didik mengembangkan keterampilan
abad 21, meningkatkan tanggungjawab, melatih pemecahan masalah, self direction,
komunikasi, dan kreativitas. Satu hal PBL luwes diterapkan untuk berbagai jenjang
pendidikan (Bell, 2010),
Adapun langkah-langkah PBL adalah sebagai berikut:
1. mengorientasikan peserta didik terhadap masalah;
2. mengorganisasikan peserta didik untuk belajar;
3. membimbing penyelidikan individu maupun kelompok;
4. mengembangkan dan menyajikan hasil karya; dan
5. menganalisis dan mengevaluasi hasil karya.
Dalam bestpractic ini, tujuan penerapan PBL adalah bukan semata-mata untuk
meningkatkan hasil belajar siswa, akan tetapi mencoba untuk mengembalikan
semangat belajar siswa melalui berkegiatan.

6
III. PEMBAHASAN
Pada bagian pembahasan ini, dibagi dalam tiga bagian pokok yaitu rancangan
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan hasil yang diperoleh.
A. Rancangan Pembelajaran
Rancangan pembelajaran yang dilakukan dalam tulisan ini adalah penyusunan
rencana program pembelajaran (RPP) dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk
siswa kelas X SMA Negeri Sidrap. Adapun RPP yang disusun dapat dilihat sebagai
berikut.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Sekolah : SMA Negeri 1 Sidrap


Mata pelajaran : Bahasa Indonesia
Materi Pokok : Teks Anekdot
Kelas/Semester : X/Ganjil
Alokasi Waktu : 4 x 45 Menit (2 kali pertemuan)

Tujuan Pembelajaran
Setelah kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model Project Based
Learning, peserta didik diharapkan dapat :
(1) Mengubah anekdot dari bentuk narasi menjadi bentuk dialog dengan susunan
yang benar
(2) Mendemonstrasikan dialog anekdot dalam bentuk lakon dengan ekspresi yang
sesuai.
Kompetensi Dasar
4.5 Mengontruksi makna yang tersirat dalam sebuah teks anekdot
Indikator Pencapaian Kompetensi
4.5.1. Mengubah anekdot dari bentuk narasi ke bentuk dialog
4.5.2. Mendemostrasikan teks anekdot dalam bentuk lakon
Materi Pembelajaran
1. Menyusun dialog anekdot
2. Mendemonstrasikan anekdot dalam bentuk dialog
Media
1. Buku paket siswa kelas X SMA terbitan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Tahun 2017
2. Teks anekdot
3. Materi dari youtube https://youtu.be/QgpSSZBvTjE dan canva
https://www.canva.com/design/DAEtEkWKxEw/zTVMdfX31vzMEH-
8bRf0VA/edit
Alat /Bahan
1. LKPD
2. LED
3. Laptop
4. Spidol warna
5. Karton
6. Kertas warna

7
Model dan Strategi Pembelajaran:
1. Project Based Learning
2. Penugasan Kelompok

B. Pelaksanaan Pembelajaran
PERTEMUAN 1

Jenis Kegiatan Uraian Kegiatan Waktu


1) Memulai tatap muka dengan salam dan berdoa 10
Kegiatan 2) Mengecek kehadiran dan kondisi siswa menit
Pendahuluan 3) Siswa mendengarkan penjelasan guru terkait pembelajaran
yang telah lalu
4) Siswa mendengarkan penjelasan guru terkait pembelajaran
hari ini
Kegiatan Inti 1) Orientasi siswa pada masalah 65
 Peserta didik menyimak presentasi materi singkat yang menit
diputar melalui canva
https://www.canva.com/design/DAEtEkWKxEw/zTVMdf
X31vzMEH-8bRf0VA/edit dan youtube
https://youtu.be/QgpSSZBvTjE
 Peserta didik mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang
berkaitan cara mengubah anekdot dari bentuk narasi ke
bentuk dialog.
2) Mengorganisasi siswa dalam belajar
 Peserta didik membaca contoh bentuk dialog teks anekdot
 Guru membagikan LKPD kepada setiap siswa
3) Membimbing penyelidikan siswa secara mandiri atau
kelompok
 Guru membagikan teks anekdot dalam bentuk narasi
 Peserta didik secara berkelompok berdiskusi utuk
menyelesaikan masalah.
 Peserta didik mengubah teks anekdot dalam bentuk narasi
ke bentuk dialog
 Guru memberikan bimbingan kepada kelompok yang
memerlukan
 Peserta didik menuliskan hasil pemikirannya dalam LKPD
sesuai batas waktu yang diberikan.
4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
 Peserta didik menempelkan hasil karya padi karton yang
telah disiapkan.
 Guru memberikan saran dan masukan perbaikan.
5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
 Peserta didik memajang hasil karya berupa kumpulan
dialog anekdot pada mading sekolah.
Kegiatan 1) Guru dan peserta didik membuat rangkuman/simpulan 15
Penutup pembelajaran menit
2) Guru melakukan penilaian dan memberi penghargaan
3) Guru menyampaikan rencana pembelajaran yang akan

8
dilakukan selanjutnya
4) Doa di akhir pembelajaran

C. Hasil yang Diperolah


Berdasarkan hasil pembelajaran bahasa Indonesia dengan menerapkan model
project based learning terlihat bahwa terjadi peningkatan motivasi belajar siswa. Hal
tersebut didasarkan pada indikator pengamatan yaitu: 1) siswa tekun menghadapi
tugas; 2) siswa ulet menghadapi kesulitan; 3) siswa menunjukkan minat terhadap
permasalahan yang dihadapi; 4) siswa menunjukkan sikap senang bekerja; dan 5)
siswa dapat mempertahankan pendapatnya saat menunjukkan hasil kerja.
Model Problem-based Learning (PBL) juga memberikan dampak positip
terhadap pembentukan perilaku pada diri peserta didik anatara lain perilaku kejujuran,
kerjasma, peduli, tanggung jawab dan disiplin.

IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil bestpractic yang dilakukan di kelas X SMA Negeri 1 Sidrap
dapat disimpulkan bahwa model project based learning dapat mengembalikan
motivasi belajar siswa. Hal tersebut didasarkan pada indikator pengamatan yaitu: 1)
siswa tekun menghadapi tugas; 2) siswa ulet menghadapi kesulitan; 3) siswa
menunjukkan minat terhadap permasalahan yang dihadapi; 4) siswa menunjukkan
sikap senang bekerja; dan 5) siswa dapat mempertahankan pendapatnya saat
menunjukkan hasil kerja. Model Problem-based Learning (PBL) juga memberikan
dampak positip terhadap pembentukan perilaku pada diri peserta didik anatara lain
perilaku kejujuran, kerjasma, peduli, tanggung jawab dan disiplin.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan sebelumnya, maka disarankan
kepada guru untuk senantiasa memperhatikan kondisi kesiapan belajar siswa sebelum
memulai pembelajaran. Hal ini dilakukan agar pembelajaran yang diberikan lebih
bermakna dan dipahami oleh siswa. Selain itu, perlu dilakukan berbagai variasi model
dan bentuk pembelajaran yang bertujuan agar siswa tetap senang dan tidak bosan
dalam mengikuti pembelajaran.

9
DAFTAR PUSTAKA

Adhetya Cahyani, dkk. 2020. Motivasi Belajar Siswa SMA pada Pembelajaran Daring di
Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Pendidikan Islam. Volume 3 No. 1 Tahun 2020

Agusmanto J.B. Hutauruk. 2020. Kendala Pembelajaran Daring Selama Masa Pandemi di
Kalangan Mahasiswa Pendidikan Matematika: Kajian Kualiatatif Deskriptif. Jurnal
Of Mathematics Education and Aplied.

Agustina, Lisa dan Ghullam Hamdu. 2011. Pengaruh Motivasi Belajar Siswa. Terhadap
Prestasi Belajar IPA di Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian.

A.M, Sardiman (2012). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja. Grafindo

Bell, J. (2010). Doing your research project: A guide for first-time researchers in education,
health and social science. Maidenhead: McGraw-Hill

Dian, Hardiyanti, dkk. (2020) Analisis Motivasi Belajar Siswa Pada Masa Pandemi Covid-
19. Indonesian Journal of Primary School Education. Volume 1 Nomor 1 Tahun
2020.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2014. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta.

Khuluqo, Ihsana El. (2017). Belajar dan Pembelajaran Konsep Dasar Metode dan Aplikasi
Nilai-Nilai Spiritualitas dalam Proses Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mulyono. 2018. Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Rasyid, Efendy Rustam. 2017. Nilai Edukatif dalam Pappaseng Bugis Sidrap. Makalah.
Disampaikan pada seminar nasional fun education. Lombok: LPTK PTM.

Rosnaeni, Andi Prastowo .2020. Kendala Implementasi Pembelajaran Daring di Sekolah


Pada Masa Pandemi Covid -19 : Kasus di SDN 24 Macanang Kabupaten Bone.

Rusman, 2012. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta:


Raja Grafindo Persada.

Slameto. (2015). Belajar dan Faktor-faktor yang Memengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

The George Lucas Educational Foundation. (2005). Edutopia Modules. Dipetik April 7, 2013,
dari Instructional Module Project Based Learning: The George Lucas Educational
Foundation .(2005).Instructional
Mhttp://www.edutopia.org/modules/PBL/whatpbl.php

10
LAMPIRAN
DOKUMENTASI KEGIATAN

11
12

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai