Anda di halaman 1dari 26

STANDAR OPERASIONAL

PROSEDUR TERAPI Ditetapkan :


BERMAIN Direktur.Rumah Sakit Trimedika
Ketapang
Kabupaten Grobogan
No. Dokumen :
No. Revisi :
sSPO Tanggal Terbit :
Tgl Ditetapkan :
Halaman : 1/2 drg. Aris Setyawan, MPH, M.Ked.Klin,
Rumah Sakit Umum Sp.BMM, Subsp TMTMJ (K)

Trimedika Ketapang

1. Cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dirinya yang


tidak disadari (Wong, 1991)
2. Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang
ditimbulkannya tanpa mempertimbangkan hasil akhirnya (Hurlock,
PENGERTIAN
1978)
3. Kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginan dalam mengatasi
konflik dari dalam dirinya yang tidak disadari serta dengan keinginan
sendiri untuk memperoleh kesenangan (Roster, 1987)
1. Meminimalisir tindakan perawatan yang traumatis
2. Mengurangi kecemasan
3. Membantu mempercepat penyembuhan
TUJUAN
4. Sebagai fasilitas komunikasi
5. Persiapan untuk hospitalisasi atau surgery
6. Sarana untuk mengekspresikan perasaan
Dilakukan di Ruang rawat inap, Poli tumbuh kembang, Poli rawat
KEBIJAKAN
jalan dan Tempat penitipan anak.
PETUGAS Perawat
PERSIAPAN PASIEN 1. Pasien dan keluarga diberitahu tujuan bermain
2. Melakukan kontrak waktu
3. Tidak ngantuk
4. Tidak rewel
5. Keadaan umum mulai membaik
6. Pasien bisa dengan tiduran atau duduk sesuai kondisi klien
1. Rancangan program bermain yang lengkap dan sistematis
PERALATAN
2. Alat bermain sesuai dengan umur/jenis kelamin dan tujuan
A. Tahap Pra Interaksi
1. Melakukan kontrak waktu
2. Mengecek kesiapan anak (tidak ngantuk, tidak rewel, keadaan umum
membaik/kondisi yang memungkinkan)
3. Menyiapkan alat
B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam kepada pasien dan menyapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien sebelum kegiatan
dilakukan
PROSEDUR C. Tahap Kerja
PELAKSANAAN 1. Memberi petunjuk pada anak cara bermain
2. Mempersilahkan anak utuk melakukan permainan sendiri atau
dibantu
3. Memotivasi keterlibatan klien dan keluarga
4. Memberi pujian pada anak bila dapat melakukan
5. Mengobservasi emosi, hubungan inter-personal, psikomotor anak
saat bermain
6. Meminta anak menceritakan apa yang dilakukan/ dibuatnya
7. Menanyakan perasaan anak setelah bermain
8. Menanyakan perasaan dan pendapat keluarga tentang permainan

D. Tahap Terminasi
1. Melakukan eveluasi sesuai dengan tujuan
2. Berpamitan dengan pasien
3. Membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula
4. Mencuci tangan
5. Mencatat jenis permainan dan respon pasien serta keluarga
kegiatan dalam lembar catatan keperawatan dan kesimpulan hasil
bermain meliputi emosional, hubungan inter-personal, psikomotor
dan anjuan untuk anak dan keluarga.

Job Disk Therapy Bermain


1. Penanggung Jawab Program: bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
program kerja terapi bermain.
2. Koordinator Program:
a. Menyusun program kerja terapi bermain jangka pendek: menyusun
rencana harian, rencana mingguan dan rencana bulanan
b. Menyusun program kerja terapi bermain jangka panjang: menyusun
rencana tahunan.
c. Mengkordinasi semua anggota untuk pelaksanaan terapi bermain.
d. Melaporkan pada penanggung jawab program dalam bentuk laporan
harian, laporan mingguan, laporan bulanan dan laporan tahunan.
3. Sekretaris Program:
a. Menyusun satuan acara bermain berdasarkan karakteristik pasien diruang
anak kelas III
b. Mendokumentasikan program kerja yang telah dilaksanakan.
c. Menyusun laporan pelaksanaan terapi bermain: laporan harian, laporan
mingguan, laporan bulanan dan laporan tahunan.
d. Mendaftar inventaris program terapi bermain
4. Bendahara Program:
a. Melaporkan inventaris program terapi bermain
b. Menyusun laporan keuangan program terapi bermain.
5. Anggota Program: Melaksanakan terapi bermain kepada pasien anak di ruang
anak kelas III (sebagai leader, co leader, fasilitator, observer).
Program Kerja Play Therapy
1. Jangka Pendek
a. Melaksanakan asuhan keperawatan anak dengan pendekatan atraumatic
care dengan menggunakan konsep terapi bermain.
b. Menyusun satuan acara bermain sesuai dengan karakteristik usia dan tahap
perkembangan pasien anak.
c. Menyediakan alat bermain edukatif untuk terapi bermain.
d. Melaksanakan terapi bermain individu kepada pasien minimal sekali
selama perawatan.
e. Melaksanakan terapi bermain kelompok sesuai dengan usia sebanyak dua
minggu sekali dengan karakter usia yang berbeda.
f. Melakukan evaluasi bulanan terhadap pelaksanaan terapi bermain.
2. Jangka Panjang
a. Menyediakan ruangan khusus untuk terapi bermain.
b. Melakukan evaluasi tahunan dengan menggunakan akumulasi survey
kepuasan klien terkait dengan pelayanan keperawatan anak yang berfokus
terhadap terapi bermain.
c. Melakukan penelitian atau riset terkait dengan pengaruh penerapan terapi
bermain terhadap klien anak (tumbuh kembang, kecemasan, dampak
hospitalisasi dan kondisi psikologis)

Satuan Acara Bermain (SAB)


A. Latar Belakang
Bermain adalah salah satu aspek penting penting dari kehidupan anak dan
salah satu alat paling penting untuk penatalaksanaan stress karena
hospitalisasi menimbulkan krisis dalam kehidupan anak, karena situasi
tersebut sering disertai stress berlebihan, maka anak-anak perlu bermain
untuk mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka alami sebagai alat
koping dalam menghadapi stress. Bermain sangat penting bagi mental,
emosional dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan bermain tidak juga
berhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit.

Aktivitas bermain memerlukan energi, walaupun demikian bukan berarti anak


tidak perlu bermain pada saat sedang sakit. Berbagi dampak negatif saat anak
sakit dan saat anak dirawat di rumah sakit dampak terjadi, antara lain: akan
kehilangan kontrol, rewel, menangis, tidak kooperatif dan bahkan dapat
terjadi kemunduran tahap perkembangan (regresi). Dampak negatif ini dapat
diminimalkan atau bahkan dapat dicegah melalui upaya mempertahankan
fasilitas pertumbuhan dan perkembangan anak dengan aktivitas bermain.

Bagi anak yang sakit dan dirawat dirumah sakit, bermain tidak hanya
berfungsi untuk kesenangan anak tetapi dapat menjadi media yang dapat
mengekspresikan perasaan cemas, takut, nyeri dan rasa bersalah sehingga ada
anggapan bahwa permainan yang terapeutik adalah aktivitas yang sehat dan
diperlukan kelangsungan tumbuh kembang anak dan memungkinkan
menggali dan memungkinkan menggali dan mengekspresikan pikiran anak.

Hasil observasi dan wawancara dengan kepala ruangan konsidi yang terjadi
diruang kelas III bangsal anak Rumah Sakit Trimedika Ketapag saat ini sudah
ada program terapi bermain dan sudah memiliki draft SOP yang dihasilkan
oleh mahasiswa praktika senior sebelumnya. Namun masih belum
dilaksanakan secara maksimal. Hal ini disebabkan banyaknya peralatan
permainan yang hilang.

Berdasarkan uraian tersebut maka terapi bermain sangat diperlukan bagi anak
yang sedang sakit dan dirawat di rumah sakit. Terapi bermain dapat
menunjang terapi-terapi lain yang diberikan pada anak, sehingga masa
perawatan pada anak dapat lebih efektif dan efisien serta mencegah
komplikasi yang mungkin muncul dapat dicegah. Paparan tersebut menjadi
landasan bahwa perlu realisasi ruang terapi bermain serta penjadwalan secara
terprogram diruang anak.

Pada ruang anak, dimana anak terlihat bosan, takut dan lebih banyak diam
atau menangis. Hal ini membuat anak hanya diam terpaku tanpa melakukan
aktifitas sehingga kebutuhan bermainnya tidak terpenuhi.

B. Tujuan
a. Tujuan Umum:
Anak menjadi aktif sehingga anak tidak merasa bosan atau jenuh.
b. Tujuan Khusus:
1. Anak menjadi kooperatif pada perawat dan tindakan keperawatan
2. Kebutuhan bermain anak dapat terpenuhi.
3. Anak dapat melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan normal.
4. Anak dapat mengekspresikan keinginan, perasaan, dan fantasi anak
terhadap suatu permainan.
5. Anak dapat mengembangkan kreativitas melalui pengalaman bermain
yang tepat.
6. Anak dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stres karena sakit.
7. Anak dapat merasakan suasana yang nyaman dan aman seperti
dirumah
8. Sebagai alat komunikasi antara perawat – klien.

C. Sasaran
Peserta berjumlah .....
D. Waktu
Hari/tanggal :
Pukul :
E. Tempat
Di ruang bermain di .......
F. Prinsip kegiatan
1. Tidak banyak mengeluarkan energi, singkat dan sederhana.
2. Mempertimbangkan keamanan.
3. Kelompok umur/usia klien sama.
4. Melibatkan orang tua.
5. Tidak bertentangan dengan pengobatan.
G. Rancangan bermain
No Terapis Waktu Subjek Terapi
1. Persiapan 20 menit Ruangan, alat,
a. Menyiapkan ruangan anak dan
b. Menyiapkan alat-alat keluarga siap.
c. Menyiapkan anak dan keluarga

2. Proses:
a. Membuka proses terapi
2 menit Menjawab
bermain dengan mengucapkan salam,
salam, memperkenalkan diri. memperkenalkan
b. Menjelaskan pada anak dan diri.
keluarga tentang tujuan dan
5 menit Memperhatikan
manfaat bermain, menjelaskan
cara permainan.
c. Mengajak anak bermain
d. Mengevaluasi respon anak dan
keluarga. 10 menit Bermain
3 menit bersama dengan
antusias dan
mengungkapkan
perasaannya
3. Penutup 5 menit Memperhatikan
Menyimpulkan, mengucapkan dan menjawab
salam. salam
H. Bentuk-bentuk permainan
Usia 0-12 bulan
Tujuannya adalah:
a. Melatih reflek-reflek (untuk anak berumur 1 bulan), misalnya
mengisap, menggenggam.
b. Melatih kerjasama mata dan tangan.
c. Melatih kerjasama mata dan telinga.
d. Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan.
e. Melatih mengenal sumber asal suara
f. Melatih kepekaan perabaab.
g. Melatih keterampilan dengan gerakan yang berulang-ulang.

Alat permainan yang dianjurkan :


a. Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau dipegang.
b. Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka.
c. Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang.
d. Alat permainan yang dapat dogoyangkan dan keluar suara.
e. Alat permainan berupa selimut dan boneka.

Ketika Anak Masuk Rawat Inap


Tujuan kegiatan:
1. Memberi informasi.
2. Memicu normalisasi
3. Menggunakan sistem pendukung yang dikenal
4. Mengidentifikasi teknik koping.

Contoh kegiatan:
1. Mendesain tanda selamat datang.
2. Memicu orang tua mengisi angket mengenai ritual anak.
3. Memicu orang tua membawa foto dan mainan.
4. Memberi daftar kegiatan rumah sakit
5. Proaktif melakukan permainan.

Kegiatan untuk kesadaran dan citra diri.


Tujuan kegiatan: meningkatkan pengetahuan tentang bagian tubuh internal dan
eksternal, fungsi tubuh dan penerimaan akan tubuhnya.
Kegiatan:
1. Belajar tentang bagian tubuh luar.
2. Belajar tentang bagian tubuh dalam.
3. Belajar tentang fungsi tubuh.
4. Belajar menerima tubuh.

Bermain Pasif
Dalam hal ini anak berperan pasif antara lain dengan melihat dan mendengar
bermain pasif adalah ideal, apabila anak sudah lelah bermain aktif dan
membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya. Pada anak
terdapat tingkat perkembangan motorik dan sensorik anak sesuai dengan usianya
adalah:
1. Umur 0-1 bulan
a. Motorik:
1) Mengangkat kepala dibantu.
2) Ditengkurapkan kepala menoleh kanan-kiri.
3) Refleks primiif; sucking, rooting, morrow, menelan, dan
menggenggam.
b. Sensorik:
1) Mengikuti sinar ke tengah

2. Umur 2-3 bulan


a. Motorik:
1) Dada ditahan dengan tengan angkat kepala
2) Memasukan tangan ke mulut
3) Meraih benda menarik.
4) Dapat didudukan dengan punggung disokong.
5) Mulai bermain dengan jari dan tangan.
b. Sensorik:
1) Dapat mengikuti sinar ke tepi
2) Koordinasi vertikal-horizontal
3) Mendengarkan suara.

3. Umur 4-5 bulan


a. Motorik:
1) Bila didudukan kepala sudah mulai seimbang dan punggung
sudah kuat.
2) Bila ditengkurapkan sudah bisa miring, kepala sudah bisa
tegak lurus.
3) Refleks primitif mulai hilang
4) Merih benda dengan tangan.
b. Sensorik:
1) Sudah mengenal orang
2) Akomodasi mata positif

4. Umur 6-7 bulan


a. Motorik:
1) Membalikan badan
2) Memindahkan benda dari tangan satu ke tangan lainnya
3) Mengambil mainan dengan tangan
4) Semang memasukan kaki dan mulut
5) Sudah mulai memasukan makanan ke mulut.
b. Sensorik:
1) Sudah dapat membedakan orang yang dikenal/ tidak dikenal.
2) Dapat menyebutkan m.....m.....m....m....m............
3) Dapat menangis dan cepat tertawa.
5. Umur 8-9 bulan
a. Motorik:
1) Sudah bisa duduk sendiri
2) Koordinasi tangan ke mulut lebih sering.
3) Bayi muai tengkurap sendiri dan belajar merangkak.
b. Sensorik:
1) Bayi tertarik dengan benda yang kecil.

6. Umur 10-12 bulan


a. Motorik:
1) Sudah mulai berdiri tapi tidak lama.
2) Belajar berjalan tanpa dibantu.
3) Sudah bisa berdiri dan duduk sendiri.
4) Bisa bermain ci...........luk..........ba...........
5) Mulai senang mencoret kertas.
b. Sensorik:
Sudah dapat membedakan bentuk.

I. MEDIA
a. Benda yang aman untuk dimasukan dalam mulut/ dipegang
b. Alat permainan berupa bola plastik, balok-balok kayu.
c. Alat yang dapat dipegang dengantangan dan dapat disusun
d. Buku bergambar yang dapat diwarnai dengan krayon atau pensil
berwarana.

J. PEMBAGIAN TUGAS
Leader :
Co. Leader :
Notulen :
Fasiliator :
Observer :
K. STRATEGI
Strategi pelaksanaan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Leader membuka acara terapi dan memperkenalkan diri
b. Leader menjelaskan tujuan dan teknik permainan dan aturan permainan
c. Co leader membantu melakukan melakukan peragaan permainan dengan
alat yang dimaksud
d. Fasilitator membagikan alat permainan sesuai dengan usia anak
e. Co leader dan fasilitator membantu anak bermain
f. Observer mengamati dan mencatat respon anak selama bermain
g. Leader memberi informasi saat bermain telah selesai
h. Fasilitastor membereskan alat bermain dan mengembalikannya ke tempat
semula
i. Observer menyerahkan hasil observasi ke leader
j. Leader memberikan umpan balik positif atas pelaksanaan dan hasil
permainan gambar yang sudah diwarnai dikembalikan kepada klien oleh
fasilitator
k. Leader menyampaikan terima kasih dan menyampaikan jadwal kegiatan
berikutnya
l. Leader menutup acara terapi.

Satuan Acara Bermain (SAB) 2 -4 Tahun


A. Latar Belakang
Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah satu alat
paling penting utnuk penatalksanaan stres karena hospitalisasi menimbulkan krisis
dlam kehidupan anak, karena situasi tersebut sering di sertai stres berlebihan, maka
anak-anak perlu bermain untuk mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka
alami sebagai alat koping dalam menghadapi stres. Bermain sangat penting bagi
mental, emosional dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan bermain tidak juga
berhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit.
Aktifitas bermain memerlukan energi, walaupun demikian bukan berarti anak tidak
perlu bermain pada saat sedang sakit. Berbagi dampak negatif saat dan saat anak
sakit dan dirawat di rumah sakit dampak terjadi, antara lain: akan kehilangan
kontrol, rewel, menangis, tidak kooperatif dan bahkan dapat terjadi kemunduran
tahap perkembangan (regresi). Dampak negatif ini dapat diminimalkan atau bahkan
dapat dicegah melalu upaya mempertahankan fasilitas pertumbuhan dan
perkembangan anak dengan aktivitas bermain.

Bagi anak yang sakit dan dirawt di rumah sakit, bermain tidak hanya berfungsi
untuk kesenangan anak tetapi dapat menjadi media yang dapat mengekspresikan
perasaan cemas, takut, nyeri dan rasa bersalah sehingga ada anggapan bahwa
permainan yang terapeutik adalah aktivitas yang sehat dan diperlukan
kelangsungan tumbuh kembang anak dan memungkinkan menggali dan
mengekspresikan fikiran anak. Dengan demikian, kegiatan bermain harus menjadi
bagian integral dan pelayanan kesehatan anak di rumah sakit, sehingga kondisi
tersebut mendorong rumah sakit untuk menyediakan ruangan khusus untuk terapi
bermain serta melakukan terapi bermain.

Hasil observasi dan wawancara dengan kepala ruangan kondisi yang terjadi di
ruangan kelas III bangsal anak RSD .............. saat ini adalah belum adanya
program terapi bermain secara terstruktur dan juga belum adanya ruangan khusus
terapi bermain, akan tetapi bangsal anak sudah memiliki draft SOP yang dihasilkan
oleh mahasiswa praktika senior sebelumnya. Situasi tersebut ditunjang oleh adanya
ruangan yang dapat digunakan untuk terapi bermain juga tersedianya SDM yang
mencukupi merupakan modal untuk merealisasikan ruangan terapi bermain.

Berdasarkan uraian tersebut maka terapi bermain sangat diperlukan bagi anak
yangs edang sakit dan dirawat dirumah sakit. Terapi bermain dapat menunjang
terapi-terapi lain yang diberikan pada anak, sehingga masa perawatan pada anak
dapat lebih efektif dan efisien serta mencegah komplikasi yang mungkin muncul
dapat dicegah. Paparan tersebut menjadi landasan bahwa perlu realisasi ruang
terapi bermain serta penjadwalan secara terprogram di ruang bangsal anak

Hal di atas ditemukn juga pada Ruang kelas III, dimana anak terlihat bosan, takut
dan lebih banyak diam atau menangis. Hal inilah yang akhirnya membuat anak
hanya diam terpaku tanpa melakukan aktifitas sehingga kebutuhan bermainya tidak
terpenuhi. Dari latar belakang di atas menurut kelompok perlu diadakan suatu
tindakan keperawatan yang tepat untuk mengurangi tingkat kejenuhan dan
ketakutan anak sehingga anak menjadi aktif dan terpenuhi kebutuhan bermainya.

B. Tujuan
Tujuan Umum :
Anak menjadi aktif sehingga anak tidak akan merasa bosan atau jenuh dirawat di
Rumah Sakit.

Tujuan Khusus :
1. Anak menjadi kooperatif pada perawat dan tindakan keperawatan
2. Kebutuhan bermain anak dapat terpenuhi
3. Dapat melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal
4. Dapat mengekspresikan keinginan, perasaan, dan fantasi anak terhadap
suatu permainan
5. Dapat mengembangkan kreativitas melalui pengalaman bermain yang
tepat
6. Agar anak dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stres karena sakit
7. Anak dapat merasakan suasana yang nyaman dan aman seperti dirumah
8. Sebagian alat komunikasi antara perawat – klien.

C. Sasaran
Anak yang di rawat di ruang anak yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Kesadaran kompos mentis
2. Kondisi stabil
3. TTV stabil
4. Umur 2-4 tahun

D. Waktu dan tempat


Hari : .........................
Pukul : .........................
Dengan alokasi waktu : .........................
Acara terapi : ............... menit
Feedback dan Penutup : ............... menit
Tempat : .........................

E. Media, alat, dan bahan


Keterangan Macam Klasifikasi
Jenis permainan Menyusun balok
Menangkap bola
Bernyanyi bersama
Julmlah anak 2 anak
Alat-alat yang 1. Balok susun berbagai bentuk
diperlukan 2. Bola karet
Tujuan khusus 1. Meningkatkan hubungan perawat dengan
pada permainan klien
ini 2. Meningkatkan kreativitas pada anak
3. Membina tingkah laku positif
4. Mengalihkan perhatian dari nyeri dan
ketidaknyamanan
5. Membantu eksplorasi perasaan gembira /
senang, sedih dan bosan
6. Menimbulkan rasa kerjasama perawat-
klien-keluarga
Sebagai alat komunikasi antara
perawat-klien
Prinsip bermain 1. Tidak banyak mengeluarkan energi, singkat,
yang dilakukan dan sederhana
2. Mempertimbangkan keamanan
3. Kelompok umur 2-3 tahun
4. Melibatkan orang tua
5. Tidak bertentangan dengan pengobatan
Hambatan – Anak lelah, anak bosan, anak merasa
hambatan yang takut dengan lingkungan, kecemasan
meungkin terjadi pada orang tua
Antisipasi untuk 1. Membatasi waktu bermain
meminimalkan 2. Permainan bervariasi / tidak menonton
hambatan 3. Jadwal bermain disesuaikan tidak pada
waktu terapi
4. Terlebih dahulu memberikan penjelasan
pada anak dan orang tua
5. Melibatkan perawat / petugas ruangan dan
orang tua
6. Konsultasi dengan pembimbing

F. Pengorganisasian
1. Leader : .............
2. Co. Leader : .............
3. Notulen : .............
4. Fasilitator : .............
5. Observasi : .............

G. Strategi
Strategi pelaksanaan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Leader membuka acara dan memperkenalkan diri
2. Leader menjelaskan tujuan dan tehnik permainan dan aturan permainan
3. CO Leader membantu melakukan peragaan tehnik permainan dengan alat
yang dimaksud
4. Fasilitator membagikan alat permainan sesuai dengan usia anak
5. CO Leader dan fasilitator membantu anak bermain
6. Observasi mengamati dan mencatat respon anak selama bermain
7. Leader member informasi waktu bermain telah selesai
8. Fasilitator membereskan alat permainan dan mengembangkan ke tempat
semula
9. Observasi menyerahkan hasil observasinya kepada leader.
10. leader menyampaikan umpan balik positif atas pelaksanaan dan
permainan
11. leader menyampaikan terimakasih dan menyampaikan jadwal berikutnya
12. leader menutup acara terapi

H. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Pengorganisasian penyelenggaraan terapi bermain sudah di susun.
b. Program sudah direncanakan sebelumnya
c. Semua anak yang memenuhi criteria dapat mengikuti terapi bermain
2. Evaluasi Proses
a. Peserta antusian mengikuti terapi bermain (Berhasil jika 80% peserta)
 Hasil diperoleh dari terapi yang diberikan 4 dari 5 anak (80%)
antusia dalam mengikuti permainan
b. Tidak ada peserta yang bosan dan drop out (Berhasil jika 80%
peserta)
 Tidak ada anak yang drop out selama terapi diberikan (100%)
c. Keluarga dapat bekerja sama dengan baik (berhasil jika mencapai
80%)
 Dari 5 keluarga, 4 keluarga dapat bekerjasama dengan baik
(mencapai 80)
3. Evaluasi Hasil
a. Anak merasa sengan dan terhibur
b. Permainan dapat diselesaikan dengan baik

I. Setting Tempat

Satuan Acara Bermain (SAB) 5-7 Tahun


A. Latar Belakang
Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah satu alat
paling penting untuk penatalaksanaan stress karena hospitalisasi menimbulkan
krisis dalam kehidupan anak, karena situasi tersebut sering disertai stress yang
berlebihan, maka anak-anak perlu bermain untuk menegeluarkan rasa takut dan
cemas yang mereka alami sebagai alat kopingb dalam menghadapi stress. Bermain
sangat penting bagi mental, emosial dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan
bermain tidak juga berhentii pada saat anak sakit atau anak dirumah sakit.
Hasil observasi dan wawancara dengan kepala ruangan kondisi yang terjadi di
ruang kelas III bangsal anak RSD Kalisat saat ini adalahh belum adanya program
terapi bermain secara terstruktur dan jua belum adanya progam bermain secara
terstruktur dan juga belum adanya ruangan khusus terapi bermain, akan terapi
bangsal anak sudah memiliki SOP yang dihasilkan oleh mahasiswa praktika senior
sebelumnya. Situasi tersebut ditunjang oleh adanya ruangan yang dapat digunakan
untuk terapi bermain juga tersedianya SDm yang mencukupi merupakan modal
untuk merealisasikan ruangan terapi bermain.

B. Tujuan
a. Tujuan umum:
Anak menjadi aktif sehingga anak tidak merasa bosan atau jenuh dirawat di
Rumah Sakit.
b. Tujuan Khusus:
1. Anak menjadi kooperarif pada perawat dan tindakan keperawatan
2. Kebutuhan beramain anak dapat terpenuhi
3. Anak dapat melanjutkan pertumbuhan perkembangan yang normal
4. Anak dapat mengekspresikana keinginan, perasaan, dan fantasi anak
terhadap sesusatu permainan
5. Anak dapat mengembangkan kreatifitas melalui pengalamanan
bermain yang tepat
6. Anak dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit
7. Anak dapat merasakan susasana yang nyaman dan aman seperti
dirumah
8. Sebagai alat komunikasi antara perawat – klien

C. Sasaran
Peserta berjumlah .... yaitu pasien Ruang .........................(5 – 7 tahun)

D. Waktu :
Hari/tanggal :
Pukul :

E. Tempat
Di ruang bermain Ruang .............................

F. Prinsip kegiatan
1. Tidak banyak mengeluarkan energy, singkat, dan sederhana
2. Mempertimbangkan keamanan
3. Kelompok umur / usia klien sama
4. Melibatkan orang tua
5. Tidak bertentangan dengan pengobatan

G. Rancangan bermain
1. Membuat kontrak pertemuan dengan pasien untuk acara terapi bermain
(menyusun balok dan gambar)
2. Mengkoordinasi peserta yang diajak dalam proses terapi, klien dan
keluarga klien
3. Mengatur tempat dan tempat duduk antara terapi, klien dan keluarga
klien
4. Leader menberikan salam terapeutik pada peserta yang hadir
5. Leader memperkenalkan diri dan anggota anggotanya kepada peserta
6. Leader mengajak peserta untuk memperkenalkan diri (nama panggilan),
hobi dan cita-cita peserta
7. Leader memberikan petunjuk kepada peserta tentang cara bermain atau
kegiatan yang akan dilakukan
a. Leader membersihkan cerita tentang anak yang masuk RS dan
takut kalau mau disuntik
b. Kemudian mengajak dialog dengan salah satu peserta
c. Setelah itu leader bercerita ada seorang anak yang selalu menangis
ketika akan disuntik sambil leader memainkan boneka tangan dan
seolah-olah boneka tangan tersebut adalah anak yang sakit tadi
d. Setelah cerita selesai masing-masing peserta yang tidak takut
waktu disuntik akan dikasih hadiah boneka tangan
8. Permainan diakhiri
9. Setelah leader melakukan terminasi dengan memberikan tepuk tangan,
ucapan terimakasih dan hadiah kepada peserta yang lebih acara bermain
selesai..
10. Para peserta diantar kembali keruangan masing-masing
11. Leader dan anggota kelompok mendokumentasikan hasil kegiatan
12. Merapikan alat dan lingkungan
13. Acara terapi bermain berakhir

H. Hambatan dan Antisipasi


Hambatan-hambatan yang mungkin terjadi :
1. Anak lelah,
2. Anak bosan,
3. Anak merasa takut dengan lingkungan’
4. Saat bermain anak mendapat progan pengobatan,
5. Kecemasan pada orang tua .

Antisipasin untuk meminimalkan hambatan :


1. Membatasi waktu bermain
2. Permainan bervariasi / tidak menonton
3. Jadwal bermain di sesuaikan -> tidak pada waktu terapi
4. Memberikan penjelasan pada anak dan orang tua
5. Melibatkan perawat / petugas ruangan dan orang tua
6. Konsultasikan dengan pembimbing

I. Media
1. Boneka tangan
2. Bentas boneka tangan
3. Hadiah sebagai reinforcement bagi anak
J. Pembagian tuigas
Leader : .....
Co. Leader : .....
Notulen : .....
Observasion : .....

K. Evalusai
1. Evaluasi struktur organisasi
a. leader
1) memimpin jalannya acara
2) membuka dan menutup permainan
3) mengatur tempat
b. co. Leader
1) membantu tugas leader
2) mengganti posisi leader bila diperlukan
c. fasilitator
1) mempersiapkan peralatan dan bahan yang di butuhkan dalam
kegiatan
2) menata dan menyeting tempat kegiatan
d. notulen
1) mencatat dan melaporkan jalannya acara
2) mencatat dan melaporkan hasil kegiatan
e. observer
1) mengobservasion jalannya acara
2) memberikan penilaian
3) memberikan kritik dan saran setelah kegiatannya terselesaikan
4) mengevaluasi dan memberi umpan balik kepada leader dan
anggotanya

2. evaluasi proses
a. terminasi
1) memberikan pujian kepada peserta yang tidak takut dan tidak
menangis saat tindakan medis maupun keperawatan.
2) memberikan motivasi untuk kooperatif dalam semua tindakan
keperawatan dan terhadap suasana baru di rumah sakit
b. kriteria hasil
no Kriteria hasil Ya tidak
1. Setiap anak mampu menerima perawat dan kehadiran orang
2. baru di ruangan.
Setiap anak merasa aman dan nyaman di rumah sakit

L. Setting tempat

PEDOMAN WAWANCARA DAN STUDI DOKUMENTASI OBSERVASI


PENILAIAN PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN
Petunjuk pengisian :
Berikan tanda (√ ) bila ya atau tidak pada pernyataan-pernyataan di bawah ini
Observasi Jawaaban
No Pertanyaan
Ya Tidak wawancara
1 Terdapat kebijakan yang mengatur pelaksanaan
progam terapi bermain
2 Terdapat struktur organisasi progam terapi bermain
3 Terdapat perawat yang bertindak sebagai play
therapist.
4 Terdapat jadwal terapi memungkinkan dilakukan
progam terapi bermain
5 Jumlah perawat memenuhi bila diadakan progam
terapi bermain, jelaskan rationya dengan jumlah
pasien.
6 Perawat setuju bila diadakan progam terapi bermain.
7 Terdapat sumber dana yang dapat membantu
8 Kru dan perawat mendukung progam terapi bermain
9 Keluarga dapat diajak bekerjasama dalam progam
terapi bermain
10 Tersedia ruangan yang dapat dipakai sebagai tempat
terapi bermain
11 Tersedia alat permainan edukatif
12 Dinding ruangan bercat dengan air cat warna-warni
13 Terdapat tokoh kartun anak
14 Terdapat seperangkat tape untuk membunyikan lagu
anak
15 Terdapat majalah atau bahan baca lain untuk anak
usia sekolah
16 Tersedia perangkat alat tulis termksud pensil warna
17 Alat permainan yang ada memenuhi syarat
permaianan di rumah sakit
18 Tersedia tempat untuk kmenyimpan alat permainan
SOP terapi bermain tersedia
19 Terdapat perawat penanggung jawab pelaksanaan
terapi bermain
Total skor Kesimpulan
presentasi Total skor
/19x100%=
DAFTAR RUJUKAN

Putra, D.S.H., Prasetyo, H., Santuso, H., Muhsi, F.I., Anwar, H.C., Alfian,
Tiarningsih, N.F.,Rustyana, A.R., Prastiyani, D.R. (2014). Keperawatan
Anak dan Tumbuh Kembang (Pengkajian dan Pengukuran). Yogyakarta:
Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai