Anda di halaman 1dari 3

Judul Jurnal : Pengaruh perbedaan konsentrasi pati jagung dalam

pembuatan edible film dengan penambahan ekstrak daun


belimbing wuluh
Jurnal : Jurnal Pangan dan Agroindustri
Volume / Nomor : 11 / 3
Halaman : 117 – 124
Tahun : 2023
Penulis : Afifah Tri Novita, Asri Widyasanti, S. Rosalinda
Reviewer : Aldi Okta Bela, Lia Nurdianti, Raihanul Qalbi, Ribka
Pebriani Daely, Royando Cibro, Salsabila Khairumi

Latar Belakang

Edible film menjadi sebuah solusi untuk meminimalisir proses respirasi yang masih
berlangsung pada bahan hasil pertanian (BHP) setelah dipanen, hal tersebut karena
edible film berbentuk lembaran dan praktis untuk digunakan. Bahan penyusun edible
film salah satunya adalah karbohidrat. Jagung merupakan salah satu sumber
karbohidrat yang umum ditemukan di Indonesia. Ketersediaan jagung umum diolah
sebagai bahan secara langsung maupun melalui tahapan diversifikasi sehingga
diperoleh sirup jagung, tepung jagung, dan pati jagung. Konsentrasi pati menjadi
salah satu faktor yang penting dalam pembuatan edible film, karena semakin tinggi
konsentrasi pati, maka jumlah polimer pembentuk edible film akan semakin tinggi,
sehingga edible film akan semakin padat, kaku, dan tebal. Komponen yang diperlukan
dalam pembuatan edible film selanjutnya adalah plasticizer. Plasticizer dapat berupa
gliserol, sorbitol, dan lainnya. Kelebihan dari gliserol adalah bersifat hidrofilik ketika
dicampurkan pada larutan pati berkonsentrasi tinggi sehingga edible filmisien untuk
menghasilkan lapisan coating maupun film yang lebih tebal. Fungsi dari gliserol ini
adalah untuk mengurangi kekakuan pada edible film dan meningkatkan fleksibilitas
coating maupun film. Kualitas edible film dapat dimaksimalkan dengan
menambahkan ekstrak daun belimbing wuluh yang mengandung senyawa aktif
diantaranya tanin, flavonoid, dan saponin yang umum digunakan sebagai zat
antimikroba. Ekstrak daun belimbing wuluh yang kaya akan zat fitokimia diperoleh
pada bagian daunnya ekstrak daun belimbing wuluh menjadi komponen penambah
untuk pembuatan edible film.. Pemberian ekstrak daun belimbing wuluh sebanyak
1%, dapat memperpanjang umur simpan paprika hingga 30 hari, sedangkan apabila
diaplikasikan pada buah tomat, umur simpannya mencapai 25 hari

Tujuan

untuk mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi pati jagung (rasio 1; 2; dan 3%


b/v) dengan penambahan ekstrak daun belimbing wuluh terhadap karakteristik fisik
edible film, sehingga diperoleh formulasi yang konsentrasi pati jagung terbaik untuk
pembuatan edible film.

Metode

Metode yang dilakukan dengan pembuatan ekstrak daun belimbing wuluh dan
pembuatan edible film dengan mencampurkan pati jagung, aquades, gliserol, dan
ekstrak daun belimbing wuluh kemudian dipanaskan diatas hot plate sambil diaduk
hingga suhunya mencapai 80oC selama 20 menit kemudian larutan didinginkan dan
dituangkan ke loyang kaca berukuran 29.6 cm x 18.7 cm, dan dikeringkan
menggunakan oven blower dengan suhu 60℃ selama 24 jam. Loyang yang sudah
dioven akan didinginkan selama ± 30 menit. Loyang yang sudah dingin akan
diberikan beberapa buah silica gel dan ditutup menggunakan plastic wrap selama 2-3
hari hingga film dapat dilepas dari loyang.

Hasil

Ekstrak daun belimbing wuluh yang diuji positif memiliki kandungan flavonoid
dikarenakan ekstrak menghasilkan warna merah setelah ditambahkan Magnesium dan
HCl. Ekstrak belimbing wuluh positif mengandung saponin dikarenakan buih yang
timbul disebabkan saponin memiliki beberapa senyawa yang mampu larut dalam air
(hidrofil), dan beberapa senyawa tidak larut dalam air, sehingga memerlukan pelarut
yang non polar (hidrofobik). Senyawa hidrofobik yang berikatan dengan udara akan
menghasilkan buih tersebut. Kandungan senyawa- senyawa tersebut akan
memperkaya kemampuan edible film dalam memperpanjang umur simpan bahan
karena kemampuannya sebagai antimikroba.

Kesimpulan

Kandungan pati jagung yang ditambahkan dalam pembuatan edible film sebesar 3%
(b/v) yang dikombinasikan dengan konsentrasi gliserol sebesar 1.75% (v/v) dan
penambahan ekstrak daun belimbing wuluh sebesar 0.5% (v/v), menghasilkan
karakteristik fisik edible film yang paling baik berdasarkan dari parameter kelarutan
yang terendah dan laju transmisi uap terendah. Kenampakan yang dihasilkan pun
paling keruh namun secara tekstur lebih kuat dibandingkan dengan konsentrasi 1 dan
2 % (b/v), sehingga lebih sesuai apabila digunakan sebagai pelapis untuk bahan hasil
pertanian. Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan pengujian terkait ketebalan edible
film sehingga dapat dikorelasikan dengan karakteristik kelarutan dan laju transmisi
uap edible film.

Anda mungkin juga menyukai