TINJAUAN TEORI
Usia atau periode ketika seorang anak biasanya bersekolah (Oxford Learners
Dictionaries, 2021). Anak usia sekolah adalah anak yang berada pada usia-usia
sekolah dengan usia 6-12 tahun. Masa usia sekolah sebagai masa kanak-kanak akhir
Pada usia sekolah dasar anak berusia 7-12 tahun, terjadi perubahan sikap, nilai, dan
perilaku serta akan mengalami masa penyesuaian diri dan juga masa interaksi dalam
bentuk kelompok. Masa usia sekolah dasar dibagi menjadi dua kelompok yaitu
(Izzaty, 2009) :
b. Anak terkadang suka menganggap suatu tugas atau pekerjaan itu tidak penting
10
11
Perkembangan anak akan berlangsung secara optimal jika sesuai dengan fase dan
12, anak mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan anak juga
memiliki pola tersendiri yang khas sesuai dengan aspek perkembangan. Beberapa
aspek yang berkembang pesat pada usia SD yaitu perkembangan bahasa, emosi, dan
a. Bahasa
Merupakan aspek penting bagi kehidupan anak terutama pada era komunikasi global
bahasa anak mengalami gangguan maka akan berdampak pada kemampuan anak
b. Emosi
Perkembangan emosi muncul akibat adanya ekspresi dan tingkah laku yang
ditimbulkan dari suatu keadaan nyaman atau tidak nyaman yang menimbulkan
ekspresi emosi seperti marah, senang, takut, dan sebagainya (Santrock, 2007 ;
Nurmalitasari, 2015).
c. Sosial
Perkembangan social anak sekolah dasar ditandai adanya perluasan hubungan, bukan
hanya dengan keluarga tetapi juga dengan guru dan teman dikelas serta teman diluar
kelas. Anak mulai gemar membuat kelompok bermainnya sendiri dengan teman
Anak mulai menyesuaikan diri dari sikap egosentrisme mulai berubah menjadi sikap
yang lebih kooperatif. Perkembangan emosi anak usia sekolah dasar yaitu mulai
Perkembangan emosi anak sekolah dasar yaitu marah, takut, cemburu, iri hati, kasih
2.2.1. Aspek- aspek yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi Anak Usia Sekolah
Terdapat beberapa hal penting dalam perkembangan emosional anak yang perlu
2.2.1.1. Usia
Emosi pada setiap usia menunjukan beberapa perbedaan dalam ekspresi emosi. Saat
usia sekolah anak pasti mengalami stress tetapi anak mulai bisa mengatur perasaan
oleh perkembangan kognitif, karena hal ini dapat mampu mengontrol diri dan juga
impuls.
Seperti saat anak sedang sedih, anak akan menundukkan kepalanya atau berjongkok
nada suara dan juga perkataannya. Seperti saat marah anak akan meninggikan nada
Anak mulai mampu mengidentifikasi perasaan dirinya dan juga orang lain, hal
tersebut sangat penting karena bisa melatih rasa empati anak. Seperti saat temannya
sedang sedih, anak mampu mengidentifikasi bawah temannya sedang sedih dan anak
Anak yang dibesarkan dengan lingkungan berempati tinggi dan sosialisai yang tinggi
dengan baik dan juga dapat mengontrol emosinya dibanding dengan anak yang
berada dilingkungan rendah empati dan kurang sosialisasinya, anak akan kesulitan
(Nurmalitasari, 2015) :
Representasi situasi emosi melalui bermain pura-pura dan bahasa spontan (sebagai
hasil dari pertumbuhan yang semakin kompleks, dan berhubungan dengan peristiwa
a. 2 -5 Tahun : Mulai memahami hak orang lain (harus antri / menunggu antrian),
perasaannya terhadap anak lainnya ( suka dengan teman karena baik hati, tidak
suka dengan teman karena nakal dan sebagainya), belajar lebih banyak tentang
emosinya sesuai dengan keadaan yang sedang terjadi (malu, senang, sedih, dst),
mulai menunjukkan sikap sopan santun dan juga disiplin, menunjukkan rasa
empati, memiliki sikap gigih dan percaya diri, mulai dapat menghargai orang lain.
Perkembangan emosi pada anak ditandai dengan munculnya rasa bangga, malu, dan
rasa bersalah kemunculan perkembangan emosi ini menunjukkan anak sudah mampu
memahami peraturan dan norma sosial untuk menilai perilaku mereka, berikut
penjelasannya :
15
Perasaan ini muncul saat anak merasakan kesenangan setelah sukses melakukan
suatu perilaku atau kegiatan yang telah dicapai dengan hasil yang dirasa memuaskan
bagi anak.
2.2.3.2. Malu
Perasaan ini muncul saat anak saat anak menganggap dirinya tidak mampu dalam
memenuhi standar atau nilai tertentu. Rasa ini muncul karena interpretasi anak
terhadap kejadian yang membuatnya malu. Anak yang merasa malu akan mengalami
perasaan ingin bersembunyi atau pergi dari situasi yang membuatnya malu.
Perasaan ini muncul saat anak mengetahui bahwa perilakunya salah. Anak akan
Perkembangan emosi anak dapat dibagi menurut usia (Sarni & Carolyn, 2011) :
2.2.4.1. Usia 5-6 tahun, anak mulai mampu memahami emosi mereka dan mereka juga
masih perlu dibimbing tentang penghayatan emosi mereka. Penamaan emosi yang
dirasakan, bagaimana mengekspresikan emosi diri sendiri dan juga orang orang lain.
2.2.4.2. Usia 7-8 tahun, perkembangan emosi pada masa ini anak telah menginternalisasikan
rasa malu dan bangga. Anak dapat mengungkapkan konflik emosi yang dialaminya.
2.2.4.3. Usia 9-10 tahun, anak dapat mengatur ekspresi emosi dalam situasi sosial dan dapat
berespon terhadap distres emosional yang terjadi pada orang lain. Anak dapat
16
mengontrol emosi negatif seperti takut dan sedih. Anak belajar apa yang membuat
dirinya sedih, marah atau takut sehingga belajar beradaptasi agar emosi tersebut
dapat dikontrol.
2.2.4.4. Usia 11-12 tahun, anak memiliki pengertian tentang baik-buruk, norma-norma
aturan serta nilai-nilai yang berlaku di lingkungannya menjadi bertambah dan juga
lebih fleksibel, tidak sekaku saat usia kanak-kanak awal. Anak mulai memahami
bahwa penilaian baik-buruk atau aturan-aturan dapat diubah tergantung dari keadaan
atau situasi munculnya perilaku tersebut. Nuansa emosi mereka juga makin beragam.
Kestabilan emosi adalah salah satu aspek penting dari pertumbuhan dan
perkembangan anak. Tingkah laku anak-anak juga dibimbing oleh emosi. Emosi
hadir dalam setiap aktivitas dan merupakan penggerak utama pemikiran dan perilaku.
perilaku emosi yang stabil pada tingkat manapun adalah yang mencerminkan buah
dari perkembangan emosi yang normal, oleh karena itu kestabilan emosi dianggap
sebagai salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia. Anak harus mampu
jika tidak dapat mengontrol kestabilan emosinya akan menyebabkan kecemasan dan
perasaan rendah diri. Anak yang stabil secara emosional memiliki kapasitas untuk
membuat penyesuaian yang efektif dengan dirinya sendiri, anggota keluarga, dan
dalam keadaan stres. Anak yang stabil secara emosional mentolerir tekanan kecil dan
tekanan hidup sehari-hari tanpa menjadi kesal secara emosional, cemas, gugup,
emosional ringan. Mereka cukup stabil dalam suasana hati dasar mereka, dan
mengalami stres yang cukup berat. Sebaliknya, orang yang tidak stabil dapat
mengalami perubahan suasana hati yang cukup besar, dan sering kali tidak dapat
diprediksi. Keseimbangan ini berperan dalam beberapa sifat dan emosi, seperti
ketergantungan atau otonomi, emosi atau logika, apatis atau empati (Fattah, 2020).
Anak menunjukkan emosinya ketika ada yang membuatnya tidak nyaman dan
berlangsung hanya sesaat ketika rasa tidak nyaman anak akan merasa takut atau
marah itu hilang anak akan merubah sikapnya lagi seperti biasa.
Anak ketika sedang bercanda bersama teman, anak akan tertawa sampai terbahak-
bahak, atau ketika sedang bermain tetapi diganggu anak akan marah sampai
Anak yang baru saja menangis lalu berubah tertawa, dari marah berubah menjadi
tersenyum. Sering terjadi perubahan dalam emosi anak dengan waktu yang singkat.
di suatu keadaan, dan hal ini dilakukan berulang-ulang, anak sering marah, takut,
Terjadi karena pengalaman anak dalam menghadapi berbagai respon situasi, dan
membentuk tingkah laku dan perasan emosi yang berbeda-beda. Seperti anak yang
dibawa kedokter gigi, responnya berbeda-beda ada yang senang, ada yang takut dan
2.2.6.6. Emosi Anak dapat Diketahui dari Gejala dan Tingkah Laku
Emosi anak dapat diketahui dari tingkah laku anak, misalnya melamun, gelisah,
sering menangis dan sebagainya. Misalnya anak sedang kesal biasanya anak akan
diam dan memasang raut wajah marah, ada juga anak yang diam dan menyendiri
ketika marah.
Emosi anak yang berawal lemah lalu kemudian menjadi kuat, seperti anak
menunjukkan sifat malu-malu pada lingkungan yang baru bagi anak. Kemudian jika
anak sudah terbiasa dengan lingkungan tersebut rasa malu anak akan berkurang dan
menghilang.
19
menyenangkan.
a. Cenderung ingin lebih sempurna atau lebih baik dengan standar yang terkadang
tidak realistis
b. Mencoba tidak bergantung dengan orang tuanya tetapi lebih bergantung dengan
temannya.
c. Berkurangnya rasa takut dan khawatir akan fantasi (cerita atau film)
d. Timbul rasa cemas akan prestasinya dan juga lingkungan sosial yang tidak
menyenangkan.
e. Dalam situasi konflik atau situasi tertekan, anak perempuan lebih cenderung
menunjukkan emosi yang lebih meledak, dibanding anak laki-laki yang cenderung
2.2.8.1. Perkembangan
Penting untuk mengingat bahwa perkembangan setiap anak itu unik dan kompleks.
Mungkin ada sedikit perbedaan atau dalam perkembangan sosial dan emosional anak.
a. Terdapat beberapa kesamaan antara sikap emosi anak dengan orang tua, tersebut
b. Emosi anak berkembang melalui pengalaman hidup anak, seperti kontak rasa
kasih sayang dari orang tua, anak akan merespon melalui rasa senang, dan juga
empati.
c. Anak dengan kestabilan emosi baik akan dapat mengontrol emosi dengan cara
yang baik. Sedangkan anak dengan kestabilan emosi yang buruk akan
sebagainnya.
perkembangan emosi anak. Jika orang tua melakukan kekerasan anak akan meniru
Perkembangan emosi anak juga akan terpengaruh oleh keadaan fisik anak, jika anak
mempunyai kekurangan fisik, anak akan merasa rendah diri, mudah tersinggung,
2.3.1. Smartphone
memiliki layar sentuh, akses internet, dan sistem operasi yang mampu menjalankan
aplikasi yang diunduh. Smartphone adalah perangkat pribadi yang dimiliki oleh satu
pengguna. perangkat semacam itu telah digunakan secara luas: meskipun ada banyak
merek dan generasi smartphone yang berbeda. Ini adalah perangkat fisik multiguna
Smartphone adalah tekonologi baru dimana setiap orang bisa selangkah lebih maju
komunikasi menjadi lebih mudah dan murah, serta yang lebih penting adalah
tertentu yang didasari rasa senang dengan kegiatan yang dilakukan. (Yuniar &
(intensitas) yaitu, suatu sifat kuantitatif dari suatu penginderaan, yang berhubungan
laku atau pengalaman (Munatirah & Anisah, 2018). Jadi berdasarkan urauan diatas
dapat disimpulkan, intensitas berarti suatu keadaan ukuran seringnya atau lamanya
seseorang melakukan sesuatu kegiatan yang berasal dari rasa senang seseorang
smartphone dengan durasi lebih dari 120 menit /hari dan dalam sekali pemakaiannya
berkisar > 75 menit. Selain itu, dalam sehari bisa berkali-kali (lebih dari 3 kali
dengan intensitas sedang jika menggunakan smartphone dengan durasi lebih dari 40-
60 menit /hari dan intensitas penggunaanan dalam sekali penggunaan 2-3 kali /hari
kategori rendah yaitu dengan durasi penggunaan < 30 menit /hari dan intensitas
penggunaan maksimal 2 kali pemakaian. (Sari & Mitsalia, 2016). Hanya kurang dari
2 jam, yang merupakan rekomendasi waktu maksimum yang harus dihabiskan remaja
di smartphone yang tidak terkait dengan pendidikan. (The New York Times, 2020)
23
Berikut ini adalah beberapa faktor yang memengaruhi anak dalam menggunakan
menarik secara audio dan visualnya. Pada segi visual smartphone dapat menampilkan
gambar yang lebih menarik dengan tampilan warna dan grafik yang lebih beragam,
serta aplikasi game yang lebih bervariasi membuat anak lebih tertarik bermain game
di smartphone. Game yang disertai dengan efek audio yang lebih menarik membuat
audio dan video juga salah satu faktor yang membuat anak tertarik pada smartphone
dengan tampilan video dan audio yang dihasilkan lebih beragam membuat anak
menjadi terhibur.
Smartphone mempunyai bentuk yang lebih fleksibel dan juga ringan, serta bentuk
smartphone yang semakin beragam dapat membuat anak menjadi lebih tertarik
dengan smartphone. Smartphone juga isa digunakan dimana saja dan kapan saja anak
ingin gunakan (untuk bermain game, chatting atau membuka sosial media), tanpa
canggih, dan iklannya yang menarik perhatian bukan hanya pada kalangan dewasa
tetapi juga anak. Anak melihat iklan smartphone yang bisa membuatnya penasaran
24
akan fitur yang ditawarkan iklan smartphone dan ingin mencoba fitur tersebut. Mulai
dari fitur teknologi yang lebih canggih serta ditambah dengan harga yang cukup
murah. Anak akan meminta kepada orang tua untuk membelikan smartphone
untuknya dengan alasan merekka tertarik dengan teknologi yang ada pada
smartphone tersebut.
Persaingan pada anak sekolah dasar pada saat ini bukan lagi tentang peringkat
ataupun nilai, tetapi tentang kepemilikan smartphone dan juga merk dari smartphone
yang anak miliki. Karena hal ini dapat menimbulkan kecemburuan sosial pada anak,
yang seharusnya mereka bersaingan dalam prestasi tetapi mereka malah bersaing
digunakan sebagai media pembelajaran dan mendapatkan informasi yang lebih luas
dengan tampilan yang menarik dapat membuatkan lebih senang belajar dan mencari
informasi dan belajar lewat smartphone yang dapat dilakukan dimana saja dan kapan
saja (Woodcock et al., 2012). Pembelajaran jarak jauh juga dapat dilakukan lewat
dan guru juga dapat memberikan materi pembelajaran secara online melalui video
call maupun mengirimkan materi melalui grup chatting kelas (Sarwar & Soomro,
2013).
25
Penggunaan smartphone dapat membuat anak menjadi kreatif dalam beberapa bidang
seperti bahasa inggris, jika anak tertarik memakai smartphone anak akan berusaha
mencari tahu apa arti bahasa yang ada di smartphone-nya agar anak bisa
menggunakan bahasa inggris hal tersebut akan memacu anak untuk mengerti dan
mencari tahu arti dari kalimat-kalimat yang ada pada game yang mereka mainkan.
yang berbasis desain grafis (menggambar yang membutuh ukuran kertas serta
pengaturan warna dan kontras, serta bentuk bidang dalam membuat gambar dalam
permainan tersebut), lalu ada game yang harus bisa menghitung tata letak dan
Saat anak merasa cemas atau tegang menghadapi sesuatu, biasanya anak akan
mendengarkan lagu, dan juga menonton vidio kesukaan mereka, dengan hal
26
(Iswidharmanjaya, 2014).
Hadirnya aplikasi chatting dan social media dapa memudahkan anak untuk
mengenal lebih banyak orang dan juga melakukan komunikasi serta berkenalan
dengan banyak orang dengan mudah melalui sosial media (Ariston & Frahasini,
2018).
dengan materi yang diberikan oleh gurunya, hal tersebut membuat anak menjadi
membuat prestasi anak di sekolah menjadi menurun (Samaha & Hawi, 2016).
Intensitas penggunaan smartphone yang tinggi pada anak dapat membuat anak
Anak akan marah dan memberontak ketika diajak berbicara saat sedang asyik
bermain smartphone (Ariston & Frahasini, 2018). Anak menjadi mudah marah ketika
mengontrol kestabilan emosinya dan juga menjadi tidak peduli terhadap lingkungan
Akibat penggunaan smartphone dengan intensitas yang tinggi saat anak harus
berjauhan atau tidak menggunakan smartphone untuk beberapa saat, anak menjadi
cemas dan juga kesal karena dijauhkan dengan smartphone-nya. Anak akan bolak-
balik mengecek smartphone-nya ketika sedang diisi batrai, anak akan cemas dan
panik ketika batrai smartphone mereka akan habis. (Hwang et al., 2012)
anak bermain game di smartphone tanpa memperhatikan waktu akan berakibat pada
emosinnya, semakin sering dan semakin lama anak bermain smartphone maka
semakin susah anak mengendalikan emosinya. Anak akan marah jika keinginan
bermain smartphone-nya tidak dipenuhi oleh orang tua, dan anak akan sulit
penggunaan smartphone terlalu lama dan sering akan membuat anak tidak mampu
menjadi tantrum, marah,kesal dan kadang mereka sampai mengancam kalau mereka
tidak akan mau belajar ataupun patuh dengan orang tuanya (Fitriana et all., 2020).
28
PFC (Pre Frontal Cortex) adalah bagian untuk mengatur pusat nilai, moral, dan juga
Dopamin merupakan hormon yang ada pada PFC yang berguna untuk menghasilkan
rasa senang, ketika keinginan anak terus-menerus selalu dipenuhi dan menjadi
dengan intensitas tinggi akan membuat fungsi pada PFC menjadi terganggu seperti