Anda di halaman 1dari 2

CLINICAL PRACTICE GUIDELINE: DEMAM TIFOID

1. PENDAHULUAN
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus. Demam paratifoid biasanya lebih ringan dan
menunjukkan manifestasi klinis yang sama atau menyebabkan enteritis akut.

2. ETIOLOGI
Etiologi demam tifoid dan demam paratifoid adalah Salmonella Thypi, Salmonella Paratyphi A,
Salmonella Paratyphi B dan Salmonella Paratyphi C.

3. EPIDEMIOLOGI
Karena penyebab demam typhoid secara klinis hampir selalu Salmonella yang beradaptasi pada
manusia, sebagian besar kasus dapat ditelusuri pada karier manusia. Penyebab yang terdekat
mungkin air (jalur yang paling sering) atau makanan yang terkontaminasi oleh karier manusia.
Karier menahun umumnya berusia lebih dari 50 tahun, lebih sering pada perempuan, dan sering
menderita batu empedu. Salmonella typhi berdiam dalam empedu, bahkan di bagian dalam batu,
dan secara intermitten mencapai lumen usus dan diekskresikan ke feses, sehingga
mengkontaminasi air atau makanan.

4. PATOGENESIS
4.1. Kuman Salmonella Typhi masuk tubuh manusia melalui mulut dengan makanan dan air yang
tercemar. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung. Sebagian lagi masuk ke usus halus
dan mencapai jaringan limfoid plaque Peyeri di ileum terminalis yang mengalami hipertropi.
Ditempat ini komplikasi perdarahan dan perforasi intestinal dapat terjadi. Kuman SalmonellaTyphi
kemudian menembus ke lamina propina, masuk aliran limfe dan mencapai kelenjar limfe
messenterial yang juga mengalami hipertropi. Setelah melewati kelenjar-kelenjar limfe ini
Salmonella Typhi masuk ke aliran darah melalui ductus thoracicus. Kuman-kuman Salmonella
Typhi lain mencapai hati melalui sirkulasi portal dari usus Salmonella Typhi bersarang di plaque
Peyeri, limpa, hati dan bagian-bagian lain system retikuloendotial.
4.2. Penyebab utama dan gejala-gejala toksemia pada demam tifoid. Endotoksin Salmonella Typhi
berperan pada patogenesis demam tifoid, karena membantu terjadinya proses inflamasi lokal
pada jaringan setempat Salmonella Typhi berkembang biak. Demam pada tifoid disebabkan
karena Salmonella Typhi dan endotoksinnya merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh
leukosit pada jaringan yang meradang.

5. MANIFESTASI KLINIK
5.1. Masa tunas demam tifoid berlangsung 10 – 14 hari. Gejala-gejala yang timbul sangat bervariasi.
Perbedaan ini tidak saja antara berbagai bagian dunia, tetapi juga di daerah yang sama dari waktu
ke waktu.
5.2. Dalam minggu pertama penyakit, keluhan dan gejala serupa dengan penyakit akut pada
umumnya. Yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau
diare, perasaan tidak enak di perut, batuk dan epitaksis.
5.3. Pada pemeriksaan fisik hanya dijumpai suhu badan meningkat. Dalam minggu kedua gejala-gejala
menjadi lebih jelas berupa demam, bradikardi relatif, lidah yang khas (kotor di tengah, tepi dan
ujung merah dan tremor), hepatomegali, splenomegali, meteorismus, gangguan mental berupa
somnolent, stupor, koma, delirium atau psikosis, roseolae (sering pada ras china) pada umumnya
jarang ditemukan pada orang Indonesia terutama yang berkulit gelap

6. DIAGNOSIS KLINIS
Demam Tifoid Klinis (Probable Case)
Telah didapatkan gejala klinis yang lengkap atau hampir lengkap, serta didukung oleh gambaran
laboratorium yang menunjukkan tifoid.

7. DIAGNOSIS BANDING (DIAGNOSIS DIFERENSIAL)


Pada tahap diagnosis klinis ini, beberapa penyakit dapat menjadi diagnosis banding demam tifoid,
diantaranya :
7.1. Pneumonia, influenza
7.2. Gastroenteritis, hepatitis akut, dengue

Hal. 1 dari 2
CLINICAL PRACTICE GUIDELINE: DEMAM TIFOID

7.3. Burcellosis, tularemia


7.4. Leukimia, Limfoma
7.5. Leptospirosis

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
8.1. Darah perifer lengkap
8.2. Tubex (Salmonella typhi IgM)
8.3. Gall Kultur
8.4. Pemeriksaan SGOT –SGPT
8.5. Widal Test

9. PENATALAKSANAAN
9.1. Perawatan
9.1.1. Pasien tirah baring setidaknya 7 hari bebas demam atau kurang lebih selama 14 hari. Mobilisasi
pasien harus dilakukan secara bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.
9.1.2. Pasien dengan kesadaran yang menurun, posisi tubuhnya harus diubah-ubah pada waktu-
waktu tertentu untuk menghindari komplikasi pneumonia hipostatik dan dekubitus. Defekasi
dan buang air kecil perlu diperhatikan kemungkinan terjadi obstipasi dan retensi air kemih.

9.2. Diet
Sesuai diet Typhoid dari akhli gizi antara lain :
9.2.1. Makanan yang cukup cairan, kalori, vitamin & protein.
9.2.2. Tidak mengandung banyak serat.
9.2.3. Tidak merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas.
9.2.4. Makanan lunak diberikan selama istirahat

9.3. Obat
9.3.1. Obat-obat anti mikroba yang dapat dipergunakan ialah :
9.3.1.1 Kloramfenikol
9.3.1.2 Thiamfenikol
9.3.1.3 Ampisillin dan Amoksisilin
9.3.1.4 Sefalosporin generasi ketiga
9.3.1.5 Fluorokinolon
9.3.1.6 Trimetropim-sulfametatoksasol

9.3.2. Obat-obat simptomatik yang dapat di berikan :


9.3.2.1 Antipiretika (tidak perlu diberikan secara rutin)
9.3.2.2 Kortikosteroid (tapering off selama 5 hari).
9.3.2.3 Vitamin B Komplek dan C

10. PROGNOSIS
Prognosis demam tifoid tergantung dari umur, keadaan umum, derajat kekebalan tubuh, serta
cepat dan tepatnya pengobatan.

11. REFERENSI
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 364/MENKES/SK/V/2006 Tentang
Pedoman Pengendalian Demam Tifoid

Hal. 2 dari 2

Anda mungkin juga menyukai