Anda di halaman 1dari 6

Sinopsis Buku

Teologi sosial selalu berhubungan denga pendidikan dan bagaimana perubahan sosial
terjadi. Di mana iman, pendidikan dari penulis memanin perubahan sosial yang dimuat
dalam buku ini. Demikian halnya dengan pengalam dan pendidikan yang selalu
berhubungan dengan kondisi sosial yang nyata membuat perspektif perubahan teologi
sosial muncul melalui iman dan pendidikan. Ulasan yang dibahas mengenai perubahan
teologi sosial ragam teologi masa kini yang harus mana masyarakat harus ada dalam
keadilan sebagai bentuk penghayatan iman kepada Yesus untuk menghadirkan kerajaan
Allah Pembaca dapat memperoleh gambaran yang ringkas mengenai wacana persoalan
pendidikan yang cerendu tidak adil dan berpihak kepada yang berkuasa mengatur atau
menata aturan-aturan. Dan kerajaan Allah hadir melalui Yesus untuk membawa perubahan
sosial.

BAB 1 Fransiscus Van Lith. Cita-cita nya masih relevan?


Di awal pembahasan penulis mengatakan bahwa Romo Fransiskus lahir di Belanda pada
tanggal 17 Mei 1863.
pandangan Romo Fransiskus Van Lith mengenai hidup beriman Kristiani dan
penghayatannya.
Pandangan dan penghayatannya tampak antara lain tentang mengkomunikasikan iman itu
di tengah-tengah masyarakat Jawa. Mengkomunikasikan iman Kristiani dijalankan dengan
masuk ke dalam rumah mereka, menyembuhkan orang sakit yang ada dalam rumah dan
mengatakan Kerajaan Allah sudah berada di tengah-tengahmu. Mengkomunikasikan Iman
akan Yesus Kristus berarti mewartakan Kerajaan Allah yang ada, dalam Injil kita lihat
sebagai keprihatinan tunggal Yesus Kristus . Di tengah masyarakat Jawa Roma Fransiskus
memandang terwujudnya Kerajaan Allah dari dua sisi yaitu dari sisi Allah Kerajaan Allah itu
berarti Allah Yang menegakkan kerajaannya. Allah datang dan hadir sebagai raja.
Maksudnya Allah menampakkan kekuasaannya sebagai kekuasaan yang penuh belas kasih
dan menyelamatkan titik Allah datang menyelamatkan. Romo Fransiskus hidup di tengah-
tengah masyarakat Jawa dan merasakan serta berfikir bersama mereka. Menurut Romo
menyembuhkan orang sakit yang dijumpai dalam rumah itu berarti dengan kasih
persaudaraan melenyapkan penderitaan dan kesengsaraan saudaranya dalam kurung
orang Jawa. Visi Romo Fransiskus mengenai hidup menggereja atau eklesiologi maupun
mengenai Yesus Kristus atau kristologi dapat ditempatkan dalam Cakrawala teologi modern
yang sangat maju. Semua orang Kristiani yang menjalankan kebaikan adalah Kristus kedua
di mana hal itu berarti bahwa hidup yang menggereja yang kelerekalistis dan memandang
hanya Iman saja Alter Kristus kedua itu tidak diterima oleh Romo Fransiskus.
perubahan sosial yang dicita- citakan
Pandangan Romo Fransiskus mengenai perubahan sosial dapat dirumuskan secara singkat
sebagai visi transformatif yang membebaskan. Di tengah-tengah penjajahan Belanda visi ini
tidak menghendaki revolusi bersenjata tetapi juga bukan sikap pasifisme. Visi ini berdiri
tegak pada pihak yang ditindas dan dihisap. Bagi Fransiskus memihak kepentingan orang
pribumi bukan berarti bahwa dia seorang rasialis atau penghianat tanah tumpah darah dan
lingkungan yang melahirkan serta menumbuhkan keinginan untuk menjadi missionaris. Cita-
cita itu tidak lain adalah cita-cita kemanusiaan, keadilan Persaudaraan yang universal. Yang
menjadi landasan akhirnya adalah semangat Injil. Dia mengatakan bahwa di dalam gereja
Kristus tidak ada orang Yahudi, tidak ada orang Romawi, tidak ada orang Yunani jadi tidak
ada orang Belanda tidak ada Jawa. Apa yang sejak semula ada di dalam gereja merupakan
undang-undang, sekarang di luar gereja pun dijadikan peraturan pula: Belanda
saat ini akan hidup rukun sebagai saudara di dalam satu rumah jika tidak tidak lama lagi
mereka tidak akan hidup bersama-sama. Dari pernyataan ini dapat disimpulkan bahwa
Romo membela kesamaan dan hak Persaudaraan yang universal
Karya pendidikan yang dijalankan
Cita-cita Romo Fransiskus untuk perubahan sosial antara lain diwujudkan melalui
pendidikan. Visinya mengenai hubungan antara iman, pendidikan dan pelaku perubahan
sosial tampak misalnya dalam pandangannya mengenai masa depan misi yang ia
kemukakan pada tahun 1911. Pernyataan beliau ialah tujuan kita adalah memberi
pendidikan yang tinggi kepada pemuda-pemuda Jawa sehingga mereka mendapatkan
kedudukan yang baik di dalam masyarakat. Kepada mereka kita memberikan Pendidikan
Kristiani, dan bila mereka nanti tersebar di seluruh Pulau Jawa kita akan menanti
tumbuhnya dan mekarnya benih-benih yang kita sebar. Yang kita sebar dan kita tanam
adalah pekerjaan caritas. Dan sekolah adalah wadah juga untuk pekerjaan caritas yang
dibutuhkan. Dari pernyataan-pernyataan ini tampaklah bahwa bagi Romo cinta kasih
bukanlah hanya perilaku saleh dan manis-manis. Caritas menuntut suatu keberanian untuk
memihak mereka yang tertindas dan terhisap untuk menekan keadilan dan membela hak
asasi.

BAB 2 Dua Cerita


Pembangunan Cerita Pertama
Cerita dimulai oleh penulis bahwa ada 14 desa di pegunungan yang sejak bertahun-tahun
mengalami kekeringan. Karena kekeringan ini air menjadi langka dan mahal berkenaan
dengan negara di mana tempat ini berada pembangunannya mendapat pyaritas utama yang
setiap universitas diwajibkan mempunyai program pengabdian pada masyarakat, termasuk
sebuah universitas yang terletak di suatu kota dan negara tersebut. Pelaksanaan program
untuk desa itu sangat membantu untuk menaikkan status lembaga maupun para dosen
yang terlibat. Maka mulailah ada penelitian ilmiah di desa-desa itu dan hasil penelitian
kemudian diseminarkan dan diambil alih oleh pemerintah daerah yang bersangkutan dan
dimasukkan ke dalam daftar isian proyek. Masalah ke 14 desa tersebut mendapat prioritas
dan proyek ini pun kemudian turun ke tingkat daerah dengan petunjuk pelaksanaan. Para
ahli-ahli dari setiap universitas diberi tugas untuk membuat rencana yang menyeluruh dan
kemudian pemborong-pemborong besar di undang-undang untuk membuat tawaran.
Tawaran yang paling menguntungkan akhirnya dipilih dan proyek ini pun mulai dikerjakan.
Demikian juga para guru yang tinggal di 14 desa tersebut mengadakan aksi untuk
meyakinkan masyarakat dan petani agar nantinya akan memperoleh air sanggup
berpartisipasi dengan mengorbankan sebagian dari tanah mereka maupun dengan kerja
bakti. Berkenaan dengan itu tidak begitu jauh dari desa tersebut di pinggir pantai keluarlah
sebuah sungai dari bawah tanah dengan air yang berlimpah-limpah yang mengalir
sepanjang tahun. Selama ini air dari sungai itu tidak banyak dimanfaatkan karena desa-
desa itu terletak di bukit 100 meter di atas permukaan laut sedangkan jalan ke tepi laut
harus melewati tebing yang amat terjal. Singkat cerita proyek itu telah selesai dilaksanakan
dan semua orang yang terlibat mendapat keuntungan yang besar baik dari yang tender
proyek maupun para pejabat pemerintah di tingkat lokal maupun pada tingkat nasional juga
ikut mengambil bagian dalam keuntungan itu atau dapat dikatakan bahwa semua orang
senang termasuk para persawahan televisi yang semakin puas bahwa pembangunan di
negara Mereka ternyata berhasil. Namun ada hal yang mengecewakan bagi para petani di
14 desa tersebut karena tidak lama sesudah peresmian air tidak mengalir lagi. Mesin pompa
listrik dan pompa berhenti dan tidak dapat diperbaiki lagi. Petani yang dulunya memiliki
lahan yang lebar sekarang malah semakin sempit karena itu mereka kecewa karena
kurban tanah dan jerih
payah serta keringat mereka tanpa hasil sementara itu para ilmuwan dan para pejabat dan
para Usahawan yang dulu terlibat dalam proyek itu sibuk sekali menggarap proyek berikut
yang sangat menguntungkan. Maka sampailah kepada akhir cerita bahwa banyak orang
atau orang-orang elit yang mengambil keuntungan dari proyek itu kecuali rakyat yang
seharusnya menarik manfaat. Demikianlah di negara itu uangnya melimpah tetapi
Kesenjangan antara orang kaya dan orang miskin tidak semakin sempit tetapi bahkan
semakin melebar.
Cerita kedua
Dimulai dengan penulis yang menceritakan bahwa di suatu desa Pinggiran Kota Besar dari
negara lain bermukim sekelompok rakyat yang majemuk terdapat penduduk asli yang
bermata pencaharian sebagai petani, ada buruh yang setiap hari pergi ke kota, ada
pengangguran yang tergusur dari kota, ada pegawai kantor yang hidup di perumahan, ada
tukang becak dan ada juga paper dosen dari perguruan tinggi. Akhir-akhir itu Desa itu terjadi
banyak perubahan dan mengalami banyak masalah hal itu disebabkan karena kedatangan
dari para penduduk baru yang kemudian menimbulkan berbagai macam kesulitan.
Kemudian masalah itu diteliti oleh para dosen dan pada akhirnya masalah tersebut dapat
diketahui dan dipahami di kalangan para ahli. Berkenaan dengan itu para perguruan tinggi
yang ada di daerah tersebut terdapat juga Seorang pelukis yang kemudian Ia mempunyai
ide untuk melukis semua masalah yang telah ditemukan oleh para ahli pada sebuah poster.
Ternyata melalui poster-poster itu warga warga desa dapat dengan mudah memahami
persoalan-persoalan yang tertuang dalam gambar karena persoalan tersebut dialami oleh
mereka sendiri. Warga pun mulai merasa antusias. Di mana timbullah ide untuk mencatat
berapa hal harga supaya warga desa lain yang tidak biasa ikut dalam pertemuan dapat
mengetahui juga maka diterbitkanlah sebuah majalah dinding yang isinya berita-berita
terbaru setiap hari. Dengan bantuan dari Universitas tersebut berita-berita mengenai
masalah yang ada di desa dimuat yang isinya tidak hanya menyangkut masalah yang gawat
tetapi isinya juga mengenai kesenian rakyat yang mereka praktekkan seperti musik, tarian,
sandiwara dan juga seni seni modern. Dalam hal ini perguruan tinggi itu banyak membantu
dan kadang-kadang ada dosen tamu yang mengajarkan berbagai macam-macam
keterampilan seperti bermain teater, membuat boneka bermain musik, dan membawakan
cerita-cerita rakyat. Hal ini dilihat oleh desa-desa tetangga yang menjadikan desa tersebut
sebagai contoh dan mulai terlihat persekutuan antara warga yang satu dengan yang lainnya
sehingga mereka mendirikan Balai budaya. Balai budaya yang didirikan di desa pinggiran
tersebut mulai didirikan di mana-mana. Hal ini membuat rakyat mulai aktif memikirkan hal-
hal yang berkaitan dengan masalah mereka sendiri dan mereka memperkembangkan
budaya mereka sendiri. Meskipun negara itu tidak kaya namun berkat kesatuan rakyat tidak
ada lagi orang yang mengalami kekurangan. Pada akhirnya rakyat kecil merasa senang dan
semakin maju berkat kebudayaan dan pendidikan yang semakin berkembang dan
kesempatan kerja yang semakin meluas.
BAB 3 Kontesk masyarakat Indonesia Dewasa Ini
3.1 Kemajemukan religius dan kultural.
Salah satu ciri masyarakat kita adalah kemajemukan religius yang tampak dalam
bermacam-macam keyakinan iman dan agama kemajemukan ini tampil semakin radikal
tidak hanya ditentukan oleh perbedaan iman dan agama orang-orang dari keyakinan iman
dan agama yang berbeda dapat mempunyai pandangan yang sama dan kemajemukan ini
ditentukan oleh perbedaan analisis yang mengenai situasi konkret maupun mengenai
pentaksiran tradisi Iman sendiri .masyarakat Indonesia juga ditandai juga dengan
kemajemukan kultural di mana dapat dilihat secara teritorial misalnya perbedaan antara
desa pedalaman dan bermacam-macam daerah yang ditentukan oleh kelompok etnis yang
tinggal di situ. Kemajemukan kultural juga dapat dilihat secara kategorial seperti perbedaan
antara petani burung pegawai negeri pengusaha kecil, dan pengusaha besar.
3.2. Perubahan budaya dan krisis tata nilai
3.2.1 Masyarakat Transisi
Sebagian besar dari masyarakat Indonesia merupakan masyarakat transisi yakni dari
masyarakat tradisional ke masyarakat industri dan komunikasi modern di mana hampir tidak
ada lagi masyarakat tradisional yang belum tersentuh pengaruh dan perkembangan
masyarakat industri dan komunikasi modern. Dalam pengaruh dan alih budaya pada
umumnya segi material libidomenan daripada segi spiritual. Dalam budaya transisi itu terjadi
pendangkalan makna dan nilai. Dalam situasi semacam itu pilihan-pilihan individual maupun
kolektif paling mudah jatuh dan nilai material. Konteks pendidikan kita dalam masyarakat
yang memerlukan reorientasi makna dan nilai untuk menemukan kembali tata nilai yang
menjadi acuan hidup perorangan maupun kelompok
3.2.1 masyarakat industri dan komunikasi modern
Irama hidup masyarakat industri dan komunikasi modern sangat berlainan dengan irama
Masyarakat agraris tradisional lebih dari masyarakat transisi masyarakat industri dan
komunikasi modern ditandai dengan kecenderungan materialis , hedonis dan individualis tik
memang segi material kebudayaan paling mudah diserap dan dengan demikian de facto
itulah yang secara dominan mempengaruhi orang dan masyarakat. Tidak hanya terjadi
pendangkalan makna atau krisis nilai melainkan disorientasi bahkan lebih jauh lagi
keserakahan dan sewenang-wenang menginjak-injak nilai martabat pribadi di mana
kenyataan paling dalam dari hidup manusia yang sangat dihargai oleh sang pencipta sendiri
3.3 Masalah Kemiskinan dan Ketidakadilan
Jurang kekayaan antara golongan kaya dan golongan Menengah Atas dengan golongan
menengah bawah dan golongan bawah akan menjadi semakin lebar. Juga kalau jumlah
rakyat yang berada dalam kemiskinan Absolut secara kuantitatif berkurang terdapat jurang
antara mereka yang menentukan dan mereka yang menerima ketentuan itu dalam bidang
sosial ekonomi maupun sosial politik. Kemiskinan merupakan bentuk ketidakadilan yang
sangat mencolok Namun bukan hanya itu saja segala pelanggaran ketidakadilan dan hak
asasi manusia merupakan tantangan bagi penghayatan iman

BAB 4 Iman dan Perubahan Sosial

Dalam sosok F. Van Lith kita melihat peranan sentral Visi mengenai kerajaan Allah yang
mendasari penghayatan hidup beriman kristiani dalam memperjuangkan perubahan sosial
yang membela rakyat. Bertolak dari hal ini, perubahan sosial apa yang harusnya
diperjuanngkan? Kemudian hal ini dapat di lihat dalam dua point penting yaitu 1) inti warka
Yesus Kristus : Kerajaan Allah, yang mana kerajaan Allah termanifestasi dalam diri Yesus
Kristus. Kerajaan Allah merupan simbol relasional di mana relasi Allah dengan manusia,
dimana Allah meraja di dalam diri manusia dan menyelamatkan manusia dan dari pihak
manusia menerima Allah secara pribadi dan sosial. Kemudia kerajaan Allah nyata di dalam
diri Yesus Kristus. Dimana kita melihat relasi antara manusia dan Allah bapa, berkaitan erat
dengan relasi manusia dengan Yesus. Di mana Allah yang dalah Bapa, menyatu di dalam
diri Yesus Kristus. Maka perubahan sosial dapat terjadi ketika manusia hidup mengikuti
teladan dari Yesus Kristus, yang tidak haya berfokus pada pertumbuhan rohani saja, Naum
juga secara Jesmai, Yesus memperhatikan orang-orang miskin, buta, lumpuh. Dan juga
tidak melihat latar belakang sekarang, terlihat dari bagaimana Yesus memilih murid-murid.
2) Dua paradigma perubahan sosial: Kerajaan Allah dan anti kerajaan Allah.
Untuk mencapai suatu perubahan sosial pasti berhubungan dengan kontek religius dan
sosio-pilitis yang ada. Di mana selalu ada pradiga Kerajaan Allah dan anti kerajaan Allah di
mana pradigma Anti kerjaan Allah selalu menolak pradigma kerjaan Allah yang Yesus bawa,
hal itu yang terjadi dalam kontek dahulu hingga sekarang. Namun perubahan sosial selalu
berhubungan dengan hal ini. Bahwa Kera jaan Allah seharusnya adalah suatu dunia nyata
tempat keadilan berlaku dan orang miskin dan lapar tidak hanya diberi makan melainkan
ikut menikmati sumber berlimpah bumi ini. Untuk mencapai ini semu dibutuhkan,
kepemimpinan manusiawi dan kerja sama Ini jelas, mempunyai konsekuensi politik.

BAB 5
Pendidikan merupakan hal penting dalam perubahan sosial. Dalam bab 2 ini secara khusus
mau menyoroti bagaimana orientasi pendidikan berdasar cita-cita yang muncul dari iman.
Yang ikut mengerakkan perubahan sosial yang positif, yang menguntungkan kaum positif
dan terlantar. Iman dihatari dalam situasi yang konkret, dihayati secara kontekstual. makan
diperlukan pendiri dalam bentuk learning (belajar). Pendidikan dan pengajaran bukanlah
paket informasi yang disampaikan dengan pretensi dapat ditangkap terlepas dari konteks,
melainkan komunikasi dalam konteks masya- rakat, komunikasi dengan dan di tengah-
tengah situasi hi- dup nyata. Melalaikan hal itu, kegiatan dan lembaga pen- didikan akan
menghambat seluruh proses learning.

Mengenai Sekolah-sekolah katolik Theodor Hanf dan Josette Marthelot-Tagher"


mengemukakan beberapa per- tanyaan, antara lain mengenai konsentrasi pada pendidikan
sekolah atau komitmen yang lebih besar pada pendidikan pengembangan nonformal.
Pendidikan Formal, Informal dan nonformal mempunyai kaitan yang penting dalam
perubahan sosial, dimana pendidikan formal menjadi menyajikan teori analisis untuk
pendidikan informal dan nonformal untuk menghasilkan pendidikan kontekstual untuk suatu
perubahan sosial.

Dalam konteks hidup beriman kita yang ditandai dengan kemiskinan dan ketidakadilan karya
dana lapangan pendidikan tidak dapat bersikap netral. Bagian ini mau melihat bagaimana
pendidikan dapat mengatakan kita untuk memperhatikan kaum miskin dan tertindas
sekaligus memastikan dengan pendidikan tidak ada kamu miskin dan tertindas pada saat
yang sama melalui pendidikan tidak ada lagi ketidakadilan dengan melihat beberapa hal ini.
Melalui pendidikan kita dapat melihat sertakan menentukan sikap analisis Sosio-politiks,
Sosio-ekonomi, analisis kultural, analisis history, analisis personal.

Berkaitan dengan pendidikan secara Sadar di terang dalam buku ini bahwa Konteks
masyarakat kita juga ditandai dengan krisis tata nilai dan human gap. Dalam situasi
semacam itu cita-cita dan arah pendidikan sebagaimana digambarkan di atas (5.1. dan 5.2.)
semakin menuntut pribadi-pribadi maupun kelompok yang mandiri dan kreatif, yang
sanggup menentukan pilihan di tengah perubahan-perubahan dengan bermacam- macam
tawaran.

BAB 6
berawal dengan penekanan pada pentingnya iman Kristiani dalam memahami makna hidup
yang ditentukan oleh Yesus Kristus. Iman ini mengarah pada perubahan sosial yang
didasari oleh paradigma Kerajaan Allah, yang bertentangan dengan paradigma Anti
Kerajaan Allah.
Selanjutnya, bab ini menjelaskan bahwa lembaga pendidikan memiliki peran politis yang
penting dalam perubahan sosial dengan paradigma Kerajaan Allah. Namun, lembaga
pendidikan juga bisa cenderung mendukung kekuatan Anti Kerajaan Allah.

Pendidikan kontekstual menjadi fokus, di mana unsur-unsur pendidikan informal dan non-
formal diintegrasikan. Pembinaan kepedulian dan ketrampilan analisis sosial diperlukan, dan
pendidikan semacam ini dapat disebut sebagai pendidikan partisipatif.

Pendekatan ini menekankan peran kritis dari berbagai pihak, termasuk politik, masyarakat,
staf, dan peserta didik dalam dunia pendidikan. Kreativitas dan antisipasi terhadap
perubahan dari luar juga disoroti.

Selanjutnya, bab 6 ini membahas otonomi lembaga pendidikan swasta dalam


mengembangkan pendidikan yang kontekstual.

Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai