Kisah Nabi Musa
Kisah Nabi Musa
Dalam Al-Qur'an (kitab suci umat Islam), nama Musa disebutkan sebanyak 136 kali,[a] menjadikannya sebagai
manusia yang namanya paling banyak disebut dalam Al-Qur'an. Kisahnya disebutkan dalam Surah Al-Baqarah
(2): 49-61, Al-A'raf (7): 103-160, Yunus (10): 75-93, Al-Isra' (17): 101-104, Thaha (20): 9-97, Asy-Syu'ara' (26):
10-66, An-Naml (27): 7-14, Al-Qashash (28): 3-46, Al-Ghafir (40): 23-30, Az-Zukhruf (43): 46-55, Ad-Dukhan
(44): 17-31, dan An-Naziat (79): 15-25.
Sejarawan Romawi Tacitus (~ 56–120 M) menyinggung mengenai Musa ketika menggambarkan agama Yahudi
yang monoteistik tanpa patung yang jelas dalam karyanya Histories (~ 100 M), sehingga penyembahan
paganisme ditinggalkan.[44] Tacitus menyatakan bahwa sumber-sumbernya meyakini adanya peristiwa keluarnya
orang-orang dari Mesir pada zaman Firaun Bocchoris, yakni saat Mesir mengalami wabah sampar sehingga atas
nubuat dewa Zeus-Amun ia mengusir orang-orang Yahudi ke padang gurun, dan orang-orang ini dipimpin oleh
Musa selama 6 hari mengembara kemudian merebut tanah Kanaan pada hari ketujuh.[45]
Numenios, seorang filsuf Yunani asal Apamea, di Suriah, pada paruh akhir abad ke-2 M, mempelajari Musa,
para nabi dan Yesus,[46] di samping mitos Mesir dan Hindu. Ia menyebut Musa sebagai "nabi"
sebagaimana Homer adalah penyair. Plato digambarkannya sebagai "Musa Yunani".[47]
Filsuf Kristen, Yustinus Martir (103–165 M) menulis bahwa Musa "lebih dapat dipercaya, lebih jelas dan benar
karena hidup pada masa lebih tua dari pada para filsuf Yunani,"[48] sebagai nabi, pemberi hukum dan guru agama
paling awal bagi orang Kristen.[48]
Musa juga disebutkan dalam berbagai teks agamawi Yahudi yaitu Mishnah (sekitar 200 M), Midras (200–
1200 M),[49]
Alkitab menyebutkan bahwa ayah Musa bernama Amram (Imran dalam sumber Islam), salah seorang
keturunan Lewi, putra ketiga Yakub. Ibu Musa adalah Yokhebed, keturunan Lewi yang juga merupakan saudari
dari ayah Amram.[53] Silsilah keluarga Musa dari adalah: