Anda di halaman 1dari 1

Individualisme

Hofstede dan Hofstede (2005) mendefinisikan individualisme sebagai, “…. societies in which the ties
between individuals are loose: everyone is expected to look after himself or herself and his or her
imediate family”. (Hofstede, 2005,p.76). Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai
individualisme adalah ikatan sesama individu dalam sebuah masyarakat mulai hilang, dan perhatian
individu hanya tenpusat pada dirinya dan keluarga intinya saja. Hofstede juga mendefinisikan
individualisme sebagai perhatian individu pada dirinya sendiri (dalam Berry dan Poortinga,1994). Dari
kedua definisi diatas, peneliti menyimpulkan bahwa individualisme adalah nilai budaya dimanaindividu
mulai terlepas dari masyarakat dan hanya memusatkan perhatian pada dirinya dan keluarga intinya saja.

Menurut Reza & Liauw (2021) kelebihan individualisme mandiri, ekspresi diri, penghormatan HAM,
rasional dan terus terang. Sedangkan kekurangannya menyebabkan perpecah belahan, egois, narsisme
dan terasingkan. Individu lain. Ketiga, minimnya interaksi antar individu meskipun sering bertemu.

Individualisme juga dapat diartikan sebagai nilai budaya di mana individu lepas dari masyarakat dan
memusatkan perhatian pada dirinya sendiri. Secara umum saat seseorang menekankan faktor individu
di atas kelompok maka ia mengutarakan pandangan individualistis. Dikutip dari jurnal ilmiah berjudul
Hunian Vertikal Monodualisme (Individualisme-Kolektivisme) oleh Hidayatul Reza, Faktor-faktor
penyebab terjadinya individualisme adalah:

1. Pertumbuhan Ekonomi, peningkatan perkembangan sosial ekonomi adalah prediktor yang


sangat kuat untuk meningkatkan praktik dan nilai individualisme di suatu negara dari waktu ke
waktu. Misalnya, persaingan lapangan kerja yang semakin minim, mengakibatkan orang hanya
peduli terhadap dirinya sendiri dan acuh kepada orang lain.
2. Globalisasi, dimana perkembangan zaman serta teknologi yang semakin pesat dan semakin
modern membuat seseorang dapat melakukan semuanya melalui teknologi tanpa harus
berinteraksi serta bertatap muka dan bersosialisasi secara langsung.
3. Pekerjaan, kesibukan warga kota dalam waktu yang cukup tinggi dapat mengurangi perhatian
terhadap sesamanya. Apabila hal ini berlebihan akan menimbulkan sifat acuh tak acuh atau
kurang mempunyai toleransi sosial.

contoh dari perilaku individualisme yang terjadi di kehidupan sehari-hari yaitu kurangnya akrabnya antar
tetangga pada suatu kompleks perumahan pada suatu komplek perumahan atau perkampungan, karena
masing-masing orang telah sibuk dengan urusannya sendiri. Hal ini dapat dilihat bahwa individu yang
memiliki perilaku individualisme kurang bersosialisasi sekitar padahal penting bagi kita untuk
bersosialisasi guna membangun hubungan dengan lingkungan sekitar, dengan terbangunnya hubungan
rukun antar tetangga maka hubungan antar budaya akan terbangun.

Anda mungkin juga menyukai