MODUL PERKULIAHAN
CRISIS AND
REPUTATION
MANAGEMEN
T
POKOK BAHASAN:
PARADIGM & REPUTATION
FRAMEWORK
Abstrak Kompetensi
CPMK 2 / Sub CPMK 2
Pokok bahasan ini mengulas tentang Paradigma dan Diharapkan mahasiswa mampu memahami,
Reputation Framework yang khusus menempatkan menjelaskan kembali paradigma reputasi dan
reputasi didukung beragam aspek dan memiliki menyusun strategic plan pengelolaan reputasi,
beragam indikator harapan, yang dimunculkan pada krisis berdasarkan indikator dan harapan yang
pengalaman, perilaku, kinerja dan proses komunikasi diinginkan oleh para stakeholder pada organisasi,
suatu lembaga. mengacu pada konsep Reputation Framework.
Misalnya dalam rantai reputasi suatu perusahaan perhotelan, terdiri dari sekumpulan
image - image yang meliputi biaya, fasilitas, customer relationship, paket-paket acara yang
ditawarkan, dan lainnya. Nah saat krisis, yang terkena dampak adalah fasilitas, maka perlu
kiranya untuk diantisipasi bahwa satu rantai yakni fasilitas harus disiapkan dengan matang.
Demikian juga reputasi lembaga lainnya, apakah rumah sakit, lembaga pemerintah, partai
politik, industri start up, industri makanan minuman dan lainnya.
Konsep Reputation Chain, pada dasarnya mengacu pada konsep Reputasi tidak bisa
disusun hanya berdasarkan satu aspek, namun reputasi dibentuk oleh beragam aspek yang
melingkupinya. Pada setiap organisasi, memiliki konsep Reputation Chain yang berbeda-
beda, tergantung kepada masing masing organisasi dengan karakter, pola dan jenis yang
beragam. Terdapat beberapa contoh lembaga dengan karakter yang berbeda, namun
memiliki reputasi yang relatif konstan, diantaranya JOHNSON & JOHNSON, COCA COLA,
GE, DISNEY, SONY, GOOGLE, dan lainnya, sedangkan dari dalam negeri seperti PT.
MUSTIKA RATU Tbk., KOMPAS, PT. ASTRA Tbk., PT. BANK MANDIRI Tbk., dan lainnya.
Mengapa kita juga perlu membandingkan reputasi lembaga di dalam maupun di luar
negeri, karena kita masuk dalam kompetisi global, kita berada dalam situasi borderless,
tanpa sekat dengan negara negara lain, tidak saja dari sisi perekonomian, namun juga dari
sisi kehidupan personal, aktivitas budaya, politik dan segi kehidupan lainnya. Maka akan
muncul implikasi atas isu isu global dan problemnya yang berkaitan erat dengan organisasi,
khususnya bagi pelaku komunikasi (para kommunikator, corporate communicator), yang
meliputi:
c. Lembaga / organisasi wajib menggunakan media online sebagai salah satu cara
berkomunikasi secara massal.
3. Fokus pada isu isu sosial yang berkaitan dengan kesehatan, mendukung upaya
mengurangi ketimpangan sosial.
2. Para CEO tidak bekerja sendiri, namun didukung oleh para spesialis komunikasi
yang mengembangkan program-program secara konsisten sesuai dengan identitas
perusahaan / lembaga.
3. Termasuk para praktisi Public Relations (PR), Public Affairs, Investor Relations,
Government Relations, para komunikator yang berhubungan langsung dengan pasar,
termasuk mengaplikasikan Labour Communications, Issues Management, Social
Responsibility Programmes, Corporate Advertising serta melaksanakan agenda Media
Relations.
2. Pemahaman akan adanya dampak dan efek lanjutan dari penggunaan internet bagi
organisasi.
Sejalan dengan ulasan Doorley dan Garcia, (2007:20), seperti di tatap muka
pertama, yang mengulas khusus tentang manajemen reputasi dalam bukunya, menjelaskan
bahwa reputasi berisi tentang sekumpulan citra yang mengandung unsur perilaku, kinerja
dan komunikasi. Jika disusun dalam bentuk rumus meliputi:
Diulas pula, 10 aspek manajemen reputasi yang membantu para praktisi PR untuk
mengelola program komunikasi atas nama organisasi, dan tidak terlepas dari 3 unsur diatas,
yakni perilaku, kinerja dan komunikasi.
3. Membangun pengelola reputasi yang tangguh dan kuat bagi kepentingan organisasi.
5. Sadari adanya “Penyakit CEO”, seperti terlalu menang sendiri, tidak mau mendengar
usulan bawahan, kurang mampu berkomunikasi secara internal dan penyakit komunikasi
lainnya, disisi lain belum ada “treatment” yang layak untuk “penyakit” tersebut.
7. Miliki akses dan mekanisme untuk “memaafkan kesalahan” dalam rangka menjaga
reputasi.
10. Reputasi adalah “aset” yang harus dikelola seperti “aset-aset” organisasi yang
lainnya.
Selanjutnya kita membahas tentang Reputation Framework yang perlu dipahami oleh
para praktisi komunikasi, agar saat mengaplikasikan di lapangan tidak mengalami kendala,
karena telah memiliki pemahaman yang jelas dan spesifik. Maka REPUTASI, pada dasarnya
memiliki framework, yang meliputi : (Andrew Griffin, 2014: Hlm 3)
c. Tujuan lembaga.
d. Janji atas brand yang dimiliki dan ditawarkan lembaga (brand promise).
a. Tindakan / aktivitas.
b. Keputusan.
4) Apa agenda yang diharapkan dikerjakan ? Terdapat hal apa saja yang dirasakan ?
d. Tindakan.
e. Kinerja.
Gap muncul saat kita tidak paham apa reputation framework organisasi, dan
menempatkan reputasi hanya muncul dari satu sisi saja, tidak relevan dengan konsep dasar
Reputation Chain. Gap menjadi melebar jika muncul konflik, apapun yang sudah dilakukan
dalam pengelolaan reputasi, akan dengan mudah hilang jika muncul krisis di tengah tengah
gap yang melanda stakeholder dan organisasi. Kita tidak bisa meminimalisir rasa ingin tahu
dan pola experience konsumen / stakeholder, dalam situasi yang serba cepat, sesuai
dengan kebutuhan media, serta industry yang sangat progresif pertumbuhannya,
menempatkan organisasi menjadi objek dan sekaligus subjek pelaku bisnis. Jika kita tidak
mencermati dan memahami serta bertindak secara cepat, maka reputasi yang menjadi
harapan kita akan pupus dengan sendirinya. Maka perlu sekali pemahaman reputation chain
dan reputation framework ini !
2. Elemen utama reputasi salaing berkaitan (The main elements of reputation are
linked)
4. Reputasi dapat dinilai dan memiliki nilai (Reputation are value able and have value)
Sebelum secara detil membahas paradigma reputasi, perlu kita cermati, bahwa
seringkali orang memiliki pemahaman yang berbeda tentang apa yang dimaksud reputasi.
Apakah reputasi itu? Ada yang menyebutnya citra, image, reputation is image, dan lainnya.
Bahkan ada yang menyebutnya bahwa reputasi adalah hal yang sangat abstrak untuk dikaji
dan didiskusikan. Untuk itu perlu dipahami terlebih dahulu tentang prinsip-prinsip reputasi
dalam pendekatan yang beragam dan menekankan akan pada multiple perspective
stakeholder (pendekatan dari sudut pandang dan khalayak yang beragam).
CRISIS AND REPUTATION
2021
8 MANAGEMENT Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
DR. IRMULANSATI. T, SH, MSI
Paradigma yang diulas disini berbeda dengan pendekatan terdahulu, karena
menekankan pada pendekatan beragam stakeholder. (Davies, 2003: 58)
Dalam prinsip kesatu ini, perlu adanya suatu kesepahaman bahwa terdapat prioritas untuk
memetakan kebutuhan masing masing stakeholder sekaligus. Setiap stakeholder memiliki
standar, kebutuhan dan kepuasan yang berbeda. Manajemen reputasi korporat merupakan
cara bagaimana organisasi seharusnya melakukan pendekatan terhadap masing masing
persepsi stakeholder atas reputasi, sekaligus bagaimana menyusun ruang lingkup ini untuk
dipergunakan mengelola bisnis secara keseluruhan.
- responsibility for the community: serve the community, green the environment
Prinsip ini mengulas bahwa masing masing elemen utama reputasi itu saling
interdependensi, saling berkaitan. Tidak bisa disusun terpisah, namun harus menjadi satu
kesatuan. Jika satu elemen reputasi dihilangkan, atau tidak masuk dalam keseluruhan
indikator reputasi, maka akan mengurangi makna dan substansi reputasi itu sendiri.
Contohnya menurut penulis, jika menilai reputasi sebuah organisasi perguruan tinggi, tentu
tidak bisa hanya dilihat dari elemen kurikulumnya saja, namun juga dilihat bagaimana teknik
pengajaran dosennya, suasana kampus, laboratorium, academic miliu, perpustakaan dan
lain sebagainya. Demikian juga jika ingin melihat reputasi rumah sakit, kita harus melihat
dari beragam indikator, misalnya bagaimana ketersediaan obat, pelayanan kepada pasien,
ketersediaan dokter dan perawat yang berkompeten, fasilitas rumah sakit dan sebagainya.
Sehingga indikator reputasi haruslah dilihat secara holistik.
Ibarat model komunikasi yang berjenjang (two step flow communication). Demikian
juga reputasi, bergerak dari yang paling kecil indikator sampai paling tinggi indikatornya. Hal
ini membutuhkan rantai (chain) komunikasi yang mampu menghubungkan elemen reputasi
yang satu ke lainnya.
Reputasi bernilai dan dapat dinilai. Hal ini karena reputasi memiliki indikator yang
terukur dan dapat dilihat, dapat diakses. Kemampuan organisasi untuk mampu
mengoperasionalkan kebutuhan reputasinya, tentu akan membawa penilaian stakeholder
lebih jelas terhadap reputasi organisasi tersebut. Misalnya sebuah perusahaan
telekomunikasi, menempatkan kepuasan pelanggan sebagai indikator reputasinya. Tentu
hal ini harus dijawab dengan sejauh mana konsumen dilayani dengan excellence, sejauh
mana konsumen merasa puas dengan fasilitas, puas terhadap pelayanan purna jual dan lain
sebagainya.
Reputasi adalah hal yang tangible sehingga jika ada anggapan yang melihat bahwa
reputasi organisasi adalah omong kosong belaka, tentu hal itu menjadi nol. Artinya karena
reputasi memiliki indikator yang jelas dan terukur dan dapat dinilai, maka reputasi elemen
elemennya dapat dikelola. Pemahaman mengelola reputasi adalah pemahaman dasar
dalam tahap Manajemen Public Relations, bahwa reputasi ibarat sebuah permata, harus
dibersihkan, dihias, dijaga dan di-maintain agar tidak rusak. Ibarat tubuh manusia, reputasi
haruslah dirawat, dipertahankan agar tetap sehat tidak gampang diserang penyakit.
Pengelolaan reputasi berdasarkan tahapan manajemen dalam organisasi yang meliputi
planning, organizing, actuating dan controlling. Ini adalah pamahaman manajemen yang
paling mendasar.
Jika organisasi memiliki reputasi positif, maka performance keuangannya pun akan
membaik. Seiring dengan peningkatan reputasi yang semakin hari semakin positif, maka
pendapatan organisasi pun akan meningkat. Keduanya saling mempengaruhi dan secara
signifikan membentuk simbiosis mutualisma.
Jika reputasi pasti mendukung kinerja, maka ranking reputasi pun akan semakin
meningkatkan performance kinerja keuangan. Perlu kiranya organisasi melakukan ranking
dan pemetaan terhadap reputasinya, agar mampu meningkatkan performance keuangan.
Mengulas reputasi haruslah dimulai dari itikad baik, goodwill, tindakan dan aktivitas
level atasan / top management. Jika melihat aspek responsibility / tanggungjawab
Terakhir, keseluruhan ulasan diatas ada dalam suatu ranah, mengacu pada
komunikasi organisasi. Sehingga pengelolaan reputasi, pengelolaan krisis dan proses
manajemen komunikasi ada dalam satu pemahaman yang komprehensif yakni dalam ruang
Komunikasi organisasi sendiri memiliki beberapa asumsi, yang perlu kita pahami
bersama, meliputi:
1. Manusia adalah aktor relasi. Manusia melalui berbagai cara akan menampilkan
perilaku secara rasional dengan mengakses semua informasi yang dibutuhkan untuk
membuat keputusan rasional dan hanya bisa dilakukan melalui komunikasi.
Sedangkan komunikasi organisasi itu memiliki beberapa fungsi yang relevan untuk dikaji
lebih spesifik yakni, kesatu fungsi komando, terdiri dari mengarahkan dan membatasi
tindakan, menangani dan memelihara tampilan melalui umpan balik dan menggunakan
publikasi dan instruksi. Sedangkan kedua yakni fungsi relasi, yakni untuk menciptakan
dan melanjutkan sifat impersonal dalam organisasi. Membuat negosiasi antar unit
kegiatan dan menentukan dan mendefinisikan peran organisasi. (Alo Liliweri, 2014: 374)
Maka, konteks komunikasi organisasi menjadi sangat relevan untuk dipelajari secara
utuh, sebelum mengkaji lebih spesifik tentang krisis, reputasi dan pengelolaannya dalam
organisasi. Para praktisi komunikasi dan pemasaran pun juga wajib memahami apa
dasar dan tujuan komunikasi organisasi agar proses pengelolaan komunikasinya dapat
dilakukan secara strategis, tepat dan komprehensif.
a. Reputation Framework, apa saja dan bagaimana harus dikelola, khususnya tentang
Harapan / Keinginan konsumen dan Pengalamannya atas suatu produk / jasa organisasi ?
b. Apakah harus equal / setara antara Harapan dan Experience atas suatu produk / dan
jasa Organisasi ?
c. Mengapa dalam pengelolaan reputasi, peran CEO (pimpinan) sangat erat berkaitan
dengan unit lain sekaligus bagaimana jika CEO mengalami “penyakit CEO” apa yang kira
kira Anda harus sarankan untuk menjaga reputasi tetap bertahan ?
Daftar Pustaka
1. Andrew Griffin. 2014. Crisis, Issues and Reputation Management. London: Kogan
Page.
2. John Doorley, Helio Fred Garcia. 2007. Reputation Management: The Key to
Successful Public Relations and Corporate Communication. New York: Routledge.
3. Yusuf Zainal Abidin. 2021. Manajemen Komunikasi : Filofosi, Konsep Dan Aplikasi.
Bandung: Pustaka Setia.
4. Scott M. Cutlip, Allen H. Center dan Glen M. Broom. 2006. Effective Public Relations.
Prentice Hall International. Edisi kesembilan. Jakarta: Prenada Media.
5. Alo Liliweri. 2014. Sosiologi dan Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.