Anda di halaman 1dari 17

https://duniapendidikanilmu.blogspot.com/2012/05/makalah-telaah-materi-fiqih-mts-kelas-7.html?

m=1

MAKALAH TELAAH MATERI FIQIH MTS KELAS 7 DAN 8

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mengemban fungsi
tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum
dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pendidikan nasional
harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi serta
efisiensi manajemen pendidikan. Pemerataan kesempatan pendidikan diwujudkan dalam program wajib
belajar 9 tahun. Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia
Indonesia seutuhnya melalui olahhati, olahpikir, olahrasa dan olahraga agar memiliki daya saing dalam
menghadapi tantangan global. Peningkatan relevansi pendidikan dimaksudkan untuk menghasilkan
lulusan yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan berbasis potensi sumber daya alam Indonesia.
Peningkatan efisiensi manajemen pendidikan dilakukan melalui penerapan manajemen berbasis sekolah
dan pembaharuan pengelolaan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan.
Implementasi Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijabarkan ke
dalam sejumlah peraturan antara lain Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan. Peraturan Pemerintah ini memberikan arahan tentang perlunya disusun dan
dilaksanakan delapan standar nasional pendidikan, yaitu: standar isi, standar proses, standar
kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar
pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Dalam dokumen ini merupakan
penyempurnaan terhadap standar kompetensi Madrasah Tsanawiyah (MTs) yang menjadi bagian dari
standar isi sebagaimana dimaksud oleh Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, yang secara
keseluruhan mencakup: 1. Kerangka dasar dan struktur kurikulum yang merupakan pedoman dalam
penyusunan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan, 2. Beban belajar bagi peserta didik pada satuan
pendidikan dasar dan menengah, 3. Kurikulum tingkat satuan pendidikan yang akan dikembangkan oleh
satuan pendidikan berdasarkan panduan penyusunan kurikulum sebagai bagian tidak terpisahkan dari
standar isi, dan 4. Kalender pendidikan untuk penyelenggaraan pendidikan pada satuan pendidikan
jenjang pendidikan dasar dan menengah. Sebagai rujukan dalam melakukan penyempurnann Standar
Kompetensi Madrasah Tsanawiyah (MTs) ini adalah Standar Isi dikembangkan oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP) yang dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005. B.
Tujuan Makalah. Adapun tujuan makalah ini adalah 1. Memberikan gambaran singkat tentang materi
mata pelajaran Fiqih pada jenjang Madrasah Tsanawiyah Kelas 7 dan 8 (Semester Ganjil). 2. Memberikan
pemahaman terhadap pembaca tentang materi mata pelajaran Fiqih pada jenjang Madrasah
Tsanawiyah Kelas 7 dan 8 (Semester Ganjil). 3. Mencoba menela’ah dan mengklasifikasikan serta
meneliti tentang kesingkronisasian antara materi dan kurikulum dengan keadaan siswa pada tingkat
pendidikan Madrasah Tsanawiyah. C. Rumusan Masalah 1. Materi apa sajakah yang dijelaskan dalam
Pelajaran Fiqih pada jenjang Madrasah Tsanawiyah Kelas 7 dan 8 (Semester Ganjil)? 2. Sejauh mana
siswa dapat menguasai dan memahami materi pelajaran Fiqih pada jenjang Madrasah Tsanawiyah Kelas
7 dan 8 (Semester Ganjil)? 3. Telaah apa yang dapat di ambil dari penjelasan materi Fiqih pada jenjang
Madrasah Tsanawiyah Kelas 7 dan 8 (Semester Ganjil)? BAB II LANDASAN TEORI A. Pendahuluan Secara
substantial, pendidikan mempunyai dua fungsi utama yaitu konservasi nilai-nilai dan kultur yang di
junjung tinggi masyarakat, dengan demikian pendidikan mempunyai peran dan fungsi sebagai agen
perubahan sosial Pelaksanaan Fiqih merupakan manifestasi dari keimanan seseorang , sehingga sudah
terjadi kelaziman dan kewajiban bagi setiap muslim yang beriman untuk mempelajari fiqih (sering
disebut syari’ah). Bidang studi fiqih di Mts adalah salah satu bagian dari mata pelajaran agama islam
yang diarahkan untuk menyiapkan siswa dalam mengenal, memahami, menghayati dan mengamalkan
hukum (syari’ah) islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidup melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dan pembiasaan. Bidang Studi Fiqih yang diajarkan di MTs
mempunyai fungsi sebagai upaya menanamkan nilai-nalai dan kesadaran siswa untuk beribadah kepada
Allah SWT, menanamkan kebiasaan, sikap disiplin dan bertanggung jawab, membentuk mental positif
dan sebagai upaya pembekalan siswa untuk lebih mendalaminya pada jenjang yang lebih tinggi. B.
Penegasan Judul Sering terjadi salah arti dalam memahami suatu kalimat, lebih-lebih dalam sebuah
judul. Penulis ingin memberikan pemahaman supaya tidak terjadi saling simpang antara penulis dan
pembaca mengenai judul makalah ini, yaitu “Telaah Kritis terhadap Materi Fiqih Madrasah Tsanawiyah
Kelas VII dan VIII Semester Ganjil” sebagai berikut : Telaah : Penyelidikan; kajian; pemeriksaan;
penelitian Kritis : Bersifat tidak lekas percaya; bersifat selalu berusaha menemukan kesalahan atau
kekeliruan; tajam dalam penganalisisan; Materi : Benda; bahan; segala sesuatu yg tampak: sesuatu yg
menjadi bahan (untuk diujikan, dipikirkan, dibicarakan, dikarangkan, dsb): Fiqih : Ilmu tentang hukum
Islam Madrasah : Sekolah atau perguruan (biasanya yg berdasarkan agama Islam); Tsanawiyah : Sekolah
agama (Islam) tingkat menengah pertama Dari uraian di atas, maka bisa diambil kesimpulan bahwa yang
dimaksud penulis dalam judul makalah ini adalah suatu kajian yang bersifat tidak lekas percaya terhadap
bahan ajar mata pelajaran Fiqih pada tingkat Sekolah menengah tingkat pertama (Madrasah
Tsanawiyah) Kelas VII dan VIII semester ganjil sehingga tidak ada keraguan terhadap materi tersebut. C.
Kurikulum Fiqih (SK – KD) 1. Pendahuluan Kurikulum disusun dan disain agar terciptanya
keberlangsungan proses pendidikan yang kondusif bagi peserta didik sehingga dapat hidup dan mandiri
ditengah masyarakat yang heterogen.Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar merupakan kurikulum
hasil refleksi, pemikiran dan pengkajian dari kurikulum yang telah berlaku sebelumnya. Kurikulum ini
diharapkan dapat membantu mempersiapkan peserta didik menghadapi tantangan di masa depan.
Standar kompetensi dan kompetensi dasar diarahkan untuk menumbuhkan dan memberikan
keterampilan bertahan hidup dalam kondisi yang beragam dengan berbagai perubahan serta
persaingan. Kurikulum ini diciptakan untuk menghasilkan lulusan yang kompeten, cerdas dalam
membangun integritas sosial, dan mewujudkan karakter. Dengan munculnya berbagai perubahan yang
sangat cepat pada hampir semua aspek dan perkembangan paradigma baru dalam kehidupan
berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat, maka perlu dikembangkan kurikulum Fikih Madrasah
Tsanawiyah (MTs) secara nasional, yaitu kurikulum yang ditandai dengan ciri-ciri , antara lain : 1. Lebih
menitikberatkan pencapaian target kompetensi (attainment targets) dari pada penguasaan materi; 2.
Lebih mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya pendidikan yang tersedia; 3.
Memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pelaksana pendidikan di lapangan untuk
mengembangkan dan melaksanakan program pembelajaran sesuai dengan kebutuhan. Kurikulum
dimaksud, kurikulum yang hanya berisi tentang standar kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD) dan
Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Adapun tentang indikator, kegiatan pembelajaran, sumber dan alat
pembelajaran dan metode pembelajaran diserahkan kepada madrasah untuk mengembangkannya
sesuai dengan situasi dan kondisi dimana madrasah itu berada. Pembelajaran Fikih diarahkan untuk
mengantarkan peserta didik dapat memahami pokok-pokok hukum Islam dan tata cara pelaksanaannya
untuk diaplikasikankan dalam kehidupan sehingga menjadi muslim yang selalu taat menjalankan syariat
Islam secara kaffah (sempurna). Pengembangan Isi kurikulum Fikih di madrasah Tsanawiyah (MTs)
merupakan kelanjutan dari kurikulum di MI, beberapa isi kurikulum merupakan perluasan dan
pendalaman dari kurikulum sebelumnya. Dalam hal ini pendidik diharapkan dapat mengembangkan
metode pembelajaran sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar, sehingga peran semua
unsur sekolah, orang tua siswa dan masyarakat sangat penting dalam mendukung keberhasilan
pencapaian tujuan tersebut. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar merupakan kurikulum hasil
refleksi, pemikiran dan pengkajian dari kurikulum yang telah berlaku sebelumnya. Kurikilum baru ini
diharapkan dapat membantu mempersiapkan peserta didik menghadapi tantangan di masa depan.
Standar kompetensi dan kompetensi dasar diarahkan untuk memberikan keterampilan dan keahlian
bertahan hidup dalam kondisi yang penuh dengan berbagai perubahan, persaingan, ketidakpastian dan
kerumitan dalam kehidupan. Kurikulum ini diciptakan untuk menghasilkan out put yang kompeten,
cerdas dalam membangun integritas sosial, serta mewujudkan karakter nasional. Dalam implementasi
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, telah dilakukan berbagai studi yang mengarahkan pada
peningkatan efisiensi dan efektivitas layanan dan pengembangan sebagai konsekuensi dari suatu inovasi
pendidikan. Sebagai salah satu bentuk efisiensi dan efektivitas implementasi kurikulum dikembangkan
berbagai model implementasi kurikulum. Dalam konteks Madrasah, agar lulusan memiliki keunggulan
kompetitif dan komparatif, maka kurikulum Madrasah perlu dikembangkan dengan pendekatan berbasis
kompetensi. Hal ini dilakukan agar Madrasah secara kelembagaan dapat merespon secara proaktif
berbagai perkembangan informasi, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, serta tuntutan desentralisasi.
Dengan cara seperti itu, Madrasah tidak akan kehilangan relevansi program pembelajaran. Selanjutnya,
basis kompetensi yang dikembangkan di Madrasah harus menjamin pertumbuhan keimanan dan
ketakwaan kepada Allah SWT, penguasaan keterampilan hidup, penguasaan kemampuan akademik, seni
dan pengembangan kepribadian yang paripurna. Dengan pertimbangan ini, maka disusun kurikulum
nasional Pendidikan Agama di Madrasah yang berbasis kompetensi yang mencerminkan kebutuhan
keberagamaan peserta didik di Madrasah secara nasional. Standar ini diharapkan dapat dipergunakan
sebagai acuan dalam mengembangkan kurikulum Fikih di Madrasah sesuai dengan kebutuhan
daerah/Madrasah. 2. Tujuan Pembelajaran Fiqih. Pembelajaran Fikih di Madrasah Tsanawiyah bertujuan
untuk membekali peserta didik agar dapat: (1) mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam
dalam mengatur ketentuan dan tata cara menjalankan hubungan manusia dengan Allah yang diatur
dalam Fikih ibadah dan hubungan manusia dengan sesama yang diatur dalam Fikih muammalah. (2)
Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar dalam melaksanakan ibadah
kepada kepada Allah dan ibadah sosial. Pengalaman tersebut diharapkan menumbuhkan ketaatan
menjalankan hukum Islam, disiplin dan tanggung jawab sosial yang tinggi dalam kehidupan pribadi
maupun sosial. 3. Ruang Lingkup. Ruang lingkup Fikih di Madrasah Tsanawiyah meliputi ketentuan
pengaturan hukum Islam dalam menjaga keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara hubungan
manusia dengan Allah Swt dan hubungan manusia dengan sesama manusia. Adapun ruang lingkup mata
pelajaran Fikih di Madrasah Tsanawiyah meliputi : a. Aspek Fikih Ibadah melipuiti : ketentuan dan
tatacara thaharah, shalat fardlu, shalat sunnah, dan shalat dalam keadaan dlorurat, sujud, adzan dan
iqomah, berdzikir dan berdo’a setelah shalat, puasa, zakat, haji dan umrah, qurban dan aqiqah,
makanan, perawatan jenazah dan ziarah kubur) b. Aspek Fikih Muamalah melipuiti : ketentuan dan
hukum jual beli, qiradh, riba, pinjam meminjam, utang piutang, gadai dan borg serta upah 4. Standar
Kompetensi Kelulusan (SKL) Memahami ketentuan hukum Islam yang berkaitan dengan ibadah mahdloh
dan muammalah serta dapat mempraktekkan dengan benar dalam kehidupan sehari-hari. D. Penjelasan
Materi Fiqih Kelas VII 1. Semester 1 Pelajaran 1 Taharah a. Standar kompetensi 1. Melaksanakan
ketentuan taharah (bersuci) b. Kompetensi Dasar 1) Menjelaskan macam-macam najis dan tata cara
taharahnya (bersucinya ) 2) Menjelaskan hadas kecil dan tata cara taharahnya 3) Menjelaskan hadas
besar dan tata cara taharahnya 4) Mempraktekkan bersuci dari najis dan hadas. c. Indikator 1)
Menjelaskan pengertian taharah 2) Menyebutkan alat/benda yang dapat dipergunakan untuk taharah 3)
Menjelaskan pengertian najis 4) Menjelaskan macam-macam najis dan cara mensucikannya 5)
Menjelaskan pengertian hadas kecil dan dalilnya 6) Menjelaskan sebab-sebab hadas kecil 7)
Menjelaskan pengertian wudhu dan dalilnya 8) Menjelaskan syarat wudhu 9) Menjelaskan rukun wudhu
10) Menyebutkan sunnah wudhu 11) Menjelaskan hal-hal yang membatalkan wudhu 12) Menjelaskan
pengertian hadas besar dan dalilnya 13) Menjelaskan sebab-sebab hadas besar 14) Menjelaskan
pengertian mandi janabah dan dalilnya 15) Menjelaskan syarat, rukun dan sunnah mandi janabah 16)
Menyebutkan tata cara mandi janabah 17) Menjelaskan pengertian tayamum dan dalilnya 18)
Menyebutkan syarat-syarat tayamum 19) Menyebutkan tata cara pelaksanaan tayamum 20)
Mempraktikkan wudhu. 21) Mempraktikkan tayamum d. Ringkasan Materi. 1) Taharah a) Pengertian
Secara Etimologi/Bahasa artinya bersih atau suci, sedangkan secara Terminologi/istilah artinya adalah
mensucikan badan, tempat maupun pakaian dari najis dan hadas. ‫ ِإَّن َهّللا ُيِح ُّب الَّتَّواِبيَن َو ُيِح ُّب اْلُم َتَطِّهِريَن‬Artinya :
“ … Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang
menyucikan diri” (QS. Al-Baqarah/2 : 222) ‫ َو اْلَح ْم ُد ِهَّلِل َتْم أل‬، ‫ الَّطُهْو ُر َش ْط ُر ْاِإل ْيَم اِن‬: ‫قَاَل َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى هللا ُ َع َلْيِه َو َس َّلَم‬
)‫ (أخرجه مسلم‬. ‫ ُالِْم ْيَز اَن‬Artinya : “Rasulullah saw bersabda : “Bersuci sebagian dari iman dan ucapan
Alhamdulillah memenuhi timbangan”. (HR. Muslim) b) Alat / Benda yang dapat untuk Taharah : 1. Benda
Padat Syarat benda padat yang dapat dipergunakan bersuci adalah : a. Kasar/dapat membersihkan b.
Suci. 2. Benda Cair Benda cair yang dapat dipergunakan untuk bersuci adalah air mutlak, yaitu air yang
tidak tercampuri oleh najis seperti air sumur, air sungai, air laut dan air salju (es) 3. Menurut hukum
Islam, air dibagi menjadi beberapa macam, yaitu: a. Air suci mensucikan/mutlak b. Air suci tidak
mensucikan c. Air mutanajis (Air yang terkena najis) d. Air makruh/musyammas e. Air musta`mal(air
yang sudah terpakai) 2) Najis a) Pengertian Najis adalah sesuatu yang kotor atau dianggap kotor oleh
syara’, sehingga menyebabkan tidak syahnya ibadah. b) Macam-macam najis dan cara mensucikannya:
1. Najis Mughalladzah (Najis Berat) Najis mugallazah adalah najis berat yang disebabkan oleh air liur
anjing dan babi yang mengenai barang. Cara mensucikannya adalah dengan menghilangkan wujud najis
tersebut kemudian dicuci dengan air bersih sebanyak tujuh kali dan salah satunya dicampur dengan
debu. )‫ َطُهْو ُر ِاَناِِء َاَحِد ُك ْم ِاَذ ا َو َلَغ ِفْيِه اْلَك ْلُب َاْن َيْغ ِس َلُه َس ْبَع َم َّراٍت َاْو َالُهَّن ِبالُّتَر اِب (رواه مسلم‬Artinya : “Cara mensucikan
bejana seseorang diantara kamu apabila dijilat anjing hendaklah dibasuh tujuh kali dan salah satunya
dicampur dengan debu” (HR. Muslim) 2. Najis Mutawassithah (Najis Sedang) Najis Mutawassitah dibagi
dua macam, yaitu: a. Mutawassitah hukmiyah, yaitu najis yang diyakini adanya, tetapi tidak ada
wujud ,bau, maupun warnanya, seperti air kencing yang sudah kering. Cara mensucikannya cukup
dipercikkan/disiram dengan air di atasnya. b. Mutawassitah `Ainiyyah, adalah najis mutawassitah yang
masih ada wujud, bau ataupun warnanya. Cara mensucikannya adalah dibasuh dengan air sampai hilang
wujud, bau dan warnanya (kecuali jika wujudnya sangat sulit dihilangkan). Benda-benda yang termasuk
najis mutawassitah : a. Bangkai binatang darat. b. Segala macam darah kecuali hati dan limpa. c. Nanah,
yaitu darah yang sudah membusuk. d. Semua benda yang keluar dari dua jalan kotoran e. manusia
maupun hewan, yaitu kubul (jalan depan) f. dan dubur (jalan belakang), baik benda cair maupun g.
benda padat. h. Segala macam minuman keras. i. Muntahan. 3. Najis Mukhaffafah (Najis Ringan) Yang
termasuk najis mukhaffafah yaitu air kencing anak laki-laki yang hanya minum ASI dan berumur kurang
dari dua (2) tahun. Cara mensucikan najis ini cukup dengan memercikkan air pada benda yang terkena
najis. )‫ ُيْغ َس ُل ِم ْن َبْو ِل الَج اِرَّيِة َو ُيَر ُّش ِم ْن َبْو ِل اْلُغَالِم (رواه النساء‬Artinya : “Cucilah apa-apa yang terkena air kencing
anak perempuan, sedangkan jika terkena air kencing anak laki-laki cukup dengan memercikkan air
padanya” (HR. An-Nasa`i ) 3) HADAS KECIL DAN TATA CARA TAHARAHNYA a) Pengertian Hadas Kecil
yaitu hadas yang dapat disucikan dengan cara wudhu, atau dengan tayamum. b) Sebab-sebab hadas
kecil : 1. Keluar sesuatu dari jalan depan (buang air kecil) dan jalan belakang (buang air besar) 2. Hilang
akal (karena tidur , mabuk, atau gila) 3. Menyentuh kemaluan dengan telapak tangan. 4. Bersentuhan
kulit antar lawan jenis yang bukan muhrim. c) Ketentuan Wudhu 1. Pengertian. Wudhu adalah kegiatan
bersuci dengan menggunakan air yang suci dan mensucikan untuk menghilangkan hadas kecil yang
disertai dengan syarat-syarat dan rukun tertentu. Firman Allah dalam Al Quran surat Al Maidah : 6
       
     
          
           
       
          
      
  6. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu
sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub Maka mandilah, dan jika kamu sakit[403] atau
dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh[404] perempuan, lalu
kamu tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu
dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak
membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur. 2. Syarat-
syarat Wudhu a. Beragama Islam b. Mumayiz (berakal sehat), yaitu orang yang dapat membedakan hal-
hal yang baik dengan hal-hal yang buruk. c. Tidak sedang berhadas besar d. Menggunakan air suci dan
mensucikan e. Tidak ada yang menghalangi sampainya air ke anggota wudhu 3. Rukun Wudhu a. Niat
Wudhu b. Membasuh Muka c. Membasuh kedua tangan sampai siku-siku d. Mengusap kepala e.
Membasuh kedua kaki sampai mata kaki f. Tertib 4. Sunnah-sunnah Wudhu a. Siwak, yaitu menggosok
gigi sebelum wudhu b. Membaca “basmalah” sebelum wudhu c. Membasuh dua telapak tangan d.
Berkumur ( ‫ )اْلّم ْض َم َض ة‬e. Memasukkan air ke lobang hidung dan menyemprotkannya ( ‫ ) اِْإلْس ِتْنَس اُق‬f.
Mengusap seluruh kepala g. Mengusap kedua telinga bagian luar dan dalam h. Mendahulukan bagian
kanan anggota wudhu i. Dilaksanakan masing-masing 3 kali. j. Menghadap kiblat k. Menyilang-nyilangi
jari-jari tangan dan kaki l. Membaca do`a sesudah wudhu. 5. Hal-Hal Yang Membatalkan Wudhu a.
Keluar sesuatu dari kubul dan dubur b. Tidur pulas sampai tidak tersisa sedikitpun kesadarannya, baik
dalam keadaan duduk yang mantap di atas ataupun tidak. c. Hilangnya kesadaran akal karena mabuk
atau sakit. Karena kacaunya pikiran disebabkan dua hal ini jauh lebih berat daripada hilangnya
kesadaran karena tidur nyenyak. d. Memegang kemaluan tanpa alat. e. Sentuhan kulit lawan jenis yang
bukan muhrim 4) Hadas Besar dan Tata cara Taharahnya. a) Pengertian. Hadas Besar yaitu hadas yang
dapat disucikan dengan cara mandi janabah, jika kondisi sakit atau darurat boleh diganti dengan
tayamum. b) Sebab-sebab hadas besar, antara lain : 1. Melakukan hubungan suami isteri (bersetubuh)
baik mengeluarkan air mani atau tidak. 2. Keluar sperma (mani), baik disengaja maupun tidak. 3. Haid
atau nifas (bagi wanita) 4. Wiladah (setelah melahirkan) 5. Meninggal dunia c) Ketentuan Mandi Janabah
1. Pengertian dan dalilnya. Mandi janabah adalah mengalirkan air ke seluruh tubuh dengan niat untuk
menghilangkah hadas besar sesuai dengan syarat dan rukunnya. Firman Allah surat Al-Maidah : 6 ... ‫َوِإْن‬
‫ُك نُتْم ُج ُنبًا َفاَّطَّهُروْا‬... Artinya : “... dan jika kamu junub maka mandilah ...” 2. Sebab-sebab mandi janabah
(besar) : a. Melakukan hubungan suami isteri b. Keluar air mani baik disengaja maupun tidak c. Selesai
menjalani masa haid dan nifas (bagi wanita) d. Orang Islam yang meninggal dunia (kecuali mati syahid) e.
Seorang kafir yang baru masuk Islam. 3. Syarat-syarat mandi janabah a. Orang yang berhadas besar dan
hendak melaksanakan salat b. Tidak berhalangan untuk mandi. 4. Rukun Mandi Janabah a. Niat b.
Meratakan air ke seluruh tubuh 5. Sunnah mandi janabah a. Membaca basmalah sebelumnya b.
Berwudhu sebelum mandi c. Menggosok seluruh badan dengan tangan d. Mendahulukan bagian kanan
(saat menyiram) baru kemudian yang kiri e. Menutup aurat, di tempat yang tersembunyi (kamar mandi).
6. Urutan Mandi Janabah a. Membasuh kedua tangan disertai dengan niat mandi janabah b. Membasuh
kemaluan dengan tangan kiri c. Berwudhu d. Menuangkan air ke atas kepala sebanyak 3 kali dilanjutkan
mandi biasa sampai rata. e. Membasuh kedua kaki dengan kaki kanan terlebih dahulu. 7. Hikmah mandi
janabah a. Secara rohani, seseorang akan merasa terbebas dari perkara yang menurut agama Islam
kurang bersih. b. Secara jasmani, dengan mandi janabah, badan akan terasa segar kembali setelah
diguyur air 5) Tayamum a) Pengertian dan dalil Tayamum adalah salah satu cara untuk mensucikan diri
dari hadas kecil atau besar dengan menggunakan debu atau tanah yang bersih. Tayamum sebagai
pengganti wudhu dan mandi janabah adalah sebagai rukhsah (keringanan) yang diberikan Allah sesuai
firman-Nya : ... ‫َوِإْن ُك نُتْم َّم ْر َض ى َأْو َع َلى َس َفٍر َأْو َج آَء َأَح ٌد ِّم ْنُك ْم ِّم َن اْلَغاِئِط َأْو َالَم ْس ُتُم الِّنَس آَء َفَلْم َتِج ُدوْا َم آًء َفَتَيَّمُم وْا َصِع يدًا َطِّيبًا َفاْمَس ُحوْا‬
‫ ِبُوُجْو ِهُك ْم َو َأْيِد ْيُك ْم ِّم ْنُه‬... Artinya : “…Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan (musafir) atau datang dari
tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapatkan air maka
bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci), sapulah wajahmu dan tanganmu dengan tanah
tersebut …” (QS. Al-Maidah /5: 6). b) Syarat-syarat Tayamum 1. Sudah masuk waktu salat 2. Kesulitan
mendapatkan air atau berhalangan memakai air karena sakit. 3. Dengan tanah atau debu 4. Tanah atau
debu tersebut harus suci dari najis c) Rukun Tayamum 1. Niat 2. Mengusap muka dengan tanah/atau
debu 3. Mengusap kedua tangan d) Sebab-Sebab Tayamum 1. Sakit yang tidak boleh terkena air 2.
Berada dalam perjalanan jauh yang sulit mendapatkan air. 3. Tidak mendapatkan air untuk wudhu. e)
Cara Bertayamum 1. Niat bertayamum karena hendak mengerjakan salat. Niat cukup dilaksanakan
dalam hati tetapi disunnahkan untuk melafalkan niat tersebut. Niat tayamum adalah sebagai berikut :
‫ َنَو ْيُت الَّتَيُّم َم ِِال ْس ِتَباَح ِة الَّص َالِة َفْر ضًا ِِهلل َتَع اَلى‬Artinya : “Saya niat tayamum agar dapat melaksanakan salat fardu
karena Allah semata” 2. Menghadap kiblat, kemudian tebarkan kedua telapak tangan satu kali pada
dinding, kaca, atau benda lain yang diyakini ada debu 3. Usapkan telapak tangan satu kali pada wajah. 4.
Usapkan kedua tangan secara bergantian dari bagian dalam ke bagian luar dimulai dari tangan kanan
kemudian tangan kiri f) Yang Membatalkan Tayamum 1. Semua hal yang membatalkan wudhu (buang air
besar/kecil, hilang akal, menyentuh kemaluan) 2. Mendapatkan air (sebelum melaksanakan salat)
Pelajaran 2 Salat Fardu dan Sujud Sahwi a. Standar kompetensi 2. Melakanakan tata cara shalat fardhu
dan sujud sahwi. b. Kompetensi Dasar 1) Menjelaskan tata cara shalat lima waktu 2) Menghafal bacaan-
bacaan shalat lima waktu 3) Menjelaskan ketenuan-ketentuan shalat lima waktu 4) Menjelaskan
ketenuan sujud sahwi 5) Mempraktikan shalat lima waktu dan sujud sahwi c. Indikator 1) Menjelaskan
pengertian salat dan dalilnya 2) Menjelaskan rukun salat 3) Menjelaskan syarat sah salat 4) Menjelaskan
syarat wajib salat 5) Menjelaskan hal hal yang membatalkan salat 6) Menjelaskan sunah-sunah salat 7)
Menjelaskan hikmah salat 8) Melafalkan bacaan salat dengan benar 9) Menghafal bacaan salat 10)
Menjelaskan ketentuan waktu salat lima waktu 11) Mengidentifikasi waktu salat lima waktu 12)
Menjelaskan pengertian sujud sahwi 13) Menghafal bacaan sujud sahwi 14) Mempraktikkan salat dan
sujud sahwi d. Ringkasan Materi 1) SHALAT LIMA WAKTU a) Pengertian Secara Etimologi/Bahasa artinya
do’a, sedangkan secara Terminologi/istilah artinya adalah Ibadah yang terdiri dari perkataan dan
perbuatan tertentu, yang diawali dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam. Dasar hukum
diwajibkannya shalat fardhu adalah firman Allah :   
•     Artinya : “Dan dirikanlah shalat dan
bayarkanlah zakat, dan ruku`lah bersama orang-orang yang ruku`” (QS. Al-Baqarah : 43) ‫َأَّوُل َم ا ُيَح اَس ُب َع َلْيِه‬
)‫ َوِإْن َفَسَد ْت َفَسَد َس اِئُر َع َم ِلِه (رواه الطبران‬,‫ اْلَع ْبُد َيْو َم اْلِقَياَم ِة الَّص َالُة َفِإْن َص ُلَح ْت َص ُلَح َسِائُر َع َم ِلِه‬Artinya : “Amal yang pertama
kali akan dihisab bagi seorang hamba pada hari kiamat adalah shalat. Jika shalatnya baik, maka akan
dinilai baik semua amalnya yang lain dan jika shalatnya rusak maka akan dinilai jeleklah semua amalnya
yang lain”. (HR. at-Tabrani). b) Rukun 1. Niat 2. Berdiri jika mampu 2. Takbiratul Ihram 3. Membaca surat
Al-Fatihah 4. Ruku` dan tuma`ninah 5. I`tidal dan tuma`ninah 6. Sujud dan tuma`ninah 7. Duduk diantara
dua sujud dan tuma`ninah 8. Duduk tasyahud akhir 9. Membaca tasyahud akhir 10. Membaca salawat
kepada Nabi 11. Membaca salam pertama 12. Tertib 13. salat Rukun shalat tersebut dibagi menjadi dua,
yaitu : 1. Rukun qauli, yaitu rukun yang berupa ucapan (contoh : Takbiratul ikhram, membaca surat al-
fatihah, membaca tasyahud akhir, membaca salam) 2. Rukun fi`li, yaitu rukun yang berupa gerakan
(contoh : sujud, ruku`, I`tidal dll). c) Syarat Sah Salat 1. Suci badan dari hadats besar dan kecil ‫َال ُتْقَبُل الَّصَالَة‬
)‫ َاَحِد ُك ْم ِإَذ ا َاْح َد َث َح َّتى َيَتَو َّض َأ (رواه البخارى و مسلم‬Artinya : “Allah tidak menerima salat seseorang diantara kamu
yang berhadas sehingga dia berwudhu” (HR. Bukhari dan Muslim) 2. Suci badan, pakaian dan tempat
dari najis 3. Menutup aurat. 4. Telah masuk waktu salat 5. Menghadap kiblat ( Ka’bah ) d) Syarat wajib
salat 1. Islam 2. Baligh 3. Berakal, tidak gila atau mabuk. 4. Suci dari haid dan nifas bagi perempuan. 5.
Telah sampai dakwah kepadanya. 6. Terjaga, tidak sedang tidur. e) Yang membatalkan salat 1. Berbicara
dengan sengaja. 2. Bergerak dengan 3 kali gerakan atau lebih berturut-turut. 3. Berhadas. 4.
Meninggalkan salah satu rukun salat dengan sengaja. 5. Terbuka auratnya. 6. Merubah niat. 7.
Membelakangi kiblat, kecuali sedang diatas kendaraan. 8. Makan dan minum. 9. Tertawa. 10. Murtad. f)
Sunnah Salat Sunnah salat dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Sunah `Ab`ad Sunah `ab`ad adalah amalan sunah
dalam salat yang apabila terlupakan harus diganti dengan sujud sahwi. Yang termasuk sunah `ab`ad
adalah : a. Tasyahud awal b. Duduk tasyahud c. Membaca salat nabi ketika tasyahud 2. Sunah Hai’at
Sunah Hai’at adalah amalan sunah dalam salat yang apabila terlupakan tidak perlu diganti dengan sujud
sahwi. Yang termasuk sunah hai`at adalah : a. Mengangkat tangan ketika takbiratul ikhram b.
Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri ketika sedekap. c. Memandang ke tempat sujud d.
Membaca do`a iftitah e. Tuma`ninah (diam sejenak) sebelum atau sesudah membaca surat al-Fatihah. f.
Membaca lafald “amin” sesudah membaca surat al-Fatihah. g. Membaca surat selain surat al-Fatihah
setelah membaca surat al-Fatihah. h. Memperhatikan/mendengarkan bacaan imam (bagi makmum) i.
Mengeraskan suara pada dua rakaat pertama salat maghrib, isya dan subuh. j. Membaca takbir ibntiqal
setiap ganti gerakan kecuali ketika berdiri dari ruku`. k. Membaca ketika i`tidal. g) Hikmah Salat 1.
Mendidik disiplin dan menghargai waktu. 2. Menjadikan hati tenang karena salat merupakan hubungan
antara seorang hamba dengan Tuhannya. 3. Menyadarkan manusia tentang hakekat dirinya yang
merupakan hamba Allah SWT yang harus senantiasa menyembahnya. 4. Menanamkan nilai tidak ada
yang memberi kenikmatan dan pertolongan selain Allah SWT. 5. Salat dapat menjauhkan diri dari
perbuatan keji dan munkar (jelek), firman Allah surat Al-Ankabut : 45 ... ‫ ِإَّن الَّصلوَة َتْنهٰى َع ِن اْلَفْخ َشآِء َو اْلُم ْنَك ِر‬...
Artinya : “Sesungguhna sholat itu dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar …” ( QS. Al-
Ankabut/29 : 45 ) 6. Shalat dapat menjauhkan diri dari perbuatan keji dan munkar (jelek) ‫ِإَّن الَّصَالَة َتْنَهى َع ِن‬
‫ اْلَفْخ َشاِء َو اْلُم ْنَكر‬Artinya : “Sesungguhna sholat itu dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar” 7.
Shalat dapat menjauhkan diri dari sifat sombong. 2) Bacaan-bacaan Salat a) Niat Pada prinsipnya niat
dilakukan dalam hati, tetapi jika dilafazdkan sebagai berikut: 1. Shalat Dhuhur ‫ُاَص ِّل َفْر َض الُّظْهِر َاْر َبَع َر َك َع اٍت‬
2 ‫ُم ْسَتْقِبَل اْلِقْبَلِة َاَداًء ِهلل َتَع اَلى‬. Shalat `Ashar 3 ‫ُاَص ِّل َفْر َض اْلَع ْص ِر َاْر َبَع َر َك َع اٍت ُم ْسَتْقِبَل اْلِقْبَلِة َاَداًء ِهلل َتَع اَلى‬. Shalat Magrib ‫ُاَص ِّل‬
4 ‫َفْر َض اْلَم ْغ ِرِب َثَالَث َر َك َع اٍت ُم ْسَتْقِبَل اْلِقْبَلِة َاَداًء ِهلل َتَع اَلى‬. Shalat `Isya 5 ‫ُاَص ِّل َفْر َض اْلِع َشاِء َاْر َبَع َر َك َع اٍت ُم ْسَتْقِبَل اْلِقْبَلِة َاَداًء ِهلل َتَع اَلى‬.
Shalat Shubuh ‫ ُاَص ِّل َفْر َض الُّص ْبِح َر َك َع َتْيِن ُم ْسَتْقِبَل اْلِقْبَلِة َاَداًء ِهلل َتَع اَلى‬b) Takbiratul Ikhram dengan membaca ‫ُهللا َاْك َبْر‬
(Allahu akbar) c) Membaca Do`a Iftitah Menurut pendapat ulama, ada dua macam do`a iftitah, yaitu : 1.
Macam Pertama ‫ ِاِنى َو َّجْهُت َوَو ْج ِهَي ِلَّلِذ ى َفَطَر الَّس َم وت واَالْر َض َح ِنْيًفا ُم ْس ِلًم ا‬.‫ُهللَا َك ِبْيًرا َو اْلَح ْم ُد ِهلل َك ِثْيًرا َو ُسْبحَن ِهللا ُبْك َر ًة َو َاِص ْيًال‬
2 . ‫ َال َش ِرْيَك َلُه َو ِبذِلَك ُاِم ْر ُت َو َاَنا ِم َن اْلُم ْس ِلِم ْيَن‬. ‫ ِاَّن َص َالِتى َو ُنُس ِكى َوَم ْح َياَي َوَمَم اِتى ِهلل َر ِّب اْلَع اَلِم ْيَن‬. ‫َوَم ا َاَنا ِم َن اْلُم ْش ِرِكْيَن‬. Macam
Kedua ‫ اَاللُهَّم‬.‫ اَاللُهَّم َنِّقِنى ِم ْن َخ َطاَياَي َك َم ا ُيَنِّقى الَّثْو ُب اَْالْبَيُض ِم َن الَّدَنِس‬.‫اَاللُهَّم َباِع ْد َبْيِنى َو َبْيَن َخ َطاَياَي َك َم ا َبَع ْدَت َبْيَن اْلَم ْش ِرِق َو اْلَم ْغ ِرِب‬
‫اْغ ِس ْلِنى ِم ْن َخ َطاَياَي ِباْلَم اِء َو الَّثْلِج َو اْلَبْر ِد‬. d) Membaca Surat al-Fatihah didahului dengan membaca ta`awudz e)
Membaca Surat Pendek f) Ruku` dan Tuma`ninah g) Do`a yang dibaca ketika ruku` ‫ ُسْبحَن َر َّبَي اْلَعِظ ْيِم‬h)
I`tidal dan Tuma`ninah Do`a yang dibaca ketika I`tidal ‫َر َّبَنا َلَك اْلَح ْم ُد ِم ْل ُء الَّسموِت َوِم ْل ُء اَالْر ِض َوِم ْل ُء َم ا ِش ْئَت ِم ْن َش ْي ٍء‬
‫ َبْعُض‬i) Sujud Pertama dan Tuma`ninah Do`a yang dibaca ketika sujud ‫ ُسْبحَن َر َّبَي اَالِع َلى‬j) Duduk diantara 2
sujud dan Tuma`ninah Do`a yang dibaca ketika duduk diantara dua sujud ‫َر ِّب اْغ ِفِرِلى َو اْر َح ْمِنى َو اْج ُبْر ِنى َو اْر َفْع ِنى‬
‫ َو اْر ُز ْقِنى َو اْهِدِنى َو اْعُف َع ِّنى‬k) Sujud Kedua dan Tuma`ninah l) Duduk Tasyahud m) Membaca Tasyahud Akhir
Bacaan tasyahud akhir ‫ َالَّس َالُم َع َلْيَنا َو َع َلى‬.‫ َالَّس َالُم َع َلْيَك َاُّيَها الَّنِبُّي َو َر ْح َم ُة ِهللا َو َبَر َكاُتُه‬.‫َالَّتِح َّياُت الُمَباَر َكاُت الَّص َلَو اُت الَّطِّيَباُت ِهلل‬
‫ َاْش َهُد َاْن َال ِالَه ِاَّال ِهللا َو َاْش َهُد َاَّن ُمَحَّم ًدا َرُسْو ُل ِهللا‬. ‫ِع َباِد َك الَّصاِلِح ْيَن‬. n) Membaca Shalawat Kepada Nabi Bacaan shalawat
kepada nabi ‫ َو َبِرْك َع َلى‬, ‫ َك َم ا َص َّلْيَت َع َلى َع َلْى َس ِيِد َنا ِاْبَر اِهْيَم َو َع َلى اِل َس ِّيِد َنا ِاْبَر اِهْيَم‬. ‫َاللُهَّم َص ِّلى َع َلْى َس ِيِد َنا ُمَحَّمٍد َو َع َلى اِل َس ِّيِد َنا ُمَحَّمٍد‬
‫ ِفى اْلَع اَلِم ْيَن ِاَّنَك َح ِم ْيٌد َمِج ْيٌد‬, ‫ َك َم ا َباَر ْك َت َع َلى َع َلْى َس ِيِد َنا ِاْبَر اِهْيَم َو َع َلى اِل َس ِّيِد َنا ِاْبَر اِهْيَم‬, ‫َس ِيِد َنا ُمَحَّمٍد َو َع َلى اِل َس ِّيِد َنا ُمَحَّمٍد‬.. o) Salam 3)
Waktu-waktu salat Allah mewajibkan kepada setiap muslim shalat lima waktu dalam sehari semalam
yang sudah ditentukan waktunya. Firman Allah : 6)  •   
  • Artinya : Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang
ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (QS. an-Nisa : 103) a) Waktu dhuhur Waktu salat
zuhur adalah mulai sejak tergelincirnya matahari kearah barat hingga bayangan benda sama panjang
dengan benda aslinya. b) Waktu asar Waktu shalat `ashar adalah mulai sejak bayangan benda lebih
panjang dari bendanya hingga matahari berwarna kekuning-kuningan(terbenam). ‫َو ْقُت اْلَع ْص ِر َم اَلْم َيْغ ُر ِب‬
)‫ الَّش ْم ُش (رواه مسلم‬Artinya : “Waktu `ashar sebelum terbenam matahari”. (HR. Muslim) c) Waktu maghrib
Waktu shalat maghrib adalah mulai sejak terbenamnya matahari sampai hilangnya mega-mega merah.
)‫ َو ْقُت َص َالِة اْلَم ْغ ِرِب ِإَذ ا َغاَبِة الِّش ْم ُش َم اَلْم َيْس ُقِط الَّش َفُق (رواه مسلم‬Artinya : Waktu shalat maghrib adalah apabila
matahari telah terbenam (sampai) sebelum lenyapnya mega merah (HR. Muslim) d) Waktu isya` Waktu
shalat isya`adalah mulai dari hilangnya mega merah sampai terbit fajar (baying-bayangsinar terang di
arah timur), jika memungkinkan dianjurkan untuk mengakhir shalat sampai sepertiga malam. e) Waktu
subuh Waktu shalat subuh adalah mulai sejak terbit fajar yang kedua hingga terbitnya matahari. ‫َو ْقُت‬
)‫ َص َالِة الُّص ْبِح ِم ْن ُطُلْو ِع اْلَفْج ِر َم اَلْم َتْطُلِع الَِش ْم ُش (رواه مسلم‬Artinya “Waktu shalat subuh adalah mulai sejak terbit
fajar sampai sebelum terbitnya matahari (HR. Muslim) 4) Sujud Sahwi a) Pengertian Sujud sahwi adalah
sujud yang dilakukan karena seseorang meninggalkan sunah ab`ad, kekurangan rakaat atau kebelihan
rakaat, maupun ragu-ragu tentang jumlah rakaat dalam salat. Sujud sahwi dapat dilaksanakan sebelum
maupun sesudah salam. Bacaan yang dibaca ketika sujud sahwi adalah : ‫ ُسْبَحاَن َال َيَناُم َو َال َيْسُهو‬Sebagian
ulama berpendapat bahwa bacaan sujud sahwi adalah sama dengan bacaan sujud biasa. b) Sebab-sebab
sujud sahwi Sebab-sebab sujud sahwi secara lebih rinci ada empat hal, yaitu : 1. Apabila menambah
perbuatan dari jenis shalat karena lupa, seperti berdiri, atau ruku', atau sujud, misalnya ia ruku' dua kali,
atau berdiri di waktu ia harus duduk, atau shalat lima rakaat pada shalat yang seharusnya empat rakaat
misalnya, maka ia wajib sujud sahwi karena menambah perbuatan, setelah salam, baik ingat sebelum
salam atau sesudahnya. 2. Apabila mengurangi salah satu rukun shalat, apabila ingat sebelum sampai
pada rukun yang sama pada rakaat berikutnya, maka wajib kembali melakukannya, dan apabila ingat
setelah sampai pada rukun yang sama pada rakaat berikutnya, maka tidak kembali, dan rakaatnya batal.
Apabila ingat setelah salam, maka wajib melakukan rukun yang ditinggalkan dan seterusnya saja, dan
sujud sahwi setelah salam. Jika salam sebelum cukup rakaatnya, seperti orang yang shalat tiga rakaat
pada shalat yang empat rakaat, kemudian salam, lalu diingatkan, maka harus berdiri tanpa bertakbir
dengan niat shalat, kemudian melakukan rakaat keempat, kemudian tahiyyat dan salam, kemudian
sujud sahwi. 3. Apabila meninggalkan salah satu wajib shalat, seperti lupa tidak tahiyat awal, maka gugur
baginya tahiyyat, dan wajib sujud sahwi sebelum salam. 4. Apabila ragu tentang jumlah rakaat, apakah
baru tiga rakaat atau empat, maka menganggap yang lebih sedikit, lalu menambah satu rakaat lagi, dan
sujud sahwi sebelum salam, apabila dugaannya lebih kuat pada salah satu kemungkinan, maka harus
melakukan yang lebih yakin, dan sujud setelah salam. c) Cara melaksanakan sujud sahwi Sujud sahwi
dapat dilaksanakan dengan dua macam cara, yaitu : 1. Sebelum Salam Sujud sahwi dilaksanakan setelah
membaca tasyahud akhir sebelum salam apabila kesalahan atau kelupaan dalam shalat diketahui
sebelum salam. Sujud sahwi ini dilaksanakan dengan membaca takbir terlebih dahulu, dilanjutkan
dengan sujud dan membaca bacaan sujud sahwi 3 x, dilanjutkan dengan duduk iftirasyi, dilanjutkan
dengan sujud sahwi lagi dengan bacaan yang sama, dilanjutkan dengan duduk tawarud (tasyahud akhir),
membaca takbir dan dilanjutkan dengan salam. 2. Setelah Salam Sujud sahwi dilaksanakan setelah salam
apabila kesalahan atau kelupaan dalam shalat diketahui setelah salam. Tata caranya sama dengan sujud
sahwi sebelum salam. d) Tata cara sujud sahwi 1. Niat 2. Membaca takbir 3. Sujud dua kali dan membaca
bacaan sujud 4 ‫ُسْبَحاَن َال َيَناُم َو َال َيْس ُهْو‬. Salam e) Sujud sahwi dalam salat berjamaah: 1. Apabila imam
melakukan sujud sahwi maka makmum wajib mengikutinya. 2. Apabila imam tidak melakukan sujud
sahwi maka makmum tidak boleh melakukan sujud sahwi. Pelajaran 3 Adzan dan Iqamat a. STANDAR
KOMPETENSI 3. Melaksanakan tatacara adzan, iqamah, shalat jamaah b. KOMPETENSI DASAR 3.1.
Menjelaskan ketentuan adzan dan iqamah 3.2. Menjelaskan ketentuan shalat berjamaah 3.3.
Menjelaskan ketentuan makmum masbuk 3.4. Menjelaskan cara mengingatkan imam yang lupa 3.5.
Menjelaskan cara mengingatkan imam yang batal c. Indikator 1. Menjelaskan pengertian azan dan
ikamah 2. Menghafalkan bacaan azan 3. Menghafalkan bacaan ikamah 4. Menjelaskan hikmah azan dan
ikamh 5. Menjelaskan pengertian salat berjamaah dan dalilnya 6. Menjelaskan hukum salat berjmaah 7.
Menjelaskan syarat imam dan makmum 8. Menjelaskan pengaturan saf dalam salat berjamaah 9.
Menjelaskan pengertian makmum masbuk 10. Menjelaskan tata cara makmum masbuk 11. Menjelaskan
cara mengingatkan imam yang lupa dalam bacaan 12. Menjelaskan cara mengingatkan imam yang lupa
dalam gerakan 13. Menjelaskan cara mengingatkan imam yang batal 14. Mempraktikkan azan, ikamah,
dan salat berjamah d. Penjelasan 1) Azan dan Ikamah a) Pengertian azan dan ikamah Azan adalah tanda
bahwa waktu salat fardhu telah tiba. Sedangkan ikamah adalah pertanda bahwa salat berjamaah akan
segera dimulai. Hukum azan dan ikamah adalah sunah bagi laki-laki. b) Syarat sahnya azan 1. Hendaknya
azan dibaca secara berurutan dan bersambung. 2. Dilakukan setelah masuknya waktu salat. 3. Mu`adzin
adalah seorang muslim, laki-laki, amanah, berakal, adil, baligh atau tamyiz. 4. Hendaknya azan dan
ikamah diucapkan dengan bahasa arab. c) Lafal Azan Allah Mahabesar Allah Mahabesar َ۱. ‫هللا ُ َأْك َبُر هللا ُ َأْك َبُر‬
Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan sealain Allah (2X) ۲. ‫ َأْش َهُد َأْن َال ِإلَه ِإَّال ُهللا‬,‫ َأْش َهُد َأْن َال ِإلَه ِإَّال ُهللا‬Saya bersaksi
bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah (2X) ۳. ‫ َأْش َهُد َأَّن ُمَحَّم ًدا َرُسْو ُل ِهللا‬,‫ َأْش َهُد َأَّن ُمَحَّم ًدا َرُسْو ُل ِهللا‬Mari kita
mendirikan shalat(2X) ٤. ‫ َح َّي َعلَى الَّص َالِة‬,‫ َح َّي َعلَى الَّص َالة‬Mari kita meraih kemenangan (2X) ‫ َح َّي‬,‫َح َّي َعلَى اْلَفَالِح‬
٥. ‫ َعلَى اْلَفَالِح‬Allah Mahabesar Allah mahabesar ٦. ‫ ُهللا َأْك َبُر ُهللا َأْك َبُر‬Tidak ada Tuhan selain Allah ٧. ‫َال ِإلَه ِإَّال ُهللا‬
Khusus pada adzan shubuh, sebelum muadzin melafalkan bacaan takbir akhir, membaca bacaan : ‫َالَّص َالُة‬
‫ َالَّص َالُة ُخ ْيٌر ِم َن الَّنْو ِم‬, ‫ ُخ ْيٌر ِم َن الَّنْو ِم‬d) Lafal Iqamah Allah Maha Besar Allah Maha Besar َ١. ‫ ُهللا َأْك َبُر‬- ‫ ُهللا َأْك َبُر‬Aku
bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah ٢. ‫ َأْش َهُد َأْن َال ِإلَه ِإَّال ُهللا‬Saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad
adalah utusan Allah ٣. ‫ َأْش َهُد َأَّن ُمَحَّم ًدا َرُسْو ُل ِهللا‬Mari kita mendirikan shalat ٤. ‫ َح َّي َعلَى الَّص َالِة‬Mari kita meraih
kemenangan ٥. ‫ َح َّي َعلَى اْلَفَالِح‬Sesungguhnya shalat akan segera dimulai ٦. ‫ َقْد َقاَم ِت الَّص َالة‬,‫ َقْد َقاَم ِت الَّص َالُة‬Allah
Maha Besar Allah Maha Besar َ٧. ‫ُهللا َأْك َبُر‬،َ ‫ ُهللا َأْك َبُر‬Tidak ada Tuhan selain Allah ٧. ‫ َال ِإلَه ِإَّال ُهللا‬e) Bacaan yang
diucapkan oleh orang yang mendengar azan Disunnahkan bagi orang yang mendengarkan azan baik laki-
laki maupun wanita untuk : 1. Mengucapkan seperti yang diucapkan mu'adzzin agar mendapat pahala
seperti dia kecuali dalam bacaan hayya alas salat, dan hayya alal falah orang yang mendengarkannya
mengucapkan laa hawla wala quwwata illa billahil `aliyyil adzim. 2. Setelah azan selesai disunnahkan
untuk bershalawat kepada nabi dengan pelan bagi yang azan maupun yang mendengar. 3. Disunnahkan
membaca do`a ketika selesai mendengar azan : ،‫ آتُمَحَّم َداِن اْلَوِس ْيَلَة َو اْلَفِض ْيَلَة‬،‫ َو الَّص َالِة اْلَقاِئَم ِة‬،‫َالّلُهَّم َر َّب هِذِه الَّدْع َوِة الَّتاَّمِة‬
‫ َو اْبَع ْثُه َم َقاًم ا َم ْح ُم ْو ًدا اَّلِذ ي َو َع ْد َتُه ِإَّنَك َال ُتْفِلُح اْلِمَع اُد‬Artinya : “Ya Allah Tuhan yang memiliki seruan yang sempurna ini,
dan shalat wajib yang didirikan, berikanlah kepada Muhammad al-wasilah (derajat di surga) dan
fadhilah, serta bangkitkanlah dia dalam maqam yang terpuji yang telah Engkau janjikan). Maka dia
berhak mendapat syafaatku di hari kiamat. “ f) Hikmah disyari'atkannya azan dan ikamah 1. Azan
merupakan pemberitahuan tentang masuknya waktu salat dan mengajak untuk salat berjamaah yang
mengandung banyak kebaikan. 2. Azan merupakan peringatan bagi orang yang lalai, mengingatkan
orang-orang yang lupa menunaikan salat yang merupakan nikmat yang paling besar, dan mendekatkan
seorang hamba kepada Tuhannya dan inilah keuntungan yang sebenarnya, azan adalah panggilan bagi
seorang muslim agar tidak terlewatkan baginya nikmat ini. 3. Ikamah merupakan pemberitahuan bahwa
salat akan segera dimulai. 2) Salat Jama’ah a) Pengertian Secara bahasa, jamaah berarti kumpulan atau
bersama-sama. Sedangkan secara istilah, salat jamaah berarti salat yang dilaksanakan secara bersama-
sama oleh dua orang atau lebih, salah satunya menjadi imam dan yang lain menjadi makmum. ‫َص َالُة‬
) ‫ اْلَج َم اَع ِة َتْفَض ُل َع َلى َص َالِة اْلَفِّذ ِبَس ْبِع َوِع ْش ِرْيَن َدَرَج ًة (رواه البخارى و مسلم عن ابن عمر‬Artinya : “salat jamaah lebih utama
dari salat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat” (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar) Hukum
salat berjamah : sunah muakad ( sunah yang dikuatkan), terutama bagi laki-laki di masjid. b) Ketentuan
Shalat Berjamaah 1. Syarat Menjadi Imam a. Bacaannya fasih b. Laki-laki apabila makmumnya laki-laki c.
Imam handaknya berdiri di depan makmum d. Imam tidak dalam keadaan menjadi makmum. 2. Syarat
Menjadi Makmum a. Makmum hendaknya berniat mengikuti imam b. Makmum hendaknya mengetahui
gerakan imam c. Makmum hendaknya berdiri di belakang imam d. Makmum hendaknya berada di satu
bangunan atau tempat yang berhubungan dengan Imam c) Tatacara Shalat Berjamaah 1. Dalam semua
gerakan salat, makmum tidak boleh mendahului gerakan imam. ‫َقاَل َرُسْو ُل ِهللا َص َّلى هللا َُع َلْيِه َو َس َّلَم ِاَّنَم ا ُج ِع َل ْاِال َم اُم‬
)‫“ ِلُيْؤ َتَّم ِبِه َفِاَذ ا َكَّبَر َفَكِّبُرواَوِاَذ ا َر َك َع َفاْر َك ُعْو ا (رواه البخارى ومسلم‬Sesungguhnya imam itu dijadikan supaya diikuti
perbuatannya, apabila ia telah takbir, hendaklah kamu takbir, dan apabila ia rukuk maka hendaklah
kamu rukuk pula” (HR. Bukhari dan Muslim). 2. Pada waktu imam membaca surat Al-Fatihah dengan jahr
(keras) makmum mendengarkan 3. Ketika imam bangun dari rukuk membaca sami’allahuliman
hamidah ,makmum membaca rabbana walakal hamdu, ketika imam membaca waladdhalliin makmum
membaca amiin. d) Pengaturan Saf (Barisan) Dalam Salat Jamaah 1. Bila makmum hanya satu orang,
makmum berdiri di sebelah kanan agak ke belakang. 2. Bila makmum 2 orang, makmum berdiri di
belakang imam. 3. Bila makmum terdiri dari laki-laki dan perempuan, maka makmum laki-laki berada di
shaf depan, sedangkan makmum perempuan berada di belakang shaf makmum laki-laki. 4. Bila
makmum terdiri dari laki-laki, perempuan dan anak-anak, 5. maka : a. Shaf laki-laki dewasa di depan, di
belakangnya adalah shaf anak-anak laki-laki. b. Shaf makmum perempuan di belakangnya shaf anak-
anak laki-laki. e) Ketentuan Makmum Masbuk Makmum masbuk adalah makmum yang datangnya
terlambat, yaitu ketika imamnya telah melakukan ruku`. Makmum tersebut dianggap ketinggalan 1
raka`at. Makmum masbuq setelah datang langsung takbiratul ihram dan segera mengikuti gerakan imam
)‫ ِإَذ ا َاَتى َاَح ُد ُك ُم الَّصَالَة َو اِْالَم اُم َع َلى َح اٍل َفْلَيْص َنْع َك َم ا َيْص َنْع اِْالَم اُم (رواه الترمذى‬Artinya : “Jika seorang kamu datang kepada
(jamaah) salat sedang imam dalam suatu keadaan, maka hendaklah berbuat seperti yang diperbuat
imam” (HR. Turmudzi) f) Cara Mengingatkan Imam Yang Lupa 1. Jika imam lupa dalam bacaan atau ayat,
cara mengingatkannya adalah dengan meneruskan bacaan atau ayat tersebut dengan benar. Jika imam
terus saja, maka makmum hendaknya tetap mengikuti imamnya. 2. Apabila imam salah dalam bilangan
rakaat atau gerakannya yang lain, cara mengingatkan imam adalah dengan membaca lafald
“subhanallah” (‫ )سبحن هللا‬bagi makmum laki-laki dan bertepuk tangan (talfiq) bagi makmum perempuan.
g) Cara Mengingatkan Imam Yang Batal Imam yang batal ataupun lupa dapat diingatkan oleh makmum
dengan membaca “subhanallah” . Sedangkan imam yang batal dapat digantikan oleh makmum yang
tepat berada di belakangnya. Imam dapat meminta diganti melalui isyarat. Sebaiknya makmum di
belakang imam adalah orang yang siap menggantikan kedudukan imam. Pelajaran 4 DZIKIR DAN DO’A a.
STANDAR KOMPETENSI 1. Melaksanakan tatacara berdikir dan berdo’a b. KOMPETENSI DASAR 1.
Menjelaskan tatacara berdzikir dan berdo’a setelah shalat 2. Menghafalkan bacaan dzikir dan do’a
setelah shalat 3. Mempraktikkan dzikir dan do’a c. Indikator 1. Menjelaskan pengertian zikir 2.
Melafalkan dalil tentang zikir 3. Menjelaskan pengertian do’a dan dalilnya 4. Menjelaskan waktu-waktu
yang ijabah untuk berdo’a 5. Menjelaskan tempat-tempat yang baik untuk berdo’a 6. Menjelaskan
manfaat do’a 7. Melafalkan bacaan zikir setelah salat 8. Menjelaskan tata cara berdo’a setelah salat 9.
Melafalkan bacaan do’a setelah salat 10. Mempraktekkan zikir dan do’a setelah salat d. Penjelasan 1)
Tata Cara Zikir dan Do`a Setelah Salat a) Pengertian Zikir dan Do’a Zikir berasal dari bahasa Arab zakara (
‫ ) َذ َك َر‬yang berarti mengingat atau menyebut. Menurut istilah, zikir adalah mengingat Allah dengan cara
menyebut sifat-sifat keagungan dan kemuliaan-Nya seperti tahmid, tahlil dan tasbih. Do`a berasal dari
bahasa Arab : ‫ ُدَعاًء‬-‫ َيْد ُعو‬-‫ َدَعا‬yang berarti panggilan atau seruan. Menurut istilah, do`a adalah
permohonan sesuatu yang disampaikan manusia sebagai makhluk kepada Allah sebagai Sang Pencipta,
baik untuk kepentingan hidup di dunia maupun di akherat. b) Waktu-waktu yang ijabah untuk berdo’a :
1. Sesudah salat fardhu lima waktu, 2. Sesudah azan hingga ikamah, 3. Waktu antara dua khutbah
jum’at, 4. Sepertiga malam yang akhir, 5. Saat – saat kritis atau genting, 6. Saat teraniaya, 7. Ketika
hendak minum air zam-zam c) Tempat –tempat yang baik untuk berdo’a : 1. Dikala melihat ka'bah. 2.
Dikala melihat masjid Rasulullah saw. 3. Di tempat dan dikala melakukan tawaf. 4. Disisi Multazam, di
dekat Ka'bah. 5. Disisi sumur Zam zam. 6. Di belakang makam Ibrahim. 7. Di atas bukit Shafa dan
Marwah. 8. Di 'Arafah, di Muzdalifah, di Mina dan di sisi Jamarat yang tiga. c. Semester 2 Pelajaran I
Salat wajib selain Salat lima waktu a. Standar Kompetensi : 1. Melaksanakan tata cara shalat wajib selain
shalat lima waktu b. Kompetensi Dasar : 1.1. Menjelaskan ketentuan shalat dan khotbah Jum’at 1.2.
Mempraktikkan khotbah dan shalat Jum,at 1.3. Menjelaskan ketentuan shalat jenazah 1.4. Menghafal
bacaan – bacaan shalat jenazah. 1.5. Mempraktekkan shalat jenazah c. Indikator Setelah mempelajari
materi Salat Wajib selain Salat Lima Waktu, siswa diharapkan mampu : 5.1.1 Menjelaskan pengertian
salat Jum’at dan dalilnya 5.1.2 Menjelaskan syarat –syarat salat jum’at 5.1.3 Menjelaskan rukun salat
jum’at 5.1.4 Menjelaskan pengertian khutbah Jum’at 5.1.5 Menjelaskan syarat dan rukun khutbah
Jum’at 5.1.6 Menjelaskan adab ketika khutbah berlangsung 5.2.1 Mempraktekkan khutbah dan salat
Jum’at 5.3.1 Menjelaskan pengertian salat jenazah 5.3.2 Menjelaskan syarat salat jenazah 5.3.3
Menjelaskan rukun salat jenazah 5.3.4 Menjelaskan pengertian salat gaib 5.4.1 Melafalkan bacaan-
bacaan salat jenazah 5.4.2 Menghafakan bacaan-bacaan salat jenazah 5.5.1 Mempraktekkan salat
jenazah d. Penjelasan 1. Shalat jumat adalah shalat wajib dua rekaat yang dilakukan pada waktu dhuhur
pada hari jumat. 2. hukum shalat jumat adalah fardhu ain bagi laki laki dan sunah bagi perempuan 3.
Syarat Wajib Shalat Jum'at ( Islam, Balig Sehat akal,; Laki-laki, perempuan tidak wajib;Sehat badan,
Bermukim 4. syarat Sah Shalat Jum'at a) dilaksanakan di tempat-tempat yang sudah tetap b)
dilaksanakan secara berjamaah, sedangkan jumlah jamaah tidak ada ketentuan c) dilaksanakan pada
waktu shalat Dhuhur, sebagaimana yang dilakukan Rasulullah saw d) shalat Jum'at diawali dengan dua
khotbah. 5. Rukun Shalat Jum'at (khatib ,jamaah Jum'at, dua khotbah atau khotbah dua kali dan duduk
di antara keduanya, danshalat dua rakaat (shalat Jum'at) dengan berjamaah. 6. Sunah Shalat Jum'at
( mandi sebelum berangkat ke masjid, memakai pakaian yang paling bagus (jika ada), dan memakai
harum-haruman (kecuali bagi wanita) bersiwak atau sikat gigi. 7. Shalat jenazah adalah shalat yang
dilakukan oleh seseorang muslim kepada saudaranya yang meninggal dunia jika jenazahnya tidak ada di
tempatnya adalah shalat ghoib 8. hukum shalat jenazah adalah fardhu kifayah 9. Syarat Shalat Jenazah:
Suci badan, pakaian, dan tempat shalat dari hadats dan najis serta menutup aurat dan menghadap
kiblat,Shalat dilakukan sesudah jenazah selesai dimandikan dan dikafani;Jenazah ditaruh di depan orang
yang shalat, kecuali apabila shalat Ghaib. 10. Rukun Shalat Jenazah niat, berdiri jika mampu,membaca
takbir empat kali, 5. membaca al-Fatihah dan selawat atas Nabi Muhammad saw. Dan membaca doa
untuk jenazah.Membaca salam Pelajaran I Salat wajib selain Salat lima waktu a. Standar Kompetensi
Melaksanakan tata cara shalat jamak, qasar, jamak qasar, dan shalat dalam keadaan darurat b.
Kompetensi Dasar 1. Menjelaskan ketentuan shalat jamak, qashar, dan jamak qashar 2. Mempraktikkan
shalat jamak, qashar, dan jamak qashar 3. Menjelaskan ketentuan shalat dalam keadaan darurat ketika
sedang sakit dan di kendaraan 4. Mempraktikkan shalat dalam keadaan darurat ketika sedang sakit dan
di kendaraan c. Indikator 6.1.1 Menjelaskan pengertian salat jamak, dan dalilnya 6.1.2 Menjelaskan
pengertian salat qasar dan dalilnya 6.1.3 Menjelaskan macam-macam salat jamak 6.1.4 Menjelaskan
salat yang boleh dijamak dan diqasar 6.1.5 Menjelaskan syarat salat jamak dan qasar 6.2.1
Mempraktikkan salat jamak 6.2.2 Mempraktikkan salat qasar 6.2.3 Mempraktikkan salat jamak qasar
6.3.1 Menjelaskan salat dalam keadaan sakit 6.3.2 Menjelaskan salat dalam kendaraan 6.4.1
Mempraktikkan salat dalam sakit 6.4.2 Mempraktikkan salat dalam kendaraan d. Penjelasan 1. Dalam
kondisi apapun sesorang muslim tidak boleh meninggalkan shalat termasuk dalam keaddan
darurat,misalnya sakit, naik kendaraan umum ataupun perang 2. Allah telah memberikan keringanan
jika tidak mampu shalat dengan berdiri maka dengan duduk,jika tidak mampu duduk dengan
berbaring,jika tidak mampu berbaring dengan terlentang jika tidak mampu berbaring dengan isyarat. 3.
Termasuk ketika berpergian boleh dilakukan shalat diatas kendaraan. Pelajaran III MACAM-MACAM
SHALAT SUNAH a. Standar Kompetensi Melaksanakan tata cara shalat sunah mu’akad dan ghairu
mu’akad b. Kompetensi Dasar 1. Menjelaskan ketentuan-ketentuan shalat sunah mu’akad 2.
Menjelaskan macam-macam shalat sunah mu’akad. 3. Mempraktekkan shalat sunah mu’akad 4.
Menjelaskan ketentuan shalat sunah ghoiru mu’akad. 5. Menjelaskan macam-macam shalat sunah
ghairu mu’akad. 6. Mempraktekkan Shalat Sunah Ghoiru Mu’aka c. Indikator 7.1.1 Menjelaskan
pengertian salat sunah muakad 7.1.2 Menjelaskan ketentuan dalam melaksanak salat sunah muakad
7.2.1 Menjelaskan salat sunah rawatib 7.2.2 Menjelaskan salat sunah malam 7.2.3 Menjelaskan salat
sunah idain 7.2.4 Menjelaskan salat sunah tahiyatul masjid 7.3.1 Mempraktikkan salat sunah muakad
7.4.1 Menjelaskan pengertian salat sunah gairu muakad 7.4.2 Menjelaskan cara melaksanakan salat
sunah gairu muakad d. Penjelasan 1. Memahami Tatacara Sholat Jama’ dan Qashar Sholat jama’ yaitu
mengumpulkan dua sholat fardhu yang dikerjakan dalam satu waktu karena ada sebab-sebab tertentu.
Sholat jama’ ada 2 macam, yaitu jama’ taqdim dan jama’ ta’khir. Jama’ taqdim yaitu mengumpulkan dua
sholat fardhu yang dikerjakan pada waktu yang awal. Sedangkan jama’ ta’khir yaitu mengumpulkan dua
sholat fardhu yang dikerjakan pada waktu yang akhir. Syarat-syarat sholat boleh di jama’ adalah musafir
(jaraknya kurang lebih 80 km), dan niat. Sholat qashar yaitu sholat yang jumlah rakaatnya 4 diringkas
menjadi 2 raka’at. Hukumnya adalah boleh (jaiz). E. Penjelasan Materi Fiqih Kelas VIII Semester Ganjil
BAB I SHOLAT SUNNAH RAWATIB a. Standar Kompetensi Mengenal tata cara sholat sunnah rawatib b.
Kompetensi Dasar 1. Menjelaskan ketentuan sholat sunnah rawatib 2. Memperaktikkan sholat sunnah
rawatib c. Indikator 1. siswa dapat menjelaskan ketentuan sholat sunnah rawatib 2. siswa dapat
menjelaskan macam macam sholat sunnah 3. Siswa mampu Memperaktikkan sholat sunnah rawatib d.
Ringkasan Materi Mengenal Tatacara Sholat Sunnat Sholat sunnah adalah sholat yang apabila dikerjakan
mendapat pahala dan bila ditinggalkan tidak berdosa. Keutamaannya adalah untuk menambah
kekurangan yang mungkin terdapat pada sholat-sholat fardhu. Sholat sunnah rawatib adalah sholat
sunnah yang menyertai sholat fardhu baik dikerjakan sebelum ataupun sesudahnya. Yang dikerjakan
sebelum sholat fardhu disebut sholat qobliyah dan yang dikerjakan sesudah sholat fardhu disebut sholat
ba’diyah. BAB 2 SUJUD a. Standar Kompetensi Memahami macam-macam sujud b. Kompensi Dasar 1.
Menjelaskan pengertian sujud syukur, sujud sahwi dan sujud tilawah 2. Menjelaskan tatacara sujud
syukur, sujud sahwi dan sujud tilawah 3. Memperaktikkan sujud syukur, sujud sahwi dan sujud tilawah c.
Indikator : 1. Siswa dapat Menjelaskan pengertian sujud 2. Siswa dapat Menjelaskan macam-macam
sujud 3. Siswa mampu Memperaktikkan sujud syukur, sujud sahwi dan sujud tilawah d. Ringkasan Materi
Memahami Macam-Macam Sujud Sujud merupakan salah satu rukun dalam sholat. Bila kita meresapi
perlakuan sujud, maka kita akan menyadari bahwa kita bukan apa-apa dibanding Sang Maha Pencipta.
Tetapi melakukan sujud bukanlah ada pada saat pelaksanaan sholat saja. Ada sujud lain diluar sholat
yaitu, sujud syukur dan sujud tilawah, dan ada juga yang pelaksanaannya didalam sholat yaitu sujud
sahwi. 1) Sujud Syukur Yaitu sujud yang dilakukan seseorang kepada Allah SWT sebagai ungkapan terima
kasih atas kenikmatan yang diberikan-Nya maupun oleh karena dihindarkan dari bencana. Bersyukur
atas nikmat Allah SWT adalah wajib, sedangkan melakukan sujud syukur adalah sunnah. Syarat sujud
syukur adalah suci dari hadats dan najis, menghadap qiblat dan menutup aurat. Sedang rukunnya adalah
niat, takbirotul ihram, sujud satu kali, salam dan tertib. 2) Sujud Tilawah Yaitu sujud yang dikerjakan
karena membaca atau mendengar ayat-ayat sajdah. Seperti dalam Surat Maryam ayat 58 dan ayt sajdah
lainnya. Hukum sujud tilawah adalah sunnah. Adapun syarat-syarat sujud tilawah adalah suci dari najis,
menghadap qiblat, menutup aurat dan setelah membaca atau mendengar ayat sajdah. 3) Sujud Sahwi
Yaitu sujud yang dikerjakan apabila seseorang lupa akan jumlah raka’at sholat, atau rukun sholat.
Pelaksanaannya yaitu setelah tahiyat akhir tetapi sebelum melakukan salam. BAB 3 PUASA a. Standar
Kompetensi Memahami tatacara puasa b. kompetensi Dasar 1. Menjelaskan ketentuan puasa wajib 2.
Memperaktikkan puasa wajib 3. Menjelaskan ketentuan puasa sunnah Senin-Kamis, Syawal dan Arafah
4. Memperaktikkan puasa sunnah Senin-Kamis, Syawal dan Arafah c. Indikator 1. Siswa dapat
menjelaskan ketentuan puasa 2. Siswa dapat menjelaskan pengertian puasa 3. Siswa dapat menjelaskan
macam macam puasa 4. Siswa mampu memperaktikan puasa d. Ringkasan materi Memahami Tatacara
Puasa Puasa menurut bahasa berarti menahan, sedangkan menurut istilah adalah menahan diri dari
makan dan minum serta segala sesuatu yang membatalkannya, sejak terbit fajar sampai terbenam
matahari disertai niat dan dengan syarat dan rukun tertentu. Syarat-syarat puasa ada 2, yaitu syarat
wajib puasa dan sah puasa. Yang termasuk syarat wajib puasa adalah islam, baligh, berakal sehat,suci
dari haid dan nifas (bagi wanita), dan mampu (sehat). Sedangkan syarat sahnya adalah islam, mumayyiz,
suci dari haid dan nifas (bagi wanita), serta bukan pada hari-hari yang diharamkan puasa. Adapun rukun
puasa yaitu niat, dan imsak. Macam-macam puasa berdasarkan hukum islam ada 4 macam yaitu, puasa
wajib (puasa ramadlan, puasa nazar dan puasa kafarat), puasa sunnah (puasa 6 hari bulan syawal, hari
‘asyura, puasa arafah, puasa senin-kamis, dan lain-lain), puasa makruh (puasa pada pertengahan bulan
sya’ban ke atas), dan puasa haram (puasa pada hari tasyrik, puasa sepanjang masa dan sebagainya). Hal-
hal yang membatalkan puasa diantaranya adalah makan/minum dengan sengaja, bersetubuh pada siang
hari, muntah dengan sengaja, keluar mani dengan sengaja, keluar darah haid atau nifas serta hilang
ingatan. BAB 4 ZAKAT a. Standar Kompetensi Memahami zakat b. Kompetensi dasar 1. Menjelaskan
pengertian zakat fitrah dan zakat mal 2. Membedakan antara zakat fitrah dan zakat mal 3. Menjelaskan
orang yang berhak menerima antara zakat fitrah dan zakat mal 4. Memperaktikkan pelaksanaan zakat
fitrah dan zakat mal c. Indikator 1. siswa dapat Menjelaskan pengertian zakat fitrah dan zakat mal 2.
siswa dapat Menjelaskan macam-macam zakat 3. siswa dapat Menjelaskan orang yang berhak
menerima zakat fitrah dan zakat mal 4. siswa mampu Memperaktikkan pelaksanaan zakat fitrah dan
zakat mal d. Ringksan Materi: Memahami Zakat Zakat menurut bahasa adalah tumbuh, suci atu berkah.
Sedangkan menurut istilah adalah pemberian harta dengan kadar tertentu kepada yang berhak sebagai
ibadah wajib kepada Allah SWT. Macam-macam zakat ada 2, yaitu: 1) Zakat Fitrah Yaitu zakat yang
diwajibkan bagi setiap muslim yang memiliki kelebihan bagi keperluan dirinya dan keluarganya di Hari
Raya Idul Fitri. Hukumnya adalah fardhu ‘ain bagi setiap muslim, meskuipun bayi yang baru lahir. Syarat
wajib zakat fitrah yaitu islam, masih hidup pada hari raya idul fitri termasuk bayi, dan ada kelebihan
makanan bagi diri dan keluarganya dalam sehari-semalam itu. Sedangkan rukunnya adalah niat, ada
orang yang menerima zakat dan ada barang atau makanan pokok yang dizakatkan (ukurannya adalah 1
sha’ = 3,1 liter = 2,5 kg). Orang yang berhak menerima zakat disebut mustahiq zakat. Mereka adalah
orang fakir, orang miskin, amil, muallaf, budak, orang yang berhutang, untuk jalan Allah SWT, dan ibnu
sabil. 2) Zakat Maal Yaitu zakat yang ada hubungannya dengan harta benda yang menjadi milik
seseorang. Tujuannya yaitu untuk membersihkan atau mensucikan harta yang dimiliki. Dan hukumnya
wajib bagi orang muslim yang hartanya telah mencapai nishab dan haul. Harta yang wajib dizakati
seperti emas, perak, uang, harta perniagaan, harta pertanian, hewan ternak, hasil tambang dan barang
temuan. BAB III ANALISIS DATA A. Aspek Psikologis Dilihat dari aspek psikologi, Penjelasan materi mata
pelajaran Fiqih di atas adalah anak pada usia Tsanawiyah ini merupakan jenjang dimana seorang anak
sedang menuju ke tahap remaja. Kecenderungan para remaja adalah tampil mempesona terutama
ketika di lingkungan orang banyak. Dengan demikian cara berpakaian dan berhias harus diarahkan
sesuai dengan cara berpakaian dan berhias sesuai dengan tuntutan agama Islam. Sifat yang selalu ingin
tahu akan menimbulkan anak mencoba hal-hal baru. Lingkungan sekolah dan masyarakat rawan
terhadap perilaku menyimpang. Materi ini akan membuat anak tahu lebih banyak dari sisi keagamaan,
tentang mana yang baik dan mana yang buruk sesuai dengan perintah Allah yang tertuang dalam Al-
Qur’an dan perintah nabi Muhammad yang tertuang dalam Hadits nabi. B. Aspek Sosiologis Dari aspek
sosiologi dalam penjelasan di atas dampak sosial yang ditimbulkan akan sangat baik ketika siswa
memahami dan mau mengaplikasikan dalam kehidupan nyata. Karena hakikatnya materi Fiqih MTs erat
kaitannya dengan hubungan manusia dengan manusia. Sebagai contoh, Memahami Fiqih sebagai
pedoman hidup. Berbaik sangka kepada orang lain akan membawa dampak yang kondusif terhadap
terciptanya hubungan antar individu satu dengan individu yang lain. C. Aspek Metodologi Sebagai media
refleksi umat islam, harus diakui bahwa dunia pendidikan islam masih diselimuti mendung dan aneka
problematika yang belum terurai dari masa ke masa. Diantar problematika dan indicator stagnasi yang
selama ini menghantui pendidikan islam adalah dalam hal penerapan metode dalam proses
pembelajaran. Berbagai pendapat tentang stagnasi dan ketidakefektifan metode pembelajaran agama
islam bermunculan. Diantara pendapat tersebut adalah Amin Abdullah, pakar keislaman, menyoroti
kagiatan pendidikan agama yang selama ini berlangsung di sekolah. Ia mengatakan bahwa pendidikan
agama kurang konsen terhadap persolan bagaimana mengubah pengetahuan agama yang kognitif
menjadi makna dan nilai yang perlu diinternalisasikan dalam dir siswa lewat berbagai cara, media dan
forum. Pembelajaran lebih menitikberatkan pada aspek korespondensi tekstual yang lebih menekankan
hafalan teks keagamaan. Penerapan metode yang tepat dan cepat sangat mempengaruhi keberhasilan
dalam proses belajar mengajar. Sebaliknya, kesalahan dalam menerapkan metode akan berakibat fatal.
Penerapan metode pembelajaran akan selalu dipergunakan dalam setiap proses belajar mengajar
selama dunia pendidikan berlangsung. Dalam dunia pendidikan, guru tidak bisa lepas dari yang namanya
metode dalam mengajar. Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu cara yang digunakan
seorang guru dalam melaksanakan tugas mengajar. Peranan metode dalam proses pembelajaran sangat
penting dalam pencapaian tujuan pembelajaran. D. Materi Kelas VII dan VII Semester I 1. Kelas VII,
semester I Menurut analisis yang kami lakukan mengenai materi Fiqih pada kelas VII MTs semester I
yang membahas tentang ketentuan thaharah, tatacara sholat baik jama’ah ataupun munfarid
penerapannya sudah tepat. Karena dilihat dari segi psikologis, usia peserta didik telah siap menerima
materi tersebut dan sudah dapat mengamalkannya. Sedangkan dari segi filsafat pemikiran mereka
sudah bisa memahami dasar-dasar materi tersebut. Serta dari segi sosial, mereka sudah dapat
mengkomunikasikan materi tersebut dengan benar. 2. Kelas VII, semester II Dari analisis yang kami
lakukan mengenai materi sholat jum’at, dan sholat jama’ qhasar yang diberikan pada peserta didik kelas
VII semester II, kami pikir belum begitu tepat karena dilihat dari segi psikologis dan filsafat, peserta didik
baru sekedar paham saja tetapi belum mampu mengimplementasikannya dengan tepat. Sedangkan dari
segi sosial, masyarakat menganggap bahwa peserta didik belum sepenuhnya dianggap mengerti,
sehingga masyarakat kurang percaya akan kemampuan peserta didik tersebut. 3. Kelas VIII, semester I
Menurut kami tentang pemberian materi tatacara sholat sunnah, sujud, puasa dan zakat pada peserta
didik kelas VIII MTs semester I sudah cukup tepat diberikan. Karena dilihat dari segi psikologis, usia
mereka sudah menginjak remaja sehingga mereka dapat menyerap serta mencerna materi dengan baik,
meskipun pengimplementasiannya masih kurang. Sedangkan dari segi filsafat pola pikir mereka sudah
mulai terbentuk dan rasa tanggung jawab mulai muncul. Dan dari segi sosial, mereka sudah mulai
memahami hak dan kewajiban meraka dalam masyarakat. E. Klasifikasi Materi dari ranah kognitif, afektif
dan psikomotorik. Adapun analisis materi dari ranah kognitif, afektif, psikomotorik adalah sebagai
berikut ; 1. Dari ranah kognitif a. Materi Kelas VII semester 1 diantaranya : 1. Menjelaskan macam-
macam najis dan tatacara taharahnya 2. Menjelaskan hadats kecil dan tatacara taharahnya 3.
Menjelaskan hadas besar dan tatacara taharahnya 4. Menjelaskan ketentuan waktu shalat lima waktu 5.
Menjelaskan ketentuan sujud sahwi 6. Menjelaskan ketentuan adzan dan iqamah 7. Menjelaskan
ketentuan shalat berjamaah 8. Menjelaskan ketentuan makmum masbuk 9. Menjelaskan cara
mengingatkan imam yang lupa b. Materi Kelas VII semester 2 diantaranya : 1. Menjelaskan ketentuan
shalat dan khutbah Jum’at 2. Menjelaskan ketentuan shalat Jenazah 3. Menjelaskan ketentuan shalat
jama', qashar dan jama qashar 4. Menjelaskan ketentuan shalat dalam keadaan darurat ketika sedang
sakit dan di kendaraan 5. Menjelaskan ketentuan shalat sunah muakkad 6. Menjelaskan macam-macam
shalat sunah muakkad 7. Menjelas-kan ketentuan shalat sunah ghoiru muakkad 8. Menjelaskan macam-
macam shalat sunnah ghairu muakkad c. Materi Fiqih kelas VIII semester 1 diantaranya; 1. Menjelaskan
ketentuan sujud syukur dan tilawah 2. Menjelaskan ketentuan puasa 3. Menjelaskan macam-macam
puasa 4. Menjelaskan ketentuan zakat fitrah dan zakat maal 5. Menjelaskan orang yang berhak
menerima zakat 2. Dari ranah afektif a. Materi Fiqih kelas VII semester 1 diantaranya : 1. Mendengarkan
penjelasan macam-macam air 2. Mengetahui ketentuan waktu shalat lima waktu 3. Mengetahui
ketentuan sujud sahwi 4. Mengetahui ketentuan adzan dan iqamah 5. Mengetahui ketentuan shalat
berjamaah 6. Mengetahui ketentuan makmum masbuk 7. Mengetahui cara mengingatkan imam yang
lupa b. Materi Fiqih kelas VII semester 2 diantaranya : 1. Mengetahui ketentuan shalat dan khutbah
Jum’at 2. Mengetahui ketentuan shalat Jenazah 3. Mengetahui ketentuan shalat jama', qashar dan jama
qashar 4. Mengetahui ketentuan shalat dalam keadaan darurat ketika sedang sakit dan di kendaraan 5.
Mengetahui ketentuan shalat sunah muakkad 6. Mengetahui macam-macam shalat sunah muakkad 7.
Mengetahui ketentuan shalat sunah ghoiru muakkad 8. Mengetahui macam-macam shalat sunnah
ghairu muakkad c. Materi Fiqih kelas VIII semester 1 diantaranya; 1. Mengetahui ketentuan sholat sunah
2. Mengetahui ketentuan sujud 3. Mengetahui ketentuan puasa 4. Mengetahui ketentuan zakat 3. Dari
ranah psikomotorik a. Materi Fiqih kelas VII semester 1 diantaranya : 1. Mengidentifikasi ciri-ciri hadast
kecil 2. Memprakt-ikkan bersuci dari najis dan hadas 3. Mempraktekkan shalat lima waktu dan sujud
sahwi 4. Mempraktekkan adzan, iqamah dan shalat jama’ah 5. Mempraktekkan dzikir dan do’a b. Materi
Fiqih kelas VII semester 2 diantaranya : 1. Mempraktekkan khutbah dan shalat jum’at 2. Mempraktekkan
shalat jenazah 3. Mempraktekkan shalat jama’, qashar dan jama’ qashar 4. Mempraktekkan shalat
dalam keadaan darurat ketika sedang sakit dan di kendaraan 5. Mempraktekkan shalat sunah muakkad
6. Mempraktikkan salat sunnah ghairu muakkad c. Materi fiqih kelas VII semester 1 diantaranya 1.
Mempraktekkan sujud syukur dan tilawah 2. Mempraktek-kan pelaksanaan zakat fitrah dan maal BAB IV
PENUTUP A. KESIMPULAN Dari uraian Telaah materi mata pelajaran Fiqih Madrasah Tsanawiyah diatas
dapat disimpulkan bahwa materi Kelas VII semester 1 meliputi Memahani ketentuan-ketentuan
thaharah (bersuci), Memahami tatacara sholat, Memahami tatacara sholat jama’ah dan munfarid
(sendiri). Maateri kelas VII semester 2 meliputi Memahami tatacara sholat jum’at, Memahami tatacara
sholat jama’ dan qashar. Materi Kelas VIII semester 1 meliputi Mengenal tatacara sholat sunnah,
Memahami macam-macam sujud, Memahami tatacara puasa, Memahami zakat. Telaah yang dapat
diambil dari penjelasan materi Fiqih kelas VII dan VIII semester 1 Madrasah Tsanawiyah dari berbagai
aspek analisis, diantaranya adalah dari aspek Kognitif, Afektif dan Psikomotorik dalam penyampaian
materi pembelajaran yang telah dijelaskan di atas. B. Saran dan Harapan 1. Sebagai calon seorang guru
harus dapat memberikan suri tauladan kepada peserta didik kita kelak dengan bertumpu pada al-Qur’an
dan Hadits. 2. Dalam mengajar seorang guru harus terampil dalam mengolah materi dan keadaan kelas,
baik perencanaan, pelaksanaan maupun dalam evaluasi sehingga peserta didik mampu menerima dan
memahami materi yang disampaikan seorang pendidik. 3. Hendaknya seorang pendidik harus mampu
menguasai dan memahami materi yang akan disampaikan kepada peserta didik sehingga tidak ada
kesulitan dan kebingungan yang didapat selama proses pembelajaran dan dapat mencapai tujuan
pendidikan itu sendiri. Dalam makalah ini tentunya banyak kesalahan dan kekurangan, baik dalam segi
penulisan dan pemilihan kata-kata. Maka kami sebagai manusia biasa meminta kepada para pembaca
agar tidak segan-segan memberikan saran dan kritik yang tentunya bisa menambah kemajuan kami
dalam hal menuntut ilmu pengetahuan demi kemajuan bangsa dan Negara Indonesia. Semoga makalah
ini menambah wawasan para pembaca dan juga bermanfaat bagi kita semua. DAFTAR PUSTAKA 1. Hadi,
Anis Tanwir. 2009. Pengantar Fikih 6. Jepara: CV. Andalan Kita. 2. Ismail SM, M.Ag, Strategi
Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Semarang : RaSAIL Media Group, 2009), Cet. 4 3. Jalil,
Abdul. 2007. Fikih alhikmah. Jepara: al_kautsar. 4. Khoiri,Nur, Metodologi Pembelajaran PAI, 2011 5.
Shodikin. 2007. Fikih alhikmah. Jepara: al_kautsar. 6. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. 7. W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 1984 8. Sumadi Suryabrata, Metodologi Pendidikan, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1997 9.
R. Soenarjo, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Yayasan Penyelenggara Penerjemah Penafsiran Al-Qur’an,
Semarang: Toha Putra, 1992

Anda mungkin juga menyukai