BADAN USAHA
Pajak merupakan salah satu sektor yang memberikan kontribusi terbesar dalam
penerimaan APBN di Indonesia. Keberadaan pajak secara langsung telah mempengaruhi
jalannya pertumbuhan ekonomi dan kegiatan-kegiatan usaha di Indonesia. Mengingat salah
satu unsur objek pajak adalah penghasilan, maka tentu saja pemungutan pajak ini mencakup
bentuk-bentuk usaha baik yang perseorangan maupun berbentuk badan. Bentuk-bentuk usaha
di Indonesia sendiri terdiri dari 3 macam yaitu BUMN, Koperasi dan Swasta. Namun yang
tentunya menjadi objek pajak penghasilan adalah bentuk usaha Swasta, yang mana hal itu
bertujuan semata-mata untuk mencari keuntungan dan menambah kekayaan.
Usaha bisnis dapat dilaksanakan dalam berbagai bentuk. Pembagian atas tiga bentuk
Badan Usaha tersebut bersumber dari Undang – Undang 1945 khususnya pasal 33. Di
Indonesia kita mengenal 3 macam bentuk badan yaitu :
3. Swasta
Bentuk badan usaha ini adalah badan usaha yang pemiliknya sepenuhnya berada
ditangan individu atau swasta. Yang bertujuan untuk mencari keuntungan sehingga ukuran
keberhasilannya juga dari banyaknya keuntungan yang diperoleh dari hasil usahanya.
Perusahaan ini sebenarnya tidaklah selalu bermotif mencari keuntungan semata tetapi ada
juga yang tidak bermotif mencari keuntungan. Contoh : perusahaan swasta yang bermotif
nirlaba yaitu Rumah Sakit, Sekolahan, Akademik, dll.
A. Perseorangan
Bentuk ini merupakan bentuk yang pertama kali muncul di bidang bisnis yang paling
sederhana, dimana dalam hal ini tidak terdapat pembedaan pemilikan antara hak milik
pribadi
dengan milik perusahaan. Harta benda yang merupakan kekayaan pribadi sekaligus juga
merupakan kekayaan perusahaan yang setiap saat harus menanggung utang – utang dari
perusahaan itu. Bentuk badan usaha semacam ini pada umumnya terjadi pada perusahaan –
perusahaan kecil, misalnya bengkel kecil, toko pengecer kecil, kerajinan, serta jasa dll.
B. Firma
Bentuk ini merupakan perserikatan atau kongsi ataupun persatuan dari beberapa
pengusaha swasta menjadi satu kesatuan usaha bersama. Perusahaan ini dimiliki oleh
beberapa orang dan pimpin atau dikelola oleh beberapa orang pula. Tujuan perserikatan ini
adalah untuk menjadikan usahanya menjadi lebih besar dan lebih kuat dalam permodalannya.
E. Yayasan
Yayasan adalah bentuk organisasi swasta yang didirikan untuk tujuan sosial
kemasyarakatan yang tidak berorientasi pada keuntungan. Misalnya Yayasan Panti
Asuhan,Yayasan yang mengelola Sekolahan Swasta, Yayasan Penderita Anak Cacat dll.
Pemilihan Bentuk Usaha Orang Pribadi dan Badan
Pilihan bentuk badan usaha yang tersedia secara umum adalah berbentuk Perseroan
Terbatas (PT), Perseroan Komanditer (CV) atau Perorangan (Pribadi).
Pembagian dividen kepada pemegang saham (pesero) tidak bisa dibebankan sebagai biaya
perusahaan, dikenakan pemotongan PPh pasal 4 ayat 2 sebesar 10% dan bersifat final.
Dengan demikian tidak terdapat double taxation.
Sesuai Undang-Undang Cipta Kerja/Omnibus Law, dividen dari PT yang diterima oleh orang
pribadi tidak dipotong pajak penghasilan pasal 4 ayat 2 sebesar 10% asalkan diinvestasikan
dalam bentuk ORI, tabungan, deposito selama 3 tahun dan wajib dilaporkan selama 3 tahun
berturut-turut pada saat penyampaian SPT Tahunan Orang Pribadi secara online.
1. Pesero Pengusaha atau pesero aktif/bekerja. Pesero ini selain menyerahkan modal ke
dalam perseroan, jika perseroan jatuh pailit atau bangkrut, pesero pengusaha
bertanggungjawab penuh atas seluruh harta-harta pribadinya terhadap hutang-hutang
perusahaan.
2. Pesero Komanditer atau pesero diam. Pesero ini hanya menyerahkan modal ke dalam
perseroan dan tidak bertanggung jawab tentang jalannya perseroan. Jika perseroan jatuh
pailit/bangkrut, pesero ini hanya bertanggungjawab sebesar modal penyertaannya.
Atas keuntungan CV dikenakan pajak penghasilan badan dengan tarif pasal 17 Undang-
Undang Pajak Penghasilan (sama dengan PT). Pembagian keuntungan kepada pemegang
saham (pesero) tidak bisa dibebankan sebagai biaya CV, tidak dipotong PPh pasal 23 dan
bagi yang menerima bukan sebagai obyek pajak. Dengan kata lain, Pajak penghasilan hanya
dikenakan pada Perusahaan (Badan) saja dan tidak ada double taxation.
3. Perorangan (Pribadi)
Usaha Perorangan adalah perorangan (pribadi) yang menjalankan suatu usaha dengan
tujuan untuk memperoleh laba. Perorangan tersebut bertanggung jawab penuh atas jalannya
usaha. Jika usaha tersebut pailit atau bangkrut, perorangan ini bertanggungjawab penuh atas
seluruh harta-harta pribadinya terhadap hutang-hutang usahanya. Ini adalah bentuk usaha
yang paling sederhana dan tidak perlu pembuatan akte pendirian.Dalam menghitung besarnya
pajak penghasilan, usaha perorangan wajib melakukan pembukuan (jika omzet setahun Rp
4,8 milyar ke atas) atau hanya melakukan pencatatan dengan Norma Penghitungan (jika
omzet setahun dibawah Rp 4,8 milyar). Atas pendapatan (keuntungan) usaha perorang
tersebut, sesudah dikurangi penghasilan tidak kena pajak (PTKP), dikenakan pajak
penghasilan orang pribadi dengan tarif pasal 17 Undang-Undang Pajak Penghasilan.
Sebesar 50%
Penghasilan Kena Pajak yg tidak dapat fasilitas=total penghasilan kena pajak dikurangi
Perorangan
Perorangan
Dgn Norma
No. Keterangan PT CV Dgn
Penghitungan
Pembukuan
*1)
(10%x267 juta)
Total
Beban
9 Pajak 59,700,000 33,000,000 28,200,000 63,500,000
Dari Tabel 1 di atas, terlihat bahwa total beban pajak terkecil adalah usaha perorangan
dengan pembukuan sebesar Rp. 28.200.000, sedangkan total beban pajak terbesar adalah
pada usaha perorangan dengan Norma penghitungan sebesar Rp. 63.500.000. Hal ini terjadi
karena secara umum Norma Penghitungan menetapkan margin keuntungan usaha yang lebih
besar (30%) daripada keuntungan usaha sebenarnya (20% dengan pembukuan). Pada
prakteknya, usaha perorangan/orang pribadi mengalami dilema, jika menggunakan
Pencatatan peredaran bruto (yang mudah/sederhana) dengan Norma penghitungan, Persentase
keuntungan yang sebenarnya masih jauh lebih kecil daripada % Keuntungan yang diterapkan
dalam Norma penghitungan. Sebaliknya, jika mau melakukan pembukuan, masih sulit dan
membutuhkan biaya yang cukup besar.
Secara umum (seperti ilustrasi di Tabel 1), total beban pajak PT akan selalu lebih
besar dari CV, karena adanya tambahan PPh pasal 4 ayat 2 yang harus dipotong dari dividen
yang dibayarkan oleh PT, sedangkan pembagian hasil untuk CV tidak dikenakan pajak
(bukan obyek pajak). Maka motivasi seseorang untuk lebih memilih bentuk usaha PT dari
pada CV adalah faktor-faktor lain selain faktor pajak.
Apakah total beban pajak penghasilan orang pribadi selalu lebih kecil dari pada PT
atau CV seperti yang ada di tabel 1 di atas? Kita coba kaji lebih dalam di Tabel 2 berikut
ini:
Perorangan
No. Keterangan PT CV Dgn
Pembukuan
(10%x1,602
milyar)
Total
Beban
9 Pajak 358,200,000 198,000,000 462,400,000
(198
juta+160,2
juta)
% beban 19,9% 11% 26,75%
10 pajak (358,2 juta / 1,8 (198 juta / 1,8 (462,4 juta /
terhadap milyar) milyar) 1,728 milyar)
penghasilan
kena pajak
Asumsi :
*a) Beban Usaha 40% dari Penjualan
*b) PTKP K/3 = Rp. 72.000.000
*c) Semua laba dibagikan dalam bentuk dividen
Dari Tabel 2 di atas terlihat bahwa total beban pajak penghasilan terkecil adalah CV
sebesar Rp. 198.000.000, diikuti PT Rp. 358.200.000 dan yang terbesar adalah Perorangan
sebesar Rp. 462.400.000. Dengan demikian perbedaan besarnya total beban pajak yang
dibayar oleh usaha perorangan dan PT/CV tergantung pada besarnya Penghasilan kena pajak
(laba). Hal ini dapat terjadi karena adanya perbedaan tarif PPh pasal 17 untuk badan dan
orang pribadi (dengan tarif maximum 35%).
PPh pasal 4 ayat 2 yang dipotong oleh PT atas dividen yang dibagikan sebesar 10%
adalah final, sehingga tidak perlu digabung dengan penghasilan lainnya yang diperoleh oleh
pemegang saham PT tersebut.
Kesimpulan
Usaha bisnis dapat dilaksanakan dalam berbagai bentuk. Pembagian atas tiga bentuk
Badan Usaha tersebut bersumber dari Undang – Undang 1945 khususnya pasal 33. Di
Indonesia kita mengenal 3 macam bentuk badan yaitu Badan Usaha Milik Negara
( BUMN ), Koperasi dan Swasta. Bentuk badan usaha swasta dapat dibagi kedalam
beberapa macam : Perseorangan, Firma, Perseroan Komanditer (CV), Perseroan Terbatas
(PT), Yayasan
Pilihan bentuk badan usaha yang tersedia secara umum adalah berbentuk
Perseroan Terbatas (PT), Perseroan Komanditer (CV) atau Perorangan (Pribadi).
Secara umum (seperti ilustrasi di Tabel 1), total beban pajak PT akan selalu lebih
besar dari CV, karena adanya tambahan PPh pasal 4 ayat 2 yang harus dipotong dari
dividen yang dibayarkan oleh PT, sedangkan pembagian hasil untuk CV tidak dikenakan
pajak (bukan obyek pajak). Sedangkan (seperti ilustrasi tabel 2) perbedaan besarnya total
beban pajak yang dibayar oleh usaha perorangan dan PT/CV tergantung pada besarnya
Penghasilan kena pajak (laba). Hal ini dapat terjadi karena adanya perbedaan tarif PPh
pasal 17 untuk badan dan orang pribadi (dengan tarif maximum 35%).
yang secara bersama-sama bekerja sama untuk mencapai tujuan bisnis. Yang
termasuk dalam badan usaha persekutuan adalah firma dan perseroan komanditer
alias CV. Untuk mendirikan badan usaha persekutuan membutuhkan izin khusus pada
Firma adalah suatu bentuk persekutuan bisnis yang terdiri dari dua orang atau lebih
dengan nama bersama yang tanggung jawabnya terbagi rata tidak terbatas pada setiap
- Apabila terdapat hutang tak terbayar, maka setiap pemilik wajib melunasi dengan
harta pribadi yang dimiliki oleh setiap pemilik termasuk rumah, mobil dan
lainnya.
- Seorang anggota tidak berhak memasukkan anggota baru tanpa seizin anggota lain.
CV adalah suatu bentuk badan usaha bisnis yang didirikan dan dimiliki oleh dua
orang atau lebih untuk mencapai tujuan bersama dengan tingkat keterlibatan yang
aktif yang melibatkan harta pribadi dan pihak lainnya hanya menyertakan modal saja
tanpa harus melibatkan harta pribadi ketika krisis finansial. Yang aktif mengurus
perusahaan CV disebut sekutu aktif, dan yang hanya menyetor modal disebut
sekutu
pasif.
4. Ada anggota aktif yang memiliki tanggung jawab tidak terbatas dan ada yang
Perseroan terbatas adalah organisasi bisnis yang memiliki badan hukum resmi
yang dimiliki oleh minimal dua orang dengan tanggung jawab yang hanya berlaku
pada perusahaan tanpa melibatkan harta pribadi atau perseorangan yang ada di
dapat menunjuk orang lain di luar pemilik modal untuk menjadi pimpinan. Untuk
dividen
saham
10. Pajak berganda pada pajak penghasilan / PPh badan dan pajak dividen
4. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum
usaha lain, yaitu anggota koperasi memiliki identitas ganda. Identitas ganda
maksudnya anggota koperasi merupakan pemilik sekaligus pengguna jasa
koperasi.
mana setiap anggota memiliki hak suara yang sama dalam setiap keputusan yang
Usaha atau SHU) biasanya dihitung berdasarkan andil anggota tersebut dalam
5. Yayasan
Yayasan termasuk di dalam definisi badan usaha sehingga merupakan Subjek
Pajak Penghasilan, hal ini diatur dalam Pasal 2 ayat 1 (b) UU PPh. Badan adalah
sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan
usaha maupun tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan
komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan
nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun,
atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap dan bentuk badan
Objek Pajak, namun penerimaan yayasan atau organisasi yang sejenis dapat
dibedakan antara penerimaan yang bukan Objek Pajak dan penerimaan yang
merupakan Objek Pajak Penghasilan.
(a)Bantuan atau sumbangan, (b)Dividen atau bagian laba yang diterima atau
diperoleh yayasan atau organisasi yang sejenis dari penyertaan modal pada badan
usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia, dan (c)Bantuan atau
Sedangkan, penghasilan yayasan atau organisasi yang sejenis yang merupakan Objek
1. Penghasilan sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Pajak
Penghasilan antara lain adalah: (a) Penghasilan yang diterima atau diperoleh dari
usaha pekerjaan, kegiatan atau jasa, (b) Bunga deposito, bunga obligasi , diskonto
SBI dan bunga lain, (c) Sewa dan imbalan lain sehubungan dengan penggunaan
harta, dan (d) Keuntungan dari pengalihan harta termasuk keuntungan pengalihan
2. Bagi yayasan atau organisasi yang sejenis yang bergerak di bidang pendidikan
termasuk penghasilan pada butir 1 huruf a adalah: (a)Uang pendaftaran dan uang
(d)Uang SPP, uang SKS, uang ujian, uang kursus, uang seminar/lokakarya, dan
sebagainya; (e)Penghasilan dari kontrak kerja dalam bidang penelitian dan
sebagainya; dan (f)Penghasilan lainnya yang dikaitkan dengan jasa penyelenggaraan
Atas laba yang diperoleh yayasan pendidikan tidak dikenakan pajak penghasilan selama
fasilitas pendidikan.
3. Bagi yayasan atau organisasi yang sejenis yang bergerak dibidang pelayanan kesehatan
termasuk penghasilan pada butir 3.1 huruf a adalah : (a)Uang pendaftaran untuk
(f)Penghasilan dari penjualan obat, dan (g) penghasilan lainnya sehubungan dengan