Anda di halaman 1dari 49

PERENCANAAN PAJAK

MELALUI PEMILIHAN
BADAN USAHA
0
Kelompok 1
• Yoshua Yohanes S
• Antony G
• Marshella
• Muhammad Abdil Aziz
• Rafli Fakhrizal Akbar
Daftar isi
• Latar Belakang
• Bentuk-bentuk badan usaha
• Bentuk-bentuk badan usaha Swasta
• Pemilihan bentuk orang pribadi dan badan, serta penjelasan detail
terkait macam-macam Bentuk Usaha.
• Pengaruh Pemilihan Bentuk Usaha untuk alternatif perpajakan
• Kesimpulan
• Q&A
Latar Belakang
• Pajak merupakan salah satu sektor yang memberikan kontribusi
terbesar dalam penerimaan APBN di Indonesia. Keberadaan pajak
secara langsung telah mempengaruhi jalannya pertumbuhan ekonomi
dan kegiatan-kegiatan usaha di Indonesia. Mengingat salah satu unsur
objek pajak adalah penghasilan, maka tentu saja pemungutan pajak ini
mencakup bentuk-bentuk usaha baik yang perseorangan maupun
berbentuk badan. Bentuk-bentuk usaha di Indonesia sendiri terdiri
dari 3 macam yaitu BUMN, Koperasi dan Swasta. Namun yang
tentunya menjadi objek pajak penghasilan adalah bentuk usaha
Swasta, yang mana hal itu bertujuan semata-mata untuk mencari
keuntungan dan menambah kekayaan.
Latar Belakang - Lanjutan
• Bentuk usaha Swasta sendiri terbagi 5 yaitu perseorangan, CV (persekutuan
komanditer), Firma, PT (Perseroan Terbatas) dan Yayasan. Di antara semua itu
tentunya memiliki perlakuan pajak yang berbeda-beda. Perusahaan perseorangan
yang pemiliknya hanya satu orang tentu akan mendapat pemungutan pajak yang
berbeda dengan perusahaan yang pemiliknya lebih dari satu orang seperti CV,
Firma, PT dan Yayasan. Selain itu dalam memungut pajak juga ditentukan dari
omzet yang didapat. Semakin besar omzet/penghasilan yang didapat maka
semakin besar pula pajak yang dikenakan. Karena kondisi itulah menyebabkan
terjadi cara-cara yang dilakukan Wajib pajak untuk menghindari pajak atau
meringankan beban pajak pajak yang didapat dengan cara-cara yang tidak
melanggar hukum. Sehingga perencanaan perpajakan (tax planning) dapat
digunakan oleh badan usaha tersebut dalam melakukan kewajiban
perpajakannya.
BENTUK-BENTUK BADAN USAHA
• BUMN adalah suatu bangun usaha yang didirikan oleh Negara dan pemiliknya
dipegang oleh Pemerintah atau Negara Republik Indonesia. Dalam hal ini
terdapat berbagai macam antara lain yang berupa Perusahaan Jawatan
( PERJAN ), Perusahaan Negara ( PN ), Perusahaan Umum ( PERUM ) dan
Persero ( PT. Persero ).
• Koperasi adalah bentuk badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau
badan hukum koperasi yang melandaskan kegiatannya pada prinsip koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas azas
kekeluargaan.
BENTUK-BENTUK BADAN USAHA - Lanjutan
• SWASTA: Bentuk badan usaha ini adalah badan usaha yang
pemiliknya sepenuhnya berada ditangan individu atau swasta.
Yang bertujuan untuk mencari keuntungan sehingga ukuran
keberhasilannya juga dari banyaknya keuntungan yang diperoleh
dari hasil usahanya. Perusahaan ini sebenarnya tidaklah selalu
bermotif mencari keuntungan semata tetapi ada juga yang tidak
bermotif mencari keuntungan. Contoh : perusahaan swasta yang
bermotif nirlaba yaitu Rumah Sakit, Sekolahan, Akademik, dll.
BENTUK-BENTUK BADAN USAHA SWASTA
• PERSEORANGAN
Bentuk ini merupakan bentuk yang pertama kali muncul di bidang bisnis yang paling
sederhana, dimana dalam hal ini tidak terdapat pembedaan pemilikan antara hak milik
pribadidengan milik perusahaan. Harta benda yang merupakan kekayaan pribadi sekaligus
juga merupakan kekayaan perusahaan yang setiap saat harus menanggung utang – utang dari
perusahaan itu. Bentuk badan usaha semacam ini pada umumnya terjadi pada perusahaan –
perusahaan kecil, misalnya bengkel kecil, toko pengecer kecil, kerajinan, serta jasa dll.

• FIRMA
Bentuk ini merupakan perserikatan atau kongsi ataupun persatuan dari beberapa pengusaha
swasta menjadi satu kesatuan usaha bersama. Perusahaan ini dimiliki oleh beberapa orang
dan pimpin atau dikelola oleh beberapa orang pula. Tujuan perserikatan ini adalah untuk
menjadikan usahanya menjadi lebih besar dan lebih kuat dalam permodalannya.
BENTUK-BENTUK BADAN USAHA SWASTA - Lanjutan
• CV
Bentuk ini banyak dilakukan untuk mempertahankan kebaikan – kebaikan dari bentuk
perseorangan yang memberikan kebebasan dan penguasaan penuh bagi pemiliknya
atas keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan. Disamping itu untuk menghilangkan
atau mengurangi kejelekan dalam hal keterbatasan modal yang dimilikinya maka
diadakanlah penyertaan modal dari para anggota yang tidak ikut aktif mengelola
bisnisnya, yang hanya menyertakan modalnya saja dalam bisnis itu.

• Yayasan
Yayasan adalah bentuk organisasi swasta yang didirikan untuk tujuan sosial
kemasyarakatan yang tidak berorientasi pada keuntungan. Misalnya Yayasan Panti
Asuhan,Yayasan yang mengelola Sekolahan Swasta, Yayasan Penderita Anak Cacat dll.
BENTUK-BENTUK BADAN USAHA SWASTA - Lanjutan
• Perseroan Terbatas
merupakan bentuk yang banyak dipilih, terutama untuk bisnis – bisnis
yang besar. Bentuk ini memberikan kesempatan kepada masyarakat luas
untuk menyertakan modalnya kedalam bisnis tersebut dengan cara
membeli saham yang dikeluarkan oleh Perusahaan itu. Atas pemilikan
saham itu maka mereka para pemegang saham itu berhak memperoleh
pembagian laba atau dividen dari perusahaan tersebut. Dalam bentuk ini
tanggung jawab pemilik atau pemegang saham adalah terbatas, yaitu
sebatas modal yang disetorkannya. Kekayaan pribadi pemilik tidak ikut
menanggung utang – utang perusahaan. Oleh karena itu bentuk ini
disebut Perseroan Terbatas (Naamlose Venootschaap/NV).
Pemilihan bentuk orang pribadi dan badan, serta penjelasan
detail terkait macam-macam Bentuk Usaha.

1. PT
2. CV
3. FA
4. Perseorangan
5. Yayasan
6. BUMN
Perseroan Terbatas
Perseroan terbatas adalah organisasi bisnis yang memiliki badan
hukum resmi yang dimiliki oleh minimal dua orang dengan
tanggung jawab yang hanya berlaku pada perusahaan tanpa
melibatkan harta pribadi atau perseorangan yang ada di dalamnya.
Di dalam PT pemilik modal tidak harus memimpin perusahaan,
karena dapat menunjuk orang lain di luar pemilik modal untuk
menjadi pimpinan. Untuk mendirikan PT / perseroan terbatas
dibutuhkan sejumlah modal minimal dalam jumlah tertentu dan
berbagai persyaratan lainnya.
Perseroan Terbatas - Lanjutan
Ciri dan sifat Perseroan Terbatas diantaranya seperti berikut ini:
1. Kewajiban terbatas pada modal tanpa melibatkan harta pribadi.
2. Modal dan ukuran perusahaan besar.
3. Kelangsungan hidup perusahaan PT ada di tangan pemilik saham
4. Dapat dipimpin oleh orang yang tidak memiliki bagian saham
5. Kepemilikan mudah berpindah tangan
6. Mudah mencari tenaga kerja untuk karyawan / pegawai
7. Keuntungan dibagikan kepada pemilik modal / saham dalam bentuk dividen
8. Kekuatan dewan direksi lebih besar daripada kekuatan pemegang saham
9. Sulit untuk membubarkan Perseroan Terbatas.
10. Pajak berganda pada pajak penghasilan / PPh badan dan pajak dividen
Perseroan Terbatas - Lanjutan
Aspek perpajakan:
• Didaftarkan untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak.
• Wajib dikenakan WHT 21, 23, 26, 4(2) serta wajib potong pph 22
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
• Dividen
• PPh Badan: Final dan Non Final
Perseroan Terbatas - Lanjutan
Dividen,
nah dividend ini yang paling membedakan dari badan usaha lain, karena hanya ada di PT. jadi biasanya itu
perusahaan yang sudah mendapatkan profit dia akan membagikan dividen ke para pemegang sahamnya,
bisa bentuk uang, aset atau tambahan saham.
Merupakan objek pajak penghasilan, Sesuai Pasal 4 Ayat 1 huruf g Undang-Undang No. 36 Tahun 2008,
namun tidak semua dividen merupakan objek pajak.
Mengacu pada Pasal 4 Ayat 3 huruf f UU PPh, bahwa yang dikecualikan dari objek pajak yaitu:
Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam
negeri, koperasi, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dari
penyertaan modal pada Badan Usaha yang didirikan dan bertempat atau berkedudukan di Indonesia dengan
syarat sebagai berikut:
1. Deviden berasal dari cadangan laba yang ditahan.
2. Bagi Perseroan Terbatas, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah yang menerima
dividen, kepemilikan saham pada Badan yang memberikan dividen paling rendah 25% dari jumlah modal
yang disetor.
Perseroan Terbatas - Lanjutan
Dividen yg di kecualikan berdasarkan UU Cipta Kerja yang baru, UU No. 11 tahun 2020.
Syarat bebas pajak dividen sesuai yang tertuang dalam Pasal 34 dan Pasal 35 PMK-18/2021, yakni dividen harus diinvestasikan ke dalam
bentuk investasi seperti berikut:

1. Surat Berharga Negara (SBN) Republik Indonesia dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) Republik Indonesia.
2. Obligasi atau sukuk Badan Usaha Milik Negara yang perdagangannya diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan.
3. Obligasi atau sukuk lembaga pembiayaan yang dimiliki oleh pemerintah yang perdagangannya diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
4. Investasi keuangan pada bank perseps1 termasuk bank syariah.
5. Obligasi atau sukuk perusahaan swasta yang perdagangannya diawasi oleh OJK.
6. Investasi infrastruktur melalui kerja sama pemerintah dengan badan usaha.
7. Investasi sektor riil berdasarkan prioritas yang ditentukan oleh pemerintah.
8. penyertaan modal pada perusahaan yang baru didirikan dan berkedudukan di Indonesia sebagai pemegang saham.
9. Penyertaan modal pada perusahaan yang sudah didirikan dan berkedudukan di Indonesia sebagai pemegang saham.
10. Kerja sama dengan lembaga pengelola investasi.
11. Penggunaan untuk mendukung kegiatan usaha lainnya dalam bentuk penyaluran pinjaman bagi usaha mikro dan kecil di dalam wilayah
NKRI sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang usaha mikro, kecil, dan menengah; dan/ atau
12. Bentuk investasi lainnya yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Perseroan Terbatas - Lanjutan
FINAL:Jenis Penghasilan yang Dikenai Pajak Bersifat Final
1. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara, bunga atau diskonto surat
berharga jangka pendek yang diperdagangkan di pasar uang, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota
koperasi orang pribadi;
2. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi
penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;
3. Penghasilan berupa hadiah undian;
4. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan
persewaan tanah dan/atau bangunan; dan
5. Penghasilan tertentu lainnya, termasuk penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak yang memiliki
peredaran bruto tertentu.

Sedangkan sifat penghasilan final yaitu:


1. PPh Final (dibayar sendiri atau dipotong pihak lain) tidak dapat dikreditkan.
2. Biaya-biaya yang digunakan untuk menghasilkan, menagih, dan memelihara (3M) penghasilan yang dikenakan PPh final tidak
dapat dikurangkan dalam memperhitungkan PPh terutang pada akhir tahun (dalam SPT Tahunan PPh).
3. Penghasilan yang dikenakan PPh Final tidak digabung dalam penghitungan pajak akhir tahun, tapi cukup dilaporkan saja
Perseroan Terbatas - Lanjutan
NON FINAL:
Pajak Penghasilan atau PPh Tidak Final adalah pajak penghasilan yang dikenakan atas penghasilan yang diterima oleh
WP Badan berdasarkan Pasal 17 dan Pasal 31E Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.
Tarif:
Omset kurang dari 4.8 Milyar
Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP) menegaskan bahwa Wajib Pajak yang memiliki omzet di
atas Rp500 juta dalam satu tahun harus membayar pajak. Kemudian bagi Wajib Pajak yang memiliki omzet kurang dari
Rp4,8 miliar dalam setahun boleh memilih menjadi PKP atau tidak. Dalam rangka memenuhi kewajiban membayar
pajak, Wajib Pajak yang beromzet kurang dari Rp4,8 miliar dalam setahun dapat memilih diantara tiga opsi
penghitungan pajak.
Opsi pertama, mengikuti aturan PP Nomor 23 Tahun 2018 dengan tarif PPh Final sebesar 0,5% dari omzet atau
peredaran bruto setahun. Namun saat ini PP Nomor 23 Tahun 2018 telah dicabut dan digantikan dengan PP Nomor 55
Tahun 2022.
Dengan dicabutnya PP 23/2018 bukan berarti jangka waktu tertentu diperbolehkannya menggunakan penghitungan PPh
Final diulang dari awal tetapi tetap meneruskan jangka waktu berdasarkan PP 23/2018.
Opsi kedua, menggunakan metode pembukuan dan dikenakan tarif umum PPh Pasal 17. Sesuai aturan terbaru dalam UU
HPP, tarif PPh badan yang berlaku saat ini adalah sebesar 22%.
Perseroan Terbatas - Lanjutan
Berdasarkan pada ketentuan Pasal 5 PP 23/2018, pengenaan PPh final berlaku paling lama 3
tahun untuk wajib pajak badan berbentuk perseroan terbatas (PT) serta paling lama 4 tahun untuk
wajib pajak badan berbentuk koperasi, persekutuan komanditer (CV), atau firma
Omset 4.8 Milyar - 50 Milyar
kena pasal 31E ya, jadi
Fasilitas pengurangan pajak penghasilan ini diatur dalam pasal 31E Undang-Undang No. 36
Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas UU No. 7 Tahun 1983 tentang PPh s.t.d.t.d UU
HPP No. 7/2021.
Melalui beleid ini, WP Badan dalam negeri yang memiliki peredaran bruto maksimal Rp50 juta,
mendapatkan pengurangan tarif sebesar 50% dari tarif UU PPh Pasal 17 ayat 1 huruf b dan ayat
2a atas penghasilan kena pajak, dari bagian peredaran bruto hingga Rp4,8 miliar.
Ketentuan pengurangan tarif PPh ini, terbaru ditegaskan dalam Surat Edaran Direktur Jenderal
Pajak No. SE-02/PJ/2015, sebagai peraturan penegasan atas pelaksanaan UU PPh Pasal 31e ayat
1 ini
Perseroan Terbatas - Lanjutan
Contoh:
Perhitungan PPh terutang:
1. Jumlah penghasilan kena pajak dari bagian peredaran bruto yang mendapat fasilitas PPh Pasal 31e ayat 1 :
= (Rp4,8 miliar : Rp50 miliar) x Rp5 miliar
= Rp480 juta
PPh terutang:
= 50% x 22% x Rp480 juta
= Rp52,8 juta
2. Jumlah penghasilan kena pajak dari bagian peredaran bruto yang tidak mendapat fasilitas PPh Pasal 31E ayat 1 :
= Rp5 miliar – Rp480 juta
= Rp4,52 miliar
PPh terutang:
= 22% x Rp4,52 miliar
= Rp994,4 juta
Perseroan Terbatas - Lanjutan
Pasal 17
Peredaran Bruto
temporary dan permanent fiskal, atau bahasanya di pajak, koreksi positif dan
negatif.
temporary spti, ada beberapa treatment yang pengakuannya berbeda seperti
beban penyusutan, estimasi2 yang dicatat menurut accounting namun tidak
diakui pajak, dll.
permanent different seperti interest income yang sudah dikenakan final harus di
takeout, entertainment expense tanpa list normatif harus di take out, kemudian
juga tunjangan buat direksi, dll ya.
Penghasilan kena Pajak dikurangi kredit pajak, dikali 20%
PERPAJAKAN BAGI CV
Tentang Pajak Badan Usaha CV
• Persekutuan Komanditer (Commanditaire Vennootschap/CV) atau Badan Usaha CV
adalah Badan Usaha yang terbentuk dari persekutuan antara dua orang atau lebih
untuk mencapai tujuan bersama dalam hal wiraswasta.
• Masing-masing anggota persekutuan tersebut memiliki tingkat keterlibatan yang
berbeda-beda.
• Anggota persekutuan dalam CV terbagi menjadi dua yakni sekutu aktif atau pasif,
dengan tanggung jawab sebagai berikut:
• 1. Sekutu aktif bertanggung jawab penuh atas perusahaan serta melibatkan harta
pribadi dalam mendirikan dan pengelolaan usahanya.
• 2. Sekutu pasif hanya bertanggung jawab terhadap modal yang ditanamkan saja.
• CV bukan merupakan Badan Hukum, sehingga kekayaan atau aset yang dimiliki CV
akan ditujukan kepada pendirinya.
• Mengingat CV termasuk badan usaha, maka kedudukannya sebagai wajib pajak sesuai
ketentuan perundang-undangan perpajakan.
Kewajiban Pajak Badan Usaha CV
• Sebagai wajib pajak badan usaha CV, sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Undang-Undang Pajak Penghasilan
(UU PPh), maka pemilik usaha CV memiliki kewajiban sebagai berikut:
• 1. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
• 2. Jika omzet sudah lebih dari Rp4,8 miliar setahun, wajib menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP).
• 3. Bisa memilih mengajukan untuk dikukuhkan sebagai PKP meski omzet setahun masih kurang dari
Rp4,8 miliar, misalnya karena akan menjadi rekanan pemerintah.
• 4. Menyelenggarakan pembukuan bagi CV yang sudah PKP.
• 5. Menghitung besar pajak terutang PPh secara mandiri sesuai prinsip self-assessment.
• 6. Memperhitungkan besarnya pajak-pajak yang telah dipungut/dipotong pihak lain sesuai ketentuan UU
PPh.
• 7. Memungut atau memotong PPh atas transaksi yang menjadi kewajiban sesuai ketentuan perundang-
undangan perpajakan yang berlaku.
• 8. Menyetor atau membayar pajak terutang ke kas negara sesuai tata cara pembayaran pajak.
• 9. Melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) pajak dengan benar sesuatu ketentuan dalam UU KUP
(Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan).Ketentuan PPh Pemilik CV
• Karena CV bukan merupakan Badan Hukum, apabila pendiri CV menerima
penghasilan atas usaha yang dijalankan, itu bukan merupakan gaji,
melainkan berupa laba.
• Laba yang dihasilkan CV hanya dikenakan pajak satu kali saja, yaitu pada
saat CV memperoleh laba.
• Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari Perseroan
Komanditer (CV) yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, tidak
dikenakan pajak dan bukan termasuk dalam objek PPh. Hal inilah yang
dinilai sebenarnya mendirikan CV di Indonesia lebih menguntungkan
ketimbang Badan Usaha lainnya, seperti Perseroan Terbatas (PT).
• Ini sesuai yang tercantum dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i, untuk menentukan
besarnya penghasilan kena pajak CV tidak boleh dikurangkan gaji yang
dibayarkan kepada anggota persekutuan atau perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan,
firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi
kolektif.
• Sebelum suatu badan usaha berbentuk CV diwajibkan membayar pajak penghasilan sesuai
skema PPh Badan normal, bisa memilih menggunakan Pajak Final UMKM 0,5% sesuai PP
23/2018.
• Namun bukan tanpa batas. Badan usaha CV hanya mendapatkan jatah 4 tahun pajak untuk
bisa menggunakan PPh Final 0,5% ini.
• Contoh
• CV AAA didirikan pada 2021. Pada tahun mendirikan usaha ini, CV AAA langsung memilih
untuk menggunakan tarif PPh Final UMKM sesuai PP 23 tahun 2018.
• Karena batas waktu penggunaan PPh Final 0,5% bagi CV hanya berlaku untuk 4 tahun saja,
maka empat tahun kemudian, CV AAA harus menggunakan tarif PPh Badan normal pada 2025.

• Melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 30 Tahun 2020 tentang Penurunan Tarif Pajak
Penghasilan Bagi Wajib Pajak Dalam Negeri yang Berbentuk Badan, tarif PPh badan
diturunkan. Tarif Pajak Penghasilan Badan turun secara bertahap yakni:

• 22% berlaku pada 2020 dan 2021


• 20% mulai berlaku pada 2022
Berikut jenis-jenis pajak CV lainnya yang
jadi kewajibannya secara umum:
• 1. PPh Pasal 21
• Apabila CV membayarkan penghasilan atau gaji karyawan (baik tetap maupun tidak
tetap), CV harus melakukan pemotongan PPh Pasal 21.
• Kemudian menyetorkan atau membayarkan hasil pemungutan/pemotongan PPh 21
atas gaji karyawan tersebut ke kas negara.
• 2. PPh Pasal 22
• Ketika CV melakukan transaksi yang berkaitan dengan PPh Pasal 22, maka akan
dipungut/dipotong atau harus memotong/memungut PPh 22.
• 3. PPh Pasal 23
• Jika CV bertransaksi dengan bendaharawan pemerintah, maka Badan Usaha CV juga
akan dipungut PPh 23 atau pun juga harus memungut PPh Pasal dengan lawan
transaksinya.
• 4. PPh Pasal 4 ayat (2)
• Badan Usaha CV yang juga melakukan penjualan/penyewaan tanah dan/atau
bangunan, maka CV harus memotong/menyetor PPh Pasal 4 ayat (2) bersifat final.
• 5. PPh Pasal 25
• Pajak Penghasilan Pasal 25 merupakan pembayaran angsuran pajak penghasilan
terutang.
• 6. PPN
• Begitu juga dengan Badan Usaha CV yang sudah berstatus PKP, maka dalam
transaksi barang/jasa kena pajak pasti harus memungut Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) atau sebagai pihak yang dipotong PPN.
• 7. Pengkreditan PPh Pasal 24
• Apabila CV memperoleh penghasilan dari luar negeri dan telah dipotong pajak di
negara tersebut, maka pajak yang telah dipotong tersebut dapat dijadikan kredit
pajak sesuai dengan mekanisme pengkreditan pajak Pasal 24 UU PPh.
PERPAJAKAN BAGI FIRMA
Penjelasan Detail Terkait Macam-macam Bentuk Usaha - Firma

Definisi

Firma adalah sebuah bentuk persekutuan untuk menjalankan usaha antara dua perusahaan atau lebih dengan memakai nama bersama. Pemilik badan
usaha ini terdiri dari beberapa orang atau perusahaan yang bersekutu dan masing-masing anggota persekutuan menyerahkan kekayaan pribadi sesuai yang
tercantum dalam akta pendirian perusahaan. Tiap-tiap persero secara tanggung-menanggung bertanggung jawab untuk seluruhnya atas segala perikatan
dari perseroan.

Karakteristik

• Firma didirikan oleh dua orang atau lebih dalam suatu perjanjian.

• Bada usaha Fa menggunakan satu nama usaha bersama dalam menjalankan usaha.

• Para anggota sekutu aktif mengelola perusahaan dan memiliki tanggung jawab bersama kepada pihak ketiga.

• Tanggung jawab tidak terbatas atas semua risiko yang dapat terjadi.

• Fa akan bubar jika ada salah satu anggota yang mengundurkan diri atau meninggal dunia.

• Jika terdapat utang tidak terbayar, setiap pemilik wajib melunasi dengan harta pribadi.

• Setiap anggota Fa memiliki hak untuk menjadi seorang pemimpin.

• Setiap anggota tidak berhak memasukkan anggota baru tanpa mendapat izin dari anggota lainnya.

• Keanggotan Fa sangat mengikat dan berlaku hingga seumur hidup.

• Setiap anggota memiliki hak untuk membubarkan Fa.


Penjelasan Detail Terkait Macam-macam Bentuk Usaha - Firma

Jenis dan Contoh Firma

Di Indonesia, setidaknya ada 4 jenis dan contoh firma di Indonesia, apa saja?
• Firma dagang

Ini adalah jenis Fa yang dibentuk untuk menjalankan usaha di industri perdagangan. Kegiatan utama jenis Fa ini adalah membeli dan menjual barang.
• Firma Non-Dagang

Kebalikan dari Fa dagang, Fa non-dagang dibentuk untuk menjalankan usaha di industri jasa. Contohnya dapat berupa firma akuntansi, firma hukum, dan lain-lain.
• Firma Umum

Jenis Fa yang mana para anggotanya memiliki kekuasaan yang tak terbatas. Para anggota memiliki tanggung jawab atas jalannya operasional perusahaan, baik itu utang
dan piutang.
• Firma Terbatas

Para anggota dari jenis Fa ini memiliki kekuasaan, tanggung jawab, serta kewajiban terbatas atas usaha.
Penjelasan Detail Terkait Macam-macam Bentuk Usaha - Firma

Aspek Perpajakan

Sebagai salah satu jenis badan usaha, maka Firma harus memiliki NPWP atau nomor pokok wajib pajak sebagai salah satu syarat pendirian. NPWP ini merupakan NPWP
badan, dan bukan NPWP pemilik. Dengan mendaftarkan dan memiliki NPWP, tandanya Firma memiliki hak dan kewajiban perpajakan yang wajib dipatuhi.

Pada dasarnya, Fa dikenakan pajak penghasilan yang terdiri dari:


• PPh 21
• PPh 22
• PPh 23
• PPh 25
• PPh 26
• PPh 29
• PPh Pasal 4 ayat (2)
• PPh 15

Jika badan usaha Fa mengukuhkan dirinya sebagai PKP, artinya wajib menambahkan PPN pada tiap transaksi yang terjadi dan wajib menerbitkan faktur pajak atas transaksi
tersebut. Namun jika belum mengukuhkan sebagai PKP, Firma tidak dikenakan PPN melainkan pajak usaha lainnya, seperti PPh Final PP 23/2018 dengan tarif sebesar 0,5%.

Selain pengenaan pajak, firma memiliki kewajiban membayar, menyetor dan melaporkan pajak usahanya. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan sesuai ketentuan dari
tiap-tiap jenis pajak, begitu pula dengan pelaporan pajak. Tidak lupa juga, badan usaha firma wajib melaporkan pajak penghasilan usaha melalui SPT Tahunan PPh Badan.
Berdasarkan UU HPP terbaru, badan usaha dikenakan tarif PPh sebesar 22% yang mulai berlaku pada tahun pajak 2022. Jika Fa merupakan UMKM, akan diberikan insentif
penurunan tarif sebesar 50% sesuai Pasal 31E.
PERPAJAKAN BAGI
BADAN USAHA
PERORANGAN
PERORANGAN
Merupakan badan usaha dimana seluruh modalnya dimiliki oleh satu orang, dan
konsekuensi tanggung jawabnya dibebankan kepada orang tersebut.
Ciri – ciri :
 Dimiliki oleh perorangan.
 Pengelolaan terbatas atau sederhana
 Modal tidak terlalu besar.
 Kelangsungan hidup usaha bergantung pada pemilik perusahaan.
Kelebihan Kekurangan
: Dapat mudah dimulai.  Karena perorangan dan biaya modal
 Biaya tergolong rendah.  sedikit, jadi kemampuan perusahaan ter
 Bebas dalam mengelola perusahaan batas.
.  Tenaga kerja dan manajemen terbatas.
 Kebutuhan modal yang dapat dipenuhi
oleh pemilik kecil

3
Ketentuan Perpajakan Terkait Orang Pribadi

 Menggunakan nomor pokok wajib pajak (NPWP) orang pribadi, yaitu pemilik yang
sebenarnya dari usaha tersebut untuk keperluan perpajakan.

 Pengusaha wajib menjalankan pembukuan dalam menjalankan kegiatan


usahanya namun dalam hal peredaran usaha pengusaha dalam satu tahun pajak
tidak melebihi Rp4,8 miliar, pengusaha boleh tidak melakukan pembukuan, namun
wajib membuat pencatatan. Dalam menghitung penghasilan neto untuk keperluan
perpajakan, pengusaha menggunakan norma. Ketentuan mengenai pembukuan
diatur dalam Pasal 28 UU KUP, ketentuan mengenai norma penghitungan
penghasilan neto diatur dalam Pasal 14 UU PPh dan Peraturan Direktur Jenderal
Pajak nomor PER-17/PJ/2015.

3
Ketentuan Perpajakan Terkait Orang Pribadi
 Selain boleh dikurangkan dengan biaya-biaya yang dapat dikurangkan
sesuai ketentuan UU PPh, pengusaha juga boleh mengurangkan
penghasilan neton ya dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang
dihitung berdasarkan keadaan/status perkawinan Wajib Pajak dan jumlah
tanggungannya. Ketentu an mengenai biaya yang dapat dikurangkan diatur
dalam Pasal 6 UU PPh, ketentuan mengenai PTKP diatur dalam Pasal 7 UU
PPh.
 Dalam penghitungan pajak terutang, berlaku tarif pajak progresif, yaitu tarif
pajak yang semakin meningkat seiring besarnya penghasilan kena pajak.
Ketentuan mengenai tarif pajak diatur dalam Pasal 17 UU PPh.
Batasan Penghasilan kena Pajak % Tarif PPh Progresif
s.d 60 Juta 5%
Lebih 60 juta s.d 250 juta 15 %
Lebih 250 Juta s.d 500 Juta 25 %
Lebih 500 Juta s.d 5 Miliar 30 %
Lebih dari 5 Miliar 35 %
3
Ketentuan Perpajakan Terkait Orang Pribadi

 Apabila usaha yang dilakukan memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam


Peraturan Pemerintah nomor 23/2018, bagi pengusaha yang dalam satu tahun
pajak peredaran usahanya tidak lebih dari Rp4,8 miliar, pengusaha
wajib menghitung pajaknya secara final dengan tariff 0.5 % dari peredaran
usaha setiap bulannya.
Organisasi Nirlaba
• Organisasi nirlaba adalah suatu organisasi yang tujuan-tujuannya tidak mencakup
penciptaan laba untuk kepentingan pribadi pemilik atau pengelolanya. Organisasi
nirlaba sering kali berusaha mencapai keuntungan tersebut untuk tujuan sosial
atau pendidikan dari organisasi dan bukannya untuk kepentingan pribadi
• Terdiri dari Sumber daya terikat (dibatasi penggunaannya) dan Sumber daya tidak
terikat (tidak dibatasi penggunaaannya)
• Ciri-ciri organisasi nirlaba
1) Sumber dana utama berasal dari donator yang tidak mengharapakan keuntungan
2) Organisasi dapat menghasilkan barang atua jasa tanpa mengejar profit dan
apabila entitas menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak dibagi kepada para
pemilik.
3) Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi bisnis
Yayasan
Sesuai Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan,
yayasan didefinisi kan sebagai badan hukum yang terdiri atas
kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai
tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan,
yang tidak mempunyai anggota.

Kekayaan Yayasan baik berupa uang, barang, maupun kekayaan


lain yang dipero leh Yayasan berdasarkan Undang-undang ini,
dilarang dialihkan atau dibagikan secara langsung atau tidak
langsung kepada Pembina, Pengurus, Pengawas, karyawan, atau
pihak lain yang mempunyai kepentingan terhadap Yayasan.
Yayasan di Bidang Keagamaan
•Sesuai Pasal 2 ayat (2) PMK 245/PMK.03/2008:
Badan keagamaan [yang dikecualikan dari objek pajak
penghasilan] adalah badan keagamaan yang kegiatannya
semata-mata mengurus tempat-tempat ibadah dan/ atau
menyelenggarakan kegiatan di bidang keagamaan, yang tidak
mencari keuntungan.
Yayasan di Bidang Pendidikan
•Sesuai Pasal 4 ayat (3) huruf m UU PPh:
Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian
dan pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan
prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak
diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

•Sesuai Pasal 2 ayat (3) PMK 245/PMK.03/2008:


Badan pendidikan [yang dikecualikan dari objek pajak penghasilan] adalah badan pendidikan yang kegiatannya semata-mata
menyelenggarakan pendidikan yang tidak mencari keuntungan.
Sisa lebih adalah selisih dari seluruh penerimaan yang merupakan objek Pajak Penghasilan selain penghasilan yang dikenakan Pajak
Penghasilan tersendiri, dikurangi dengan pengeluaran untuk biaya operasional sehari-hari badan atau lembaga nirlaba.
•Sesuai Pasal 1 ayat (4) Per-44/PJ/2009
Pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana adalah pembelian, pengadaan dan/atau pembangunan fisik sarana dan prasarana
kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan yang meliputi :
 Pembelian atau pembangunan gedung dan prasarana kegiatan pendidikan, penelitian dan pengembangan termasuk pembelian
tanah sebagai lokasi pembangunan gedung dan prasarana tersebut.
 Pengadaan sarana dan prasarana kantor, laboratorium dan perpustakaan; atau
 Pembelian atau pembangunan asrama mahasiswa, rumah dinas, guru, dosen atau karyawan, dan sarana prasarana olahraga,
sepanjang berada dilingkungan atau lokasi lembaga pendidikan formal.
Yayasan di Bidang Sosial
Badan sosial termasuk yayasan dan koperasi [yang dikecualikan dari objek pajak
penghasilan] adalah badan sosial yang kegiatannya semata-mata menyelenggarakan

 Pemeliharaan kesehatan;
 Pemeliharaan orang lanjut usia (panti jompo);
 Pemeliharaan anak yatim-piatu, anak atau orang terlantar, dan anak atau orang
cacat.
 Santunan dan/atau pertolongan kepada korban bencana alam, kecelakaan, dan
sejenisnya.
 Pemberian beasiswa
 Pelestarian lingkungan hidup; dan/atau
 Kegiatan sosial lainnya.
Objek PPh
Objek PPh termasuk pula keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau sumbangan,
kecuali yang diberikan kepada badan sosial, seperti yayasan.

Sehingga, bagi objek PPh yang didapatkan dari hal-hal berikut ini, tidak termasuk objek pajak (Pasal 2
ayat (3) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 90/PMK.03/2020 Tahun 2020 tentang Bantuan atau
Sumbangan, Serta Harta Hibahan yang Dikecualikan sebagai Objek Pajak Penghasilan):
1. Hibah, bantuan, atau sumbangan diberikan kepada:
a) keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat
b) badan keagamaan
c) badan pendidikan
d) badan sosial termasuk yayasan
e) koperasi
f) orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil
2. Tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan diantara pihak-pihak
yang bersangkutan.
Kewajiban Perpajakan Yayasan
1. PPh Pasal 4 ayat 2 5. PPh Pasal 24
2. PPh Pasal 21 6. PPh Pasal 26
3. PPH Pasal 22
4. PPh Pasal 23
Kewajiban Perpajakan Yayasan apabila
adanya Koperasi
Kewajiban Perpajakan sama seperti di atas dengan penambahan PPh
Pasal 29 (PPh Badan) dan PPN apabila koperasi memperjualkan jasa
atau barang.
Kewajiban Yayasan
• Wajib melakukan pembukuan dan membuat laporan keuangan serta menyampaikan
SPT Tahunan beserta lampiran yang dipersyaratkan dalam SPT Tahunan beserta
lampiran sebagai berikut:
a. rencana fisik sederhana dan rencana biaya pembangunan dan pengadaan sarana
dan prasarana kegiatan pendidikan.
b. Pernyataan bahwa Sisa lebih akan digunakan untuk pembangunan gedung dan
prasarana pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan paling lama 4 (empat)
tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, dan Sisa lebih yang tidak digunakan
pada tahun diperolehnya tersebut akan digunakan untuk pembangunan gedung dan
prasarana pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan paling lama 4 (empat)
tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut.
c. Laporan mengenai penyediaan dan penggunaan sisa lebih
• Pencatatan tersendiri atas sisa lebih yang diterima dan yang digunakan setiap tahun
Pengaruh Pemilihan Bentuk Usaha untuk alternatif perpajakan
Pengaruh Pemilihan Bentuk Usaha untuk alternatif perpajakan
- Lanjutan
Kesimpulan
Usaha bisnis dapat dilaksanakan dalam berbagai bentuk. Pembagian atas tiga bentuk Badan Usaha
tersebut bersumber dari Undang – Undang 1945 khususnya pasal 33. Di Indonesia kita mengenal 3
macam bentuk badan yaitu Badan Usaha Milik Negara ( BUMN ), Koperasi dan Swasta. Bentuk badan
usaha swasta dapat dibagi kedalam beberapa macam : Perseorangan, Firma, Perseroan Komanditer (CV),
Perseroan Terbatas (PT), Yayasan.
Pilihan bentuk badan usaha yang tersedia secara umum adalah berbentuk Perseroan Terbatas (PT),
Perseroan Komanditer (CV) atau Perorangan (Pribadi).
Secara umum, total beban pajak PT akan selalu lebih besar dari CV, karena adanya tambahan PPh pasal 4
ayat 2 yang harus dipotong dari dividen yang dibayarkan oleh PT, sedangkan pembagian hasil untuk CV
tidak dikenakan pajak (bukan obyek pajak). Sedangkan perbedaan besarnya total beban pajak yang
dibayar oleh usaha perorangan dan PT/CV tergantung pada besarnya Penghasilan kena pajak (laba). Hal
ini dapat terjadi karena adanya perbedaan tarif PPh pasal 17 untuk badan dan orang pribadi.
Pajak bukanlah satu-satunya alasan dalam pemilihan bentuk usaha, namun pemilihan bentuk usaha yang
tepat dapat memberikan penghematan pajak. Sehingga dalam melakukan penghematan tersebut bisa
dengan cara perencanaan pajak agar kewajiban perpajakan dapat dilakukan oleh wajib pajak dengan baik.
Q&A

~End~

Anda mungkin juga menyukai