Anda di halaman 1dari 12

AGAMA TUGAS 3

1. Islam merupakan ajaran yang memadukan antara pembiasaan (Budaya) dan keimanan,
disamping itu Allah dan Rasulullah mewajibkan muslim melakukan kerja yang
seimbang, Sebutkan dan jelaskan makna dari ayat Al-Quran yang menggambarkan
karakter budaya kerja yang sesuai dan seimbang dalam kehidupan sehari- hari!
Jawaban :
Dalam Al-Qur'an sudah disebutkan tentang keseimbangan kehidupan yang ditemukan
sebanyak 15 kali yang tertuang dalam 9 surat. Diantara surat yang menjelaskan

tentang keseimbangan kehidupan itu terdapat pada Q.S. Al-Baqarah: 187 dan 228:
Artinya:
Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri- isteri
kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka.
Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah
mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka
dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan Makan minumlah hingga
terang bagimu benang putih dari benang hitam, Yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah

puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang
kamu beri'tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, Maka janganlah kamu
mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia,
supaya mereka bertakwa.
Artinya:
“Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru'. Tidak
boleh mereka Menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika
mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. Dan suami- suaminya berhak
merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami) menghendaki ishlah.
Dan Para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara
yang ma'ruf. Akan tetapi Para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada
isterinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
Dalam ayat diatas mengemukakan bahwa ketika di antara hak dan kewajiban itu
perlakukannya secara seimbang, maka yang muncul adalah keadilan. Sedangkan
apabila diberlakukannya dengan cara tidak seimbang maka yang muncul adalah
ketidakharmonisan dalam keluarga. Sehingga akan menjadi golongan ekstrem.
Kedua, mendapatkan hukum yang sama dan seimbang dengan perbuatan yang
sudah dilakukan. Hal itu termaktub dalam Q.S. al-Maidah: 95 dan Q.S. al-Hajj: 60.

Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membunuh binatang buruan, ketika
kamu sedang ihram. Barangsiapa di antara kamu membunuhnya dengan sengaja,
Maka dendanya ialah mengganti dengan binatang ternak seimbang dengan buruan
yang dibunuhnya, menurut putusan dua orang yang adil di antara kamu sebagai had-
yad yang dibawa sampai ke Ka'bah atau (dendanya) membayar kaffarat dengan
memberi Makan orang-orang miskin atau berpuasa seimbang dengan makanan yang
dikeluarkan itu, supaya Dia merasakan akibat buruk dari perbuatannya. Allah telah
memaafkan apa yang telah lalu. dan Barangsiapa yang kembali mengerjakannya,
niscaya Allah akan menyiksanya. Allah Maha Kuasa lagi mempunyai (kekuasaan untuk)
menyiksa.”
Artinya:

“Demikianlah, dan Barangsiapa membalas seimbang dengan penganiayaan yang pernah ia


derita kemudian ia dianiaya (lagi), pasti Allah akan menolongnya. Sesungguhnya Allah
benar-benar Maha Pema'af lagi Maha Pengampun.”

Dalam ayat diatas menjelaskan bahwa hukum semestinya dilakukannya dengan


cara adil. Hukum yang diperlakukannya dengan cara adil dan obyektif maka indikator yang
diperoleh adalah mampu membangkitkan masyarakat yang patuh pada hukum yang
berlaku. Akan tetapi, apabila hukum diperlakukannya dengan cara tidak adil atau
seimbang maka yang terjadi adalah kelaliman seperti hukum rimba. Hal itu tanpa melihat
kedudukan seseorang.

Ketiga, keadilan atau keseimbangan pada tingkat kemuliaan yang didapat dengan
tigkat amal perbuatan dan keseimbangan tahap kehinaan yang diperoleh dengan
perbuatan yang tercela terdapat pada Q.S. al-Anam: 132

Artinya:

“Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang) dengan apa yang


dikerjakannya. dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.”

Dalam ayat diatas menjelaskan bahwa derajat tidak ditentukan oleh penampilan
lahiriah yang selalu menipu pandangan mata. Akan tetapi, derajat manusia dapat diukur
dengan kualitas perbuatan yang bisa mengamalkan pesan-pesan moral kekhalifahan di
muka bumi dan pengabdiannya untuk Allah. Kemuliaan seseorang bukan dilandasi dengan
kesukuan dan kedaerahan, akan tetapi dilandasi dengan kualitas ilmu dan akhlak yang
dimiliki.
2. Agama dan politik belakangan menjadi daya tarik tersendiri di Indonesia, pada
fungsinya agama ialah pemersatu, namun yang terjadi belakangan ini ialah karena
perbedaan politik umat muslim menjadi terpecah, bagaimana menurut anda tentang
hal tersebut? Jelaskan dengan menggunakan dalil baik Al-Quran maupun hadits!
Jawaban :
Dalam al-Qur’an, tidak ada ayat khusus yang membahas tentang persatuan.
Namun, ada beberapa ayat-ayat yang berkaitan dengan persatuan seperti QS. al-Nisa’
ayat 1.

“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari
seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah
memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada
Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi
kamu.” (QS. al-Nisa 4:1)

Ayat ini ditujukan kepada seluruh umat manusia tanpa terkecuali. Surah ayat ini
mengajak agar manusia senantiasa menjalin hubungan kasih sayang antar seluruh
manusia. Walaupun turun di Madinah yang umumnya panggilan ditujukan kepada orang-
orang yang beriman, tetapi demi persatuan dan kesatuan menggunakan panggilan untuk
semua manusia. Ayat ini menyadarkan seluruh manusia, baik yang beriman dan tidak
beriman bahwa diciptakan dari diri yang satu, yakni Adam. Tidak ada perbedaan dari segi
kemanusiaan antara seorang manusia dengan yang lain.

Ayat lain yang terkait dengan persatuan adalah QS. al-Baqarah ayat 213:
“Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus
para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang
benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka
perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah
didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-
keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi
petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka
perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang
dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus. (QS. al-Baqarah 2: 213)

Allah menciptakan manusia sebagai makhluk sosial yang saling berkaitan dan saling
membutuhkan. Manusia baru dapat hidup jika saling membantu sebagai satu umat, yakni
kelompok yang memiliki persamaan dan keterikatan. Karena kodrat yang demikian, tentu
saja manusia harus berbeda dalam profesi dan kecenderungan.

Dengan adanya perbedaan kepentingan dan kecenderungan, maka setiap


kebutuhan diharapkan dapat diselesaikan. Tetapi manusia tidak mengetahui sepenuhnya,
bagaimana cara memperoleh kemaslahatan, mengatur hubungan antar sesama atau
bagaimana menyelesaikan perselisihan. Di sisi lain, manusia memiliki sifat egoisme yang
bisa muncul sehingga dapat menimbulkan perselisihan.

Manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial, sehingga tidak bisa
lepas dari lainnya. Jika dilihat dari asal manusia yang satu maupun setelah berkembang
menjadi suku-suku dan bangsa-bangsa yang memenuhi bumi, manusia seharusnya tidak
membeda-bedakan sesamanya dengan dalil apa pun, seperti perbedaan keturunan ras,
suku, bangsa, agama dan sebagainya. Perbedaan yang ada hendaknya tidak menjadi
penghalang untuk hidup rukun berdampingan. Justru perbedaan itu mendorong manusia
untuk saling mengenal, berhubungan dan saling berlomba dalam kebaikan.
3. Islam sebagai agama yang menjadi mayoritas pengikutnya memiliki pengaruh yang
sangat kuat untuk menjaga kerukunan dalam menjalankan keberagamaan di
Indonesia, Sebutkan dan jelaskan 3 cara Anda sebagai seorang muslim dalam menjaga
kerukunan tersebut!
Jawaban :
Cara seorang muslim menjaga kerukunan dalam menjalankan keberagaman di
Indonesia dengan Tri Kerukunan Umat Beragama, yaitu :
a. Kerukunan intern umat beragama
Perbedaan pandangan dalam satu agama bisa melahirkan konflik di dalam
tubuh suatu agama itu sendiri. Perbedaan mazhab adalah salah satu perbedaan
yang nampak nyata. Kemudian lahir pula perbedaan ormas keagamaan.
Sebab pendiri mazhab sendiri tidak pernah mengklaim bahwa
pendapatnyalah yang paling benar. Justru para pengikut mazhablah yang selalu
bersikap fanatisme buta meskipun kadangkala tanpa dasar berpijak yang kokoh.
Sikap-sikap seperti inilah yang harus benar-benar disadari oleh masing-masing
individu di antara umat untuk dirubah secara perlahan dengan cara memperbanyak
mendengar, melihat, belajar, mengamati, dan berdiskusi dengan kelompok
(mazhab lain).

b. Kerukunan antar umat beragama

Konsep ini mengandung makna kehidupana beragama yang tentram,


harmonis, rukun dan damai antar masyarakat yang berbeda agama dan keyakinan.
Tidak ada sikap saling curiga tetapi selalu menghormati agama masing-masing.

c. Kerukunan antara umat beragama dengan pemerintah

Berbagai kebijakan dilakukan oleh pemerintah agar tidak terjadi saling


mengganggu umat beragama lainnya. Semaksimal mungkin menghindari
kecenderungan konflik karena perbedaan agama. Semua lapisan masyarakat
bersama-sama menciptakan suasana hidup yang rukun, damai, tentram dan
harmonis dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam
bingkai negara kesatauan Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.

Karena itu ada empat pilar pokok yang sudah disepakati bersama oleh
seluruh rakyat Indonesia sebagai nilai-nilai perekat bangsa, yaitu
Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal
Ika. Keempat nilai tersebut merupakan kristalisasi nilai-nilai yang digali dari budaya
asli bangsa Indonesia. Kerukunan dan keharmonisan hidup seluruh masyarakat
akan senantiasa terpelihara dan terjamin selama nilai-nilai tersebut dipegang teguh
secara konsekwen oleh masing-masing warga Negara.

Anda mungkin juga menyukai