Anda di halaman 1dari 5

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 2

Nama Mahasiswa : Reksa Adi Perdana Pane

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 043344005

Kode/Nama Mata Kuliah : SKOM4318/Komunikasi Antar Budaya

Kode/Nama UPBJJ : 022/Serang

Masa Ujian : 2023/2024 Ganjil (2023.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
JAWABAN
1. Proses komunikasi dalam Komunikasi Antar Budaya (KAB) adalah proses yang sangat
kompleks karena di dalamnya terjadi proses yang melibatkan banyak faktor.
Berilah contoh bagaimana pelaksanaan komunikasi antara budaya di lingkungan Anda (boleh
di lingkungan tetangga, kantor, keluarga atau komunitas lainnya). Apa yang harus dipenuhi
agar proses KAB tersebut dapat berjalan dengan efektif dikaitkan dengan konsep homofili dan
heterofili ?

JAWAB:

1. Komunikasi antarbudaya (KAB) adalah suatu bentuk interaksi yang terjadi antarmanusia yang
mempunyai latar belakang budaya berbeda. Perbedaan ini menjadikan inti dari apa yang
dipelajari dalam KAB yang sudah dijelaskan pada modul sebelumnya. Komunikasi tidak dapat
menghindar dari faktor di luar proses komunikasi itu sendiri.

Sebagai contoh, kita ambil salah satu model proses komunikasi yang paling sederhana adalah dari
Shanon and Weaver, yaitu model S-M-C-R atau Sumber, Pesan, Media dan Penerima. Empat
faktor tadi adalah inti dari proses komunikasi, namun dalam KAB proses komunikasi yang terjadi,
tidak semudah dan sesederhana itu, karena di dalam dan di luar proses situ sendiri ada banyak
unsur atau faktor yang dapat mempengaruhi berlangsungnya proses komunikasi tersebut.

Salah satunya adalah faktor budaya atau latar belakang kehidupan sumber dan penerima. Tatkala
latar belakang sosial, budaya dan pendidikannya tidak jauh maka proses komunikasi akan
berlangsung sangat efektif. Atau dapat dikatakan bahwa semakin tinggi kesamaan antara
komunikator dan komunikan maka proses komunikasi akan semakin efektif. Tingkat kesamaan
inilah yang disebut dengan homopili. Sedangkan bila yang terjadi sebaliknya, yaitu semakin tinggi
tingkat perbedaan antara sumber dan penerima maka semakin kecil tingkat keberhasilan suatu
proses komunikasi, hal ini biasa disebut dengan heteropili, semakin tinggi tingkat heteropili
antara sumber dan penerima maka semakin tidak efektif proses komunikasi yang terjadi.

2. Menurut Larry A Samovar ada 3 hal yang mendasar dalam hubungan antarmanusia yang
melibatkan unsur budaya dalam proses komunikasi. Jelaskan ke tiga hal tersebut dan kaitkan
penjelasan Anda tentang sikap Anda terhadap masuknya berbagai nilai-nilai atau budaya barat
dalam kehidupan masyarakat timur akibat adanya teknologi informasi dan komunikasi yang
berkembang saat ini!
JAWAB:

Ada tiga hal yang mendasar (Larry A. Samovar, 2004), tentang hubungan antarmanusia yang
melibatkan unsur budaya dalam proses komunikasi, yaitu:

1. Kita harus sadar bahwa komunikasi itu adalah suatu aturan yang dibuat
Sadar atau tidak kita selalu berharap bahwa interaksi yang terjadi selalu disertai dengan adanya
tukar menukar pengalaman dan juga perilaku. Artinya bahwa setiap dalam proses interaksi ada
hal baru yang kita dapatkan dari pihak lain yang memiliki budaya yang berbeda. Di samping itu
adanya pemahaman bahwa setiap proses interaksi harus disertai dengan pemahaman akan
perilaku yang dibawa oleh pihak lain. Sebagai contoh tradisi di suku Maori melakukan cium
hidung tiga kali, sebagai tanda penghormatan kepada tamu yang datang, oleh karenanya apabila
kita berkunjung ke suku Maori di New Zealand maka mau tidak mau kita juga harus bersedia
dicium hidungnya tiga kali, baik laki maupun perempuan. Apabila kita menolak maka mereka
akan merasa tersinggung dan dianggap tidak menghargai atau tidak mau berinteraksi dengan
mereka. Aturan-aturan komunikasi yang berlaku dan diberlakukan tidak pernah terpisah antara
verbal, dan nonverbal, karena apa pun yang diucapkan selalu disertai gerakan nonverbal yang
tanpa disadari selalu mengikuti langkah proses komunikasi.

2. Konteks di mana komunikasi berlangsung selalu terkait di dalamnya

Yang dimaksud konteks adalah segala hal yang mengikuti proses komunikasi, entah itu
ruangannya, lingkungannya atau peralatan yang ada di dalamnya. Hal ini menunjukkan bahwa
budaya yang ada di setiap tempat harus dapat diterima dalam setiap bentuk interaksi yang terjadi
dalam suatu tempat tertentu. Harus disadari bahwa setiap proses interaksi, walaupun
menggunakan pola komunikasi yang sama, belum tentu akan melahirkan hasil yang sama pula
karena di dalamnya selalu ada yang namanya konteks. Sebagai contoh, tatkala kita makan di
rumah maka apa pun busana yang kita kenakan tidak menjadi persoalan selama sesuai dengan
aturan yang berlaku di rumah tersebut, dan tidak sebaliknya bila kita makan di luar atau di rumah
makan umum maka kita harus menyesuaikan busana yang layak kita kenakan di tempat umum
pula. Busana adalah salah satu bentuk pesan yang sifatnya nonverbal, tidak berbunyi, tetapi
mampu memberikan makna.

3. Aturan-aturan komunikasi yang berlaku merupakan suatu perwujudan dari adanya


keanekaragaman budaya yang ada Budaya di setiap tempat terkadang mempunyai kesamaan,
bahkan tidak ada budaya antar daerah yang sangat bertentangan secara umum, kalau toh ada
hanya sebagian kecil saja, namun dari budaya yang hampir sama akan melahirkan aturan yang
berbeda dalam berinteraksi, seperti konsep soal busana, waktu, tata cara, dan perilaku verbal
maupun nonverbal. Seperti contoh yang sering dalam dunia kerja. Di budaya Timur khususnya
Indonesia ada pola kebiasaan apabila sepasang kekasih sedang makan di luar rumah atau
restoran maka menjadi hal yang wajar apabila si pria yang membayar, namun tidak demikian di
Barat atau katakanlah Amerika, kebiasaan membayar sendiri-sendiri atau yang dikenal dengan
“shared” sudah menjadi suatu kebiasaan yang wajar dilakukan.

3. Jelaskan dan beri contoh apa yang dimaksud dengan pesan nonverbal dalam komunikasi
antar budaya! Jelaskan bagaimana hubungan komunikasi nonverbal dengan kebudayaan.
JAWAB:

3. Beberapa ahli komunikasi yang memberikan definisi komunikasi nonverbal di antaranya


adalah:

1. Judee K. Burgoon dan Thomas J. Saine (1978) dalam bukunya yang berjudul The
Unspoken Dialoque: An Introduction to nonverbal Communication, mendefinisikan
komunikasi nonverbal sebagai tindakan-tindakan manusia yang secara sengaja dikirimkan
dan diinterpretasikan seperti tujuannya dan memiliki potensi akan adanya umpan balik
(feed back) dari yang menerimanya.

2. Stella Ting-Toomey dalam bukunya Communicating Across Cultures,(1999)


mendefinisikan komunikasi nonverbal sebagai suatu ekspresi yang sangat bermakna dari
manusia. Pesan-pesan nonverbal sering kali merupakan tujuan-tujuan pokok yang ingin
dicapai melalui komunikasi yang dilakukan dengan orang lain, yang tercermin melalui
emosi-emosi, perilaku dan bentuk hubungan kita dengan orang lain tersebut. Banyak
pesan-pesan nonverbal yang dapat mengekspresikan hal-hal yang tidak diekspresikan
melalui kata-kata (pesan verbal), selain itu pesan-pesan nonverbal dianggap lebih ”jujur”
dari pesan-pesan verbal.

3. Richard. E. Porter dan Larry A. Samovar, dalam bukunya yang berjudul Intercultural
Communication: A Reader (1999), mendefinisikan komunikasi nonverbal sebagai proses
pertukaran pikiran dan gagasan di mana pesan yang disampaikannya berupa isyarat,
ekspresi wajah, pandangan mata, postur dari gerakan tubuh, sentuhan, pakaian, artifak,
diam, ruang waktu, dan suara. Dalam buku yang berbeda, yaitu Communication Between
Cultures (2004) mereka mendefinisikan komunikasi nonverbal sebagai segala bentuk
stimuli nonverbal dalam komunikasi yang dilakukan oleh komunikator dan dipengaruhi
oleh lingkungannya.

4. Alo Liliweri, dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Verbal dan Nonverbal (1994)
mendefinisikan komunikasi nonverbal sebagai komunikasi tanpa kata-kata (karena tidak
berkata-kata).

Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang pertama kali dikenal oleh manusia, yaitu ketika
pertama kali kita lahir di dunia. Dalam perkembangan peradaban manusia, yaitu ketika seorang
anak manusia pertama kali dilahirkan ke dunia, bentuk komunikasi nonverbal-lah yang pertama
kali dikenalnya yaitu lewat sentuhan dari orang tuanya. Oleh karenanya, dibandingkan dengan
lambang-lambang verbal, lambang-lambang nonverbal lebih bersifat umum. Artinya, perilaku-
perilaku nonverbal yang diperlihatkan banyak yang mempunyai kesamaan, terutama pada emosi-
emosi wajah yang paling mendasar, seperti pada saat marah, jijik/mual, takut, bahagia, sedih dan
terkejut/heran.
Contoh komunikasi nonverbal

Misalnya, untuk orang Toba di India Selatan menekankan ujung ibu jari pada batang hidung, lalu
melambaikan keempat jari lainnya ke depan merupakan tanda hormat. Perilaku tersebut
mempunyai pengertian yang lain, misalnya dianggap mengejek atau memperolok-olok jika
dilakukan oleh orang Indonesia. Di Indonesia, menggelengkan kepala mempunyai pengertian
"tidak”, sedangkan untuk bangsa Bulgaria gerakan tersebut berarti "ya”.

Beberapa suku di Indian, mempunyai pendapat bahwa seorang anak dianggap tidak sopan jika
melakukan kontak mata ketika ia sedang berkomunikasi dengan orang tuanya atau dengan orang
yang lebih tua. Tetapi untuk masyarakat di Amerika, melakukan kontak mata ketika
berkomunikasi adalah perilaku yang dianggap wajar dan bahkan kontak mata dianggap sebagai
perilaku yang bersahabat. Dapat Anda bayangkan, apabila seorang guru berkebangsaan Amerika
mengajar murid-murid pada suku Indian dan ia tidak memahami kebiasaan tersebut maka dia
akan mempunyai anggapan bahwa ia tidak disenangi oleh murid-muridnya.

Contoh lain yang menunjukkan perbedaan makna terhadap perilaku nonverbal yang sama adalah
perilaku bersendawa. Umumnya, masyarakat di Indonesia menganggap bersendawa setelah
makan adalah perilaku yang kurang sopan, tetapi pada masyarakat di Timur Tengah perbuatan
tersebut merupakan hal yang biasa.

Anda mungkin juga menyukai