Anda di halaman 1dari 34

SEJARAH INDONESIA (XII)

DEMOKRASI LIBERAL
1949-1959
Adinda Afriyenti, S.Pd
Timeline Sejarah Indonesia Pasca Kemerdekaan

Masa
Reformasi
Masa Orde 1998-
Baru Sekarang
Masa 1966-1998
Demokrasi
Masa Terpimpin
Demokrasi 1960-1965
Masa Liberal
Revolusi 1950-1959
1945-1949

Add a footer
‹#›
TREY
Awal
kemerdekaaan

Keadaan Kehidupan
ekonomi Sosial Budaya
Setelah adanya pengakuan kedaulatan, Indonesia memasuki
masa Demokrasi Liberal yang ditandainya dengan banyak partai
politik. Pada masa Demokrasi Liberal, Indonesia banyak
menyelenggarakan pemilihan umum yang demokratis, tetapi
Kabinet yang berkuasa tidak bertahan lama dan selalu berganti.

Masa Demokrasi Liberal berlangsung dari tahun 1950 dan


berakhir saat diberlakukannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
Keadaan ekonomi
Inflasi yang sangat tinggi:
beredarnya tiga mata uang yan tidak terkendali ( De Javesche Bank;
Hindia Belanda; mata uang Jepang)

Adanya blockade ekonomi dari Belanda (November 1945), Akibatnya


barang-barang pemerintah tidak dapat di ekspor

Kas Negara dalam keadaan Kosong


Upaya pemerintah

Mengirim bantuan beras dengan harga


Blokade murah ke India, imbalannya Indonesia
Belanda mendapatkan bahan pakaian yang
dibutuhkan oleh RI

Melakukan pinjaman nasional dan


Kesulitan mendirikan Bank Rakyat Indonesia
moneter untuk mengatur nilai tukar ORI
dengan mata uang asing
Kehidupan sosial- budaya
Menghapus sistem diskriminasi
Sistem Memajukan kegiatan Pendidikan dengan
Pendidikan membuka sekolah bagi warga negara
Nasional dengan metode system sekolah kerja,
aktivitas dan kreavitas

Bahasa Indonesia sebagai bangsa persatuan


Ciri Demokrasi Liberal
Menggunakan UUDS/ UUD 1950, pemerintahan
yang dilakukan oleh kabinet sifatnya perlementer.
Presiden dan Wakil Presiden tidak dapat diganggu
gugat
Menteri bertanggung jawab atas kebijakan
pemerintah
Perdana Menteri diangkat oleh Presiden
Parlemen dapat menjatuhkan kabinet melalui mosi
tidak percaya, sehingga sering berganti kabinet.
Memiliki partai oposisi
KABINET
DEMOKRASI
LIBERAL
Kabinet Natsir
September 1950 - Maret 1951
Perdana Menteri: Muhammad Natsir
Didominasi Oleh Partai Masyumi
Program Kerja:
Penanggulangan masalah keamanan,
Penyempurnaan susunan pemerintahan
dan Angkatan perang, Penyelesaian
masalah Irian Barat, Memperkuat ekonomi.
Kabinet mulai goyah sejak kegagalan Irian
Barat dan jatuh saat PNI mengajukan mosi
tidak percaya menyangkut pencabutan
Peraturan Pemerintah tentang DPRD dan DPRDS
KABINET SUKIMAN
April 1951- April 1952

Perdana Menteri: Sukiman Wiryosanjoyo


Koalisi partai PNI dan Masyumi
Program Kerja:
Bidang Keamanan; menjalankan tindakan tegas
sebagai negara hukum serta memberikan
jaminan keamanan dan ketentraman.
Bidang Politik dalam dan luar negeri: Memasukan
irian barat ke dalam RI dan pemilu secepatnya
bidang sosial ekonomi: Mengusahakan
kemakmuran dan memperbarui hukum agraria
supaya berpihak kepada petani
Kabinet mulai goyah akibat adanya:
kesepakatan antara Menteri
Luar Negeri Subandrio dan Duta
Besar Amerika Serikat Merle
Cochran tentang bantuan
ekonomi dan militer
yang dianggap telah
menyelewengkan Indonesia dari
politik luar negeri bebas aktif.
Masyumi dan PNI menarik
dukungan pada kabinet ini.
Kabinet Wilopo
April 1952- Juni 1953

Perdana Menteri: Mr. Wilopo


Disebut sebagai Zaken Kabinet karena terdiri
atas pakar di bidangnya
Tantangan:
Peristiwa 17 Oktober 1952; gerakan
sejumlah perwira AD menekan Soekarno
agar membubarkan kabinet.
Tanjung Morawa di Sumatera Utara;
bentrokan antara aparat kepolisian dan
para petani liar.
Kabinet Ali Sastroamijoyo 1
Juli 1953- Juli 1955
Perdana Menteri: Ali Sastroamijoyo
Koalisi PNI dan NU
Keberhasilan: berhasil menyelenggarakan Konfrensi
Asia-Afrika pada tahun 1955.
Kendala dan Kejatuhan:
Krisis ekonomi dan perseteruan antara PNI dan NU,
membuat NU menarik dukungannya sehingga
kabinet jatuh.
ada kemelut dalam tubuh Angkatan Darat
Kabinet Burhanuddin Harahap
Agustus 1955- Maret 1956
Perdana Menteri: Burhanuddin Harahap
Pencapaian:
penyelenggaraan pemilu 1955 yang demokratis.
Pembubaran Uni Indonesia-Belanda

Kejatuhan: Pemilu 1955 tidak menghasilkan dukungan


yang cukup terhadap kabinet sehingga kabinet ini
jatuh.
Kabinet Ali Sastroamijoyo II
Maret 1956 - Maret 1957

Perdana Menteri: Ali Sastroamijoyo


Kabinet pertama setelah Pemilu 1955 (Koalisi: PNI,
Masyumi, NU)
Program Kerja:
Menyelesaikan pembatasan hasil KMB
Menyelesaikan masalah Irian Barat
Pembentukan provinsi Irian Barat
Menjalankan Politik Luar Negeri Bebas Aktif

Kejatuhan: Mundurnya sejumlah menteri dari Masyumi


yang menginginkan Kabinet ini untuk menyerahkan
mandatnya.
Perdana Menteri: Ir. Juanda
Kabinet Karya / Juanda
APRIL 1957- JULI 1959
Program Panca Karya (5 Program: Membentuk
dewan Nasional; Normalisasi keadaan RI;
Melanjutkan pembatalan KMB;
Memperjuangkan Irian Barat; mempercepat
pembangunan.
Sumbangan terbesar:
Deklarasi Djuanda yang menyatakan
bahwa laut Indoensia adalah termasuk laut
sekitar, diantara, dan didalam kepulauan
Indonesia menjadi satu kesatuan NKRI

Demisioner saat presiden Soekarno


mencenangkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959
PEMILU
Latar Belakang Pelaksanaan
Pemilu 1955
Pemilihan umum merupakan salah satu
syarat agar system pemerintahan yang
demokratis berfungsi. Kabinet
Alisastroamijoyo I mempunyai agenda
mempersiapkan Pemilu 1955, namun baru
terwujud pada masa cabinet Burhanudin
Harahap pada tanggal 29 September 1955
Pemilu 1955
Untuk memilih DPR dan Konstituante
untuk memilih DPR dan 15 Desember 1955
untuk memilih konstituante.

‹#›
Partai Nasional Indonesia (PNI)
Masyumi
Nahdlatul Ulama (NU)
Partai Komunis Indonesia (PKI)
Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII)
Partai Kristen Indonesia (Parkindo)
Partai Katolik
Partai Sosialis Indonesia (PSI)
Ikatan Pendukung Kemerdekaan
Indonesia (IPKI)
Pergerakan Tarbiyah Islamiyah (Perti)
Partai Rakyat Nasional (PRN)
Partai Buruh
Gerakan Pembela Panca Sila (GPPS)
Partai Rakyat Indonesia (PRI)
Persatuan Pegawai Polisi RI (P3RI)
Murba
Baperki
Persatuan Indonesia Raya (PIR)
Wongsonegoro
Grinda
Persatuan Rakyat Marhaen Indonesia
(Permai)
Persatuan Daya (PD)
PIR Hazairin
Partai Politik Tarikat Islam (PPTI)
AKUI
Persatuan Rakyat Desa (PRD)
Partai Republik Indonesia Merdeka
(PRIM)
Angkatan Comunis Muda (Acoma)
Pemilu 1955

Dilaksanakan 2 x

Pemilu I memilih anggota DPR

Pemilu II memilih anggota Konstituante

Hasil : PNI, Masyumi, NU, PKI

‹#›
TREY
KEBIJAKAN EKONOMI
NASIONAL PADA MASA
DEMOKRASI LIBERAL
Kondisi Ekonomi Indonesia pada Masa Demokrasi Liberal

Hutang kepada Belanda pada masa KMB

Ekonomi Indonesia masih menggunakan system Belanda


Pemerintah Belanda tidak mewarisi ilmu ekonomi untuk
diubah menjadi ekonomi nasional
Kondisi politik tidak stabil

Defisit keuangan hingga 5,1 miliar rupiah

Ekspor bergantung pada perkebunan

Angka pertumbuhan penduduk yang besar


‹#›
GUNTING SYAFRUDDIN
Ditetapkan oleh Syafruddin Prawiranegara, Menteri
Keuangan dalam Kabinet Hatta II, yang mulai berlaku pada
jam 20.00 tanggal 10 Maret 1950.
beredarnya 3 mata uang di indonesia: Oeang
Republik Indonesia (ORI), Peninggalan Hindia Belanda
yang dikeluarkan De Javasche Bank, NICA (Belanda).
untuk mengatasi situasi ekonomi Indonesia yang
sedang terpuruk, inflasi tinggi dan harga
melambung.
caranya mengubah uang RP. 2.50 keatas menjadi
separuh
kebijakan ini dapat mengurangi jumlah uang yang
beredar dan Indonesia mendapatkan kepercayaan
dari pemerintahan Belanda untuk Pinjaman Uang.
PROGRAM BANTENG
Program yang dicetuskan oleh Dr. Sumitro Joyohadikusumo (Meteri
Perdagangan Indonesia). kebijakan yang diterapkan saat Kabinet Natsir

Tujuan: Membangun pengusaha pribumi


dalam bentuk Kredit pinjaman modal, Hak
Istimewa Impor dan bantuan pemerintah
dan pelatihan
mengalami kegagalan:
Pengusaha pribumi cenderung
konsumtif
tidak mandiri
penyalahgunaan bantuan hak (menjual
lisensi hak impor istimewa)
NASIONALISASI
DE JAVASCHE BANK
MENJADI BANK INDONESIA

Tujuan: untuk menaikan pendapatan dan


menurunkan biaya ekspor; serta
pengematan secara drastis.
Perubahan De Javaschebank ke Bank
Indonesia sebagai bank sentral dan
bank sirkulasi diumumkan pada tanggal
15 Desember 1951 berdasarkan UU No
24 Tahun 1951
SISTEM EKONOMI
ALI BABA
Diprakarsai oleh Mr. Iskaq Cokroadisuryo (Menteri
Ekonomi) pada masa Kabinet Ali Sastroamijoyo I.
ditunjukan untuk memajukan pengusaha pribumi

Dalam sistem Ekonomi Ali Baba, Ali menggambarkan


pengusaha lokal, Baba untuk pengusaha non-lokal.
tujuan: agar pengusaha lokal dan non-lokal mampu
bekerja sama memajukan ekonomi nasional.
pemerintah menyediakan bantuan berupa kredit
melalui bank
kegagalan: pengusaha lokal belum sanggup
bersaing.
PERSAINGAN FINANSIAL
EKONOMI (FINEK)

pada masa Kabinet Burhanuddin Harahap, dikirim delegasi ke


Janewa untuk merundingkan FINEK. misi ini dipimpin oleh Anak
Agung Gede Agung pada 7 Januari 1956.
kesepakatan persetujuan Finek:
Persetujuan Finek hasil KMB dibubarkan
hubungan Finek Indonesia-Belanda didasarkan hubungan
bilateral
Hubungan Finek didasarkan pada UU Nasional dan tidak
boleh diikat oleh perjanjian lain antara kedua belah pihak.
PERSAINGAN FINANSIAL
EKONOMI (FINEK)

pihak Belanda tidak mau menandatangani rencana


persetujuan tersebut akibatnya pada 13 Februari 1956,
Kabinet Harahap melakukan pembubaran Uni
Indonesia-Belanda.
3 Mei 1956, Soekarno menandatangani UU pembatalan
KMB, akibatnya banyak pengusaha Belanda yang
menjual perusahaanya, sedangkan pengusaha pribumi
belum mampu mengambil alih perusahaan Belanda
tersebut.
(RPLT)RENCANA
PEMBANGUNAN LIMA
TAHUN (MEI 1956)
Pada masa Kabinet Ali Sastroamijoyo II, membentuk Biro Perancang Negara,
yang merancang pembangunan Jangka panjang.
Ir. Juanda, diangkat menjadi menteri perancang Nasional
11 November 1958, RPLT disetujui oleh DPR
pembiyaan RPLT diperkirakan berjumlah Rp. 12,5 Milyal
kegagalan:
ekspor impor merosot dengan adanya depresi ekonomi di AS dan Eropa
Barat
Pembebasan Irian barat dengan nasionalisasi perusahaan belanda
menimbulkan gejolak ekonomi
adanya ketegangan antara pusat dan daerah sehingga banyak daerah yang
menerapkan ekonomi masing-masing
Musyawarah Nasional
Pembangunan (MUNAP)
Latar Belakang:
Pada saat Kabinet Juanda , muncul ketegangan antara pusat dan
daerah. Munap diadakan untuk mengubah Rencana Pembangunan
agar menghasilkan pembangunan menyeluruh dalam rangka
panjang.

kendala:
Rencana Pembangunan tidak bisa dilaksanakan, ketegangan tidak
bisa diredakan. akibatnya pecahnya pemberontakan PRRI/Permesta
dan ketengangan politik Indonesia-Belanda mengenai Irian Barat
memuncak menuju konfrontasi senjata.
PENGAMBIALIHAN
PERUSAHAAN BELANDA

menasionalisasi perusahaan Belanda kurang


lebih 700 lebih
proses pengambil alihan perusahaan Belanda
sebagai perwujudan dari kedaulatan politik
yang dicapai
contoh perusahaan kepentingan umum yang
diambil alih adalah PLN

Anda mungkin juga menyukai